• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR NARATIF DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA: PERSPEKTIF NARATOLOGI A.J. GREIMAS. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR NARATIF DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA: PERSPEKTIF NARATOLOGI A.J. GREIMAS. Skripsi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRUKTUR NARATIF DALAM NOVEL

SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA: PERSPEKTIF NARATOLOGI A.J. GREIMAS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Juwita Purba NIM: 164114044

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapakku,

Joksiaman Purba,

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, dan Semangatnya yang selalu kauberikan

Mamaku,

Rosmalinda Simangunsong

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, dan kesabaran yang selalu kauberikan

dan kedua adikku tersayang, Jhonlis Parlindungan Purba, Jecklin Saut Andrio Purba Terimakasih dukungan semangatnya yang selalu kalian berikan untuk kakak

(7)

vii MOTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur. (Filipi 4: 6)

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, Sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yesaya 41:10)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat, penyertaan, dan bimbingan-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Naratif dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra: Perspektif Naratologi A.J.

Greimas” dengan lancar dan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dan juga dukungan agar penulis tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini hingga selesai, yaitu kepada:

Orangtua penulis Bapak Joksiaman Purba dan Mama Rosmalinda Simangunsong yang telah membiayai penulis selama proses perkuliahan hingga selesai dan selalu memberikan dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Adik kandung penulis Jhonlis Parlindungan Purba dan Jecklin Saut Andrio Purba yang selalu memberikan dukungan semangat untuk penulis. Keluarga penulis yang berada di kota Timika dan kota Medan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Susilawati Endah Peni Adji S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing I penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai dan semoga saran serta masukan yang diberikan bisa bermanfaat untuk penulis.

Dr. Yoseph Yapi Taum M. Hum. selaku dosen pembimbing II penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai. Adapun saran dan masukan yang diberikan semoga bisa bermanfaat untuk penulis.

Sony Christian Sudarsono S.S., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan perhatiannya dan kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses kegiatan belajar di Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Dosen Program Studi Sastra Indonesia: Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi M. Hum , Drs. B. Rahmanto M. Hum , Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A , (alm) Dr. P. Ari Subagyo M. Hum, S.E , (alm) Drs. Hery Antono , terima kasih atas bimbingan yang diberikan selama penulis belajar di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

(9)
(10)

x ABSTRAK

Purba, Juwita. 2020. Struktur Naratif dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra: Perspektif Naratologi A.J. Greimas. Skripsi Sastra (S-1). Yogyakarta: Program studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini mengkaji Struktur Naratif dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra: Perspektif Naratologi A.J. Greimas. Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi yang bergenre populer ini memiliki struktur naratif sebagai unsur estetika yang sangat kuat. Maka, latar belakang yang dibahas di dalam penelitian ini adalah struktur naratif yang terdapat di dalam novel tersebut.

Berkaitan dengan pernyatan di atas, penelitian ini menggunakan teori struktur naratif A.J Greimas, yang meliputi struktur aktansial, struktur fungsional, dan poros semantik untuk diterapkan dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dalam mengumpulkan data. Pengolahan data yang digunakan dalam analisis data adalah metode formal (struktural). Kemudian, hasil analisis data yang disajikan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut. Pertama, ditemukannya empat konflik dalam struktur aktansial yaitu (1) struktur aktansial Juned dan Elya, (2) struktur aktansial Juned dan Nara, (3) struktur aktansial Kevin dan Nara, serta (4) struktur aktansial Tiara dan Kevin. Dari kajian struktur aktansial ini diketahui motif penceritaan dalam mengetahui aktan dan fungsi berdasarkan penceritaan dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Kedua, dalam penelitian ini ditemukannya juga empat struktur fungsional yaitu (1) struktur fungsional Juned dan Elya, (2) struktur fungsional Juned dan Nara, (3) struktur fungsional Kevin dan Nara, serta (4) struktur fungsional Tiara dan Kevin. Dari kajian ini dirumuskan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam fungsi aktan. Struktur fungsional ini juga berfungsi sebagai alur dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Ketiga, penelitian ini juga merumuskan poros semantik yaitu (1) poros semantik Juned dan Elya, (2) poros semantik Juned dan Nara, (3) poros semantik Kevin dan Nara, serta (4) poros semantik Tiara dan Kevin. Dari kajian poros semantik ini dirumuskan adanya (1) poros pencarian yang akan dicapai subjek, (2) poros kekuatan yang membantu subjek mendapatkan objek, dan (3) poros komunikasi yang keinginan pengirim untuk mendapatkan objek dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra.

Kata kunci : Struktur naratif, struktur aktansial, struktur fungsional, poros semantik.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... ... ...xii

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ... 6 1.5 Tinjauan Pustaka ... 7 1.6 Landasan Teori ... 10 1.6.1 Struktur Aktansial ... 11 1.6.2 Struktur Fungsional ... 13

(13)

xiii

1.6.3 Poros Semantik ... 15

1.7 Metode Penelitian ... 15

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 16

1.7.2 Metode Analisis Data ... 16

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 16

1.7.4 Sumber Data ... 17

1.8 Sistematika Penyajian ... 17

BAB II STRUKTUR AKTANSIAL DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA ... 19

2.1 Pengantar ... 19

2.2 Kajian Struktur Aktansial Juned dan Elya ... 19

2.2.1 Pengirim ... 21 2.2.2 Objek ... 22 2.2.3 Subjek ... 23 2.2.4 Pembantu/Penolong ... 23 2.2.5 Penentang ... 24 2.2.6 Penerima ... 26

2.3 Kajian Struktur Aktansial Juned dan Nara ... 27

2.3.1 Pengirim ... 28 2.3.2 Objek ... 29 2.3.3 Subjek ... 30 2.3.4 Pembantu/Penolong ... 30 2.3.5 Penentang ... 31 2.3.6 Penerima ... 32

(14)

xiv

2.4 Kajian Struktur Aktansial Kevin dan Nara ... 33

2.4.1 Pengirim ... 34 2.4.2 Objek ... 34 2.4.3 Subjek ... 35 2.4.4 Pembantu/Penolong ... 36 2.4.5 Penentang ... 37 2.4.6 Penerima ... 38

2.5 Kajian Struktur Aktansial Tiara dan Kevin ... 39

2.5.1 Pengirim ... 40 2.5.2 Objek ... 41 2.5.3 Subjek ... 41 2.5.4 Pembantu/Penolong ... 42 2.5.5 Penentang ... 43 2.5.6 Penerima ... 44 2.6 Rangkuman ... 45

BAB III STRUKTUR FUNGSIONAL DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA ... 48

3.1 Pengantar ... 48

3.2 Kajian Struktur Fungsional Juned dan Elya ... 48

3.2.1 Situasi Awal ... 50

3.2.2 Transformasi ... 50

3.2.3 Situasi Akhir ... 51

(15)

xv

3.3.1 Situasi Awal ... 53

3.3.2 Transformasi ... 54

3.3.3 Situasi Akhir ... 54

3.4 Kajian Struktur Fungsional Kevin dan Nara ... 55

3.4.1 Situasi Awal ... 56

3.4.2 Transformasi ... 57

3.4.3 Situasi Akhir ... 58

3.5 Kajian Struktur Fungsional Tiara dan Kevin ... 58

3.5.1 Situasi Awal ... 60

3.5.2 Transformasi ... 60

3.5.3 Situasi Akhir ... 61

3.6 Rangkuman ... 61

BAB IV POROS SEMANTIK DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA ... 64

4.1 Poros Pencarian ... 64

4.1.1 Kajian Poros Pencarian Juned dan Elya ... 65

4.1.2 Kajian Poros Pencarian Juned dan Nara ... 65

4.1.3 Kajian Poros Pencarian Kevin dan Nara ... 65

4.1.4 Kajian Poros Pencarian Tiara dan Kevin ... 66

4.2 Poros Kekuatan ... 66

4.2.1 Kajian Poros Kekuatan Juned dan Elya ... 66

4.2.2 Kajian Poros Kekuatan Juned dan Nara ... 67

(16)

xvi

4.2.4 Kajian Poros Kekuatan Tiara dan Kevin... 69

4.3 Poros Komunikasi ... 69

4.3.1 Kajian Poros Komunikasi Juned dan Elya ... 70

4.3.2 Kajian Poros Komunikasi Juned dan Nara ... 70

4.3.3 Kajian Poros Komunikasi Kevin dan Nara ... 71

4.3.4 Kajian Poros Komunikasi Tiara dan Kevin ... 71

4.4 Rangkuman ... 71 BAB V PENUTUP ... 74 5.1 Kesimpulan ... 74 5.2 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 84 SINOPSIS ... 86 BIODATA PENULIS ... 88

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Struktur Aktansial Greimas ... 11

Tabel 2 : Struktur Fungsional ... 14

Tabel 3 : Struktur Poros Semantik ... 15

Tabel 4 : Kajian Struktur Aktansial Juned dan Elya ... 20

Tabel 5 : Kajian Struktur Aktansial Juned dan Nara ... 27

Tabel 6 : Kajian Struktur Aktansial Kevin dan Nara ... 33

Tabel 7 : Kajian Struktur Aktansial Tiara dan Kevin ... 39

Tabel 8 : Kajian Struktur Fungsional Juned dan Elya ... 49

Tabel 9 : Kajian Struktur Fungsional Juned dan Nara ... 53

Tabel 10 : Kajian Struktur Fungsional Kevin dan Nara ... 56

Tabel 11 : Kajian Struktur Fungsional Tiara dan Kevin ... 59

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain (Jakob dan Saini, 1986: 5).

Karya sastra memiliki struktur intrinsik dan ekstrinsik. Keduanya berkaitan erat dan saling mendukung dalam membangun suatu struktur cerita. Peran struktur intrinsik lebih dominan karena struktur tersebut secara langsung membangun cerita dari dalam karya itu sendiri. Namun peran struktur ekstrinsik juga penting, karena turut membangun cerita meskipun dari luar karya sastra.

Tiga aspek dalam teks-teks naratif, yaitu (a) situasi bahasa yang tidak homogen, dengan adanya penutur primer dan sekunder yang merupakan ciri khas bagi jenis ini; maka dari itu diperlukan suatu penelitian mengenai cara pencampuran sehingga teks tidak homogen, (b) bagaimana wajah dunia (fiktif) itu disajikan lewat pengantaraan campuran tersebut, dan (3) susunan dunia (fiktif) itu menentukan struktur deretan peristiwa. Jadi, kita dapat membedakan tiga aspek teks naratif, yang disebut dengan istilah teks, cerita, dan sejarah karena dengan demikian ditunjukkan berbagai cara untuk menganalisa sebuah teks naratif (Dick Hartoko, 1984:119-120).

Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang

(19)

kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun “ukuran luas” di sini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temannya, sedang karakter, setting, dan lain-lainnya hanya satu saja (Jakob & Saini, 1986: 29).

Analisis naratologi menurut Greimas meliputi dua tahapan struktur, yaitu (1) struktur lahir, yakni tataran bagaimana cerita dikemukakan (penceritaan), dan (2) struktur batin, yaitu tataran imanen yang meliputi (a) tataran naratif analisis sintaksis naratif (skema aktan dan skema fungsional), dan (b) tataran diskursif (Taum, 2011: 141).

Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra ini menceritakan tentang dua orang yang bersahabat dari kecil yang saling cinta. Terutama Kevin yang mencintai Nara. Kemudian, muncul tokoh Juned dalam kisah Kevin dan Nara. Juned adalah lelaki yang mengisi hati Nara. Hal ini bermula ketika Nara mulai dekat dengan Juned setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabat Juned. Juned memiliki hobi memanjat tebing yang dia jadikan sebagai pelarian untuk melupakan masa lalunya bersama mantan kekasihnya. Tak butuh lama untuk saling mengenal mereka pun berpacaran antara Juned dan Nara.

Kevin mengetahui perasaannya Nara dan hanya bisa tersenyum serta mendukungnya walaupun dia merasa tersakiti dan mencoba untuk mencintai

(20)

Tiara. Sudah sejak lama Tiara menyimpan rasa suka untuk Kevin sehingga dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan Kevin.

Hubungan antara Juned dan Nara dapat dikatakan harmonis. Namun kebahagiaan keduanya tidak berlangsung lama, sebab Juned megalami kecelakaan saat mengikuti aktivitas panjat tebing. Selesai sudah kisah mereka.

Ketika Nara berduka Kevin pun menemani untuk menguatkan Nara dan perlahan untuk melupakan Tiara. Tiara pun menyerah terhadap Kevin sebab Kevin hanya mencintai Nara seorang. Seiring berjalannya waktu saat hujan turun, di sore hari, Kevin berani untuk menyatakan perasaanya kepada Nara.

Kevin, Nara, Juned, dan tokoh lainnya memiliki peran dalam alur cerita tersebut. Jika ditelaah lagi, eksistensi mereka lah yang membuat alur cerita itu berlanjut. Sifat, keinginan, keadaan tokoh, atau bahkan tindakan yang bukan berasal dari tokoh bisa menjadi tali penghubung cerita. Bagian ini dapat dinamakan aksi atau fungsi (aktansial dan fungsional).

Berkaitan dengan pernyataan di atas, penelitian ini akan menganalisis Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra dengan menyesuaikan teori struktural yang dikembangkan oleh A.J. Greimas, yang meliputi struktur aktansial, struktur fungsional dan poros semantik, dengan langkah pertama menentukan skema aktansial: tataran naratif sintaksis. Kedua menentukan tahap analisis struktur fungsional. Ketiga merupakan tataran diskursif: yang merumuskan poros semantik. Skema aktansial merupakan peran yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu. Seseorang tokoh dapat menempati fungsi aktan yang

(21)

berbeda, yang bertujuan untuk menerangkan tindakan logis dan bermakna yang membentuk narasi. Struktur fungsional bertujuan untuk menguraikan peran subjek dalam rangka melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam aktan. Sedangkan poros semantik digunakan untuk memahami makna di dalam cerita tersebut.

Dalam penenelitian ini penulis akan mengkaji Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra dengan menggunakan teori struktural naratologi A.J. Greimas. Adapun alasannya sebagai berikut (i) penulis tertarik untuk mengkaji Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra menggunakan perspektif A.J. Greimas karena mampu mengungkapkan struktur aktansial, fungsional, dan poros semantik dalam novel tersebut. (ii) penulis menggunakan objek formal teori struktural naratologi A.J. Greimas karena ingin menganalisis struktur naratif secara terperinci fungsi atau kedudukan masing-masing aktan, alur cerita, dan memahami makna cerita dari awal sampai akhir. (iii) penulis belum menemukan penelitian lain yang mengkaji Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra dengan menggunakan teori struktural naratologi A. J. Greimas.

(22)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana struktur aktansial yang terdapat dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra?

1.2.2 Bagaimana struktur fungsional yang

terdapat dalam Novel

Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra?

1.2.3 Bagaimana poros semantik yang terdapat dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan struktur aktansial yang terdapat dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Hal ini akan dibahas dalam Bab II.

1.3.2 Mendeskripsikan struktur fungsional yang terdapat dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Hal ini akan dibahas dalam Bab III.

1.3.3 Mendeskripsikan poros semantik yang terdapat dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Hal ini akan dibahas dalam Bab IV.

(23)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Mencakup pada tujuan pokok penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis, antara lain sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini sebagai berikut.

(1) Memberikan gambaran mengenai struktur aktansial dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra.

(2) Memberikan gambaran mengenai struktur fungsional dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra.

(3) Memberikan gambaran mengenai struktur poros semantik dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra.

(4) Mampu menambahkan wawasan mengenai penerapan teori struktural A.J Greimas pada karya sastra populer.

1.1.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini dapat memberikan alternatif bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, yang meneliti masalah yang sama atau berkaitan dengan topik penelitian ini tentang penerapan teori struktural, khususnya mengenai teori struktur naratif dalam perspektif A.J. Greimas.

(24)

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan menggunakan teori A. J Greimas pernah dilakukan oleh lima peneliti sebelumnya, yakni Adiluhung (2011), Salahuddin (2018), Mustafa (2017), Salverosari (2018), dan Panuju (2017). Pemaparan ini sebagai berikut.

Penelitian pertama ditulis oleh Adiluhung (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Serat Sirwenda Danurwenda dalam Kajian Strukturalisme A.J.

Greimas”. Serat Sirwenda Danurwenda berisi tentang keserakahan akan kekuasaan dari seorang pemimpin yang bernama Adipati Pragola. Penelitian ini membahas tentang skema aktansial dan struktur fungsional, dan korelasi antar pola pada cerita Serat Sirwenda Danurwenda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui terdapat 11 skema aktan dan struktur fungsional pada Serat Sirwenda Danurwenda. Hasil korelasi skema aktan dan struktur fungsional diketahui bahwa skema aktan 8 merupakan skema aktan utama.

Penelitian kedua ditulis oleh Salahuddin (2018) dalam skripsinya yang

berjudul “Skema Aktan dan Model Fungsional Novel Maryamah Karpov: Kajian

Naratologi A.J.Greimas”. Penelitian ini membahas skema aktan pada konflik, dan model fungsional pada konflik dalam novel Maryamah Karpov melalui skema aktan dan model fungsional berdasarkan teori naratologi A.J. Greimas, yang terdapat dalam novel tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 11 skema aktan dan 11 model fungsional yang ditimbulkan oleh 11 konflik. Dari sebelas konflik, yang dominan berperan sebagai subjek atau pahlawan ialah tokoh Ikal, yakni pada pada skema aktan dalam konflik II, IX, X, dan XI. Tokoh

(25)

berikutnya adalah Ketua Karmun, berperan sebagai subjek pada skema aktan dalam konflik III, dan V. Kemudian tokoh Arai berperan sebagai subjek pada skema aktan dalam konflik VI, dan VII. Dan Ayah Ikal sebagai subjek pada skema aktan dalam konflik I, Dr. Diaz dalam konflik IV, dan Mahar dalam konflik VIII. Berdasarkan hasil analisis, yang merupakan konflik utama adalah konflik IX, karena dianggap sebagai yang utama karena kisah tentang perjuangan Ikal sengat detail pada skema tersebut, kemudian kisah tentang mimpi-mimpi Lintang serta mengenai Maryamah Karpov.

Penelitian ketiga ditulis oleh Mustafa (2017) artikel dalam jurnal Sawerigading, Volume 23, No.2, Desember 2017: Halaman 205-216 yang

berjudul “Skema Aktan dan Fungsional Cerita Sangbidang (Actant and Functional Schemes of Sangbidang Folkore)”. Penelitian ini membahas tentang skema aktan dan fungsional cerita rakyat Toraja Sangbidang dengan menggunakan teori A.J. Greimas. Penelitian ini mendeskripsikan (1) struktur lahir, yakni tataran perihal cerita dikemukakan (penceritaan), dan (2) struktur batin, yakni tataran imanen yang meliputi (a) tataran analisis sintaksis naratif (skema aktan dan skema fungsional) dan (b) tataran diskursif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat skema aktan pada cerita Sangbidang yang terdiri atas (1) pengirim, (2) objek, (3) penerima, dan (4) subjek. Terdapat pula skema fungsional yang dibedakan menjadi (1) situasi awal; (2) transformasi yang terbagi atas (a) tahap uji kecakapan, (b) tahap utama, dan (c) tahap kegemilangan; dan (3) situasi akhir yang terdapat di dalamnya.

(26)

Penelitian keempat ditulis oleh Salverosari (2018) dalam skripsinya yang

berjudul “Analisis Struktur Naratif Serial Petualangan di Negeri Awan karya

Eddy Supangkat: Perspektif A.J. Greimas”. Serial Petualangan di Negeri Awan memiliki lima seri buku. Secara keseluruhan, kelima serial Petualangan di Negeri Awan ini mengisahkan tentang Rio, manusia yang tinggal di Bumi, yang berpetualangan di Negeri Awan. Kisah ini melibatkan teman Rio yang bernama Gaga, kakek kerdil yang bernama Kakek Panji, penghuni Negeri Awan yang bernama Bidadari Mayangsari, juga kedua saudara kembar Bidadari Mayangsari yaitu Nini Sihir dan Nenek Sihir. Penelitian ini membahas tentang struktur aktansial dan struktur fungsional, dan poros semantik pada serial Petualangan di Negeri Awan karya Eddy Supangkat dengan menggunakan pendekatan strukturalisme naratif perspektif A.J. Greimas.

Terakhir, penelitian kelima ditulis oleh Panuju (2017) dalam skripsinya

yang berjudul “Kajian Struktur Tiga Cerpen Karya Budi Darma dalam Kumpulan Cerpen Orang-orang Bloomington: Perspektif Strukturalisme Naratif A.J.

Greimas”. Penelitian ini membahas tentang kajian penceritaan, kajian skema

aktansial dan fungsional, dan kajian tiga poros semantik tiga cerpen karya Budi Darma dalam kumpulan cerpen Orang-orang Bloomington dengan menggunakan pendekatan struktural naratif perspektif A.J. Greimas.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis belum menemukan penelitian lain yang membahas Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra dengan menggunakan teori A.J. Greimas. Akan tetapi penulis menemukan banyak penelitian lain yang menggunakan teori yang sama yaitu teori

(27)

A.J. Greimas untuk menganalisis objek material yang berbeda. Maka dari itu, penulis mengambil judul sebagai penelitiannya yaitu “Struktur Naratif dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra: Perspektif Naratologi

A.J. Greimas” ini merupakan sebuah penelitian yang baru dan belum pernah

dilakukan oleh orang lain.

1.6 Landasan Teori

Naratologi Greimas merupakan kombinasi antara model paradigmatis Levi-Strauss dengan model sintagmatis Propp. Greimas memberikan perhatian pada relasi, menawarkan konsep yang lebih tajam, dengan tujuan yang lebih umum yaitu membentuk sebuah tata bahasa naratif universal. Greimas juga lebih mementingkan aksi (fungsi) dibandingkan dengan pelaku. Tidak ada subjek di balik wacana, yang ada hanyalah subjek, manusia semu yang dibentuk oleh tindakan, yang disebut actans dan acteurs. Actans maupun acteurs dapat berarti suatu tindakan, tetapi tidak selalu tindakan manusia, melainkan juga nonmanusia (Ratna, 2004: 138).

Greimas tidak hanya berhenti pada satu jenis fungsi tunggal melainkan sampai pada perumusan sebuah tata bahasa naratif (narrative grammar) yang universal dengan menerapkan analisis semantik atas struktur kalimat.

Greimas mengemukakan model tiga pasang oposisi biner yang meliputi enam aktan atau peran, yaitu subjek versus objek, pengirim versus penerima, dan penolong versus penentang. Diantara ketiga pasangan oposisi biner ini, pasangan

(28)

oposisi subjek-objek adalah yang terpenting. Ketiga pasangan oposisi biner itu merupakan pola dasar yang selalu berulang dalam semua cerita yang membentuk tata bahasa penceritaan (Taum, 2011: 143). Jadi, di dalam penelitian ini akan menggunakan teori struktural naratologi A.J. Greimas.

1.6.1 Struktur Aktansial

Aktan adalah satuan naratif terkecil, berupa unsur sintaksis yang mempunyai fungsi tertentu. Jadi, aktan dapat berupa tokoh, dapat juga berupa sesuatu yang abstrak seperti cinta, kebebasan, keadilan, dan lain-lainnya. Tabel struktur aktansial sebagai berikut.

Tabel 1 Struktur Aktansial Greimas

Jadi, tanda panah dari pengirim yang mengarah ke objek berarti ada keinginan dari pengirim untuk mendapatkan objek. Tanda panah dari objek ke

PENGIRIM (sender) OBJEK (object) PENERIMA (receiver) SUBJEK (subject) PEMBANTU (helper) PENENTANG (opponent)

(29)

penerima berarti objek yang diusahakan oleh subjek dan diinginkan oleh pengirim diserahkan kepada penerima. Tanda panah dari pembantu menunjukkan bahwa pembantu memudahkan subjek untuk mendapatkan objek. Sebaliknya, tanda panah dari penentang menuju subjek berarti penentang mempunyai kedudukan untuk menentang atau menghalangi usaha subjek. Tanda panah dari subjek menuju objek berarti subjek bertugas untuk mendapatkan objek yang ditugasi oleh pengirim (Taum, 2011: 145).

Adapun fungsi atau kedudukan masing-masing aktan yaitu sebagai berikut.

1) Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa kepada subjek untuk mendapatkan objek.

2) Objek (object) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang diinginkan subjek.

3) Subjek (subject) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. 4) Penolong (helper) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang

membantu atau mempermudah usaha subjek untuk mendapatkan objek.

5) Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menghalangi usaha subjek dalam mencapai objek.

6) Penerima (receiver) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menerima objek yang dicari oleh subjek.

(30)

7) Subjek dan objek ada tujuan, di antara pengirim dan penerima ada komunikasi, sedangkan di antara penolong dan penentang ada bantuan atau pertentangan. Tanda panah pada skema aktansial merupakan unsur penting yang menghubungkan fungsi masing-masing aktan.

1.6.2 Struktur Fungsional

Selain menunjukkan struktur aktansial, Greimas juga mengemukakan struktur cerita yang tetap sebagai alur di dalam cerita. Struktur itu dinyatakan dalam berbagai tindakan yang disebut fungsi, sehingga dinamakan struktur fungsional.

Struktur fungsional berfungsi untuk menguraikan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam fungsi aktan. Struktur fungsional terbangun oleh berbagai peristiwa yang dinyatakan dalam kata benda seperti, keberangkatan, perkawinan, kematian, pembunuhan, dan sebagainya. Maka di dalam struktur fungsional dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (I) situasi awal, (II) transformasi: tahap uji kecakapan, tahap utama, tahap kegemilangan dan (III) situasi akhir. Tabel struktur fungsionalnya sebagai berikut.

(31)

Tabel 2 Struktur Fungsional I II III Situasi Awal Transformasi Situasi Akhir Tahap Uji Kecakapan Tahap Utama Tahap Kegemilangan

Jadi, situasi awal cerita merupakan suatu keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan (harmoni). Dalam situasi awal subjek mulai mencari objek.

Transformasi meliputi tiga tahap cobaan. Ketiga tahapan cobaan tersebut menunjukkan usaha subjek untuk mendapatkan objek (dalam tahap ini pula muncul pembantu dan penentang). Pemaparan berbagai rintangan yang harus dilalui, di situlah subjek mengalami tahap uji kecakapan. Tahap utama merupakan hasil usaha subjek dalam mendapatkan objek. Dalam tahap utama ini seseorang berhasil mengatasi tantangan dan melakukan perjalanan pulang. Tahap kegemilangan merupakan bagian subjek dalam menghadapi seseorang misalnya musuh dalam selimut atau seseorang yang berpura-pura baik padahal jahat sehingga terbongkar. Bila tidak ada pahlawan palsu maka subjek adalah pahlawan.

Situasi akhir merupakan keseimbangan, situasi telah kembali ke keadaan semula. semua konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011: 147).

(32)

1.6.3 Poros Semantik

Struktur poros semantik berusaha mengungkapkan makna dibalik narasi dengan mempertimbangkan aktan dan fungsi yang ada dalam cerita (Panuju, 2017: 16-17). Jadi, dibagian ini akan memaparkan bagaimana isi cerita tersebut dan pemaknaan apa saja yang terdapat di dalam cerita tersebut dari awal sampai akhir cerita. Tabel struktur poros semantik sebagai berikut.

Tabel 3 Struktur Poros Semantik Poros Komunikasi

Pengirim OBJEK Penerima

Poros Pencarian (desire)

Penolong SUBJEK Penentang

Poros Kekuatan

Poros komunikasi yaitu pengirim menyampaikan objek kepada penerima. Poros pencarian adalah hubungan subjek dan objek. Subjek menginginkan objek dalam mencari objek. Sedangkan Poros kekuatan yang mempertentangkan penolong dari penghalang (Panuju, 2017: 15).

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) metode pengumpulan data, (ii) metode analisis data, dan (iii) metode penyajian hasil analisis data. Pemaparannya sebagai berikut.

(33)

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penulis menggunakan metode studi pustaka dalam mengumpulkan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra serta refrensi yang akurat dalam menganalisis teks sesuai dengan teori yang digunakan. Sebagai refrensi penunjang, penulis menggunakan data-data yang diperoleh dari sumber tertulis atau pustaka lainnya seperti buku, skripsi, artikel, jurnal yang terdapat pada laman internet.

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode formal (struktural). Metode formal bertugas untuk mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra (Ratna, 2004: 49-51). Dalam menerapkan teori struktural, penulis menggunakan teori struktural naratologi A.J. Greimas untuk mengungkapkan skema aktansial, struktur fungsional dan struktur poros semantik dalam novel yang dikaji.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Analisis data disajikan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu hasil analisis berupa pemaknaan karya sastra yang disajikan secara deskriptif (Ratna, 2004: 46-48). Hasil analisis ini berupa penjelasan kajian struktur dalam

(34)

novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra dalam bentuk deskriptif.

1.7.4 Sumber Data

Karya sastra yang menjadi penelitian ini dari sebuah novel dengan identitas sebagai berikut :

Judul Novel : Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Pengarang : Boy Candra

Tahun Terbit : 2016

Penerbit : Mediakita

Jumlah Halaman : 284 halaman

Ukuran Novel : 13x19 cm

Cetakan : Pertama

1.8 Sistematika Penyajian

Bab pertama berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dipaparkan bagian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan praktis, selanjutnya tinjauan

(35)

pustaka, landasan teori, metode penelitian dapat dibagi menjadi metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Bab kedua berisi deskripsi analisis struktur aktansial dalam novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Pada bab ini akan di paparkan mengenai struktur aktansial yang meliputi pengirim, objek, subjek, penolong, penentang, dan penerima. Bab ini berfungsi juga untuk mengetahui peran masing-masing aktan yang akan dikaji.

Bab ketiga berisi deskripsi analisis struktur fungsional dalam novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Pada bab ini akan di paparkan mengenai struktur fungsional yang meliputi situasi awal, tahap transformasi, dan situasi akhir. Bab ini berfungsi juga untuk mengetahui suatu fungsi penceritaan yang akan dikaji.

Bab keempat berisi deskripsi analisis poros semantik dalam novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai struktur poros semantik yang meliputi Poros Komunikasi, Poros Pencarian, dan Poros Kekuatan. Bab ini berfungsi juga untuk memahami makna cerita.

Bab kelima berisi kesimpulan dan saran sekaligus menjadi bagian dari penutup penelitian ini.

(36)

19 BAB II

STRUKTUR AKTANSIAL

DALAM NOVEL SEPERTI HUJAN YANG JATUH KE BUMI KARYA BOY CANDRA

2.1 Pengantar

Dalam Bab II ini akan dipaparkan analisis struktur aktansial dalam novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra. Paparan tentang analisis penceritaan yang dilakukan menurut perspektif naratologi A.J Greimas. Dari pebacaan awal, terungkap adanya empat struktur aktansial pada novel ini, yaitu Juned dan Elya, Juned dan Nara, Kevin dan Nara, serta Tiara dan Kevin. Oleh karena itu, pokok persoalan yang akan dikaji pada bab ini, yaitu (1) Kajian struktur aktansial Juned dan Elya, (2) Kajian struktur aktansial Juned dan Nara, (3) Kajian struktur aktansial Kevin dan Nara, dan terakhir (4) Kajian struktur aktansial Tiara dan Kevin.

Tujuan kajian struktur di atas untuk memahami motif penceritaan dalam mengetahui aktan dan fungsi berdasarkan penceritaan dalam Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi karya Boy Candra.

2.2 Kajian Struktur Aktansial Juned dan Elya

Pada bagian ini akan memaparkan aktan Juned (pengirim) yang mengenang atau mengingat masa lalunya bersama Elya (objek). Di samping itu, Juned yang tidak menyangka bahwa Elya meninggalkannya dan membuat patah

(37)

hati Juned saat mengetahui sikap dan hubungan Elya dengan sahabatnya Juned sendiri yaitu Ikmal (penerima). Lalu, fungsi aktannya Ibu Juned (Subjek). Pembantu/Penolong di sini menyatakan kebebasan atau suatu kegiatan seperti panjat tebing (rock climbing) bersama Boni dan Farid di Desa Marantala Pargi, Gorontalo. Kemudian, Rina dan Ibu Juned berperan sebagai (penentang). Rina dan Ibu yang menentang sikap Juned dalam menyikapi masalah patah hatinya Juned bersama Elya. Jadi, Fungsi aktan yang terdapat pada struktur cerita aktansial Juned dan Elya dapat dilihat pada pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4

Kajian Struktur Aktansial Juned dan Elya

PENGIRIM (sender) Juned OBJEK (object) Elya PENERIMA (receiver) Ikmal SUBJEK (subject) Ibu Juned PEMBANTU (helper)

Kebebasan atau suatu kegiatan Juned untuk memanjat tebing (rock climbing) bersama Boni & Farid di Desa Marantala Pargi, Gorontalo. PENENTANG (opponent) Rina Ibu Juned

(38)

2.2.1 Pengirim

Pengirim atau sender dalam cerita ini adalah Juned. Seseorang yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek. Jadi, bagian ini akan memaparkan aktan Juned (pengirim) yang sebagai penggerak cerita dalam mengingat masa lalunya bersama Elya. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(1) Kepedihan telah membawa jari-jarinya mengepal dinding berbatu terjal. Ia gantungkan rasa perih itu pada tali penyangga. Tidak ada lagi yang ia takutkan. Bahkan rasa takut kehilangan kini menjelma keberanian untuk menghadapi apa pun. Baginya, cinta pernah datang kemudian menusuk mati segala harapan. Cinta membawa luka yang tidak pernah ia bayangkan. Terlalu dalam dan kejam. Dengan berlari sejauh mungkin, ia berharap bisa membawa pedih hatinya pergi. Meski ia tahu lari dari kenyataan bukanlah hal yang akan mengobati. Namun, bertahan dengan rasa sakit di tempat yang sama, melihat orang yang sama, seseorang yang tidak lagi memiliki perasaan yang sama kepadamu, hanya akan menimbulkan sesak dan rasa pilu. (Candra, 2016: 1-2).

(2) Lelaki itu pernah begitu dalam mencintai. Menyerahkan seluruh perasaannya. Menanam harapan setinggi mungkin. Menciptakan rencana-rencana baik untuk masa depan. Namun, tidak dengan kekasihnya. Perempuan itu menyudahi sendiri. Mengatur rencana tanpa ia sadar, sudah tertusuk saja dadanya. Tak berdarah, tetapi hampir menghilangkan waras. Tak berbekas, namun menyesakan napas. (Candra, 2016: 2).

(3) Kalau jatuh dari tebing. Paling langsung mati. Atau mungkin patah dan cacat seumur hidup. Dan itu enggak sesakit yang kamu lakukan padaku. Ia mengingat perempuan itu. Matanya menatap panorama alam yang berada di sekelilingnya. (Candra, 2016: 3).

Dari contoh kutipan (1), (2) dan (3) di atas dapat dianalisis bahwa Juned di dalam cerita benar-benar mengingat masa lalunya saat bersama Elya. Juned yang menginginkan Elya untuk selalu bersamanya. Untuk itu, perbuatan Elya

(39)

meninggalkan Juned, Juned tetap saja tidak bisa melupakan Elya dan kenangan yang pernah dijalani bersama-sama akan selalu diingat oleh Juned. Maka dari itu, Juned di sini dapat dikatakan sebagai pengirim karena seseorang yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita tersebut dalam mendapatkan objek.

2.2.2 Objek

Objek dalam cerita ini adalah Elya. Seseorang yang dituju, dicari atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(4) Elya Rahma, begitu ia memanggilnya. Gadis 21 tahun berambut lurus dengan kulit bersih. Memiliki tinggi 166 cm. Dengan senyuman yang tak akan pernah mengisyarat kalau dia mampu mematahkan hati lelaki. Kenyataannya tidak seperti itu. Tidak semua bunga yang indah menawarkan madu, ada yang menyimpan racun. Membunuh perlahan. Menikam dengan pelan. Lelaki itu terluka. Terlalu dalam. Luka yang kini mengantarkannya bergelantungan di tebing batu granit terjal. Batu-batu penghilang rasa sakit dengan cara yang menyakitkan. (Candra, 2016: 2).

Dari contoh kutipan (4) di atas dapat dianalisis bahwa suatu perlakuan Elya yang sudah mematahkan hatinya Juned. Sehingga, membuat hatinya Juned terluka dan patah hati ditinggalkan oleh Elya. Maka dari itu, fungsi aktannya Elya berperan sebagai objek yang akan dicari atau dituju oleh Juned saat masa lalunya bersama Elya. Maka, Elya juga dapat dikatakan sebagai objek karena dia merupakan seseorang yang dituju atau diinginkan oleh subjek atas ide pengirim.

(40)

2.2.3 Subjek

Subjek dalam cerita ini adalah Ibu Juned. Seseorang yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. Jadi, dibagian ini akan memaparkan pengakuan Ibu Juned sedahulunya ingin bertemu langsung dengan Elya. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(5) Sewaktu tahu Juned begitu patah di tinggal Elya, Ibu Juned ingin rasanya menemui Elya, dan meminta penjelasan kepada gadis itu kenapa begitu tega menyakiti anaknya. Namun Juned melarang, rasa cinta itu masih ada di antara hati yang terluka. Hal yang sulit di pahami manusia. Mengapa saat hati sudah disakiti masih saja ada rasa sayang di dalamnya? (Candra, 2016: 11).

Dari contoh kutipan (5) di atas dapat dianalisis bahwa pengakuan Ibu Juned yang menginginkan bisa bertemu dengan Elya secara langsung dalam menyampaikan suatu pernyataan yang sejelas-jelasnya kepada Elya. Dengan pernyataan kenapa tega meninggalkan Juned dan tega mematahkan hatinya Juned. Maka dari itu, Ibu Juned dapat di katakan sebagai subjek karena ingin mencari atau mendapatkan objek.

2.2.4 Pembantu/Penolong

Pembantu atau helper adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang membantu atau mempermudah usaha subjek untuk mendapatkan objek. Suatu kebebasan Juned dalam kegiatan seperti memanjat tebing (rock climbing) di Desa Marantala, Pargi, Gorontalo bersama Boni dan Farid membantu Juned untuk bisa menenangkan hatinya dari masalah patah hatinya bersama Elya. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(6) Sudah tiga hari ia meninggalkan kota dan kampusnya. Tebing Likunggavali adalah tebing kesekian yang ia ingin taklukan sejak

(41)

setahun terakhir. Rock climbing adalah bentuk pelarian dari rasa sakitnya. Di Desa Marantala, Pargi, Gorontalo, di pagi yang memukau. Embun menguap perlahan. Udara masih terlalu dingin. Pagi datang dengan malas. Juned, lelaki bernama lengkap Juned Ardi itu membuka mata, ia mencoba bangkit dari tidur. Tubuhnya masih terasa lelah. Namun, hatinya menolak rasa lelah itu. Ia tahu kenapa dia sampai di sini. Ia ingin memulihkan hati. (Candra, 2016: 3).

(7) Boni dibantu Farid membawa ransel berisi peralatan rock climbing. Mereka berjalan mendekati tebing setinggi 100 meter dari permukaan tanah itu. Sesampai di depan tebing, mata Juned menengadah menatap tebing Likunggavali. Baruan kapur yang tajam bisa saja mencabik kulitnya. Namun, pengalaman setahun belakangan sudah mengajarkan banyak hal. Ia yakin bisa menaklukan Likunggavali. Menaklukan batu-batu tajam itu dengan kepalan tangannya. Menggenggam dengan rasa sakit yang ia simpan di dada. (Candra, 2016: 4).

Dari contoh kutipan (6) di atas memaparkan suatu tempat sebagai pelarian Juned dalam menenangkan dirinya dari masalah patah hatinya dan contoh kutipan (7) suatu kebebasan atau kegiatan Juned seperti memanjat tebing (rock climbing) yang bisa menenangkan dirinya Juned ditinggalkan oleh Elya. Tujuannya Juned seperti ini, supaya Juned bisa terhibur dari masa lalunya saat bersama Elya. Maka dari itu, suatu kebebasan atau kegiatan memanjat tebing (rock climbing) bersama Boni dan Farid sebagai pelarian Juned dari cerita masalah patah hatinya tersebut. Boni dan Farid fungsi aktannya sebagai pembantu karena mereka berdua menemani dan ikut melakukan kegiatan memanjat tebing (rock climbing) di tebing Likunggavali bersama Juned.

2.2.5 Penentang

Penentang atau opponent dalam cerita ini adalah Rina dan ibu Juned. Jadi, selain fungsi aktannya ibu Juned sebagai subjek, ibu Juned juga di sini berperan sebagai penentang. Karena ibu Juned mengkhawatirkan anaknya (Juned) yang

(42)

masih saja memikirkan Elya dan Rina di sini sebagai penentang dalam kebebasan kakaknya (Juned) untuk tidak mengikuti kegiatan memanjat tebing (rock climbing). Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(8) Ibu, nggak ngelarang kamu untuk melakukan apa pun. Tapi kamu juga harus menyadari. Melarikan diri dari rasa sakit hati, nggak akan membuat hati kamu menjadi lebih baik. Kadang, patah hati memang harus dinikmati. Rasa sakit bukan untuk dibunuh. Rasa sakit akan mati saat kita berusaha memberikan kebahagiaan pada diri kita. Bukan menumbuhkan rasa benci di dada, ucap ibunya. (Candra, 2016: 10). (9) “Sudahlah! Kamu nggak perlu mikirin perempuan jalang itu!” kalimat

itu begitu tajam, kalimat yang bahkan tidak pernah Juned dengar dari ibunya seumur hidup. (Candra, 2016: 12).

(10) “Untuk apalagi kamu bela perempuan pengkhianat itu, Nak!” kemarahan itu semakin berapi-api. (Candra, 2016: 12).

(11) “Kamu pasti bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik,” bisik ibunya membuyarkan semua ingatan yang menyakitkan itu. Juned memeluk lebih erat ibunya. Malam semakin larut. Kopi yang ditinggal setengah gellas di meja itu juga semakin dingin. (Candra, 2016: 14). (12) “Ibu pernah bilang, ia nggak mau abang kenapa-kenapa. Tapi ia

tahu, abang orang yang susah dibilangin. Lagian, Ibu nggak mau abang semakin terpuruk karena putus dengan Kak Elya.” Fakta apalagi yang akan Juned dengar, ia belum menanggapi sepatah kata pun ucapan adiknya. (Candra, 2016: 84).

(13) “Bang, abang masih mau manjat tebing lagi? Abang nggak kasihan sama Ibu. Kalau abang pergi, Ibu lebih sering memikirkan abang.” Rina duduk di sebelah Juned. Ia memang jarang berbicara dengan kakaknya itu. Hanya untuk urusan-urusan yang ia rasa penting. Kali ini, mengingatkan kakaknya perihal hobi yang sudah dijalaninya akhir-akhir ini adalah bagian yang penting. (Candra, 2016: 83).

Dari contoh kutipan (8), (9), (10), (11), (12) di atas memaparkan kecemasan, kekhawatiran, dan amarah ibu Juned kepada anaknya (Juned) untuk bisa melupakan Elya. Tujuan ibu Juned seperti ini supaya Juned tidak bersedih dan benar-benar ibu Juned tidak menginginkan anaknya (Juned) memikirkan Elya

(43)

lagi. Pernyataan ibu Juned seperti ini juga suatu penenang untuk Juned dalam menyikapi masalah patah hatinya Juned. Contoh kutipan (13) di atas kecemasan dan kekhawatiran seorang adik kepada kakaknya (Juned) supaya tidak mengikuti kegiatan memanjat tebing (rock climbing) kerena Rina takut dan khawatir yang akan terjadi kepada kakaknya jika mengikuti kegiatan panjat tebing (rock climbing) tersebut. Maka dari itu, Ibu Juned dan Rina dapat di katakan fungsi aktannya sebagai penentang karena mereka berdua yang menghalangi dan menentang Juned dalam melakukan kegiatan memanjat tebing (rockclimbing) dan juga menghalangi atau menentang pikiran Juned untuk tidak memikirkan Elya lagi.

2.2.6 Penerima

Penerima atau receiver dalam cerita ini adalah Ikmal. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(14) Melebur sudah hatinya mendengar nama seseorang yang disebut Elya kemudian. Berkeping. Remuk tak berbentuk. Ikmal adalah sahabat Juned –dan Elya kekasihnya. Dua orang yang ia anggap manusia terbaik, kini menghancurkan hidupnya. Juned terhempas mendengar pengakuan itu. Ia tidak pernah menduga betapa kejam cinta. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan betapa pedih kehidupan. Dikhianati dan ditusuk kekasih, mungkin bisa ia pahami, tetapi dikhianati kekasih dan ditusuk oleh sahabat sendiri adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan. Bahkan pada pikiran terjahat sekali pun ia tidak pernah membayangkan kehidupan yang sesakit itu. Namun, kenyataannya begitulah yang ia dapatkan. (Candra, 2016: 13-14).

Dari contoh kutipan (14) di atas menyampaikan pengakuan Juned kepada sahabatnya (Ikmal) serta mantan kekasihnya (Elya) yang telah menusuk Juned dari belakang. Prasangka Juned kepada Ikmal tidak dapat dipercayakan lagi dan

(44)

juga Ikmal telah menyakiti hatinya Juned sehingga tali persahabatan mereka merenggang karena perbuatan Ikmal sendiri yang telah menusuk Juned dari belakang. Pernyataan di atas dapat dikatakan sebagai penegasan Juned kepada Ikmal yang sudah berhasil mendapatkan Elya seutuhnya. Atas perbuatannya Ikmal dan Nara kepada Juned, itu tetap saja peranggapan Juned kepada Ikmal dan Nara telah mengkhinatinya.

2.3 Kajian Struktur Aktansial Juned dan Nara

Juned (pengirim) dan fungsi aktannya Nara (objek) juga berperan sebagai (penerima). Fungsi aktannya Kevin (Subjek). Kemudian, fungsi aktannya sebagai (pembantu/penolong) suatu pertemuan kedua sahabat antara Kevin dan Nara yang sangat erat. Tiara (penentang) karena dia menentang sikap Kevin yang selalu perhatian dalam menyikapi Nara. Jadi, fungsi aktan yang terdapat pada struktur cerita aktansial Juned dan Nara dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5

Kajian Struktur Aktansial Juned dan Nara PENGIRIM (sender) Juned OBJEK (object) Nara PENERIMA (receiver) Nara SUBJEK (subject) Kevin PEMBANTU (helper) Kevin PENENTANG (opponent) Suatu Balasan Cinta

Kevin antara Nara dan Tiara

(45)

2.3.1 Pengirim

Pengirim atau sender dalam cerita ini adalah Juned. Seseorang yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek. Jadi, di bagian ini akan memaparkan pengirim yang sebagai penggerak cerita suatu kedekatan antara Juned dan Nara. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(15) Sejak pertemuan pertama –saat Juned melihat Nara di malam kompetisi menari-, Lalu berlanjut pada perkenalan saat hujan. Dan pertemuan-pertemuan tanpa percakapan selanjutnya. Juned sudah menyimpan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Hal yang memaksanya untuk selalu ingin bertemu dengan Nara. Di sini, di acara ini mereka sudah lebih sering bertemu. Sebagai lelaki, Juned mencoba

memberi isyarat kalau dia memiliki ‘sesuatu’ kepada Nara. (Candra,

2016: 124).

(16) Apa mungkin karena selama ini terlalu jauh mengasingkan diri dari perempuan. Sejak berpisah tidak baik dengan Elya, Juned bahkan tidak pernah dekat lagi dengan perempuan lain. Tidak pernah lagi membuka hati. Bertemu dengan Nara adalah hidup yang baru baginya. Rasa itu mampu membuatnya kembali mencoba percaya bahwa hatinya belum benar-benar mati rasa. (Candra, 2016: 125).

(17) Selain senyum Nara, bola mata Nara yang bulat hitam di tengahnya, membuat Juned melihat ada kehidupan yang lebih bahagia di hari nanti. Satu hal yang terbesit di hatinya, ia harus mendapatkan hati pemilik mata bulat itu. (Candra, 2016: 125).

Dari contoh kutipan (1) di atas dapat dianalisis bahwa Juned bisa bertemu dan mengenal Nara lebih dekat lagi. Contoh kutipan (2) Juned bertemu dengan Nara adalah suatu kehidupan baru baginya dalam membuka hatinya Juned kepada Nara. Contoh kutipan (3) Juned dapat membayangkan bahwa ada kehidupan yang lebih bahagia di hari nanti saat bersama Nara. Pertanyaan di atas suatu pertemuan Juned dengan Nara. Juned berharap Nara adalah seseorang yang tidak akan

(46)

menyakiti hatinya lagi. Maka dari itu, Juned dapat di katakan fungsi aktannya sebagai pengirim yang merupakan suatu ide atau penggerak cerita dalam mendapatkan objek.

2.3.2 Objek

Objek dalam cerita ini adalah Nara. Aktan seseorang yang dituju, dicari atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(18) Nara merasa beruntung, berada di samping Juned membuatnya merasa aman. Tidak ada sedikit pun takut. Bahkan ia tidak takut patah hati jikapun ada kemungkinan itu. Saat bersama Juned, Nara percaya, lelaki itu adalah jawaban dari segala luka yang selama ini ditinggalkan orang-orang yang pernah singgah. Pun bagi Juned, Nara adalah perempuan yang ingin ia cintai seutuh hati. Luka yang membuatnya melarikan diri seolah menemukan rumah. Ruang di mana ia ingin pulang. Menyempatkan melepas penat terhempas debu jalanan. Melemaskan otot-otot tergores tebing tajam. Juga sebagai pelepas beban dari masa lalu yang menikam. (Candra, 2016: 180).

(19) Mereka bukan Radit dan Jani, bukan pula Romeo dan Juliet. Ini kisah Nara dan Juned, dua orang yang jatuh atas segala hal yang datang dari sebuah luka panjang. Cinta yang tumbuh atas luka-luka yang melepuh. Dua anak manusia yang akhirnya mencoba percaya bahwa memang ada cinta yang seperti yang mereka rasa. (Candra, 2016: 181).

Dari contoh kutipan (4) dan (5) di atas dapat dianalisis bahwa kedekatan Juned dan Nara yang semakin erat dapat membuat hubungan mereka bisa berjalan dengan baik. Sehingga, Juned dan Nara bisa saling mengetahui satu sama lain. Maka dari itu, Nara dapat dikatakan sebagai objek karena dia merupakan seseorang yang dicari, dituju, diinginkan oleh Juned.

(47)

2.3.3 Subjek

Subjek dalam cerita ini adalah Kevin. Aktan seseorang yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(20) Jika kini Nara dekat dengan Juned, selayaknya Kevin mendukung. Toh itu membuat Nara terlihat bahagia. Bukankah yang diperjuangkan Kevin selama ini adalah kebahagiaan Nara? Jika begitu, harusnya ia tidak perlu sedih saat Nara menemukan orang baru yang berani menyatakan rasa. Lelaki yang berani untuk mendampingi hari-harinya. Tidak seperti Kevin, hanya bisa mencintai dalam keheningan hati. (Candra, 2016: 133).

Dari contoh kutipan (6) di atas dapat dianalisis suatu keinginan Kevin melihat Nara bisa bahagia bersama Juned. Kevin yang menyayangi dan peduli kepada Nara. Hal ini tetap saja Nara tidak pernah peka dengan kebaikan dan kepedulian Kevin yang lebih kepadanya. Balasan Nara yang menganggap Kevin hanya sebatas sahabat saja. Maka dari itu, Kevin dapat dikatakan sebagai subjek karena membantu pengirim untuk menjaga objek dengan baik. Intinya Kevin (subjek) tidak ingin melihat Nara (objek) tersebut bersedih tetapi, ingin melihat objek bisa bahagia bersama Juned (pengirim).

2.3.4 Pembantu/Penolong

Pembantu atau helper dalam cerita ini adalah Kevin. Aktan (seseorang atau sesuatu) yang membantu atau mempermudah usaha subjek untuk mendapatkan objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(21) Tidak ada alasan bagi Kevin untuk menolak, meski ia pun merasa mungkin sudah saatnya ‘melepas’ Nara seutuhnya. Sudah saatnya dia membuka hati yang beku untuk mencintai perempuan itu. Lebam

(48)

sudah lama memeluk dadanya. Nara tidak pernah tahu bahwa lelaki itu memiliki rasa terlalu dalam. (Candra, 2016: 181-182).

(22) “Iya, aku senang kok, asal kamu bahagia.” Kalimat terpalsu yang seringkali menjadi pelepas tanya Nara. Kevin memang tidak pernah jujur perihal ini. Entahlah, mungkin karena cinta memang bisa melahirkan segalanya. Bahkan bisa membuat orang menjadi berbohong hanya untuk membuat hatinya tetap aman. Meski tidak membuatnya tetap nyaman. (Candra, 2016: 182).

Dari contoh kutipan (7) dan (8) di atas dapat dianalisis bahwa suatu ungkapan Kevin yang palsu untuk melepas Nara dan melihat Nara bisa bahagia bersama Juned. Sehingga, ungkapan Kevin yang palsu itu membuat hatinya tersakiti oleh kata-kata yang diucapkan oleh dirinya sendiri kepada Nara. Maka dari itu, Kevin dapat dikatakan sebagai pembantu karena dia membantu Juned (pengirim) untuk mendapatkan dan menginginkan Nara (objek).

2.3.5 Penentang

Penentang atau opponent dalam cerita ini adalah suatu balasan cinta Kevin kepada Nara dan Tiara. Suatu yang menghalangi usaha subjek dalam mencapai objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(23) Iya, Vin. Aku nggak mau menjalani hubungan dengan orang yang hatinya nggak jelas. Aku nggak mau mencintai orang yang sama sekali nggak mencintaiku. Aku capek. Aku udah nggak tahan kalau kamu

kayak gini terus sama aku.” Emosi Tiara mengalir begitu saja. (Candra,

2016: 265).

(24) “Aku pikir kamu beda, Vin. Tapi nyatanya sama saja. Kamu nggak bisa berkomitmen! Kamu nggak pernah anggap aku benar-benar pacar

kamu.” Emosinya semakin meluap-luap. Emosi perempuan ternyata lebih mengerikan saat dia telah kehilangan kendalinya. (Candra, 2016: 266).

(49)

Dari contoh kutipan (9) dan (10) di atas dapat di analisis bahwa perasaan dan cintanya Tiara kepada Kevin yang begitu besar, tetapi sebaliknya Kevin hanya membalas cintanya Tiara itu begitu saja karena dihatinya Kevin hanyalah seorang Nara. Maka dari itu, sebagai penentang di sini adalah suatu balasan cintanya Kevin kepada Tiara yang tidak sebesar dengan Nara. Di samping itu, kecemburuan Tiara kepada Nara yang selalu dekat dengan Kevin. Kesimpulannya, Kevin tetap saja berharap bisa dekat dengan Nara. Tetapi, sebaliknya Tiara yang menginginkan bisa dekat dengan Kevin.

2.3.6 Penerima

Penerima atau receiver dalam cerita ini adalah Nara. Suatu objek yang di usahakan atau di cari oleh subjek. Jadi, subjek di sini yaitu Kevin sedangkan objek yang di cari adalah Nara. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(25) Pedih. Namun begitulah yang dilakukan Kevin. Ia hanya ingin melindungi Nara.Sejak mereka kecil naluri itu hanyalah naluri untuk melindungi sahabat. Namun perlahan-lahan ia mulai sadar. Melindungi Nara tidak hanya menjaga perempuan itu sebagai sahabat. Tetapi lebih dari itu. Lebih dalam dari ras anak kecil dulu. Ada harapan yang tanpa sengaja terus tumbuh. (Candra, 2016: 50).

(26) Hal yang selalu dilakukan Kevin adalah berusaha terlihat bahagia saat bersama Nara. Meski kebahagiaan itu harus ia samarkan dalam kepura-puraan. Ia paham, kadang kita memang harus berpura-pura bahagia. Hanya untuk membuat orang lain senang. Sebab, kita mencintai dia. (Candra, 2016: 69).

Dari contoh kutipan (11) dan (12) di atas dapat dianalisis bahwa suatu keinginan Kevin untuk bisa mendapatkan Nara. Nara adalah orang yang selalu

(50)

dicintai oleh Kevin. Maka dari itu, Nara dapat dikatakan sebagai penerima karena Nara merupakan suatu objek yang dicari atau diinginkan oleh subjek.

2.4 Kajian Struktur Aktansial Kevin dan Nara

Kevin (pengirim) juga berperan sebagai (penerima). Fungsi aktannya Nara (objek) yang merupakan sahabat kecilnya Kevin. Lalu, perasaannya Kevin yang diberikan ebih kepada Nara sejak dulu. Hanya saja Kevin yang tidak berani untuk mengatakan isi perasaanya kepada Nara. Fungsi aktannya Erlis (orangtuanya Nara) yaitu sebagai subjek. Pembantu/penolong di sini sebuah persahabatan, kesetiaan Kevin dan Nara yang membuat hubungan mereka semakin erat. Selain itu, Juned dan Tiara memiliki peran sebagai penentang karena mereka berdua yang menentang kedekatan Kevin dan Nara yang lebih dari sebagai sahabat. Sedangkan, Juned seseorang yang sempat merebut Nara dari Kevin. Jadi, Fungsi aktan yang terdapat pada struktur cerita aktansial Kevin dan Nara dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6

Kajian Struktur Aktansial Kevin dan Nara PENGIRIM (sender) Kevin OBJEK (object) Nara PENERIMA (receiver) Kevin SUBJEK (subject) Erlis (Ibunya Nara) PEMBANTU

(helper) Suatu persahabatan dan kesetiaan antara

Kevin dan Nara

PENENTANG (opponent)

Juned Tiara

(51)

2.4.1 Pengirim

Pengirim atau sender dalam cerita ini adalah Kevin. Seseorang yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(27) Kevin belum juga mampu mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan perasaan kepada Nara. Ia masih keras menjaga ketakutannya. Mungkin benar, orang yang jatuh cinta diam-diam kadang rasa kehilangannya lebih kuat, dari pada menyatakan perasaan yang jelas-jelas menusuk seisi dadanya. Kevin lebih memilih memendam semua rasa di balik kata persahabatan. Persahabatan yang memiliki dua sisi. Bahagia sebab ia bisa selalu merasa dekat. Menahan luka saat Nara dekat dengan seseorang yang bukan dirinya. (Candra, 2016: 28).

Contoh kutipan (1) di atas memaparkan bahwa Kevin yang akan menjadi seorang pengirim atau sebuah penggerak cerita. Lalu, suatu perasaan Kevin kepada Nara yang lebih dalam dari seorang sahabat melainkan jatuh hati kepada Nara. Di samping itu, ketidakberanian Kevin untuk mengutarakan isi perasaannya kepada Nara. Kevin yang selalu berharap pasangan hidupnya bisa bersama Nara. Maka dari itu, Kevin dapat dikatakan sebagai penggerak cerita dalam mendekati dan mengharapkan bersama Nara yang lebih dari seorang sahabat.

2.4.2 Objek

Objek dalam cerita ini adalah Nara. Aktan seseorang yang di tuju, di cari, atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. Nara (objek) yang akan dicari dan diinginkan oleh subjek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(52)

(28) Seperti yang lainnya, meski dingin pada kebanyakan perempuan, ia tetap memiliki teman spesial. Gadis yang sudah bersahabat bersama sedari kecil. Nara, lengkapnya Nara Senja. Gadis berambut lurus hitam itu, suka mendengarkan musik melalui earphone ke telinganya, adalah satu-satunya perempuan yang bisa dekat dengan Kevin. (Candra, 2016: 20).

Dari contoh kutipan (2) di atas dapat di analisis bahwa Nara yang menjadi objek yang akan dicari atau diinginkan oleh Kevin. Di samping itu, Kevin yang menganggap teman spesialnya itu adalah Nara. Sebagaimana, Nara yang selalu ada di hatinya Kevin dan bisa menemani Nara setiap saat. Jadi, Kevin dan Nara memang mempunyai hubungan yang dekat dan selalu bersama-sama. Maka Nara dapat dikatakan sebagai objek karena seseorang yang dicari, dituju, diinginkan oleh Kevin.

2.4.3 Subjek

Subjek dalam cerita ini adalah ibunya Nara yaitu Erlis. Seseorang yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(29) Ibu Nara mengenal baik Kevin, sejak kecil Kevin memang menjadi anak yang sopan. Meski sikapnya dingin kepada banyak orang, tetapi Kevin selalu ramah kepada orang yang lebih tua. Hal yang membuat Erlis percaya, anak perempuannya aman bersahabat dengan Kevin. Tidak jarang bila ada kegiatan kampus yang dilaksanakan malam hari, Erlis meminta tolong kepada Kevin untuk menemani Nara. Menjaga anak perempuan paling bungsu itu. (Candra, 2016: 37-38).

Contoh kutipan (3) di atas dapat di analisis bahwa Ibu Nara yang sudah lama mengenal Kevin. Jadi, Ibu Nara sudah mempercayai anak perempuannya (Nara) itu kepada Kevin. Maka dari itu, fungsi aktannya Ibu Nara dapat dikatakan

(53)

sebagai pembantu karena dia mempercayai Kevin untuk menjaga anak perempuannya itu dengan baik.

2.4.4 Pembantu/Penolong

Pembantu atau helper dalam cerita ini adalah suatu persahabatan dan kesetiaan antara Kevin dan Nara. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan sebagai berikut.

(30) “Mereka bertemu sewaktu SD, Kevin bahkan tidak pernah

melupakan pertemuan pertamanya dengan Nara.” (Candra, 2016: 20).

(31) “Sejak perkenalan itu, Nara dan Kevin menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Bahkan hingga kuliah pun mereka memilih kampus yang sama, meski tak lagi pada jurusan yang sama. Kevin kuliah di jurusan Pendidikan Fisika, sedangkan Nara mengambil jurusan Seni Tari dan

Musik.” (Candra, 2016: 21).

(32) “Bagaimana kalau kita mulai dari awal lagi. Bukan sebagai

sahabat, tapi sebagai kekasih.” Kevin meminta dengan matanya.”

(Candra, 2016: 276)

(33) “Kita mulai dari awal lagi. dan aku nggak mau semua ini

berakhir.”Nara memeluk tubuh Kevin. Pelukan pertama, bukan lagi

sebagai pelukan sahabat.” (Candra, 2016: 276).

Dari contoh kutipan (4) dan (5) di atas memaparkan pertemuan awal Kevin dan Nara dari mereka masih SD. Dilanjutkan, Kevin dan Nara tetap saja bertemu dan mereka sama-sama tidak menyangka bakalan bisa kuliah di tempat yang sama. Dari hasil pemaparan ini dapat disimpulkan bahwa mereka tidak dapat terpisahkan dan memang untuk selalu bersama-sama. Sedangkan contoh kutipan (6) dan (7) di atas pernyataan suatu cerita akhir antara Kevin dan Nara yang dulunya hanya seorang sahabat lama-kelaman bisa menjadi saling suka dan cinta.

(54)

Maka dari itu, pembantu/penolong di sini yaitu suatu hubungan awal sebagai sahabat dan di akhiri suatu perasaan yang saling suka antara Kevin dan Nara.

2.4.5 Penentang

Penentang atau opponent dalam cerita ini adalah Juned dan Tiara. Seseorang yang menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan di bawah ini.

(34) Pelukan Kevin mungkin ucapan selamat kepada Nara. Penjelasan akhir pada perempuan yang dicintainya dalam hati itu. Bahwa perempuan itu menemukan lagi lelaki yang bisa membuatnya bahagia. tetapi makna lain dari pelukannya adalah agar tidak semakin rapuh, agar ia tetap kuat berdiri, melihat perempuan yang sudah mencuru hatinya kini dicuri lelaki lain. Pelukan itu vukan hanya untuk menyelamati Nara. Namun juga untuk menguatkan dirinya sendiri. (Candra, 2016: 151-152).

(35) Batapa cemburunya Kevin melihat Nara dijemput oleh Juned. Lelaki itu dengan lembut memasangkan helm ke kepala Nara. Dengan lembut mengelus kening Nara. Juga matanya yang menatap penuh cinta pada perempuan itu. Belum lagi sentuhan mesra di pipi Nara, bibir Juned membisikkan betapa sayangnya ia pada perempuan itu. Dan semua adegan itu sungguh menyakitkan bagi Kevin. Hal-hal yangg seharusnya ia yang melakukan, malah dilakukan oleh orang lain. (Candra, 2016: 208).

(36) “Aku nggak tahu apa aku bisa menjadi orang yang mencintaimu. Jujur saja, separuh hatiku masih terbawa Juned. Tapi ada satu hal yang harus aku akui, selama kamu sibuk, aku kehilanganmu. Jujur saja aku cemburu saat kamu memilih untuk jadian dengan Tiara. Dan entah ini jahat atau bagaimana, saat aku tahu kamu nggak lagi menjadi pacar

Tiara, aku merasa bahagia.” mata Nara menatap dalam mata Kevin.

(Candra, 2016: 276).

Pernyataan kedua contoh kutipan di atas jika ditelaah bahwa Kevin dan Nara sebenarnya sama-sama menutupi perasaannya yang saling suka dan saling mencintai. Maka dari itu, pemaparan dari contoh kutipan (9) di atas

Gambar

Tabel 1 Struktur Aktansial Greimas
Tabel 2 Struktur Fungsional  I  II  III  Situasi  Awal  Transformasi  Situasi  Akhir  Tahap Uji  Kecakapan  Tahap  Utama  Tahap  Kegemilangan
Tabel 3 Struktur Poros Semantik

Referensi

Dokumen terkait

Relasi antara ayah dan anak dimulai ketika Lyra sampai di Lamalera walaupun masyarakat Lamalera mengetahui bahwa Lyra adalah tunangannya Anthony namun Arakian