• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan di lihat dari sudut pandang ekonomi, pembangunan berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan di lihat dari sudut pandang ekonomi, pembangunan berarti"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Konsep pembangunan di lihat dari sudut pandang ekonomi, pembangunan berarti suatu proses dimana real per capita income dari suatu negara meningkat dalam suatu masa panjang, dan dalam masa yang bersamaan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tidak bertambah, dan distribusi pendapatan tidak semakin senjang. Dari sudut ilmu ilmu sosial, “pembangunan” seringkali diartikan sangat umum, yaitu “perubahan sosiokultural yang direncanakan”( Marzali, 2009 ; 55)

Persoalan pembangunan dan kesejahteraan tentunya bukan hal yang kecil, terlebih lagi persoalan ini bukan hanya sesuatu yang hanya dikembangkan di kota-kota besar. Tetapi hal ini juga dibutuhkan oleh masyarakat desa yang masih berkembang guna memberikan kemandirian untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan memiliki kualitas diri yang baik. Karena masyarakat indonesia baik yang hidup di desa maupun di kota pada dasarnya memiliki kreasi, daya cipta dan daya usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mengikuti derap pembangunan maka desa perlu mendapat perhatian, terlebi lebih dalam mencegah adanya urbanisasi.

Peningkatan perhatian kepada pembangunan di pedesaan adalah wajar jika beranjak pada kenyataan bahwa persoalan dasar pembangunan itu sendiri pada hakekatnya berada di pedesaan (Pasiribu, 1986:142). Pembangunan di pedesaan dikaitkan dengan masalah keterpaduan yang sangat penting artinya bagi pembangunan desa yang harus dilakukakan secara menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan (Sajogyo, 2007:136). Hal ini meliputi

(2)

segala potensi manusia, alam dan teknologinya. Serta mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang ada di desa. Usaha pembangunan desa juga diarahkan kepada menjadikan desa itu bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan yang mantap (Sajogyo, 2007:137)

Kendati demikian, usaha pembangunan desa tidak terlepas dari tujuan pembangunan, sehingga untuk tercapainya tujuan tersebut maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan adalah usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap, dan juga dalam perencanaan pembangunan ini akan terdapat peluasan kesempatan kerja (Tjokromidjojo, 1992:49-50). Maksudnya suatu pembangunan memiliki perencanaan yang bertujuan pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Begitupun dengan pembangunan di pedesaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat desa. Selain itu, pembangunan di pedesaan dapat menanggulangi adanya urbanisasi yang berlebihan, karna di desa telah mendapatkan perluasan kesempatan kerja untuk menampung masuknya golongan usia kerja baru dalam kehidupan ekonomi dengan adanya pembangunan tersebut.

Maka salah satu strategi yang dilakukan pemerintah dalam pembangunan di Pelabuhan Ratu khususnya dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dalam rangka pembangunan PLTU tersebut, pemerintah mensosialisasikan berbagai keunggulan dan kelebihan pembangunan PLTU dalam menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. Seluruh sektor tanpa terkecuali, program pemerintah tersebut.

(3)

Selama ini, jejak strategi pembangunan PLTU itu terlihat dari pembangunan PLTU-PLTU yang ada di Indonesia. Pembanguna PLTU-PLTU sebagai sebuah strategi, memang tidak selalu menyisihkan akibat positif. Seiring kehadiran pembangunan PLTU tersebut juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat setempat.

Pembangunan sejatinya merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total yang memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan penduduk bagi suatu negara. Namun apa yang terjadi bila suatu pembangunan tidak sesuai dengan apa yang masyarakat inginkan bahkan pembangun tersebut malah merugikan masyarakat.Pembangunan PLTU ini membutuhkan dukungan dari masyarakat salah satunya adalah pembebasan lahan. Pembangunan tersebut berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar yang berada dekat lokasi.

Sasaran utama pembangunan adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur serta meningkatkan taraf hidup rakyat. untuk mencapai sasaran tersebut pemerintah membangun PLTU karena ditinjau lebih berpengaruh terhadap semua aspek terutama mata pencaharian.Pada hakikatnya pembangunan PLTU lebih menjanjikan keuntungan. Pembangunan PLTU merupakan proses penambahan tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar batu bara dalam upaya mengoptimalkan aliran listrik di daerah tersebut.

Pembangunan PLTU merupakan strategi pemerintah untuk mengatasi kurangnya tenaga listrik di Sukabumi terkhusus daerah Pelabuhan Ratu dan sekitarnya. PLTU diharapkan dapat berfungsi untuk penyedia listrik di areal industri pelabuhan ratu. Dengan letak yang stategis PLTU di bangun di wilayah pesisisr pantai pelabuhan

(4)

ratu,Karena dalam proses kerja PLTU yaitu mengubah air laut menjadi air tawar dengan metode penyulingan.

Dari proses tersebut banyak menimbulkan berbagai permasalahan terutama masalah dampak yang di akibatkan oleh pembangunan tersebut, diantaranya dampak sosial ekonomi. Karena pembangunan PLTU tersebut akan menimbulkan limbah terhadap laut yang akan menghambat mata pencaharian masyarakat sekitar pesisir pantai yang mayoritas berprofesi nelayan.

Dampak permasalahan inipun mengakibatkan perbedaan pandangan,seakan pembangunan PLTU bukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, melainkan dengan berjalannya pembangunan PLTU jelas akan menimbulkan pro dan kontra rakyat secara berkesinambungan.

Masyarakat yang terkena gusuran memang terdapat pro dan kontra terhadap pembangunan PLTU. Dimana yang pro adalah masyarakat yang jauh dari pesisir pantai dan tidak berprofesi sebagai nelayan sedangkan yang kontra adalah yang takut terkena gusuran dan yang berprofesi sebagai nelayan.

Atas dasar fenomena seperti di atas, dan atas dasar pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan dikembangkan, maka masalahnya akan di teliti dalam bentuk penelitian, dengan judul “Dampak Pembangunan PLTU Terhadap Masyarakat Pesisir Pantai

Pelabuhan Ratu (Study Sosiologi Pembangunan Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)“

(5)

Adapun masalah-masalah yang ditemukan penulis pada observasi awal di masyarakat Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu adalah sebagai berikut :

1. Proses pembangunan PLTU di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi yang menimbulkan pro dan konta.

2. Ada dampak pembangunan PLTU terhadap masyarakat pesisir pantai. 3. Ada respon masyarakat terhadap pembangunan PLTU yang brbeda beda. 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembangunan PLTU di Desa Jayanti,Pelabuhan Ratu?

2. Bagaimana dampak sosial ekonomi pembangunan PLTU terhadap masyarakat pantai Desa Jayanti, Pelabuhan Ratu?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pembangunan PLTU di Desa Jayanti,Pelabuhan Ratu?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pembangunan PLTU di Desa Jayanti,Pelabuhan Ratu.

2. Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dari pembangunan PLTU terhadap masyarakat di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. 3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pembangunan PLTU di Desa

(6)

1.5. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kegunaan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan teoritis

Yaitu untuk kemajuan dibidang pendidikan mengenai sosiologi pembangunan dan sebagai sumbangsih pengetahuan dalam memahami realitas dampak pembangunan PLTU terhadap masyarakat.

2. Kegunaaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi masyarakat dan pemerintah mengenai dampak positif dan negatif pembangunan PLTU terhadap masyarakat sehingga pemerintah setidaknya dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, juga sebagai rujukan para mahasiswa yang membutuhkan data dalam meneliti masalah tersebut.

1.6. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya akan mengalami perubahan. Perubahan dalam masyarakat merupakan suatu proses yang terus menerus, akan tetapi perubahan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama, ada masyarakat yang mengalaminya lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat lainnya, perubahan-perubahan itu akan dapat diketahui apabila dilakukan perbandingan, dengan menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu tertentu dan kemudian membandingkan dengan keadaan masyarakat itu pada masa yang lalu (B. Taneko, 1984 : 133). Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula

(7)

perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas serta adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat (Soekanto, 2006 : 259).

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa: perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis,biologis,ekonomis atau kebudayaan (Soekanto,2006: 263).

Perubahan-perubahan dalam masyarakat merupakan sebuah usaha yang sudah seharusnya dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakatnya sendiri untuk memperbaiki keadaan mereka. Adanya perubahan dalam masyarakat tersebut tentu saja bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan, dinyatakan oleh Soerjono Soekanto (2006:275) :

1. Faktor internal, terjadinya pertambahan atau penyusutan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru atau teknologi, konflik atau pemberontakan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.

2. Faktor eksternal, terjadi peristiwa-peristiwa fisik atau bencana alam, kontak dengan atau pengaruh dari kebudayaan lain.

Perubahan yang dmaksud dalam penelitian ini yang diakibatkan oleh pembangunan PLTU Desa Jayanti Pelabuhan Ratu. Diantaranya berubahnya sistem mata pencaharian, kesempatan kerja dan berusaha, perubahan tingkat pendapatan, perubahan pola pemilikan SDA, perubahan pola hidup, konflik sosial dan sikap perspektif negatif masyarakat.

(8)

Durkheim pernah mengatakan dengan perspektif struktural fungsional bahwa struktur yang pertama kali berubah adalah struktur penduduk. Perubahan ini akan memberikan efek terhadap perubahan-perubahan yang lain. Pada awalnya memang selalu bertolak dari kondisi yang seimbang. Tetapi proses waktu yang berkembang menjadikan populasi jumlah penduduk meningkat pesat dan ini akan menjadikan kondisi yang tidak seimbang. Seperti hal nya dalam pembangunan PLTU Desa Jayanti kecamatan Pelabuhan Ratu kabupaten Sukabumi, terjadinya perubahan sosial akan terlihat ketika proses perelokasian mulai berjalan. Pada saat pemindahan penduduk tersebut dalam satu wilayah, maka wilayah yang mereka tempati akan semakin padat. Wilayah yang terkena dampak dari pembangunan ini merupakan wilayah pedesaan, dimana apabila mereka direlokasikan disuatu tempat, maka besar kemungkinan penduduk yang lain akan menempati wilayah tersebut. Karena mereka lebih senang hidup berdekatan atau berkelompok dengan yang mereka kenal, dari pada harus beradaptasi lagi dengan penduduk yang baru mereka kenal.

Sementara itu, di lain pihak terdapat suatu pandangan lebih minoritas yang berangkat dari asumsi bahwa kata pembangunan itu sendiri adalah sebuah discourse, suatu pendirian, atau suatu paham, bahkan merupakan suatu ideologi dan teori tertentu tentang perubahan sosial. Dalam pandangan yang disebut terakhir ini konsep pembangunan sendiri bukanlah kata yang bersifat netral, melainkan suatu aliran dan keyakinan ideologis dan teoritis serta praktik mengenai perubahan sosial. Dengan demikian, dalam pengertian yang kedua ini pembangunan tidak diartikan sebagai kata benda belaka, tetapi sebagai aliran dari suatu teori perubahan sosial. Bersamaaan dengan teori pembangunan terdapat teori-teori perubahan sosial lainnya seperti sosialisme, depedensia, ataupun teori

(9)

lain. Oleh karena itulah banyak orang yang menamakan teori pembangunan sebagai pembangunanisme (developmentalism). Dengan demikian pengertian seperti itu menolak teori-teori, seperti teori pembangunan berbasis rakyat, atau teori integratedtural development, atau bahkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan merupakan alternatif dari pembangunanisme, melainkan variasi-variasi lain dari ideologi pembangunanisme. (Fakih, 2011: 10-11).

Dengan adanya perubahan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat akibat pembangunan PLTU di Desa Jayanti Pelabuhan Ratu maka akan menimbulkan konflik. Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru pada pembentukkan kelas sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf hubungan-hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.

Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan diantara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan kelompok mungkin paling mudah dianalisis bila dilihat sebagai pertentangan mengenai legitimasi hubungan-hubungan kekuasaan (Paul Johnson, 1986 : 185).

Kegiatan pembangunan PLTU Desa Jayanti Pelabuhan Ratu ini berpotensi menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horizontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara tujuan yang ingin dicapai masyarakat dengan kebijakan

(10)

pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Konflik horizontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra dimasyarakat terhadap rencana kegiatan.

Seperti apa yang telah dkatakan Dahrendorf, dalam pembangunan PLTU Desa Jayanti Pelabuhan Ratu terdapat dua kelas sosial dimana yang berkuasa itu adalah pihak pemerintah dan pihak pembangunan PLTU tersebut, dan yang dikuasai adalah pihak masyarakat yang terkena relokasi dan akan menerima dampak-dampak yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut.

Pembangunan PLTU yang dilaksanakan di Desa Jayanti Pelabuhan Ratu secara geografis sangat berdekatan dengan pesisir pantai, sedangkan Desa yang berdekatan dengan pantai tersebut terkontruksi dalam keterpencilan ekonomi maupun sosial dibalik ketertinggalan atas arus utama perubahan dan peradaban. Dan permasalahan inilah yang menjadi tolak ukur masyarakat untuk kontra terhadap pembangun PLTU, karena akan ada dampak signifikan terhadap masyarakat yang diakibatkan oleh pembangunan PLTU tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar kerangka konseptual sebagai berikut

(11)

Gambar 1.1 Skema Konseptual PERUBAHAN SOSIAL MODERNISASI KONFLIK PEMBANGUNAN PLTU DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (EEKM) terhadap perubahan makroskopik, mikroskopik dan tampilan immunohistokimia antioksidan endogen

Fasilitas dan peralatan praktik klinik untuk kegiatan pelaksanaan bagi peserta didik praktik klinik di RSUD Kabupaten Sumedang disesuaikan dengan kebutuhan standar alat-alat

Langkah awal dari pengujian ini adalah mendapatkan akurasi berdasarkan hasil keluaran sistem dibandingkan dengan berat badan konvensional objek pada jarak 470 cm dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan beberapa galur calon varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, tahan rendaman, berpenampilan baik, umur genjah-sedang,

Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum No 19 Tahun 2017

Permasalahan yang ada yaitu petugas parkir yang bertugas di tempat itu hanya memberikan karcis kepada pemilik atau pengemudi kendaraan bermotor kalau meminta karcis tersebut

Konsep Design for Manufacture and Assembly (DFMA) terdiri dari dua konsep, yaitu konsep DFM (Design for Manufacture) dan DFA (Design for Assembly). Konsep DFMA