• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN DEDAK PADI FERMENTASI DENGAN MIKROORGANISME LOKAL PADA RANSUM TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BURUNG PUYUH (cortunix-cortunix japonica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN DEDAK PADI FERMENTASI DENGAN MIKROORGANISME LOKAL PADA RANSUM TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BURUNG PUYUH (cortunix-cortunix japonica)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN DEDAK PADI FERMENTASI DENGAN MIKROORGANISME

LOKAL PADA RANSUM TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN

PERTAMBAHAN BERAT BADAN BURUNG

PUYUH (

cortunix-cortunix japonica

)

SKRIPSI

OLEH

MUH. IRFAN S.

I 111 12 332

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

PEMBERIAN DEDAK PADI FERMENTASI DENGAN MIKROORGANISME

LOKAL PADA RANSUM TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN

PERTAMBAHAN BERAT BADAN BURUNG

PUYUH (

cortunix-cortunix japonica

)

SKRIPSI

OLEH

MUH. IRFAN S.

I 111 12 332

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Produksi dan Karakteristik Hidroksiapatit Tulang Broiler pada Suhu Pembakaran Berbeda. Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini utamanya : 1.. Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, MS. sebagai pembimbing utama dan ibu Dr.

A. Mujnisa, S.Pt, M.P. selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, MS., ibu Dr. Rinduwati, S.Pt.,M.P. dan bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc. yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.

3. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Ibu Wakil Dekan I Prof. Dr. drh. Ratmawati Malaka, M.Sc dan Ibu Wakil Dekan II Dr. Ir. Hastang, M.Si serta Bapak Wakil Dekan III Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si .

4. Ibu Dr. st. Nurani Sirajuddin, S.Pt, MP. selaku penasehat akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama kuliah di Fakultas Peternakan dan Pegawai Fakultas Peternakan terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini dan dukungan kepada penulis serta telah menjadi wadah bagi penulis untuk belajar.

(6)

6. Kedua orang tua, ayahanda Suradi N. dan ibunda Kartini atas segala doa, motivasi, pengetahuan dan dukungan serta kasih sayang yang tak terbatas untuk penulis

7. Kepada adinda Atirah terima kasih telah setia menemani dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan studi

8.Sahabat-sahabatku Saipul jamal, Anto, sule, Akmal, Amir, ajir, Suryo w. anton, Ruslan dan sahabat-sahabatku yang tidak sempat disebutkan satu persatu terimakasih telah setia mendukung penulis.

9.Teman satu tim penelitian Bambang setiawan, Mursalim, zhazhadila, zuhal Natsir, Abdan Syukur terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama penelitian.

10.Untuk teman angkatanku Flock Mentality 2012 terima kasih untuk kebersamaan selama ini, semoga kita sukses sama-sama

12.Teman-teman HUMANIKA, PMB- UH Latenritatta, Senat mahasiswa Peternakan yang selalu memberikan motivasi kan, terima kasih atas dukungan dan kerja samanya.

13. sahabat – sahabatku alumni SPP SNAKMA RAPPANG, Wandi, Nahar, Fajrul, Irwan, Udin, dan yang lain tidak sempat disebutkan satu persatu, terimkasih atas dukungan dan motivasinya

Makassar, November 2017

(7)

ABSTRAK

Muhammad Irfan S. I11112332. Pemberian Dedak Fermentasi Dengan Microorganisme Lokal Dalam Ransum Terhadap Konsumsi Energi dan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) . Pembimbing Utama Zain Mide dan Pembimbing Anggota A. Mujnisa.

Penggunaan dedak padi sebagai pakan masih terdapat kendala yaitu kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga perlu perhatian dalam pencampuran dedak padi kedalam ransum agar tidak menekan pertumbuhan. Untuk meningkatkan pemanfaatan dedak padi yang optimal dalam ransum puyuh adalah dengan melakukan fermentasi. Mikroorganisme yang dapat di gunakan dalam fermentasi adalah dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dedak padi yang difermentasi dengan MOL dalam ransum puyuh (coturnix-coturnix japonica) terhadap konsumsi energi dan pertambahan berat badan burung puyuh. Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap 5×4 terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan sebagai berikut : 1. Ransum kontrol (tanpa dedak fermentasi), 2 Ransum dengan dedak fermentasi 5%, 3. Ransum dengan dedak fermentasi 10 %, 4. Ransum dengan dedak fermentasi 15 %, 5. Ransum dengan dedak fermentasi 20 %. Hasil penelitain ini adalah pemberian dedak fermentasi hingga level 20% dalam ransum puyuh mempunyai hasil terbaik ditandai dengan adanya konsumsi energi metabolisme dan pertambahan berat badan yang terbaik.

Kata kunci : Dedak fermentasi, micro organisme lokal, burung puyuh, konsumsi energi, pertambahan berat badan.

(8)

ABSTRACT

Muhammad Irfan S. I11112332. Fermentation Chest Giving With Local MicroOrganisme In Rations Against the Energy Consumption and Weight Growing Quail Weight (Coturnix-Coturnix Japonica) Main Adviser Zain Mide and Advisory Member A. Mujnisa.

Using rice bran as a food, there are still obstacles, such as the raw fiber content is high enough and the presence of phytate compounds that can bind minerals and proteins that require attention in the mix rice bran in the rations not to suppress growth. To improve the optimal use of rice bran in the quail ration, it is necessary to proceed with the fermentation. The microorganisms that can be used in fermentation is to use local microorganisms (MOL) The purpose of this study was to determine the effect of fermented rice bran with MOL in the quail diet (Coturnix-Coturnix japonica) on energy consumption and weight gain quails. The study was designed on the basis of a fully randomized 5 × 4 design consisting of 5 treatments and 4 replications. Regarding the treatment as follows: 1. Control of the ration (without fermentation of sound), 2 Rations with its fermented 5%, 3. Rations with its fermented at 10%, 4. Rations with 15% of its fermented , fermentation of its 5. Rations with 20%. The results of this research is the supply of its fermented at the level of 20% ruyum quail has the best results characterized by energy metabolism consumption and weight gain is the best.

Key words: fermentation beverage, local microorganism, quail, energy consumption, weight gain,

(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ternak Puyuh ... 4

Dedak Padi ... 7

Fermentasi ... 8

Pengaruh Fermentasi Terhadap Energi Metabolisme Pakan ... 10

Microorganisme Lokal ... 11

Energi Metabolisme ... 12

Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh ... 14

Hipotesis ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 17

Materi Penelitian ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian... 19

Parameter yang Diukur ... 21

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Energi Metabolisme ... 22

Pertambahan Berat Badan ... 23

PENUTUP Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

(10)

v

DAFTAR TABEL No.

Teks

1. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 6

2. Jumlah Ransum yang diberikan Menurut Umur Burung Puyuh ... 7

3. Kandungan Nutrisi Setiap Jenis Bahan Pakan ... 18

4. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian ... 18

5. Rata – Rata Konsumsi Energi Metabolisme dan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh Dengan Pemberian Dedak Fermentasi Dengan Persentase Yang Berbeda ... 22

(11)

vi DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

(12)

vii DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil Perhitungan Analisis Sidik Ragam Dari Konsumsi Energi Dan

Pertambahan Berat Badan Perekor Perhari ... 29 2. dokumentasi Penelitian ... 32

(13)

1

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein hewani terus meningkat, Salah satu ternak yang cukup banyak dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah ternak puyuh. Puyuh merupakan unggas yang tujuan utama diternakkan sebagai petelur dan pedaging. Berdasarkan data dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015), populasi puyuh di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 12.903.759 ekor. Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifat dwiguna. Burung puyuh terus dikembangkan keseluruh penjuru dunia, sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979 (Progressio,2003).

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan produksi ternak, karena itu pakan yang diberikan pada ternak harus mempunyai kualitas yang baik dan nilai gizi yang lengkap. Namun karena tingginya harga pakan sehingga menjadi biaya produksi dalam proses pembiayaan yang mencapai 70%. Jadi dibutuhkan langkah-langkah yang efektif dalam mengefisienkan aspek pembiayaan dengan memanfaatkan bahan pakan yang dapat dijadikan pakan tambahan dengan kualitas yang baik. Bahan pakan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak puyuh salah satunya adalah dedak padi.

Dedak merupakan hasil sampingan pemisahan gabah dan sekam. Menurut Utami (2011) kandungan zat makanan dedak padi yakni bahan kering 88,93%, protein kasar 12,39%, serat kasar 12,59%, kalsium 0,09% dan posfor 1,07%. Penggunaan dedak padi sebagai pakan masih terdapat kendala yaitu kandungan

(14)

2

serat kasarnya yang cukup tinggi dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga perlu perhatian dalam pencampuran dedak padi kedalam ransum agar tidak menekan pertumbuhan. Untuk meningkatkan pemanfaatan dedak padi yang optimal dalam ransum puyuh adalah dengan melakukan fermentasi.

Teknologi fermentasi merupakan suatu cara yang dapat memperbaiki nilai gizi pakan menjadi pakan yang berkualitas baik karena rasa, aroma, tekstur, daya cerna dan daya simpannya lebih baik dari bahan asalnya (Fardiaz, 1999). Mikroorganisme yang dapat di gunakan dalam fermentasi adalah dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) yang dapat menurunkan kandungan serat kasar dan peningkatan protein kasar yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan pertambahan berat badan burung puyuh.

(15)

3 Rumusan Masalah

Kandungan serat kasar yang terkandung pada dedak padi merupakan kendala untuk penggunaan dalam ransum unggas terutama burung puyuh, oleh karena itu salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meminimalkan masalah tersebut adalah fermentasi dedak padi. Salah satu sumber mikroba yang dapat digunakan dalam proses fermentasi adalah MOL, namun belum diketahui bagaimana pengaruh dedak fermentasi dengan MOL terhadap konsumsi energi dan pertambahan berat badan burung puyuh.

Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dedak padi yang difermentasi dengan MOL dalam ransum puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)

terhadap konsumsi energi dan pertambahan berat badan burung puyuh.

Kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi kepada masyarakat khususnya peternak dalam memanfaatkan dedak yang difermentasi dengan MOL dalam ransum burung puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Ternak Puyuh

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burungliar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Burungpuyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail, Colinus Virgianus sedangkan di China disebut dengan Blue Breasted Quail, CoturnixChinensis (Tetty, 2002). Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negaraeropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifatdwiguna. Burung puyuh terus dikembangkan keseluruh penjuru dunia, sedangkan diIndonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979 (Progressio, 2003).

Ternak Puyuh termasuk ternak dengan produktivitas yang tinggi. Singkatnya siklus hidup puyuh menyebabkan unggas ini cepat berproduksi, yaitu saat berumur 35-42 hari sudah mulai bertelur. Berarti sejak permulaan investasi sampai pemungutan hasilnya berlangsung dalam waktusingkat. Keadaan ini menimbulkan semangat bagi peternak dibandingkan denganayam ras atau ayam kampung. (Topan. 2007).

Lebih lanjut diungkapkan oleh Yusdja (2005) bahwa telur puyuhsangat potensial untuk dikembangkan terlebih karena konsumsi telur puyuh sudahmulai menyebar di seluruh kota-kota menengah dan kota besar di Pulau Jawa, telur puyuh dapat ditemukan di pasar tradisional sampai pada pasar modern.Konsumsi telur puyuh juga banyak diperkenalkan oleh industri makanan rumahtangga.

(17)

5

Menurut Rahman (2012) bahwa kandungan protein dan lemak telur burung puyuh cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kemampuan tumbuh dan berkembang biak puyuh sangat cepat, dalam waktu sekitar 42 hari puyuh telah mampu berproduksi dan dalam waktu satu tahun dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan. Dalam setahun puyuh mampu menghasilkan 250 – 300 butir telur. Konsumsi pakan puyuh relatif sedikit (sekitar 20 gram per ekor per hari). Hal ini sangat menguntungkan peternak karena dapat menghemat biaya pakan (Listiyowati dkk, 2009).

Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, mencapai dewasa kelamin dalam waktu singkat, sekitar 6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16-17 hari (Tetty, 2002)

Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan burung puyuh terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan fase grower (umur 3-5 minggu). Perbedaan fase ini beresiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan kebutuhannya. Anak burung puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 27% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar proteinnya dikurangi menjadi 20% protein dan 2.600 kkal/kg energi metabolis. Sementara kebutuhan protein untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20% (Widodo dkk, 2013).

(18)

6

Klasifikasi burung puyuh menurut Topan (2007) adalah sebagai berikut : Kelas : Aves ( Bangsa Burung)

Ordo : Galiformes Sub Ordo : Phasianoidae Famili : Phasianidae Sub Famili : Phasianinae Genus : Coturnix

Spesies : Coturnix-coturnix Japonica.

Kebutuhan nutrisi burung puyuh dan jumlah ransum yang diberikan dapat dilihat pada Tabel.1 dan 2

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Nutrisi Starter dan Grower Bibit Energi Metabolis (kcal/kg)

Protein (%) Lysine (%) Methionine + Cystine (%) Glysine + Serine (%) Calsium (%) Vitamin A (I.U) Vitamin D (I.C.U) Riboflavin (mg) Pantothenic Acid (mg) Niacin (mg) Choline (mg) AsamLinoleat (%) Chlorine (%) Phosphor (%) Sodium (%) Iodium (mg) Magnesium (mg) Mangan (mg) Zinc (mg) 2800 27 1,4 0,9 1,6 0,65 3000 900 3,8 12,6 31 1500 1,0 0,11 0,61 0,085 0,30 600 90 50 2800 24 0,7 0,6 0,9 2,3 3000 900 4,0 15 20 1000 1,0 0,15 1 0,15 0,30 400 70 50 Sumber: National Research Council. (1994)

(19)

7 Tabel 2. Jumlah Ransum yang diberikan Per hari Menurut Umur Burung

Puyuh

Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan perekor perhari 1 hari -1 minggu 2 1 minggu – 2 minggu 4 2 minggu – 4 minggu 8 4 minggu – 5 minggu 13 5 minggu – 6 minggu 15 diatas 6 minggu 17-19 Sumber : Listiyowati dan Kinanti (2005).

Dedak Padi

Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Protein pada dedak padi mempunyai nilai nutrisi yang cukup baik, karena banyak mengandung asam amino esensial. Kandungan lemak dedak padi berkisar antara 10 – 30% tergantung dari jenis dedak dan cara pemeprosesannya, sedangkan dari sejumlah itu kandungan asam lemak tidak jenuhnya mencapai 75 – 80% dan kandungan karbohidrat dedak padi adalah 40 – 49% (Rasyaf, 2002). Menurut Murni et al.,(2008) bahwa protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12%. Selain itu, dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Untuk menurunkan kadar serat kasarnya dapat dilakukan dengan fermentasi.

Dedak padi yang difermentasi akan mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme yang ditambahkan pada saat fermentasi dapat memecah komponen yang lebih komplek menjadi senyawa yang lebih

(20)

8

sederhana sehingga lebih mudah dicerna. Fermentasi akan merombak struktur jaringan dinding sel, memutus ikatan lignoselulosa dan menurunkan kadar lignin (Rasyaf, 2002).

Bidura dkk, (2012) menyatakan bahwa penggunaan dedak padi terfermentasi sampai 10% ternyata tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum dan prosentase karkas itik, tetapi dapat meningkatkan pertambahan berat badan, karkas, efisiensi penggunaan ransum dan menurunkan presentase lemak abdomen. Sumiati (2006) menambahkan bahwa dedak padi mengandung asam fitat 6,9 %, tingginya kandungan fitat ini akan berpengaruh buruk terhadap penyerapan zat makanan.

Fermentasi

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Selain itu juga untuk menurunkan zat anti nutrisi. Dari fermentasi ini dihasilkan asam laktat yang akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman sehingga dapat secara otomatis berperan pada saat fermentasi, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang sempuma (Ridwan et al., 2005).

Hanafi (2004), menyatakan bahwa prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dihasilkan sesuatu yang bermanfaat dan proses fermentasi yang pada prinsipnya

(21)

9

memanfaatkan sejumlah bakteri anaerob (bakteri asam laktat) utuk memproduksi asam laktat sehingga dalam waktu yang singkat pH mendekati 3,8-4,2.

Fermentasi merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Fermentasi sebagai suatu proses dimana komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolism mikroba. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan pakan (Fardiaz, 1992).

Fermentasi merupakan suatu proses dimana komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolism mikroba. (Suprihatin,.2010) menyatakan bahwa untuk hidup semua mikroorganisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah metabolisme tipe aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi yang dihasilkan, tetapi hanya sejumlah kecil energi, karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan. Zat-zat produk akhir

(22)

10

ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan etanol, serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester dari alkohol tersebut. Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya oksigen sering dikenal sebagai fermentasi.

Pengaruh Fermentasi Terhadap Energi Metabolisme Pakan

Teknologi fermentasi banyak digunakan untuk peningkatan nilai gizi suatu limbah, Salah satu teknologi yang dikembangkan Balitnak adalah teknologi fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme. Jasad renik tersebut dapat berkembang dalam kondisi tertentu dan mengubah komposisi kimia limbah menjadi lebih baik. Pada proses fermentasi akan menghasilkan enzim amilolitik, proteolitik, dan lipolitik yang menjadikan zat makanan limbah lebih baik. Selain itu, juga sellulase yang bisa menurunkan kandungan seratnya. Serat yang dipecah akan menjadi karbohidrat sederhana sehingga meningkatkan energi yang bisa dimetabolisme oleh ternak.

Wahju (1997) mengemukakan bahwa satu gram kalori adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram air 10oC dari 14,5-15,50∘C. Satu kilokalori adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kilogram air 10oC (14,5-15,50∘C). Energi yang terdapat dalam bahan makanan merupakan nilai energi kimia yang dapat diukur dengan merubahnya kedalam energi panas. Panas ini timbul sebagai akibat terbakarnya zat-zat organik

dalam bahan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang merupakan zat-zat organik dalam bahan makanan.

Suatu cara untuk mengestimasi nilai energi produk fermentasi adalah dengan menentukan nilai energi metabolis. Nilai energi metabolis adalah satuan energi yang digunakan dalam pengukuran bahan pakan atau ransum dan praktis

(23)

11

dalam aplikasi terutama untuk penyusunan ransum ternak unggas. Pengukuran energi ini tersedia untuk semua kebutuhan termasuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan, dan produksi telur sehingga energi metabolis dapat digunakan sepenuhnya untuk berbagai proses metabolik dalam tubuh Wahju,(1997).

Microorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer. Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, sebagai sumber energi, air kelapa dan urin sapi sebagai sumber mikroorganisme. Larutan MOL yang telah mengalami proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Purwasasmita dan Kurnia,(2009), larutan MOL merupakan larutan hasil fermentasi dengan bahan baku berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti nasi, daun gamal, keong mas, bonggol pisang, air kencing, limbah buah-buahan, limbah sayuran dan lain-lain.

Microorganisme lokal bermanfaat untuk mempercepat proses penghancuran bahan-bahan organik. Selain digunakan untuk starter MOL juga dapat digunakan sebagai pestsida nabati.Waktu fermentasi MOL berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL dengan yang lainnya. Waktu fermentasi ini berhubungan dengan

(24)

12

ketersediaan makanan yang digunakan sebagai sumber energi dan metabolisme dari mikrobia di dalamnya. Waktu fermentasi bonggol pisang oleh MOL yang paling optimal pada fermentasi hari ke-7 dan hari ke-14. Mikrobia pada MOL cenderung menurun setelah hari ke-7. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan makanan dalam MOL.

Energi Metabolisme

Energi merupakan bahan bakar bagi pengendali suhu badan, pergerakan badan, pencernaan dan penggunaan makanan. Selain itu energi juga mempengaruhi proses fisiologis hewan seperti kerja, pernapasan, peredaran darah, penyerapan, ekskresi, urat saraf dan hormon (Anggorodi, 1994). Menurut Parakkasi (1990) energi merupakan komponen yang dibutuhkan dalam proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak. Kemampuan suatu bahan makanan dalam menyediakan energi memegang peran penting dalam menentukan nilai gizi bahan pakan. Energi bahan pakan atau ransum diserap oleh tubuh puyuh, tetapi energi bahan yang tidak dapat digunakan oleh tubuh puyuh akan dibuang melalui feses dan urin.

Energi metabolis pada burung puyuh dapat diketahui dengan menggunakan cara dimana energi bruto bahan pakan atau ransum yang dikurangi energi bruto feses, urin dan gas yang dihasilkan selama proses pencernaan, tetapi pada unggas energi metabolis merupakan energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi dengan energi bruto ekskreta karena feses dan urin pada unggas menyatu (NRC, 1994). Menurut Wahju (1997) nilai energi metabolis dari bahan makanan penggunaannya paling aplikatif dalam ilmu nutrisi ternak unggas karena pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan, termasuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi telur.

(25)

13

Konsumsi energi didefinisikan sebagai jumlah energi yang tersedia dalam suatu bahan pakan yang masuk ke dalam sistem pencernaan (Wahju, 1997). Kebutuhan energi sangat bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti umur, ukuran tubuh, status fisologis, temperatur lingkungan dan kandungan serat dalam ransum (NRC, 1994). Energi metabolis dinyatakan dalam energi metabolis semu/EMS (Apparent metabolizable Energi/AME) dan energi metabolis murni/EMM (True Metabolizable Energi/TME). Nilai AME dan TME tersebut sangat tergantung pada energi bruto yang dikonsumsi dan energi bruto yang diekskresikan melalui ekskreta.

Menurut Ensminger (1991) tidak semua energi yang terkandung dalam ransum dapat dipergunakan oleh ternak, sebagian akan terbuang melalui feses dan urin. Ketersediaan energi tergantung pada jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme. Energi tercerna (digestible energi/DE) merupakan selisih antara energi bruto (gross energi) makanan dengan energi yang dikeluarkan tubuh melalui feses, dimana sebenarnya bukan jumlah energi yang diserap melalui tubuh namun energi tersebut hilang berupa gas metan, CO2 dan panas jadi masih merupakan energi tercerna semu. Berbeda dengan energi metabolis semu pada energi metabolis murni nilainya dipengaruhi oleh energi endogenus.

Menurut McDonald et al. (2002) dalam penentuan energi metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah nitrogen yang diretensi, karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dari protein pakan sangat bervariasi. Perubahan dalam tingkat protein ransum yang diberikan pada unggas dapat menyebabkan perbedaan jumlah protein yang diretensi sehingga menghasilkan perbedaan dalam nilai energi metabolis. Menurut Hill dan Anderson dalam NRC(1994) bahwa nitrogen yang

(26)

14

tidak diretensi akan berubah menjadi asam urat, maka setiap gram nitrogen yang diretensi unggas setara dengan 8,22 kkal. Nilai retensi nitrogen yang berbeda dipengaruhi oleh umur dan spesies.

Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh

Faktor yang terpenting dalam pemeliharaan puyuh adalah pakan, sebab 80% biaya yang dikeluarkan peternak digunakan untuk pembelian pakan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan harus terdapat dalam pakan, kekurangan salah satu zat gizi yang diperlukan akan memberikan dampak buruk (Listyowati dan Kinanti, 2005).

Hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh, memenuhi kebutuhannya akan energi aktifitas mekanik untuk gerak otot, dan sintesis jaringan-jaringan baru (Tillman et all., 1998). Pembentukan jaringan-jaringan baru tersebut menyebabkan pertambahan bobot, bentuk dan komposisi tubuh sehingga terjadi proses pertumbuhan ( Lawrie, 1994).

Pertumbuhan mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan berupa protein seperti otot, tulang, jantung, otak dan jaringan-jaringan tubuh lainnya. Bagian dari tubuh hewan tumbuh dengan cara yang teratur, meskipun tumbuh dengan teratur, tubuh tidak tumbuh sebagai suatu kesatuan, karena berbagai jaringan tumbuh dengan laju yang berbeda dari lahir sampai dewasa (Anggorodi, 1994). Adapun pertumbuhan mempunyai tahap yang berbeda-beda bergantung usia dan jenis organ. Pertumbuhan tiap organ berbeda satu sama lain.

Hipotesis

Diduga bahwa dedak yang difermentasi dengan menggunakan MOL dalam ransum puyuh dapat meningkatkan komsumsi energi dan pertambahan berat badan burung puyuh.

(27)

15 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - September 2017 di Laboratorium Industri dan Teknologi Pengolahan Pakan dan Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan kandang, neraca analitik dan kandang burung puyuh.

Bahan utama penelitian ini terdiri atas dedak padi, mikro organisme lokal, puyuh Day Old Quail (DOQ) unseks sebanyak 80 ekor, jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung kedelai, dan premix.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan (Setiap ulangan terdiri atas 4 ekor DOQ sehingga dibutuhkan 80 ekor puyuh DOQ). Perlakuan terdiri dari :

P0 : Ransum kontrol (tanpa dedak fermentasi) P1 : Ransum mengandung dedak fermentasi 5% P2 : Ransum mengandung dedak fermentasi 10% P3 : Ransum mengandung dedak fermentasi 15% P4 : Ransum mengandung dedak fermentasi 20%

Ransum yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari jagung kuning, dedak padi fermentasi, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai dan tepung ikan. kandungan protein kasar pakan yang digunakan berkisar antara 23%, serta energi metabolismenya berkisar antara 2800 – 3000 kkal/kg. Setiap perlakuan

(28)

16

diulang empat kali dan setiap ulangan terdiri atas empat ekor puyuh DOQ. Kandungan nutrisi setiap jenis bahan pakan, komposisi dan kandungan nutrisi ransum penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Setiap Jenis Bahan Pakan

BahanPakan KandunganNutrisiPakan Energi Metabolisme (kkal/kg) Protein Kasar Lemak Kasar Serat

Kasar Calsium Posfor JagungKuning (%)* 3350 8 3,8 2,2 0,02 0,28 Dedak Fermentasi (%)*** 3939 12,80 16,99 6,33 - - Dedak Padi (%)* 2980 12,9 13 11,4 0,07 0,22 BungkilKelapa (%)** 1540 20,9 6,7 12 0,20 0,20 TepungIkan (%)* 2730 55 7,72 2,2 5 2,5 Bungkil Kedelai (%)** 2290 48 0,51 0,41 0,41 0,67 Sumber : *Nasional Research Council 1994, **Murtidjo 1989, ***Hasil Analisis

Proximat Laboratorium Kimia Makanan Ternak Unhas. Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian

Bahan pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 Jagung (%) 45 46 45 45 45 Tepung Ikan (%) 10 10 10 10 10 Bungkil Kelapa (%) 5 4 5 5 5 Bungkil Kedelai (%) 20 20 20 20 20 Dedak Padi (%) 20 15 10 5 - Dedak Padi Fermentasi (%) - 5 10 15 20

Total 100 100 100 100 100 Premeix (%) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 Nutrisi Ransum Protein Kasar(%) 21,77 21,92 22,22 22,55 22,84 Serat Kasar(%) 4,38 3,81 3,67 3,55 3,15 Lemak Kasar(%) 6,30 5,61 5,50 4,86 4,96 Energi Metebolisme(Kkal) 3129 3086 3097 3042 3014 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak (2017)

Keterangan : P0 : Ransum kontrol (tanpa dedak fermentasi) P1 : Ransum mengandung dedak fermentasi 5% P2 : Ransum mengandung dedak fermentasi 10% P3 : Ransum mengandung dedak fermentasi 15% P4 : Ransum mengandung dedak fermentasi 20%

(29)

17 Pelaksanaan Penelitian

a) Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Proses pembuatan mikroorganisme lokal dengan menggunakan limbah pepaya sebanyak 3 kg, air kelapa 3 liter dan gula aren 300 g. kemudian semua limbah buah-buahan diblender secara bersamaan dan ditambahkan gula aren yang sudah dihaluskan sebanyak 300 g dan ditambahkan dengan air kelapa sebanyak 3 liter. Bahan yang tercampur rata dimasukkan kedalam wadah jerigen (2/3) tidak sampai penuh agar terdapat rongga untuk udara dan ditutup rapat lalu disimpan (fermentasi) selama10-15 hari.

b) Pemeliharaan Puyuh

Pemeliharaan ternak dilakukan selama 30 hari. 80 ekor burung puyuh ditempatkan dalam kandang dengan kepadatan empat ekor tiap petak. 20 petak kandang yang digunakan terdiri dari lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang empat kali. Pengambilan data konsumsi dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan, dengan menimbang sisa pakan yang diberi, dan pengambilan sampel tiap perlakuan dilakukan pada awal penelitian. Pakan yang diberikan diambil 25 gram untuk dilakukan analisis di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Untuk kebutuhan analisis kadar gross energi dan energi metabolis ransum yang disubtitusi dedak fermentasi dengan microorganisme lokal. Adapun untuk pertambahan berat badan dilakukan penimbangan setiap minggu.

(30)

18

c) Fermentasi dedak padi dengan MOL

Molasses 3%, air 25%, dan microorganisme local sesuai perlakuan ( volume/berat) kemudian diencerkan secara merata, dan dicampurkan dengan dedak padi yang diaduk sampai merata dalam baskom, lalu simpan dalam polybag kedap udara selama 6 hari

Proses Pembuatan Dedak Padi Fermentasi

d)

Gambar 1. Bagan pembuatan dedak padi fermentasi e) KandangPercobaan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang jenis batterai untuk ayam petelur yang dimodifikasi, dimana kandang batterai ini dilapisi jaring kawat agar burung puyuh nantinya tidak terbang keluar kandang. Panjang kandang yang digunakan berkisar 45 cm, tinggi 40 cm, dan lebar 46 cm sebanyak 20 petak dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum serta lampu pijar 40 wat. Tiap petak kandang akan diisi burung puyuh DOQ sebanyak 4 ekor dengan berat ± 7 gram perekor yang diperoleh dari peternakan CV Bittara Wanua, Kelurahan Laikang, Kecamatan Biringkanayya, Kota Makassar.

Fermentasi 6 Hari

Molases 3% + Air 25% + MOL 4% dari total berat dedak padi

DedakPadi

Mixing Pengukuran pH

(31)

19

Parameter yang diukur pada penelitian adalah konsumsi energi (EM) dan pertambahan berat badan.

a). konsumsi energi dapat dihitung menggunakan rumus : konsumsi energi : 𝐾𝐵𝐾 𝐸𝑀 − 𝐵𝐾𝑆 (𝐸𝑀)

keterangan : 𝐾𝐵𝐾 = konsumsi bahan kering

𝐵𝐾𝑆 = bahan kering sisa

𝐸𝑀 = energi metabolis

b). Pengukuran Energi Metabolisme (EM) secara matematis dengan menggunakan data proximat dan dihitung menurut rumus Balton (Siswohardjono, 1982). :

EM = 40,81 [0,87 (PK + 2,25 LK + BETN) ] Keterangan: EM = Energi Metabolis (kkal/kg)

PK = Protein Kasar (%) LK = Lemak Kasar (%)

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) c). Pertambahan berat badan dapat diukur menggunakan rumus :

Pertambahan berat badan = 𝐵𝐵 𝐴𝑊−𝐵𝐵 𝑎𝑘 ℎ𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 (ℎ𝑟) Keterangan : 𝐵𝐵 𝐴𝑊 = berat badan awal

𝐵𝐵 𝑎𝑘ℎ = berat badan akhir

Pengolahan Data

Data diambil dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.

Model matematikanya sebagai berikut (Gasperz, 1991) : Yij = µ + T i + ɛ ij

(32)

20

Keterangan : Yij = nilai pengamatan dari perlakuan pada penggunaan sumber protein ke-i dengan ulangan ke-j ( j = 1,2,3,4.. )

µ = nilai rata-rata umum

T i = pengaruh perlakuan ke- i ( i = 1,2,3,4.. )

ɛ ij = galat percobaan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke- j Jika perlakuan berpengaruh nyata maka diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan (Duncan’s Multiple Random Tests = DMRT) menururt Gasperz(1991)

(33)

21 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata – rata konsumsi Energi Metabolisme dan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh dengan pemberian dedak fermentasi dengan persentase yang berbeda setiap perlakuan dapat ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata – Rata Konsumsi Energi Metabolisme dan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh Dengan Pemberian Dedak Fermentasi Dengan Persentase Yang Berbeda

Perlakuan Konsumsi Enenrgi Metabolisme (kcal/gram/hari)

Pertambahan Berat Badan (gram/ekor/hari) P0 18,39a±1,21 2,59a±0,02 P1 20,00ab±0,39 2,62ab±0,31 P2 20,14ab±0,22 2,63ab±0,50 P3 21,35b±1,45 2,66bc±0,31 P4 21,43b±0,14 2,69c±0,01

Keterangan : Superskrip yang Berbeda Pada Baris yang Sama Menunjukkan Berpengaruh Nyata (P<0,05).

P0 : Ransum kontrol (tanpa dedak fermentasi) P1 : Ransum mengandung dedak fermentasi 5% P2 : Ransum mengandung dedak fermentasi 10% P3 : Ransum mengandung dedak fermentasi 15% P4 : Ransum mengandung dedak fermentasi 20%

Konsumsi Energi Metabolisme

Berdasarkan sidik ragam pemberian dedak fermentasi dengan persentase yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi energi metabolis. Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 cenderung sama dengan perlakuan P1 dan P2, dan perlakuan P3 sama dengan perlakuan P4. Konsumsi energi perekor perhari pada perlakuan P0 menunjukkan hasil terendah yakni

(34)

22

18,39/ekor/hari. sedangkan perlakuan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P4 yakni 21,43 gram/ekor/hari. Jika dilihat secara numerik setiap perlakuan menunjukkan konsumsi yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh kandungan energi metabolisme pada setiap perlakuan yang relatif berbeda. Menurut Ferket dan Gernat (2006) komposisi nutrisi ransum dan formulasi ransum akan mempengaruhi konsumsi pakan, jika kebutuhan ternak telah terpehuni maka ternak akan berhenti mengkonsumsi pakan. Kamal (1994) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya kandungan energi pakan akan mempengaruhi banyak sedikitnya konsumsi pakan.

Wahju,(1997) menyatakan bahwa unggas menkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan energi bagi tubuhnya. Kandungan energi pakan sangat mempengaruhi konsumsi pakan, apabila kandungan energi dalam pakan tinggi maka tingkat konsumsinya rendah, sebaliknya apabila kandungan energi dalam pakan rendah maka tingkat konsumsinya tinggi. Dengan demikian kandungan energi dalam pakan juga menentukan jumlah konsumsi zat makanan lainnya seperti protein, mineral, dan vitamin.

Jumlah kebutuhan pakan unggas dan jumlah konsumsi pakan sangat bervariasi tergantung kondisi unggas, strain, umur dan lingkungan. Wahju (1997) menyatakan bahwa konsumsi pakan unggas dipengaruhi beberapa hal antara lain besar dan bangsa unggas, tahap produksi, ruang tempat pakan, temperatur, keadaan air minum, penyakit dan kandungan zat makanan terutama kandungan energi.

Pertambahan Berat Badan

Berdasarkan sidik ragam pemberian dedak fermentasi dengan persentase yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0

(35)

23

lebih rendah di banding perlakuan P1 P2 P3 dan P4. Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan P0 yakni 2,59 gram/ekor/hari, sedangkan hasil tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P4 yakni 2,69 gram/ekor/hari. Jika dilihat secara numerik setiap perlakuan menunjukkan hasil pertambahan berat badan yang berbeda, hal ini dikarenakan jumlah konsumsi pakan yang berbeda dalam setiap perlakuan, sehingga menghasilkan pertambahan bobot badan yang berbeda pula.

Sejalan dengan hasil konsumsi energi yang menunjukkan bahwa semakin rendah kandungan energi ransum maka presentase pakan yang dikonsumsi akan bertambah. Sesuai dengan pendapat Tillman, dkk., (1998) bahwa sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi metabolisme (EM) tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas, karena rendahnya jumlah makanan yang dikonsumsi dalam tubuh unggas akan mengakibatkan turunnya performa berat badan unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya unggas akan mengkonsumsi protein yang berlebihan.

Leeson and Summers (2001) menambahkan bahwa pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Selanjutnya Wahju (1997) menyatakan untuk mencapai berat yang optimal sangat ditentukan oleh faktor genetis, lingkungan, manajemen dan pemberian pakan.

(36)

24 KESIMPULAN

Berdasarkn hasil penelitian mengenai pemberian dedak padi fermentasi dengan microorganisme lokal pada ransum terhadap konsumsi energi dan pertambahan berat badan puyuh dapat disimpulkan bahwa pemberian dedak fermentasi hingga level 20% dalam ransum puyuh mempunyai hasil terbaik ditandai dengan adanya konsumsi energi metabolisme dan pertambahan berat badan yang terbaik.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek pemberian dedak fermentasi dengan microorganisme lokal diatas level 20%

(37)

25 DAFTAR PUSTAKA

Amar., H.S.S., Dato. 2010. Barred Buttonquail in territorial fight. Bird Ecology Study Group website. Retrieved 16 Feb. 2017. Malaysia

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anwar dan A. Rahman. 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Peternakan Burung Puyuh di Kecamatan Pallangga Gowa. Skripsi hal 18. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Bidura. I G.N.G., I G. Mahardika, I P. Suyadnya, I B. Gaga Partama, I G.L. Oka, D.P.M.A. Candrawati, A.I. Aryani. (2012). The Implementation of Saccharomyces spp. N -2 Isolate culture (isolation from traditional yeast culture) for improving feed quality and performance of male Bali ducling. Agriculture Science Research Journal. Vol 2 (9): 486 – 492, Universitas Udayana, Bali

David Kurniawan, E.Widodo, dan M.H. Natsir, 2014. Efek penggunaan tepung tomat sebagai bahan pakan terhadap penampilan produksi burung puyuh, Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1) : 1 -7 halaman 2 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang – Jawa Timur

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik peternakan dan kesehatan hewan. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.Ensminger, M.E. 1991. Feeds and Nutrition. Second Edition. The Ensminger Publising Company. USA.

Ensminger, M.E. 1991. Feeds and Nutrition. Second Edition. The Ensminger publishing company. USA.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan, Cetakan ke 1. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, hal.61. Jakarta.

Ferket, P.R., and Gernat, A.G., 2006. Factors That Effect Feed Intake of Meat Birds: A Review. J. Poultry Sci. 5 (10): 905-911. USA.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV.Armico press. Bandung

Hanafi, N, D. 2004. Perlakuan silase dan amoniasi daun kelapa sawit sebagai bahan baku pakan ternak. Skripsi hal 28. Universitas Sumatera Utara. Medan.

(38)

26

Helinna, dan Mulyantono. 2002. Bisnis burung puyuh. Majalah Poultry Indonesia, Edisi Juli hal. 13. Jakarta.

Kamal, M.. 1994. Nutrisi Ternak 1. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada .

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kurniawan, B.P.2005 Pengaruh tingkat penggunaan bahan pakan pengganti molases dalam suplemen terhadap efisiensi sintesis mikroba melalui pendekatan produksi secara In Vitro. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Laboratorium Kimia Makanan Ternak. 2017. Fakultas peternakan, universitas hasanuddin. Makassar.

Lawrie, R. A. 1994. Ilmu Daging Edisi-5. Penerbit Univeritas Indonesia Press. Jakarta

Leeson, S. and J. D. Summers. 2001. Commercial Poultry Nutrition, books 1:13. Department of Animal and Poultry Science University of Guelph Guelph

press, Ontario, Canada

Listyowati, E dan Kinanti, 2005. Puyuh : TataLaksana Budi Daya Secara Komersial. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Mc.Donald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Sixth Edition. Ashford Colour Press. London. England Murni,R.S, BL. Akmal., Ginting 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah

Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Murtidjo, A.B. 1989. Pedoman Maramu Pakan Unggas. Cetakan ke-1. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

National Research Council, 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth Revised Edition, publishing National Academy Press, Washington D.C

Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa press. Bandung.

Progressio, W. 2003. Burung Puyuh. http://warintek.progressio.or.id. (25 Mei 2006) jakarta

Publising Company. USA.

Purwasasmita M,K. Kunia . 2009. Mikroorganisme lokal sebagai pemicu siklus kehidupan dalam bioreaktor tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia- SNTKI 2009. Bandung

(39)

27

Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke - 9. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Ridwan, R., S. Ratnakomala, G. Kartina, dan Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase rumput gajah (Penisetum purpureum). Jurnal Media Peternakan-IPB. Vol.28 (3): hal.117-123, Bogor

Siswohardjono, W., 1982. Beberapa Metode Pengukuran Energi Metabolis Bahan Makanan Ternak pada Itik. Makalah Seminar Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumiati. 2006. Rasio Molar Asam Fitat : ZN untuk menentukan Suplementasi ZN dan enzym phytase dalam ransum berkadar asam fitat tinggi. Tesis hal. 16, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Sunarno. 2004. Potensi Burung Puyuh. Majalah Poultry Indonesia Edisi Pebruari hal.61. Jakarta

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Cetakan 1, Penerbit UNESA Press. Surabaya

Tarigan P, dan A.P. Siregar., 1983. Pemeliharaan Burung Puyuh. Direktorat Bina Produksi Peternakan, Jakarta.

Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi, Penerbit Agro Media Pustaka. Jakarata.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Keenam.penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Topan. 2007. Sukses Beternak Puyuh. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Utami, Y. 2011. Pengaruh imbangan feed suplemen terhadap kandungan protein kasar, kalsium dan fosfor dedak padi yang difermentasi dengan Bacillus amylo-liquefaciens. Skripsi, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, hal. 21 Padang.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Widodo, A. R., Setiawan, Sudiyono, dan R. Indreswari. 2013. Kecernaan nutrien dan performan puyuh (coturnix coturnix japonica) jantan yang diberi ampas tahu fermentasi dalam ransum. Jurnal Vol. 2 (1) hal 51, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

(40)

28

Yusdja. Y, 2005. Pengembangan Model Kelembagaan Agribisnis Ternak Unggas Tradisional (Ayam Buras, Itik dan Puyuh). Laporan Hasil Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian hal 13. Bogor.

(41)

29

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Sidik Ragam Dari Konsumsi Energi Dan Pertambahan Berat Badan Perekor Perhari

ONEWAY KONS_EM_PEREKOR_PERHARI PBB_PEREKOR_PERHARI BY PERLAKUAN /STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY

/MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway

Notes

Output Created 13-Nov-2017 22:08:50

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 20

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on cases with no missing data for any variable in the analysis. Syntax ONEWAY KONS_EM_PEREKOR_PERHARI PBB_PEREKOR_PERHARI BY PERLAKUAN /STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Resources Processor Time 00:00:00.078

Elapsed Time 00:00:00.068

(42)

30 Descriptives N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

KONS_EM_ PEREKOR_ PERHARI P0 4 18.3950 1.21848 .60924 16.4561 20.3339 17.12 19.83 P1 4 20.0100 .39505 .19753 19.3814 20.6386 19.55 20.47 P2 4 20.1475 .22066 .11033 19.7964 20.4986 19.87 20.41 P3 4 21.3575 1.45356 .72678 19.0446 23.6704 20.15 23.12 P4 4 21.4300 1.83519 .91760 18.5098 24.3502 20.03 24.06 Total 20 20.2680 1.55625 .34799 19.5397 20.9963 17.12 24.06 PBB_ PEREKOR _PERHARI P0 4 2.5950 .02082 .01041 2.5619 2.6281 2.57 2.62 P1 4 2.6250 .03109 .01555 2.5755 2.6745 2.59 2.66 P2 4 2.6350 .05066 .02533 2.5544 2.7156 2.56 2.67 P3 4 2.6650 .03109 .01555 2.6155 2.7145 2.63 2.70 P4 4 2.6925 .01258 .00629 2.6725 2.7125 2.68 2.71 Total 20 2.6425 .04459 .00997 2.6216 2.6634 2.56 2.71

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

KONS_EM_PEREKOR_PERHA RI 3.721 4 15 .027 PBB_PEREKOR_PERHARI 2.102 4 15 .131 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. KONS_EM_PEREKOR_PERHA RI Between Groups 24.506 4 6.126 4.272 .017 Within Groups 21.511 15 1.434 Total 46.017 19 PBB_PEREKOR_PERHARI Between Groups .023 4 .006 5.524 .006 Within Groups .015 15 .001 Total .038 19

(43)

31 Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KONS_EM_PEREKOR_PERHARI

Duncan

PERLAK

UAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 P0 4 18.3950 P1 4 20.0100 20.0100 P2 4 20.1475 20.1475 P3 4 21.3575 P4 4 21.4300 Sig. .067 .142

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

PBB_PEREKOR_PERHARI

Duncan

PERLAK

UAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 P0 4 2.5950 P1 4 2.6250 2.6250 P2 4 2.6350 2.6350 P3 4 2.6650 2.6650 P4 4 2.6925 Sig. .112 .112 .242

(44)

32

Lampiran. 2 Dokumentasi Penelitian 1. Pembuatan Microorganisme Lokal

2. Fermentasi dedak padi

(45)

33

3. Penimbangan berat badan puyuh

4. Pengambilan data konsumsi

(46)

34

RIWAYAT HIDUP

Muh. Irfan S. (I111 12 332). Lahir dikolaka, pada tanggal 26 February 1994, Anak kedua dari Lima Bersaudara yang merupakan anak dari pasangan suami istri Suradi N dan Kartini. Mengenyam pendidikan formal di SDN 1 T.Ponre Waru, kemudian setelah lulus pada tahun 2006 ia melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama di MTS Darul Arqam Ponre Waru dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SPP SNAKMA neg. RAPPANG dan lulus pada tahun 2012.

Setelah menyelesaikan tingkat SMA, Penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 2013. Selama berada dikampus turut aktif dalam kegiatan keorganisasian yaitu Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak HUMANIKA UNHAS, SENAT MAHASIWA PETERNAKAN, dan Perhimpunan Mahasiswa Bone PMB-UH LATENRITATTA.

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Setiap Jenis Bahan Pakan
Gambar 1. Bagan pembuatan dedak padi fermentasi  e)  KandangPercobaan
Tabel 5. Rata – Rata Konsumsi Energi Metabolisme dan Pertambahan Berat Badan  Burung  Puyuh  Dengan  Pemberian  Dedak  Fermentasi  Dengan  Persentase  Yang Berbeda

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

japonicum yang disertai penambahan pupuk organik (pupuk kandang dan kompos jerami) cenderung meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif dan

Sedangkan menurut penelitian dari [6] yang berjudul Sistem Informasi Penjualan Sepatu Berbasis Web Pada Toko Stephen Sports, permasalahan yang terjadi adalah ada beberapa

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan ( earning ) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen

2. Apersepsi tentang kebangkitan dunia baru Islam 3. Mengetahui tujuan pembelajaran dan prosesnya B. Mempelajari kebangkitan dunia baru Islam pada masa gerakan salafiyah 2. Menyimak

Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan, bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di

• Peserta yang telah mendaftar WAJIB konfirmasi keikutsertaannya dengan mengirimkan formulir pendaftaran yang disertai dengan bukti pembayaran via fax ataupun

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian pengembangan ini adalah berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa masukan dari para ahli materi dan