Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 206
PENGEMBANGAN RENCANA DAN PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN YANG BERMUARA PADA PENGUATAN
KARAKTER POSITIF
I Gusti Putu Suharta 1, Ni Nyoman Parwati 2, Made Juniantari 3, I Komang Sudarma 4
123Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, 4Prodi TP, FIP
e-mail: putu.suharta@undiksha.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this activity is to assist teachers in planning and implementing learning in accordance with the current curriculum, which leads to strengthening the positive character of students, by applying innovative learning models oriented to local wisdom. This activity was carried out for grade V teachers at SDN 1 Baktiseraga. The method used in achieving the objectives of the implementation of this activity is the PAP (Participatory Assessment and Planning) method. Qualitative data were analyzed descriptively. The result of this service activity is the implementation of training for the preparation of lesson plans based on the Ministry of Education and Culture circular letter No. 14 of 2019. The ability of teachers to compile character-based lesson plans has increased. The participants' response to the implementation of the activity was "very good" and they hoped that this activity could continue.
Key words: character education, tri hita karana, positive character
ABSTRAK
Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara pada penguatan karakter positif siswa, dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif berorientasi kearifan lokal. Kegiatan ini dilaksanakan bagi guru-guru kelas V SDN 1 Baktiseraga. Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah metode PAP (Participatory Assessment and Planning) Data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan pengabdian ini adalah adalah telah terlaksananya pelatihan penyusunan RPP berdasarkan surat edaran Kemendikbud No 14 tahun 2019. Kemampuan guru dalam menyususn RPP berbasis karakter meningkat. Respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan “sangat baik” dan mereka berharap kegiatan ini bisa berlanjut.
Kata Kunci: pendidikan karakter, tri hita karana, karakter positif
PENDAHULUAN
Lokasi Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Baktiseraga, di Jalan Laksamana, Desa
Baktiseraga, Kecamatan Buleleng.
Sekolah ini terletak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Banyumala.
Beberapa kejadian/masalah yang pernah ada di sekolah ini adalah ada anak yang sering melakukan pencurian di sekolah maupun di luar sekolah sampai melibatkan pihak berwajib. Selain itu, masih sering terjadi pencurian terhadap
barang-barang milik temannya, bahkan pernah ada kejadian pencurian uang SPP. Perkelahian antar siswa masih sering terjadi. Prilaku yang lain adalah
kebiasaan membuang sampah
sembarangan dan bercanda di saat melakukan persembahyangan. Pada jam istirahat, banyak anak-anak yang bercanda di tangga sekolah yang cenderung berbahaya. Sekolah ini memiliki halaman yang cukup luas yang belum difungsikan secara maksimal untuk kegiatan edukasi maupun pengembangan diri.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 207
Motivasi dari pihak sekolah untuk menguatkan pendidikan karakter untuk warga sekolah sangat tinggi. Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting (Harun , 2015; Walker,dkk, 205; Manullang, 2013; Winda Rachelina, 2014). Hal ini nampak pada kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak pada saat jam istirahat atau saat jam kosong (tidak ada pelajaran) adalah melakukan latihan menabuh, walaupun tidak ada yang melaitih. Anak-anak belajar tabuh secara autodidak. Pihak guru dan kepala sekolah sangat mengharapkan adanya pembinaan dalam menyusun RPP mereka belum bisa memunculkan sintak- sintak pembelajaran
yang mengarah pada kegiatan
pembelajaran yang inovatif .
Motivasi dari Undiksha untuk konsen pada penguatan pendidikan karakter sangat tinggi. Hal ini diwujudkan dalam visi dan misi Undiksha yang menekankan pada falsafah Tri Hita Karana (THK), yang mengakar pada budaya lokal masyarakat Bali. Falsafah THK merupakan salah satu pedoman hidup yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali secara turun temurun. THK mempunyai makna menjaga keharmonisan antara tiga aspek yaitu: manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan agar dapat hidup secara rukun dan damai (Roth & Sedana, 2015; Wesnawa & Suastra, 2016; Parwati, dkk.,2017). Selain itu. Motivasi Undiksha juga tercermin dalam Renstra Undiksha, Pusat Penelitian Undiksha menaungi 10 Pusat kajian, salah satu yang menjadi prioritas utama adalah “Pusat Kajian Nilai dan Karakter” (Renstra LPPM Undiksha, 2017-2025).
Permasalahan-permasalahan pembelajaran dihadapi selama ini di SDN 1 Baktiseraga
adalah dalam menerapkan model
pembelajaran masih cenderung
didominasi oleh aktivitas mengajar guru. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi konsep- konsep
pelajaran secara mandiri. Hal ini
berdampak pada kreativitas berpikir siswa tidak bisa berkembang secara maksimal. Selain itu karakter kinerja siswa kurang
berkembang, karena tidak diberikan
tantangan-tantangan secara khusus untuk
mengembangkannya dalam kegiatan
pembelajaran (hasil wawancara tim
pelaksana dengan kepala sekolah dan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada bulan Juli sampai Agustus 2019 di
SDN 1 Baktiseraga dalam rangka
pelaksanaan penelitian). Oleh karena itu,
tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara pada penguatan karakter positif siswa, dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif berorientasi kearifan lokal.
Budaya-budaya lokal yang berkembang di Bali bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh masyarakatnya. Yunus, Kunci, Huyula, & Bangsa (2013);
Amirin (2013), Almerico, (2014)
menyatakan bahwa kearifan lokal
merupakan jantungnya budaya lokal. Dalam hal ini, pengertian budaya lokal lebih luas dari kearifan lokal. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan
gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-
pandangan yang berlaku dalam
masyarakat setempat yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Budaya lokal adalah
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 208
budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain (Felicetti, 2016). Salah satu budaya lokal yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat Bali adalah penerapan falsafah “Tri Hita Karana” dalam kehidupan bermasyarakat. (Parwati, Suparta, dan Mariawan, 2015-2016). Tri Hita Karana (THK) berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan yang bersumber pada keharmonisan hubungan, yaitu: antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah THK diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih
mengedepankan individualisme dan
materialisme. Membudayakan THK akan
dapat memupus dampak negatif,
diantaranya: pola hidup konsumtif,
pertikaian, dan masalah- masalah sosial lainnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang dan selaras antara satu dan lainnya (Parwati, at al, 2015-2016).
METODE
Khalayak sasaran dari program P2M ini adalah guru dan siswa kelas V SDN 1 Baktiseraga yang terdiri dari 2 kelas. Jumlah guru yang mengajar di kelas VA dan VB sebanyak 7 orang. Jumlah siswa sebanyak 52 orang, terdiri dari 28 laki-laki dan 24 perempuan. Agar kegiatan ini memberikan imbas kepada guru-guru lainnya maka semua guru di SD No.1 Baktiseraga dilibatkan dalam pelatihan. Banyaknya peserta pelatihan adalah 13 orang.
Metode dan kegiatan yang
diimplementasikan dalam program P2M penguatan pendidikan karakter ini adalah metode PAP (Participatory Assessment and Planning) yang terdiri dari empat langkah pokok, yaitu (1) menemukan masalah, (2) menemu kenali potensi, (3) menganalisis masalah dan potensi, dan (4)
memilih solusi pemecahan masalah.
Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan ini meliputi: evaluasi terhadap kualitas RPP yang dibuat guru; evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan model pendidikan karakter komprehensif dalam meningkatkan karakter positif siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket.
Data yang terkumpul dalam bentuk kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara
deskriptif dan kualitatif, dengan
rangkaian kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, penafsiran data, dan
menarik kesimpulan (Miles dan
Huberman, 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan penyusunan perencanaan
pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 5 September 2020 secara online. Kegiatan
diawali dengan menyapikan konsep
belajar, strategi belajar, pendidikan
karakter, dan penyusunan rencana
pembelajaran dan pelaksanaannya. Setelah paparan materti oleh narasumber diberikan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut para guru diminta
mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelaran dan dilakukan pendampingan secara online. Dari pengamatan, para guru sangat antusian mengikuti pelatihan dan sangat aktif mengajukan pertanyaan. Di akhir kegiatan pelatihan, para peserta diminta mengisi angket berkaitan dengan
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 209
pelaksanaan pelatihan. Hasil angket dapat ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Respon Guru terhadap Kegiatan Pelatihan
No. Pernyataan ss s ts sts
1 Materi pelatihan sangat bermanfaat bagi saya 92,31 7,69 0 0
2 Penyajian materi pelatihan sangat interaktif dan menyenangkan
61,54 38,46 0 0
3 Pemaparan narasumber dengan mudah dapat saya pahami
61,54 38,46 0 0
4 Setelah mengikuti pelatihan, pengetahuan dan keterampilan saya untuk menyusun RPP meningkat
84,62 15,38 0 0
5 Setelah mengikuti pelatihan, saya optimis dapat menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik.
84,62 15,38 0 0
Keterangan : ss = sangat setuju, s = setuju, ts = tidak setuju, sts = sangat tidak seyuju.
Berdasarkan data di atas, secara umum penguasaan materi, teknik pemaparan dari narasumber sangat memadai, sedangkan dari sisi peserta pelatihan ini dapat meningkatkan keterampuilannya dalam menyusun RPP sesuai dengan surat edaran Mendikbud No. 14 Tahun 2019. Awalnya para guru binggung dengan konsep RPP, namun setelah mengikuti pelatihan mereka menjadi jelas bahwa ada 3 hal kunci dalam penyususnan RPP yaitu tujuan, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian. Komponen-komponen RPP lainnya hanya bersifat tam bahan. Hal ini diperkuat oleh isian secara terbuka oleh peserta, bahwa mereka menilai pelatihan ini sangat bermanfaat dan berharap kegiatan pelatiha berlanjut pada tahun-tahun mendatang.
SIMPULAN
Hasil kegiatan pengabdian ini adalah
meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan guru dalam membuat rencana dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara pada penguatan karakter
positif siswa, dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif berorientasi
kearifan lokal. Penyusunan RPP
berdasarkan surat edaran Kemendikbud No 14 Tahun 2019. Keterampilan guru dalam Menyusun RPP berbasis karakter meningkat.. Respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan “sangat baik”, mereka menilai kegiatan ini sangat bermanfaat dan beharap berkelanjutan.
Mengingat kegiatan ini sangat
bermanfaat bagi guru, maka diharapkan ke depan kegiatan sejenis ini dapat dilakukan di SD No. 1 Bhaktiseraga. Di sampin itu dengan lokasi SD No. 1 Bhaktiseraga sangat strategis maka disarankan SD No. 1 Bhaktiseraga
dijadikan SD binaan Universitas
Pendidikan Ganesha.
REFERENSI
Almerico, G. M. (2014). Building
character through literacy with
children’s literature.Research in Higher Education Journal, 26, 1–13.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 210
Amirin, T. M. (2013). Kontekstual
Berbasis Kearifan Lokal Di
Indonesia Contextual
Implementation of Multicultural
Education Approach Based on Local
Wisdom. Jurnal Pembangunan
Pendidikan, 1(1).
Felicetti, M. (2016). Cultural Innovation and Local development: Matera as a CulturalDistrict. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 223, 614– 618.
Hariyadi, S., Fikri, K., & Fatahillah, A. (2016). Integrasi Nilai-nilai Kearifan
Lokal pada Pembelajaran IPA
Berbasis Lingkungan di Sekolah-sekolah Wilayah Perkebunan Kopi
Kalibaru. Prosiding Seminar
Nasional Biologi 2016, Universitas Negeri Surabaya, 1, 520–524.
Harun, C. Z. (2015). Manajemen
Pendidikan Karakter. Jurnal
Pendidikan Karakter, (3), 302–308.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741 5324.004
Manullang, B. (2013). Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045. JurnalPendidikan Karakter, (1), 1–14.
Parwati, N. N., & T. (2017).
EDUCATIONAL TOURISM
BASED ON TRI HITA KARANA.
Binus Business Review,
7(3)(November 2016), 307–314.
https://doi.org/10.21512/bbr.v7i3.181 5
Parwati, N. N., Suparta, I N., & Mariawan, I M. 2018-2019. Penerapan Model
Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Lokal Untuk Membangun Karakter Positif Siswa Di Provinsi Bali. Laporan Penelitian Strategis Nasional tahun pertama dan kedua. Walker, D. I., Roberts, M. P., &
Kristjánsson, K. (2015). Towards a new era of character education in theory and in practice. Educational Review, 67(1), 79–96. Widyanti, T.
(2015). PENERAPAN
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL
DALAM BUDAYA. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial, 24(2). Winda Rachelina. (2014). Pentingnya
Pendidikan Karakter Bangsa.