• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tindakan Pencegahan Pada Anak Perempuan Yang Memiliki Ibu dengan Riwayat Kanker Serviks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tindakan Pencegahan Pada Anak Perempuan Yang Memiliki Ibu dengan Riwayat Kanker Serviks"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINDAKAN PENCEGAHAN PADA ANAK

PEREMPUAN YANG MEMILIKI IBU DENGAN

RIWAYAT KANKER SEVIKS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

DWI INDAH PUSPITASARI J 210 181 212

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

1

GAMBARAN TINDAKAN PENCEGAHAN PADA ANAK PEREMPUAN YANG MEMILIKI IBU DENGAN RIWAYAT KANKER SEVIKS

Abstrak

Pendahuluan: Kanker serviks merupakan pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak normal di sekitar servis, daerah leher rahim atau mulut rahim. Perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker serviks lebih berisiko terkena kanker srviks dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki riwayat kanker serviks pada keluarganya. Untuk mencegah terjadinya kanker serviks maka dilakukan pencegahan dengan cara melakukan vaksinasi HPV dan menghindari faktor resiko serta melakukan deteksi dini seperti papsmear atau tes IVA. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pencegahan kanker serviks pada anggota keluarga dengan masalah kanker serviks pada ibunya di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sample penelitian sebanyak 105 orang, pengambilan sample menggunakan Accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji frekuensi. Kesimpulan: Hasil penelitian diperoleh perempuan yang telah vaksinasi HPV 3.8%, perempuan yang tidak merokok 97.1%, perempuan yang tidak berganti-ganti pasangan lebih dari satu kali 92.4%, perempuan yang tidak memakai kontrasepsi hormonal 42.9%, perempuan yang menikah di usia > 20 tahun 80%, pereman yang telah melakukan Tes IVA 6.7%, dan perempuan yang telah melakukan Papsmear 9.5%.

Kata kunci : kanker serviks, pencegahan kanker serviks.

PREVENTION DESCRIPTION OF PREVENTIVE IN GIRLS WHO HAVE MOTHERS WITH A HISTORY OF CERVICAL CANCER

Abstract

Introduction: Cervical cancer is excessive and abnormal cell growth around the cervix, cervix or cervix. Women who have a family with a history of cervical cancer are more at risk of developing cervical cancer compared with women who have no family history of cervical cancer. To prevent cervical cancer, prevention is done by vaccinating HPV and avoiding risk factors and making early detection such as pap smears or IVA tests. This study aims to determine the description of cervical cancer prevention in family members with cervical cancer problems in their mothers at RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Method: This research is a descriptive study with cross sectional design. The research sample of 105 people,

(6)

2

sampling using accidental sampling. Data collection using a questionnaire and analyzed by frequency testing. Conclusion: The results obtained by women who had vaccinated HPV 3.8%, women who did not smoke 97.1%, women who did not change partners more than once 92.4%, women who did not use hormonal contraception 42.9%, women who married at the age> 20 80%, women who had IVA 6.7%, and women who had Pap smear 9.5%.

Keywords: cervical cancer, cervical cancer prevention.

1. PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kelima pada wanita di seluruh dunia. Diperkirakan terdapat 530.000 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia dan lebih dari 270.000 orang perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit ini, 85% dari angka kematian ini terjadi di negara-negara berkembang berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia (World Health Organization, 2018). Angka kejadian kanker serviks di Indonesia berada pada urutan kedua setelah kanker payudara. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia sebesar 23,4/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9/100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).

Di tahun 2013 tercatat sebanyak 98.692 kanker serviks di Indonesia dengan peringkat pertama diduduki oleh provinsi Jawa Timur sebanyak 21.313 kasus, dan selanjunya di peringkat kedua diduduki provinsi Jawa Tengah 19.734 kemudian Jawa Barat diurutan ketiga sebanyak 15.635 kasus. Pusat data dan informasi ini juga menunjukkan peningkatan jumlah kematian akibat kanker serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Pada tahun 2011 terjadi 35 kematian, tahun 2012 terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65 (Kemenkes RI, 2015).

Terjadinya kanker serviks sering dikaitkan dengan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi dalam waktu yang lama dari jenis tertentu HPV dapat menyebabkan kanker serviks. Infeksi HPV sering terdapat pada perempuan yang telah aktif secara seksual (Rio & Suci, 2017).

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV terkena kanker serviks, yaitu riwayat kehamilan; perilaku seksual; penggunaan kontrasepsi hormonal; merokok dan genetik. Berdasarkan hasil

(7)

3

penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan hubungan seksual di usia dini dan yang mempunyai banyak pasangan seksual berisiko terkena kanker serviks (Pradya, 2015).

Selain riwayat pernikahan dan perilaku seksual, faktor penggunaan kontrasepsi; merokok dan genetik juga merupakan faktor yang dikaitkan dengan risiko terkena kanker serviks. Merokok termasuk dalam faktor resiko kanker serviks karena merokok membuat sistem imun dalam tubuh menjadi lemah. Paparan asap rokok juga sangat berbahaya dalam kesehatan. Dan pemakaian kontrasepsi hormonal juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker serviks 0,18 kali (Nurlelawati, Devi dan Sumiati, 2018).

Selain faktor-faktor di atas, faktor gen juga turut memengaruhi terjadinya kanker serviks. Rasjidi mengatakan bahwa gen merupakan informasi genetika yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya, perempuan yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker lebih berisiko terkena kanker termasuk kanker serviks dibanding dengan perempuan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker (Rasjidi, 2009).

Meskipun ganas dan dapat menyebabkan kematian, kanker serviks dapat dicegah. Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengontrol perilaku seksual diri sendiri dan pasangan; memerhatikan kontrasepsi yang digunakan; tidak merokok; serta meng-konsumsi makanan yang bergizi. Karena penyakit ini sangat dikaitkan dengan HPV, maka infeksi virus ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Di samping itu, upaya deteksi dini juga dapat dilakukan, yaitu dengan menjalani tes IVA (Inspeksi Visual Dengan Aplikasi Asam Asetat) dan tes pap smear (Rio & Suci, 2017).

Walaupun kanker serviks dapat dicegah dan dideteksi sejak dini sehingga tingkat morbilitas dan mortalitas akibat penyakit ini dapat ditekan, pada kenyataannya jumlah perempuan dengan kanker serviks cenderung mengalami peningkatan. Terbatasnya pengetahuan tentang kanker serviks membuat perempuan tidak melakukan upaya apapun untuk mencegah terjadinya kanker serviks. (Rio & Suci, 2017).

(8)

4

Selain faktor pengetahuan, faktor ekonomi atau biaya, ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, budaya dan faktor keyakinan (belief) individu juga merupakan faktor yang menentukan perilaku seseorang, baik dalam upaya prevensi maupun pengobatan kanker serviks. Upaya prevensi merupakan perilaku terkait dengan kesehatan individu.

Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa sangat penting untuk melakukan pencegahan kanker serviks terutama bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker serviks. Beberapa perempuan sudah melakukan pencegahan kanker serviks namun sebagian masih belum tahu dan enggan untuk melakukan pencegahan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Gambaran tindakan pencegahan pada anak perempuan yang memiliki ibu dengan riwayat kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

2. METODE

Jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional (Susila, 2015). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah anggota keluarga dengan masalah kanker serviks pada ibunya di ruang rawat inap Flamboyan 7 dan Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan total sampling,. Sampel penelitiannya adalah populasi yang ditemui seusai dengan kriteria sampel yang sudah ditentukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 responden yang merupakan anggota keluarga dengan masalah kanker serviks pada ibunya. Sampel diambil dengan cara Accidental Sampling

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2019. Instrumen penelitian kuesioner tindakan pencegahan kanker serviks yang disusun oleh peneliti dari tinjauan pustaka. Prosedur pengambilan data dimulai dengan memilih responden berdasarkan kriteria anak wanita yang memiliki ibu dengan masalah kanker serviks, anak wanita yang berusia diatas Sembilan tahun, bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan menandatangani informed consent.

Alur penelitian dimulai dengan persiapan dengan mengkonfirmasi proposal untuk penelitian kedosen pembimbing, sidang proposal, memperbaiki proposal, mengurus surat ijin pendahuluan, kemudian melakukan studi pendahuluan, menyusun proposal skripsi, mengurus surat ijin penelitian,

(9)

5

menetapkan asisten dan melakukan persamaan persepsi, menentukan responden. Anggota keluarga yang bersedia menjadi sampel atau responden akan menandatangi lembar persetujuan. Mengambil data menggunakan kuesioner, peneliti memberikan kuesioner kepada responden, setelah selesai peneliti mengecek kelengkapan pengisian kuesioner. Hasil penelitian selanjutnya dilakukan pengkodingan dan analisa data. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan statistic deskriptif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden 3.1.1 Usia Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Variabel N Min-

Max Mean Median Modus

Std. Deviation 95% CI Usia Responden 105 14 51 30.05 29.00 25 8.897 28.33- 31.77

Distribusi responden berdasarkan usia hasil analisis dari Tabel 1 didapatkan rata-rata umur responden adalah 30.5 tahun (95% CI 28.33- 31.77), median 29 tahun dam modus 25 tahun dengan standar devisiasi 8.897. Umur termuda 14 tahun dan umur tertua 51 tahun. Dari hasil estimasi interval yang didapat adalah 95% diyakini rata-rata umur responden adalah diantara 20.25 tahun sampai dengan 20.69 tahun.

Faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia (Damayanti, 2013).

(10)

6 3.1.2 Pendidikan Terakhir

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase

1 SMP 22 21.0%

2 SMA 59 56.2%

3 Perguruan Tinggi 24 22.9%

Total 105 100.0%

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir hasil analisis dari Tabel 2 didapatkan tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah tingkat SMA yaitu 59 responden dengan nilai persentase 56.2%.

Hubungan antara pendidikan dengan kejadian kanker serviks, tingkat pendidikan dalam hal ini mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula orang tersebut untuk menerima informasi. Tinggi rendanhnya tingkat pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan seks (Chandrawati, 2016).

3.1.3 Pekerjaan

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5 4.8%

2 Wiraswasta 35 33.3%

3 Buruh Petani 10 9.5%

4 Ibu Rumah Tangga (IRT) 44 41.9%

5 Pelajar 11 10.5%

Total 105 100.0%

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan, hasil analisis dari Tabel 3 didapatkan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga 44 responden (41.9%), sedangkan responden paling sedikit ialah pegawai sebanyak 5 responden (4.85%).

Terdapat hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar seperti buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin

(11)

7

terkena kanker serviks dibandingkan wanita pekerja ringan atau bekerja dikantor,wanita pekerja kasar identik dengan status sosial ekonomi yang rendah biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda, jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan risiko terjadinya kankser serviks (Damayanti, 2013).

3.1.4 Status Pernikahan

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan status pernikahan No Status pernikahan Frekuensi Persentase

1 Menikah 75 71.4%

2 Belum menikah 25 23.8%

3 Janda 5 4.8%

Total 105 100.0%

Distribusi responden berdasarkan status pernikahan, hasil analisis dari Tabel 4 didapatkan responden terbanyak yaitu dengan status menikah sebanyak 75 responden (71.4%) , sedangkan responden paling sedikit dengan status janda berjumlah 5 responden (4.8%).

Pasien kanker serviks lebih banyak yang berstatus kawin dibanding yang belum kawin, yang berarti bahwa pasien kanker seviks didominasi oleh wanita dengan status kawin. wanita yang sudah kawin / menikah, akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan kebiasaan hidup. Seseorang yang telah aktif berhubungan seksual akan lebih rentan terkena kanker serviks (Wardhani, Moetmainnah & Yazid, 2013).

3.2 Tindakan Pencegahan Kanker Serviks 3.2.1 Vaksinasi HPV

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan faktor vaksinasi HPV No Vaksinasi HPV Frekuensi Persentase

(12)

8

2. Tidak 101 96.2%

Total 105 100.0%

Berdasarkan Table 5 didapatkan dari 105 responden, yang telah mendapat vaksin HPV ada 4 responden (3.8%), sedangkan sebanyak 101 responden (96.2%) tidak vaksinasi HPV atau belum mendapatkan vaksin HPV.

Hasil penelitian di kota Kediri masih jarang ditemui wanita yang melakukan vaksinasi HPV. Pada tahun 2013 hanya terdapat 45 orang wanita yang melakukan vaksinasi HPV melalui Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Kediri. Dari 45 orang tersebut, 95% merupakan wanita berusia dewasa 19–55 tahun. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi rendahnya partisipasi wanita yang melakukan vaksinasi HPV (Sari dan Syahrul, 2014).

Responden menyatakan bahwa alasan tidak melakukan vaksinasi HPV karena tidak merasa perlu karena merasa tidak berisiko atau tidak ada keluhan. Biaya juga merupakan alasan tidak melakukan vaksinasi HPV. Dan tidak mengetahui mengenai vaksinasi HPV serta belum pernah mendapatkan informasi mengenai vaksinasi HPV. Sedangkan mereka yang sudah melakukan vaksinasi HPV sudah mendapatkan informasi baik dari keluarga, teman, tenaga kesehatan, maupun media (Sari dan Syahrul, 2014).

3.2.2 Merokok

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok NO Merokok Frekuensi Persentase

1. Ya 3 2.9%

2. Tidak 102 97.1%

Total 105 100.0%

Hasil analisis berdasarkan Table 6 didapatkan responden yang pernah merokok sebanyak 3 orang (2.9%) dan yang tidak pernah merokok sebanyak 102 orang (97.1%) dengan total 105 responden.

Di negara maju, prevalensi wanita merokok hampir mencapai 20- 35%, sedangkan pada Negara berkembang, diperkirakan antara 2-10% wanita adalah

(13)

9

perokok. Saat ini prevalensi wanita perokok di dunia sekitar 12%. Selain dampak pada diri sendiri, perokok wanita mempunyai kecenderungan terhadap menurunnya kebiasaan tersebut terhadap anak-anaknya (Prabaningrum, Wulansari & Lestari, 2009).

Faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada wanita adalah keinginan untuk diterima dan menjadi bagian dari kelompok teman sebaya, orangtua perokok dan keinginan kuat untuk mencoba rokok. Kesimpulan dari penelitian didapatkan penyebab perilaku merokok wanita adalah meniru teman dan orang tua, serta dukungan suami. Penelitian ini juga menemukan informasi bahaya merokok masih minim (Karini & Padmawati, 2017).

3.2.3 Keluarga Merokok dirumah

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan keluarga yang merokok dirumah NO Anggota keluarga

merokok dirumah Frekuensi Persentase

1. Ya 73 69.5%

2. Tidak 32 30.5%

Total 105 100.0%

Hasil analisis berdasarkan Tabel 7 didapatkan responden yang anggota keluarganya merokok dirumah ada 73 responden (69.55%) sedangkan anggota keluarganya yang tidak merokok ada 32 responden (30.5%).

Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Negara dengan prevalensi perokok terbanyak di ASEAN. Jumlah prevalensi perokok di Indonesia yaitu sebesar 50,68%. Beberapa tahun belakangan bahaya tentang asap rokok tidak hanya difokuskan kepada perokok aktif saja namun juga kepada perokok pasif. Semakin meningkatnya prevalensi perokok aktif di Indonesia maka semakin banyak masalah yang diterima oleh perokok pasif baik di rumah maupun di lingkungan tempat kerja yang memungkinkan terjadinya dampak dari asap rokok. Hal tersebut menunjukkan terdapatnya bahaya ganda yang ditimbulkan oleh asap rokok yang tidak hanya diterima oleh perokok aktif namun juga oleh orang di sekitarnya (Janah & Martini, 2017).

(14)

10 3.2.4 KB Hormonal

Tabel 8. Distribusi KB hormonal NO KB hormonal Frekuensi Persentase

1. Ya 60 57.1%

2. Tidak 45 42.9%

Total 105 100.0%

Hasil analisis berdasarkan Tabel 8 didapatkan nilai responden yang memakai kb hormonal sebanyak 60 responden (57.1%) dan yang tidak memakai kb hormonal sebanyak 45 responden (42.9%). Diketahui dari Tabel 4 responden yang menikah sebanyak 75 orang. Jadi dari 75 responden yang berstatus menikah 60 responden memakai kb hormonal dan 15 orang tidak memakai kb hormonal.

Penggunaan alat kontrasepsi secara nasional terbanyak adalah suntik (55,09%), pil (23,49%), IUD (6,74%) dan implan (5,70%). Risiko kanker serviks meningkat, terutama jika kontrasepsi hormonl telah dipakai lebih dari 5 tahun (Ningsih ,Pramono & Nurdiati, 2017).

Didapatkan dari penelitian menggunakan 95 subjek wanita yang saat ini menggunakan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi hormonal lebih banyak digunakan (62,1%) dengan jenis kontrasepsi Pil KB (30,5%) yang lebih banyak digunakan. Pada penelitian ini, sebagian besar responden mengatakan alasan penggunaan kontrasepsi hormonal karena kemudahan menggunakannya, hal ini berkaitan dengan pemakian kontrasepsi hormonal yang bersifat praktis, mudah dijangkau, murah dan efisien (Firdy et al., 2018).

3.2.5 Hubungan Seksual

Tabel 9. Distribusi Hubungan seksual lebih dari 1 pasangann NO Hubungan seksual lebih

dari 1 pasangann Frekuensi Persentase

1. Ya 8 7.6%

2. Tidak 97 92.4%

(15)

11

Hasil analisis berdasarkan Tabel 9 didapatkan yang pernah berhubungan seksual lebih dari satu pasangan adalah 8 responden (7.6%) dan yang tidak berhubungan lebih dari satu pasangan sebanyak 97 responden (92.4%).

Didapatkan distribusi frekuensi pilihan pasangan seksual 143 responden pada masing masing pilihan pasangan seksual. Paling banyak responden memilih pilihan pasangan setia dari sebanyak 85 responden yaitu 62,2 %. Sedangkan untuk pilihan berganti-ganti pasangan seksual sebanyak 40,6 % (Refti, 2018).

3.2.6 Menikah Pada Usia <20 Tahun

Tabel 10. Distribusi gambaran responden Menikah pada usia < 20 tahun. NO Menikah usia < 20

tahun Frekuensi Persentase

1. Ya 21 20.0%

2. Tidak 84 80.0%

Total 105 100.0%

Hasil analisis berdasarkan Tabel 10 didapatkan dari 105 responden yang menikah di usia < 20 tahun sebanyak 21(20.0%) responden dan yang tidak menikah di usia < 20 tahun sebanyak 84(80.0%), dari 84 responden terdiri dari telah menikah di usia > 20 tahun sebanyak 59 responden dan yang belum menikah 25 responden.

Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini, antara lain pendidikan, lingkungan, budaya setempat, serta pengetahuan. Pengetahuan sangat berpengaruh dalam pengambilan sikap dan keputusan yang akan diambil oleh seseorang. Semakin baik atau tinggi pengetahuan seseorang maka sikap terhadap pernikahan usia dini semakin kecil. Dan 2 dari 5 informan menjawab melakukan pernikahan usia dini karena alasan pengalaman yang didapat dari orang tua dan keluarga. Orang tua juga memiliki peranan besar sehingga harus berani memilih keputusan untuk menikahkan anaknya pada usia dini (Arimurti & Nurmala, 2017).

(16)

12 3.2.7 Papsmear

Tabel 11. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Deteksi Dini Papsmear.

NO Papsmear Frekuensi Persentase

1. Ya 10 9.5%

2. Tidak 95 90.5%

Total 105 100.0%

Hasil analisis berdasarkan Tabel 11 didapatkan dari 105 responden yang telah melakukan papsmear sebanyak 10 responden (9.5%) dan yang tidak melakukan papsmear sebanyak 95 responden (90.5%).

Terkait dengan upaya prevensi berupa deteksi dini, telah dilakukan wawancara pada 5 orang informan yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker serviks. Hasilnya empat dari lima informan mengatakan akan melakukan upaya prevensi terhadap kanker serviks. Yang faktanya, hanya dua informan yang melakukan upaya prevensi seperti papsmear yang mereka katakan. Dua informan tidak melakukan upaya prevensi dengan alasan mereka masing-masing, dan satu informan tetap pada pendiriannya, yakni tidak akan melakukan upaya prevensi apapun (Rio dan Suci, 2017).

3.2.8 Tes IVA

Tabel 12. Distribusi gambaran responden berdasarkan deteksi dini Tes IVA. NO Tes IVA Frekuensi Persentase

1. Ya 7 6.7%

2. Tidak 98 93.3%

Total 105 100.0%

Hasil analisis dari Tabel 12 didapatkan dari 105 responden yang telah melakukan Tes IVA sebanyak 7 responden (6.7%) dan yang tidak melakukan Tes IVA sebanyak 98 responden (93.3%).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2017, Puskesmas Alai adalah salah satu puskesmas dengan angka cakupan deteksi dini

(17)

13

kanker serviks yang tinggi dengan persentase 48,64%, namun angka ini masih belum mencapai target nasional yang menetapkan targetan 50% WUS melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA, hal itu dikarenakan masih belum meluasnya penyebaran informasi melalui promosi kesehatan tentang tes IVA sehingga banyak WUS ragu untuk ikut berpartisipasi tes IVA. Salah satu kendala pelaksanaan tes IVA karena banyak ibu/WUS yang malu untuk periksa IVA. (Fauza, Aprianti & Azrimaidaliza, 2019).

3.2.9 Frekuensi Pemeriksaan Papsmear dan Tes IVA

Masing-masing responden telah melakukan pemeriksaan Papsmear dan tes IVA sebanyak 1 kali.

3.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat datang setiap hari, sehingga peneliti tidak dapat mengetahui dan mendapatkan responden secara keseluruhan selama penelitian. Serta pengisian kuisioner pada penelitian ini hanya berupa pertanyaan yang dijawab responden, bukan dari hasil pengamatan peneliti. Sehingga data yang didapatkan kurang akurat.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Pencegahan kanker serviks yang dilakukan anak perempuan yang memiliki ibu dengan riwayat kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sebagian besar telah melakukan pencegahan dengan menghindari faktor resiko kanker serviks yang berupa berganti-ganti pasangan, kebiasaan merokok dan menikah pada usia kurang dari 20 tahun. Dan Sebagian kecil respnden yang menghindari faktor resiko berupa memakai kontrasepsi hormonal serta paparan asap rokok. Untuk deteksi dini berupa papsmear dan Tes IVA, sebagian besar responden belum melakukan pencegahan berupa deteksi dini tersebut.

(18)

14 4.1 Saran

4.2.1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Rumah sakit dapat menyediakan dan memberikan informasi tentang pencegahan kanker serviks kepada pengunjung rumah sakit khususnya di ruang Flamboyan 7 dan Melati 1.

4.2.2 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan memberikan edukasi kepada keluarga pasien dan pasien tentang pencegahan kannker serviks.

4.2.3 Responden

Responden diharapkan lebih banyak mencari pengetahuan tentang kanker serviks dan pencegahannya. Serta melakukan deteksi dini dan menghindari faktor resiko kanker serviks.

4.2.4 Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat melanjutkan penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan kanker serviks. Dan mengembangkan faktor-faktor lain yang belum dibahas dalam penelitian ini serta memperluas populasi yang belum diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arimurti, I., & Nurmala, I. (2017). Analisis Pengetahuan Perempuan terhadap perilaku melakukan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. The Indonesian Journal of Public Health, 12(2), 249-262. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i2.2017.249-262.

Chandrawati, R. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Dr. H Abdul Moelok Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 7(2), 282-287. https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.202.

Damayanti, I. P. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kanker Serviks di RSUD Arifin Achad Pekanbaru Tahun 2008-2010. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(2), 88-93. https://doi.org/10.25311/jkk.Vol2.Iss2.51.

(19)

15

Fauza, M., Aprianti, & Azrimaidaliza. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang.

Jurnal Promosi kesehatan Indonesia, 14(1), 68-80.

https://doi.org/10.14710/jpki.14.1.68-80.

Janah, M., & Martini, S. (2017). Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Prehipertensi. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 3(1), 1-13. https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.85.

Karini, T. A., & Padmawati, R. S. (2018). Fenomena sosial unik pada perokok wanita di kabupaten Lebong Bengkulu Indonesia. Berita Kedokteran Masyarakat, 3(1), 19-24. https://doi.org/10.22146/bkm.26942

Kemenkes RI. (2015). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. In Situasi Penyakit Kanker. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi.

Kementrian Kesehatan RI, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2019, Januari 31). Hari Kanker Sedunia 2019. Untuk Indonesia yang Lebih Sehat.

Ningsih, D. P., Pramono, D., & Nurdiati, D. s. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian kanker Serviks di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat.

Nurlelawati, E., Devi, T. E., & Sumiati, I. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta Tahun 2016. Jurnal Bidan"midewife Journal, 5(1), 8-16. https://doi.org/10.35325/kebidanan.v5i1.71.

Prabaningrum, V., Wulansari, S., & Lestari, W. (2009). Perokok Wanita Dalam Perspektif Demografi dan Kejadian Penyakit Di Indpnesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 12(2), 163-172.

Pradya, N. (2015). Hubungan Usia dan Penggunaan Pil Kontrasepsi Jangka Panjang terhadap Hasil Pemeriksaan IVA Positif sebagai Deteksi Dini Kejadian kanker Leher Rahim. Majority, 4(7), 13-18.

Rasjidi, I. (2009). Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer Indexed By, 3(3), 103-109.

Rio, S., & Suci, E. S. (2017). Persepsi tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 4(3), 159-169.

(20)

16

Sari, A., & Syahrul, F. (2014). Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Vaksinasi HPV pada Wanita usia Dewasa. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(3), 321-330. https://doi.org/10.20473/jbe.V2I32014.321-330.

Susila. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Bossscript.

Wardhani, H. A., Moetmainah, S., & Yazid, N. (2013). Hubungan Kejadian Carcinoma Cervicis Uteri dengan Umur, Status Pernikahan, Paritas di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Januari-Maret 2011. Jurnal Kedokteran Muhamadiyah, 1(2), hal 42-48.

World Health Observatory. (2018). World Health Statistics 2018. https://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-screening/cervical-cancer/en/. Diakses 25 Juli 2019.

Gambar

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan  No  Pekerjaan  Frekuensi  Persentase
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok  NO  Merokok  Frekuensi  Persentase
Tabel 8. Distribusi KB hormonal  NO  KB hormonal  Frekuensi  Persentase
Tabel 11. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Deteksi Dini  Papsmear.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Lovelock dan Wirtz (2010:16) mengemukakan defenisi jasa sebagai suatu aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain di mana kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian di Padukuhan Karang Tengah Nogotiro Gamping Sleman Yogyakarta dapat disimpulkan fungsi keluarga lansia di Padukuhan Karang Tengah Nogotiro

Dengan pada dasarnya orang tua kandung merelakan penyerahan anaknya kepada pasangan yang belum mempunyai keturunan untuk dijadikan anak angkat mereka dari orang yang

• Cache includes tags to identify which block of main memory is in each cache slot.. Cache Read Operation

PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR RUMPUT GAJAH MINI.. (Pennisetumpupureum cv. Mott) PADA USIA PEMOTONGAN

mengetahui hubungan fungsional antar variabel yang mana skor pada suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada variabel lainnya dilakukan analisis

Laporan ini berisi tentang pendeteksian dan pelacakan keberadaan manusia menggunakan global positioning system (GPS) berbasis android melalui google map server yang dapat