• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu enam minggu (Sarwono, 2011). Masa nifas berlangsung selama enam minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2000).

Nifas dibagi dalam tiga periode, (Suherni, 2009), yaitu :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya enam minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih badan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

(2)

Alat-alat genetalia interna maupun eksterna pada masa nifas akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi, karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma (Sarwono, 2011).

Masa nifas terkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya keberhasilan laktasi dipengaruhi kesiapan ibu dari awal masa nifas yang bisa berhubungan dengan perubahan / adaptasi pada masa nifas. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu (Ambarwaty, 2009).

2.2 Payudara

Payudara adalah organ yang penting bagi kaum perempuan karena payudara mengeluarkan air susu (ASI) yang sangat dibutuhkan bayi. Payudara bagi wanita merupakan salah satu bagian tubuh yang dibanggakan. Payudara wanita yang disebut juga glandula mammaria adalah alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam.

(3)

Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis mayor berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla yang disebut cauda axillaris spence. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Verarlls, 2010).

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 los yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah (Verarlls, 2010).

Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Papilla mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer (Verarlls, 2010).

Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresikan air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang (basket cell) atau sel

(4)

laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini diransang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Tubulus lactifer adalah saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli, dan ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer sedangkan ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola (Verarlls, 2010).

2.3 Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Fitri, 2011). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Kustini, 2011). Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat dengan mudah untuk proses menyusui (Sitti, 2009).

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah pemeliharaan buah dada sehingga produksi ASI lancar dan menghindari kesulitan di dalam menyusui. Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan payudara. Alasan inilah yang membuat mereka enggan berlama-lama menyusui (Suherni, 2010).

(5)

Namun bukan berarti tidak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan bayi mengkonsumsi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2010).

Tujuan dilakukan perawatan payudara adalah memelihara kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI. perawatan dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari untuk mendapatkan hasil dilakukan secara teratur dan sitematis, makanan dan minuman ibu yang seimbang dan sesuai dengan kesehatan ibu dan memakai BH (Bra) yang tidak terlalu ketat dan selalu bersih dan menyokong payudara.

Berikut ini kiat teknik pengurutan payudara yang dapat dipraktekkan sejak hari kedua usai persalinan. Cucilah tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak tangan secukupnya. Lalu lakukan pengurutan seperti berikut: 1. Pengurutan Pertama

1) Licinkan kedua tangan dengan minyak 2) Tempatkan kedua tangan di antara payudara

(6)

3) Pengurutan dilakukan dimulai tengah, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan

4) Lakukan terus pengurutan dari tengah, keatas, kesamping dan kebawah 5) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara

2. Pengurutan Kedua

1) Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri sedang tangan kanan mengurut dengan buku-buku jari dari pangkal kearah puting susu.

2) Lakukan untuk payudara sebelah kanan

3) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara 3. Pengurutan ketiga

Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara kearah puting susu sebanyak 1 kali.

(7)

4. Pengurutan keempat

1) Pijat areola ke arah puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung dengan tempat yang bersih atau gelas.

2) Pengompresan

3) Kompres kedua payudara dengan dua handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi dengan air hangat 2 menit.

Kemudian pakailah BH (kutang) yang bersih dan sesuai untuk ibu menyusui. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna (Suherni, 2009). 2.3.1 Manfaat Perawatan Payudara

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktasi. Jika persiapan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu

(8)

belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya (Sitti, 2009).

Berbagai dampak negatif yang dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :

1. Puting susu masuk kedalam 2. Anak susah menyusui 3. ASI lama keluar 4. Produksi ASI terbatas

5. Pembengkakan pada payudara 6. Payudara meradang

7. Payudara kotor

8. Ibu belum siap menyusui

9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

2.4 Laktasi

Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Ambarwaty, 2009). Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia Laktasi adalah pengeluaran susu dari kelenjar susu. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia ( Anik, 2012). Laktasi merupakan fase transisi

(9)

bayi untuk dapat tumbuh – kembang (Manuaba, 2000). Laktasi atau menyusui yaitu proses pembentukan ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan proses pengeluaran yang melibatkan hormon oksitosin (Prasetyono, 2012).

Keberhasilan laktasi dipengarusshi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Adapun produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Sarwono, 2010). Keadaan saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi. Hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih besar. Alveoli mulai menghasilkan ASI saat kadar estrogen dan progesteron turun. Mekanisme ini yang membuat produksi ASI seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam setelah melahirkan. Menyusui bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena dengan menyusui lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin lancar (Proverawati, 2010).

2.5 ASI

ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah

(10)

pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2013). Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Khasanah, 2011).

ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Anik, 2012).

2.5.1 Komposisi ASI

ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan kehidupan sehinnga dianjurkan agar pada masa ini hanya diberikan ASI. Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. (Khasanah, 2011).

Berikut kandungan gizi dalam ASI : 1. Kolostrum

Mengandung kadar protein yang sangat tinggi. Kolostrum adalah dalah ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna

(11)

kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.

2. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu)adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).

3. Protein

Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula.

4. Taurin Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

5. Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.

6. Mineral

Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang.

(12)

7. Vitamin yang terdapat dalam ASI adalah :

a. Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.

b. Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D juga berasal dari sinar matahari.

c. Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah. d. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.

e. Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam ASI.

8. Zat Kekebalan

Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit (Purwanti, 2011).

2.5.2 Manfaat ASI

Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children’s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan ASI kepada bayi serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Ambarwaty, 2009).

(13)

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :

1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.

3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan. 4. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.

6. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.

2. ASI mudah dicerna oleh bayi.

3. ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan penyakit lainnya. 4. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan menurunkan resiko

kematian bayi mendadak.

Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

1. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula

2. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan kesehatan. 3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari menyusui

(14)

2.6 Produksi ASI

Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek. Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluran-saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin (oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2011).

Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari, 2012).

Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex). Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju mulut bayi. Pengisapan puting

(15)

menunjukan gerakan yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2012).

Meningkatkan produksi ASI supaya optimal, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan ibu sebagai berikut :

1. Susui bayi lebih sering tanpa jadwal, paling sedikit 8 x dalam 24 jam, tiap – tiap payudara 10 – 15 menit.

2. Setiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Hal ini berguna agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering mungkin.

3. Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot atau empongan. Hal ini karena mekanisme menyusu pada payudara ibu dengan menyusu menggunakan botol dot adalah berbeda (Khasanah, 2011).

2.6.1 Menilai Produksi ASI

Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI. Penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui payudara ibu terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari puting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi baru lahir

(16)

yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 2- 3 jam (Bobak, 2010).

Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion. Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat (Bobak, 2010).

2.6.2 Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan (Krsitiyanasari, 2010).

(17)

Volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama, dalam keadaan produksi ASI telah normal. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Suherni, 2010).

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama enam bulan pertama, dan 400-600 ml dalam enam bulan kedua, serta 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin pada masa kehamilan, jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagi sumber energi selama menyusui. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti untuk menyusui bayinya (Khasanah, 2011). Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang

(18)

kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. (Prasetyono, 2011).

2.6.3 Cara Peningkatan Produksi ASI

Menyusui adalah pilihan yang tepat dan sehat untuk bayi, tapi kadang-kadang ingin meningkatkan produksi ASI buat bayinya stres, penyakit dan kelelahan bisa berdampak negatif terhadap produksi ASI saat menyusui. Cara untuk meningkatkan produksi ASI :

1. Menyusui bayi lebih sering, biarkan bayi mendapatkan ASI selama bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah menjadi tujuh atau delapan kali ketika membiarkan bayi menyusui lebih sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan lebih banyak susu.

2. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui.

Pastikan bayi untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di bagian areola payudara dan juga diluar putting.

3. Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui. Ketika bayi tidur atau baru saja selesai makan, gunakan pompa payudara 5-10 menit di setiap payudara untuk memberikan stimulasi ekstra dan dan meningkatkan produksi ASI. Jangan berkecil hati jika tidak menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena tujuannya adalah stimulasi.

(19)

4. Melakukan diet yang benar untuk agar bisa terpenuhi. Seorang ibu menyusui membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau 300-500 kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui. 5. Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi sekitar 3 liter air

per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap akan membantu meningkatkan produksi ASI. 6. Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling baik untuk

meningkatkan produksi ASI.

7. Jika ibu menyusui telah mencoba semua dan masih perlu untuk meningkatkan suplai ASI, berbicara dengan dokter. Ada resep tersedia memiliki efek untuk meningkatkan produksi ASI (Tulus, 2011).

2.6.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI

Menurut Khasanah (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut:

1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

(20)

Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan satu butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. 2. Frekuensi Menyusui

Frekuensi Menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau lebih perhari selama 1 bulan awal menyusui.

3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi

Menyusui yang tidak di jadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi (on demand),ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi

(21)

dibandingkan kapasitas ibu yang memproduksi ASI. Artinya ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan bayi.

4. Umur Kehamilan

Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan belum dapat menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi. Akibatnya, ketika rangsangan menyusu berkurang, produksi ASI juga otomatis juga berkurang. 5. Berat Lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berta lahir normal (bayi yang lahir lebih dari 2500 gr atau 2,5 kg). Bayi yang dengan berat lahir rendah memiliki kemampuan mengisap ASI, frekuensi, dan lama penyusuan yang lebih rendah, dibanding bayi berat lahir normal yang pada akhirnya akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

6. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2

(22)

macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: Reflek Prolaktin, Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection).

7. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

8. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen. Pil tersebut dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan selama menyusui adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

(23)

9. Perilaku Ibu

Perilaku ibu, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol bisa mempengaruhi produksi dan komposisi ASI. Merokok dapat mengurangi produksi ASI karena bisa mengurangi hormon prolaktin (hormon yang berperan dalam produksi ASI) sehingga berpotensi mengurangi produksi ASI.

10. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar saluran ASI (Khasanah, 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah Inisisasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap putting ibu dalam satu hingga 2 jam pertama masa kehidupannya. Bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI lancar (Roesli, 2013).

(24)

2.7 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas

Gizi atau nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% yang berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan, dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Kebutuhan ibu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang di konsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, dan proses memproduksi ASI, sebab ASI yang diproduksi ibu akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa menyusui oleh karena itu ibu menyusui harus makan makanan yang cukup agar mampu menghasilkan ASI yang cukup baik mutu maupun jumlahnya bagi bayinya, ibu menyusui memerlukan zat gizi lebih banyak daripada ibu hamil,banyaknya makanan ibu menyusui disesuaikan dengan umur bayi dan kebutuhan gizi , keadaan gizi baik pada ibu menyusui terletak pada penganekaragaman menu tiap hari. Menu makanan yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. 2.7.1 Pola Makan yang Sehat Selama Masa Nifas

Petunjuk pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Selain itu, pola makan harus diatur, yaitu 3 kali sehari (pagi,siang dan malam). Selain makanan utama ibu nifas harus mengkonsumsi cemilan dan jus buah-buahan sebagai makanan selingan, ibu harus

(25)

minum paling sedikit 8 gelas (2 liter) sehari, me makan sayur berkuah dan sari buah. Teruskan kebiasaan makan beraneka ragam makanan sumber zat besi dan kapur dalam jumlah yang cukup setiap harinya (Krisnatuti, 2011).

Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat. Dan produksi ASI tetap lancar, karena daging sapi memiliki banyak serat yag dapat memperlancar buang air besar. Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar air besar. (Iping, 2011).

Oleh karena itu, pola makan dengan menu seimbang sangat dianjurkan yang mana menu seimbang terdiri dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Sebagai contoh makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur bayam, apel dan susu. Sedangkan jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu nifas diantaranya adalah makanan yang mengandung zat aditif atau bahan pengawet makanan yang berkalori tinggi, daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna serta makanan yang merangsang seperti makanan pedas (Krisnatuti, 2011).

2.7.2 Menyusun Menu Ibu Nifas dan Menyusui

Pola menu ibu menyusui sebaiknya mengikuti pola menu seimbang yaitu 4 Sehat 5 Sempurna yang didalamnya terdiri dari :

(26)

1. Makanan sumber zat tenaga

Nasi, roti, mie, bihun, kentang, singkong,talas, tepung-tepungan, ubi, gula pasir, gula merah, Sirop dan lain-lain.

2. Makanan sumber zat pembangun

Daging ayam, daging sapi, hati sapi, ikan segar, ikan asin, kacang hijau, kacang merah, Kacang tolo, kacang kedelai, oncom, tempe, tahu, susu dan lain-lain. 3. Makanan sumber zat pengatur

Sayuran : bayam, buncis, daun singkong, kangkung, daun katuk, kacang panjang, ladu, sawi, Tauge, tomat, wortel dan lain-lain.

Buah : pisang ambon, pepaya, jeruk, apel, anggur, belimbing, mangga, salak, sawo, Jambu dan lain-lain.

4. Minyak, margarin, mentega, kelapa, santan, merupakan zat yang berasal dari lemak.

Menu ibu nifas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam sehari, dapat dicontohkan seperti dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Per Hari Ibu Nifas Waktu

Makan Bahan Makanan

Bayi 0-6 (bln) Bayi 7-12 (bln) Bayi 13-24 (bln) Pagi Pukul 10.00 Nasi Telur Tempe Sayur kacang Jeruk Susu menyusui Biskuit 150 g 30 50 g 100 g 100 g 25 g 25 g 100 g 30 g 50 g 100 g - 25 g 25 g 100 g 30 g 50 g 100 g - 25 g 25 g

(27)

Tabel 2.1 (Lanjutan) Waktu

Makan Bahan Makanan

Bayi 0-6 (bln) Bayi 7-12 (bln) Bayi 13-24 (bln) Siang Pukul 16.00 Nasi Ikan Tempe Sayur buncis Pepaya biskuit susu menyusui 250 g 50 g 50 g 100 g 100 g 25 g 25 g 250 g 50 g 50 g 100 g 100 g 25 g 25 g 250 g 50 g 50 g 100 g 100 g 25 g 25 g Malam Pukul 21.00 Nasi Daging Tahu

Ca wortel & kol Pisang Roti tawar Susu menyusui 250 g 50 g 100 g 100 g 50 g 40 g 25 g 200 g 25 g 100 g 100 g 50 g 40 g - 200 g 25 g 100 g 100 g -

Ibu menyusui umumnya makan 6 kali sehari sesuai dengan frekuensi menyusui bayi, karena setiap habis menyusui merasa lapar, selain cukup makan, dianjurkan pula banyak minum yang dapat mempengaruhi produksi ASI, misalnya minum air, susu dan jus buah sebanyak mungkin, serta perhatian pola makan dengan baik supaya produksi ASI lancar dalam masa laktasi (Krisnatuti, 2011).

Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, antara lain kacang-kacangan dan biji-bijian (terutama wijen), buah-buahan dan sayuran segar, bayam, singkong, kacang mede, buncis dan jagung muda, teh herbal peningkat persediaan ASI (yang dikenal dengan istilah galactagogues, daun katuk diduga mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks prolaktin atau merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI, fenugreek di indonesia

(28)

bijinya sering disebut kelabat, kelabet atau klabet yang antara lain digunakan sebagai bumbu dapur untuk pembuatan gulai. Fenugreek sangat kaya akan fitoestrogen yang dapat melancarkan produksi ASI (Krisnatuti, 2011).

2.8 Kerangka Teori

Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Adapun produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor spesifik lainnya yang mempengaruhi produksi ASI antara lain : frekuensi menyusui, menyusui sesuai keinginan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur dan paritas, stres dan penyakit akut, konsumsi rokok, konsumsi alkohol dan pil kontrasepsi (Proverawati, 2011). Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu (nutrisi), karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8 – 12 gelas/air (Kristiyanasari, 2011).

(29)

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dibentuk kerangka teori penelitian yang dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI

Sumber : Kristiyanasari, 2011; Tulus, 2011; Kristinatuti, 2011; Sarwono, 2010; Khasanah 2011; Prasetyono, 2011

2.9 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan bagian dari kerangka teori yang ada, mengingat tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dapat dilakukan pengukuran, karena keterbatasan dalam masalah waktu, biaya, tenaga, sehingga yang dipilih adalah variabel-variabel yang benar-benar mempunyai

Masa sebelum Hamil: Anatomi payudra saat lahir dan Pubertas

Karakteristik anak: Refleks mengisap

Masa Saat Hamil: • Anatomi payudara • Perawatan payudara • Kebiasaan makan • Kebiasaan alkohol dan

rokok

LAKTASI

Produksi ASI:

1. Bayi mendapatkan ASI sesuai dengan kebutuhan minimal ≥ 8x dan lamanya ≥ 10 menit.

2. BAK bayi per-24 jam 6-8 kali 3. BAB bayi 2-5 kali

4. Bayi tertidur selama 2-3 jam Masa Nifas:

• Perawatan payudara • IMD

Kebiasaan Makan • kontrasepsi

(30)

hubungan perawatan payudara dan kebiasaan makan dengan produksi kelancaran ASI pada ibu masa nifas berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.

Variabel independen dalam penelitian perawatan payudara dan kebiasaan makan, sedangkan variabel dependen adalah kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas, dapat dilihat dalam Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian. Perawatan payudara diukur mulai dari tindakan melakukan pengurutan pertama sampai ke empat. Serta memakai bra yang longgar yang sesuai dengan ibu menyusui.

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Perawatan Payudara

Kebiasaan Makan

Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Nifas

Gambar

Gambar 2.1  Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI
Gambar 2.2  Kerangka Konsep Penelitian Perawatan Payudara

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil validasi dan uji coba tersebut menunjukkan bahwa video pembelajaran fisika yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi guru dalam

Bahan pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit sebagian besar masuk kedalam kelompok pakan sumber energi seperti pelepah, daun, batang dan serat perasan buah kelompok

TIPS: Anda juga dapat membalik tampilan layar Suunto Ambit2 S Anda dengan terus menekan [View] saat berada dalam mode TIME, mode olahraga, melakukan navigasi, atau menggunakan

Berdasarkan data yang telah di uraikan, dapat dijelaskan bahwa proses Pemberian Hak Atas Tanah Negara mulai dari permohonan masuk hingga terbitnya Surat Keputusan Pemberian Hak

-nteraksi antara faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan

Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya

Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik