• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

27

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK

PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR

PABRIK KELAPA SAWIT

Ratni Dewi

*)

ABSTRAK

Limbah perkebunan khususnya limbah cair PKS umumnya mengandung COD

dengan kadar di atas 12.000 ppm, untuk itu limbah ini harus diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang ke badan air. Pada penelitian ini dikaji penggunaan metode

elektrokoagulasi untuk menyisihkan kadar COD dan Turbiditi dari air limbah PKS

yang digunakan. Tegangan listrik dan waktu kontak divariasikan, mulai 3 - 12 volt,

serta waktu 30 menit – 120 menit. Elektroda yang digunakan terdiri atas 3 jenis,

yaitu : sepasang elektroda Al. Elektroda besi dan gabungan keduanya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan elektroda Al memberikan

penyisihan COD dan turbiditi yang paling besar yakni 87 % dan 91 % pada waktu

kontak 120 menit dan tegangan 12 volt. Dari ketiga variabel penelitian diperoleh

waktu kontak, tegangan listrik, dan jenis elektroda sangat mempengaruhi proses

elektrokoagulasi.

Kata Kunci : Pabrik kelapa sawit, Elektrokoagulasi, Elektroda, Aluminium, Besi

PENDAHULUAN

Berbagai

limbah

yang

dihasilkan oleh industri, baik dari segi

karakteristik maupun segi debit sangat

bervariasi. Pada umumnya, industri

dengan skala produksi besar akan

menghasilkan limbah yang kontinyu,

sedangkan industri dengan skala kecil

akan menghasilkan limbah yang tidak

kontinyu

sesuai

dengan

masa

produksinya. Dari segi karakteristik,

limbah yang dihasilkan industri tersebut

dapat mencemari lingkungan. Salah

satunya adalah industri minyak kelapa

sawit.Industri minyak kelapa sawit

termasuk industri hulu yang saat ini

keberadaannya

memegang

peranan

penting

dalam

menambah

devisa

negara. Dalam produksinya selain

menghasilkan minyak mentah kelapa

sawit, juga dihasilkan limbah cair

dengan kapasitas yang cukup besar.

Limbah ini berasal dari air drab, air

kondensat, air proses dan air

hydrocyclone.

Bahan-bahan

yang

terkandung dalam limbah tersebut

antara lain minyak–grease, NH

3

-N,

COD, BOD, dan TSS dengan

konsentrasi yang sangat tinggi.

COD dan turbiditi (kekeruhan)

merupakan salah satu parameter yang

sangat

menentukan

dalam

mempertimbangkan kualitas air limbah,

apakah limbah tersebut layak atau

tidak untuk dibuang ke badan air atau

lingkungan. Dalam limbah industri

kelapa sawit konsentrasi COD yang ada

berkisar 40.000–120.000 mg/L (Ponten,

1996), sedangkan batasan maksimum

baku mutu limbah kelapa sawit yang

diijinkan pemerintah hanya sebesar 500

mg/L (Kep. 03/MENKLH/II/1991).

Begitu pula dengan tingkat kekeruhan

air limbah tersebut, yang sangat

berkaitan dengan kadar COD yang

terkandung

di

dalamnya.

Dengan

*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe

(2)

28

konsentrasi yang demikian tinggi,

limbah tersebut dapat menyebabkan

kerusakan pada kehidupan aquatik dan

menimbulkan bau yang tidak sedap.

Bahan bahan padatan akan mengendap

di sungai dan menutupi sinar matahari

untuk masuk hingga ke dasar sungai,

sehingga akan membunuh tumbuhan

atau hewan air. Selain itu juga

menyebabkan kapasitas tampung badan

air berkurang karena adanya endapan

dari limbah minyak kelapa sawit.

BOD dan COD yang jauh lebih

tinggi dari baku mutu limbah cair akan

membebani lingkungan. Oksigen yang

terlarut

dalam

badan

air

akan

digunakan untuk menguraikan limbah

tersebut sehingga akan terjadi defisit

oksigen. Hal ini sama saja dengan

membunuh tumbuhan atau tanaman

yang hidup dibadan air tersebut yang

juga membutuhkan oksigen terlarut

untuk pernafasannya. Setelah terjadi

defisit oksigen maka akan terjadi

perombakan

bahan

organik

yang

terdapat pada limbah industri minyak

kelapa sawit secara anaerob. Masalah

bertambah lagi dengan adanya proses

anaerob ini karena bahan organik akan

diuraikan menjadi gas gas rumah kaca

yaitu

gas

metana

dan

gas

karbondioksida.

Selain

itu

akan

mengeluarkan bau yang tidak enak

karena

proses

anaerob

juga

menghasilkan gas H

2

S.

Oleh sebab itu sebelum dibuang

ke

lingkungan,

harus

dilakukan

pengolahan terlebih dahulu. Penyisihan

COD tersebut akan ikut menurunkan

tingkat

kekeruhan

dalam

air.

Pengolahan limbah pada umumnya

memerlukan biaya yang mahal, oleh

karena

itu

perlu

dicari

metode

pengolahan yang sederhana, aman dan

murah. Salah satu alternatif pengolahan

tersebut

yaitu

dengan

metode

Elektrokoagulasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Elektrokoagulasi

merupakan

suatu

metode

pengolahan

limbah

dengan

menggabungkan

metode

elektrolisis dan koagulasi. Menurut

Fadil (2006), melalui proses elektrolisis

akan dihasilkan kation-kation (pada

anoda) yang akan bereaksi dengan air

membentuk kation hidrat. Kation hidrat

ini akan mengikat koloid-koloid yang

bermuatan negatif dalam air dan

membentuk flok (koagulasi). Dengan

demikian akan menurunkan tingkat

pengotor dalam air. Elektrokoagulasi

merupakan metode yang sederhana dan

sangat

efisien

dalam

penanganan

limbah

cair.

Beberapa

literatur

menyebutkan, metode ini sangat cocok

digunakan untuk pengolahan limbah

pabrik kertas, industri pangan dan

industri

tekstil,

yang

semuanya

memiliki kadar COD yang sangat tinggi

(Chen, 2007).

Kajian

tentang

metode

elektrokoagulasi dalam pengolahan air

limbah telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya, diantaranya oleh

Sunardi (2007), Masnur (2008), Chen

(2007) dan M. Faiqun dkk (2007).

Penelitian penyisihan logam Pb, Cd

dan TSS dalam limbah radioaktif

dilakukan oleh Sunardi (2007), dan

dihasilkan efisiensi penyisihan sebesar

95-98 %. Demikian pula Masnur (2008)

melakukan

kajian

penyisihan

kekeruhan dalam air tanah dangkal

dengan

elektroda

aluminium.

Sedangkan Chen (2007) menggunakan

elektrode besi untuk menyisihkan kadar

minyak dalam air dengan efisiensi

penyisihan sebesar 97 %. M. Faiqun

dkk (2007) menguji kadar COD dan

(3)

29

turbiditi pada limbah artifisial (susu

bubuk yang dilarutkan) dan dihasilkan

efisiensi penyisihan sebesar 72 % dan

95 %. Atas dasar pertimbangan di atas,

maka pada penelitian ini akan dikaji

lebih

mendalam

metode

elektrokoagulasi dalam penyisihan

konsentrasi COD dan turbidity dalam

limbah industri kelapa sawit.

Pada penelitian ini akan diteliti

efektifitas

dan

efisiensi

metode

elektrokoagulasi dalam menyisihkan

konsentrasi COD dan turbiditi dengan

memperhatikan

pengaruh

variabel-variabel yang ada, seperti variasi jenis

elektroda, tegangan listrik, waktu

tinggal (retention time) dan konsentrasi

larutan elektrolit.

Metode Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi

merupakan

teknologi pengolahan air limbah secara

elektrokimia

dan

koagulasi.

Elektrokimia sendiri didefenisikan

sebagai bidang ilmu kimia yang

mempelajari hubungan timbal balik

antara perubahan kimia dengan gejala

listrik. Sedangkan koagulasi adalah

penggumpalan partikel koloid dan

membentuk

endapan.

Dengan

terjadinya

koagulasi,

berarti

zat

terdispersi

tidak

lagi

membentuk

koloid. Koagulasi dapat terjadi secara

fisik seperti pemanasan, pendinginan

dan pengadukan atau secara kimia

seperti penambahan elektrolit dan

pencampuran koloid yang berbeda

muatan. Elektrokoagulasi adalah suatu

proses yang sangat kompleks, dimana

melibatkan peristiwa fisika dan kimia.

Terdapat

tiga

mekanisme

yang

kemungkinan terjadi di dalam proses

yaitu :

- Elektro-koagulasi

- Elektro-flotasi

- Elektrooksidasi

Pada metode ini digunakan dua buah

elektroda untuk menghasilkan ion-ion

di dalam air limbah. Umumnya

elektroda yang dipakai adalah elektroda

besi, aluminium dan platina. Dalam

prosesnya, kedua elektroda dialiri arus

searah yang melewati kedua elektroda,

sehingga akan terjadi reaksi oksidasi

pada anoda dan reduksi pada katoda.

Prinsip dari metode elektrokoagulasi

ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah

ini. Adapun mekanisme reaksi untuk

kedua elektroda tersebut adalah sebagai

berikut :

(a) Mechanism 1 :

Anode : Fe (s) Fe

2+

(aq) + 2 e–

Fe

2+

(aq) + 2 OH

- 2

(s)

Cathode : 2 H

2

O (l) + 2 e–

2

(g) + 2 OH

-

(aq)

Overall : Fe (s) + 2 H

2

O (l) Fe(OH)

2

(s) + H

2

(g)

(b) Mechanism 2 :

2+

(aq) + 8 e–

4 Fe

2+

(aq) + 10 H

2

O (l) + O

2 3

(s) + 8 H

+

(aq)

Cathode : 8 H

+

(aq) + 8 e–

2

(g)

(4)

30

.

Gambar 1. Prinsip elektrokoagulasi dalam larutan elektrolit untuk

menyisihkan polutan (sumber : Fadhil, 2006)

Metode elektrokoagulasi dalam

pengolahan air dan limbah cair sudah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

salah satunya M. Faiqun (2007). Dalam

penelitiannya

M.

Faiqun

(2007)

menggunakan metode elektrokoagulasi

untuk menyisihkan kadar COD dan

turbiditi dari limbah artifial (susu bubuk

yang dilarutkan). Adapun variabel

penelitian yang diteliti adalah variasi

kuat arus sebesar 3,51 A dan 5,62 A

serta waktu tinggal 30 – 50 menit,

dengan cairan elektrolit HCl 1 N.

Limbah

artifisial

yang

digunakan

mengandung kadar COD dan turbiditi

sebesar 967 mg/L dan 491 NTU. Setelah

dilakukan

proses

elektrokoagulasi

diperoleh penyisihan COD sebesar 267

mg/L ( 72 %), sedangkan pengurangan

turbidi menjadi 20 NTU (95 %). Dengan

dasar

penelitian

ini,

akan

dicoba

mengkaji

penggunaan

metode

elektrokoagulasi

untuk

menyisihkan

kadar COD dan turbiditi pada limbah

sebenarnya yaitu limbah cair pabrik

kelapa sawit (PKS) dengan variasi :

tegangan

listrik,

konsentrasi

NaCl

(larutan elektrolit), waktu kontak, dan

jenis elektroda.

METODE PENELITIAN

Variabel Tetap :

- Volume sampel : 2700 ml

- pH awal sampel (sesuai dengan

kondisi limbah)

- Pelarut elektrolit : NaCl

Variabel Bebas :

- Waktu Kontak (Retention Time): 30

mnt ; 60 mnt ; 90 mnt dan 120 mnt

(5)

31

- Variasi tegangan listrik : 3 Volt ; 6

Volt ; 9 Volt ; 12 V

- Jenis Elektoda : - sepasang elektroda

Fe

- Sepasang elektroda Aluminium

Variabel Terikat :

- Konsentrasi COD

- Turbiditi

(tingkat

kekeruhan)

Tahap Pelaksanaan

 Analisa Pendahuluan Terhadap

Limbah Cair Industri Kelapa

Sawit

Tahapan ini dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi awal limbah, yaitu

konsentrasi COD, turbiditi dan pH

limbah

sebelum

dilakukan

proses

elektrokoagulasi.

- Limbah cair ini disaring terlebih

dahulu

sebelum

dianalisa

untuk

menghilangkan padatan yang terikut

dalam air limbah

- Diukur konsentrasi COD limbah

dengan

metode

Close

Refluks,

sedangkan pH dan turbiditi diukur

dengan

alat

pH

meter

dan

turbidimeter.

Proses Elektrokoagulasi

- Limbah cair di atas dimasukkan ke

dalam

reaktor

elektrokoagulasi

sebanyak 500 ml

- Ditambahkan larutan NaCl sebagai

elektrolit dengan konsentrasi 1N

- Kemudian kedua elektroda besi

dimasukkan

dalam

air

limbah

tersebut dan dihubungkan dengan

adaptor, sehingga terbentuk sirkuit

listrik

- Proses di atas berlangsung selama 30

menit di dalam rektor, kemudian

limbah tersebut dialirkan ke bak

sedimentasi.

- Setelah terjadi proses pengendapan,

filtrat atau supernatan dianalisa

kembali konsentrasi COD, turbiditi

dan pH

COD dianalisa dengan metode close

refluks, sedangkan turbiditi dan pH

diukur

dengan

menggunakan

Turbidimeter dan pH – meter.

- Ulangi tahap-tahap di atas untuk

variasi

jenis

elektroda,

variasi

tegangan listrik, dan variasi waktu

tinggal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di

laboratorium

Teknologi

Air

dan

Pengolahan Limbah, Politeknik Negeri

Lhokseumawe. Adapun hasil analisa

kadar COD, turbidity dan pH dari air

limbah PKS, baik sebelum proses

elektrokoagulasi, maupun setelah proses

tersebut, ditampilkan pada tabel 3

sampai tabel 5 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Analisa Kadar COD,

Turbiditi dan pH (Sebelum

Proses Elektrokoagulasi)

Parameter

Nilai

COD (mg/lt)

16.000

Turbidity (NTU)

4288

pH

4,67

Dari hasil analisa di atas, terlihat

bahwa nilai COD, turbidity dan pH dari

limbah cair PKS jauh di atas ambang

batas harga maksimum dari

masing-masing parameter untuk layak di buang

ke badan air. Menurut Satria (1999),

batas maksimum COD sebesar 350

mg/L, sedangkan pH berkisar antara 6

-9. Adapun hasil pengolahan limbah PKS

secara elektrokoagulasi memberikan

penyisihan yang bervariasi baik untuk

parameter COD, pH dan turbiditi, seperti

terlihat di tabel 3 (untuk elektoda

aluminium), dan tabel 3 (untuk elektroda

Besi)

(6)

32

Tabel 2. Hasil Analisa COD, pH dan Turbidity Setelah Proses Elektrokoagulasi Dengan Menggunakan Sepasang Elektroda

Aluminium (Al)

Volt

30 Menit 60 Menit 90 Menit 120 Menit

COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) 3 12800 4,29 3016 10600 4,27 2268 8600 4,20 2128 6200 4,14 1296 6 9600 4,53 2328 8600 4,61 2188 6400 4,55 2012 4400 4,55 1144 9 5800 4,78 1688 5000 4,62 1516 4200 4,58 1452 2800 4,63 892 12 3200 4.83 1052 2800 4.74 524 2200 4.66 436 1600 4,96 370

Tabel 3. Hasil Analisa COD, pH dan Turbidity Setelah Proses Elektrokoagulasi Dengan Menggunakan Sepasang Elektroda

Besi (Fe)

Volt

30 Menit 60 Menit 90 Menit 120 Menit

COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) COD (mg/L) pH Turbidity (NTU) 3 12800 4,51 3544 11400 4,92 2964 11200 5,48 2452 10200 5,56 1864 6 9600 4,77 2860 8200 5,03 2100 6400 5,29 1732 6000 5,48 1340 9 7400 4,86 2640 6600 5,25 2050 5200 5,52 1652 4800 6,05 1310 12 6200 5,30 2108 5500 5,88 2000 4800 6,50 1588 3200 6,57 1200

(7)

33

Proses Elektrokoagulasi dengan

Elektroda Aluminum

Dari

hasil

analisa

yang

dilakukan terhadap Limbah Cair PKS

setelah

proses

elektrokoagulasi

terhadap parameter COD, Turbiditi

dan

pH

dengan

menggunakan

elektroda Al didapat hasil seperti

yang ditampilkan pada Tabel 2.

Dari tabel 2, yaitu proses

elektokoagulasi dengan menggunakan

sepasang

elektroda

aluminium,

menunjukkan variasi waktu kontak

dan tegangan listrik yang diberikan

memberikan kenaikan harga pH yang

tidak signifikan, sedangkan untuk

parameter

COD

dan

turbiditi

dihasilkan tingkat penyisihan yang

sangat bagus. Penyisihan yang paling

baik dihasilkan pada waktu kontak

120 menit dan tegangan listrik 12

volt, baik untuk COD maupun

turbidity. Dari data yang di dapat

menunjukkan waktu kontak sangat

mempengaruhi penyisihan COD dan

turbiditi. Proses oksidasi dan reduksi

yang terjadi di anoda dan katoda,

menghasilkan reaksi sebagai berikut :

Pada Anoda

3 3 3 2 2 ( ) ( ) 3 ( ) 3 ( ) ( ) ( ) : 3 3 ( ) 3 ( ) 3 2 Al s Al aq e Al aq OH aq Al OH s Pada katoda H O l e H g OH             

Ion Al

3+

yang dilepaskan pada anoda

akan bereaksi dengan ion OH

-

dan

koloid-koloid yang bermuatan negatif

membentuk Al(OH)

3

, dan endapan ini

perlahan-lahan akan mengendap di

dasar reaktor. Sedangkan reaksi

reduksi pada katoda menghasilkan

gas

hidrogen

(H

2

)

yang

akan

membawa koloid-koloid zat pengotor

naik ke permukaan reaktor (flotasi).

Hal ini ditandai dengan adanya

gelembung/buih yang sangat banyak,

yang ikut membawa kotoran. Kedua

proses di atas sangat efektif dalam

meurunkan konsentrasi COD dan

kekeruhan

dalam

limbah

PKS.

Penurunan COD dengan konsentrasi

awal 16.000 mg/L berkurang menjadi

1600 mg/L. Hal ini diperjelas pada

Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap Penyisihan COD Pada

Limbah Cair PKS Dengan Variasi Waktu Kontak dan

Elektroda Al.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0 5 10 15

Tegangan Listrik (Volt)

C O D ( m g /L ) T = 30 Mnt T = 60 Mnt T = 90 Mnt T = 120 Mnt

(8)

34

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 0 2 4 6 8 10 12 14

Tegangan Listrik (Volt)

T u rb id it i ( N T U ) T = 30 Mnt T = 60 Mnt T = 90 Mnt T = 120 Mnt

Gambar 3. Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap Penyisihan Kekeruhan

(Turbiditi) Pada Limbah Cair PKS Dengan Variasi Waktu

Kontak dan Elektroda Al.

Dari Gambar 2 dan Gambar 3

dapat dilihat bahwa persen penyisihan

COD yang paling optimal diperoleh

sebesar 87 %, sedangkan persen

penyisihan turbiditi 91 % pada waktu

kontak 120 menit dan tegangan 12

volt.

Proses Elektrokoagulasi dengan

Elektroda Besi

Dari hasil analisa yang dilakukan

terhadap Limbah Cair PKS setelah

proses

elektrokoagulasi

terhadap

parameter COD, Turbiditi dan pH

dengan menggunakan elektroda Besi

didapat hasil seperti yang ditampilkan

pada Tabel 3.

Dari tabel 3, terlihat variasi waktu

kontak

dan

tegangan

listrik

memberikan penurunan yang cukup

signifikan

terhadap

COD

dan

turbiditi, tapi jika dibandingkan

dengan penggunaan elektroda Al,

penyisihan yang didapat jauh lebih

kecil

dengan

persen

penyisihan

masing-masing sebesar 73 % dan 72

%. Selama proses elektrokoagulasi

(EK) berlangsung, terjadi reaksi

oksidasi dan reduksi pada katoda dan

anoda sebagai berikut :

2 2 2 2 2

:

( )

(

)

2

(

)

2

(

)

(

) ( )

:

2

( )

2

( )

2

Pada anoda

Fe s

Fe

aq

e

Fe

aq

OH

aq

Fe OH

s

Pada katoda

H O l

e

H g

OH

     

Pada anoda, plat besi (Fe) yang

digunakan

akan

teroksidasi

menghasilkan ion Fe

2+

, dimana ion ini

akan bereaksi dengan koloid-koloid

yang

bermuatan

negatif

dan

membentuk flok Fe(OH)

2

. Makin

lama proses EK berlangsung, maka

akan semakin banyak koloid-koloid

yang terikat membentuk flok-flok.

Akibatnya terjadi penurunan jumlah

koloid pengotor, yang akhirnya akan

berdampak

pada

penurunan

konsentrasi COD dan kekeruhan dari

air limbah tersebut. Tetapi jika

dibandingkan dengan penggunaan

plat aluminium, persentase penyisihan

yang diperoleh sedikit lebih rendah.

Hal ini terjadi karena kemampuan ion

Aluminium (Al

3+

) untuk berikatan

membentuk flok dengan

(9)

koloid-35

koloid pengotor jauh lebih besar

dibandingkan dengan kemampuan ion

Fe

2+

. Penyisihan COD dan turbiditi

juga diperkuat dengan adanya proses

flotasi dari H

2

yang membawa

kotoran-kotoran naik ke permukaan

ikut mempercepat proses penyisihan

kedua parameter tersebut. Hal ini

diperjelas dengan Gambar 4 dan

Gambar 5.

Partikel-pratikel koloid dalam

air akan memperlihatkan fenomena

yang disebut gerak Brown, dimana

partikel-partikel koloid akan bergerak

lurus

dengan

arah

yang

tidak

beraturan.

Gerak

Brown

akan

berlangsung terus menerus, karena

gaya-gaya yang bekerja pada partikel

akan dihasilkan terus menerus oleh

tumbukan antar partikel.

Grafik 4. Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap Penyisihan

COD

Grafik 5. Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap Penyisihan

turbiditi

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0 2 4 6 8 10 12 14

Tegangan Listrik (Volt)

C O D ( m g /L ) T = 30 Mnt T = 60 Mnt T = 90 Mnt T = 120 Mnt 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 0 2 4 6 8 10 12 14

Tegangan Listrik (Volt)

T u rb id it i (N T U ) T = 30 Mnt T = 60 Mnt T = 90 Mnt T = 120 Mnt

(10)

36

Hal ini menunjukkan bahwa

partikel koloid memiliki muatan

tertentu yang sama (muatan negatif).

Proses elektrokimia yang terjadi pada

katoda

dan

anoda

akan

mengakibatkan terjadinya

pengenda-pan koloid sehingga membentuk

partikel yang lebih besar (flok) dan

memudahkan pengendapan. Semakin

banyak partikel koloid yang diikat

oleh ion-ion yang dilepaskan pada

anoda dan katoda, akan semakin

besar

pula

tingkat

penurunan

kekeruhan dan COD dalam air limbah

tersebut.

KESIMPULAN

1. Metode Elektrokoagulasi mampu

menyisihkan COD dan turbiditi

limbah cair PKS.

2. Waktu kontak dan tegangan listrik

yang

diberikan

pada

proses

elektrokoagulasi

sangat

mem-pengaruhi proses penyisihan COD,

Turbiditi dan peningkatan pH.

3. Persen Penyisihan optimal untuk

COD dan Turbiditi diperoleh

sebesar 87 % dan 91 %, yaitu pada

waktu kontak 120 menit dan

tegangan listrik 12 volt

4. Diantara kedua jenis elektroda

yang

digunakan,

elektroda

Aluminium memberikan persen

penyisihan yang paling optimal

untuk proses elektrokoagulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina

Haruki

(2006),

Land

Application Sebagai Alternatif

3R Pada Industri Kelapa Sawit,

Kementrian

Negara

Lingkungan Hidup.

Chen

(2007)

Electrochemical

coagulation for oily water

demulsification, Separation and

Purification Technology

Fadhil Othman (2006), Enhancing

Suspended solids Removal from

Waste

Water

Using

Fe

Electrode, Malaysian Journal

Of Civil Enginering : 139 – 148

(2006)

Masnur P (2008), Efektifitas dan

Efisiensi

Proses

Elektrokoagulasi

Untuk

Penurunan

Kekeruhan

Air

Sumur

Dangkal

Guna

Meningkatkan

Kualitas

air

Minum, Tesis, USU

M. Faiqun (2007), Removal of COD

and

Turbidity

to

Improve

Wastewater

Quality

Using

Electrocoagulation Technique,

The Malaysian Journal

of

Analytical Sciences, Vol. 11

No. 1 : 198 - 205

Ponten

(1996),

Teknologi

Pengolahan

Minyak

Sawit,

Pusat Penelitian Kelapa Sawit,

Medan.

Sunardi

(2007),

Pengaruh

Tegangan Listrik & Kecepatan

Alir

Terhadap

Hasil

Pengolahan Limbah Cair Yang

mengandung logam Pb, Cd dan

TSS

Menggunakan

Alat

Elektrokoagulasi.

Seminar

Nasional III, SDM Teknologi

Nuklir.

Satria,Harry, 1999, Disain instalasi

Pengolahan

Limbah

Cair

Industri, Minyak Kelapa Sawit,

Tugas Akhir, Jurusan Teknik

Lingkungan ITB.

Gambar

Gambar  1.    Prinsip  elektrokoagulasi  dalam  larutan  elektrolit        untuk  menyisihkan polutan (sumber : Fadhil, 2006)
Tabel  2. Hasil Analisa COD, pH dan Turbidity Setelah Proses Elektrokoagulasi Dengan   Menggunakan Sepasang Elektroda  Aluminium (Al)
Gambar  3.    Pengaruh    Tegangan  Listrik  Terhadap  Penyisihan  Kekeruhan  (Turbiditi)  Pada    Limbah  Cair  PKS  Dengan  Variasi  Waktu   Kontak dan Elektroda Al

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis sidik ragam bobot buah tanaman cabai merah dengan perlakuan Trichoderma sp berpengaruh sangat nyata.Hasil pengamatan disajikan pada tabel 7. Pada

Posttest diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa kelas X.10 (control group) di SMAN 1 Sukawati dalam bidang menulis karangan narasi. Tes dilakukan dalam bentuk

Hasil penelitian mengenai investasi cacing dan pertambahan bobot hidup ternak domba dengan pemberian EM 4 di padang penggembalaan, maka disimpulkan: (1) Awal musim

Seperti yang telah dikemukakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

b) azas Black menjelaskan tentang kekekalan energi kalor, di mana jika ada dua benda yang berbeda suhu disentuhkan, maka benda yang memiliki suhu lebih tinggi akan

berasal dari hasil pembakaran substrat berperan sebagai counter electrode, serta dye berasal dari klorofil hasil ekstraksi 10 gram daun pepaya untuk DSSC 1 dan 10

Dehydrator ini dalam kondisi normal operasinya menggunakan mode 3 tower dengan siklus Lead, Guard dan Regeneration yang diatur dengan Program Cycle Controller yang

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Durian dan Kompos Kulit Kakao Pada Ultisol Terhadap Beberapa Aspek Kimia Kesuburan Tanah” yang