• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbuat inherent dalam kehidupan manusia, disisi lain manusia ingin hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk berbuat inherent dalam kehidupan manusia, disisi lain manusia ingin hidup"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan di dunia ini timbul bersama dengan adanya manusia, kehendak untuk berbuat inherent dalam kehidupan manusia, disisi lain manusia ingin hidup secara tentram aman, tertib, damai, dan berkeadilan. Artinya tidak diganggu oleh perbuatan jahat, yang mana upaya-upaya manusia untuk menyedikitkan kejahatan telah dilakukan baik yang bersifat preventif maupun represif

Di era globalisasi saat ini, banyak sekali perkembangan serta kemajuan yang dapat kita lihat dan kita rasakan. Perkembangan dan kemajuan tersebut terjadi diberbagai bidang kehidupan manusia. Bidang ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, dan bahkan hukum. Kemajuan yang telah kita rasakan saat ini tentunya tidak lepas dari pengaruh sumber daya manusia kita yang telah dapat berinovasi, kreatif serta telah banyak mengalami kemajuan yang dapat memacu semangat kita semua untuk menjadi bangsa yang lebih maju dan dapat disegani oleh Negara lain

Perkembangan yang begitu besar tentunya tidak lepas dari dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya dibidang teknologi kita dapat dengan mudah mengakses informasi yang kita inginkan yakni dengan adanya layanan internet, dan berbagai media canggih lainnya yang dapat memudahkan pekerjaan kita. Dibalik dampak positif tentu akan ada dampak negatifnya, diantaranya

(2)

semakin maraknya kejahatan ekonomi, kejahatan dunia maya, yang serta merta mempengaruhi manusia untuk bergaya hidup instan sebagai akibat dari banyaknya tenaga manusia yang telah diganti dengan tenaga mesin. Dalam bidang hukum tentunya banyak kejahatan-kejahatan baru yang belum mempunyai aturan sehingga harus ada peraturan yang mengaturnya. Dibidang hukum tentunya akan ada juga dampak negatif yang timbul dari kemajuan zaman yang dihadapi. Dampak negatif inilah yang perlu kita kaji, terutama dalam bidang hukum yang akan menjadi kajian penulis. Bagaimana hukum menyikapi kemajuan zaman, karena dengan perkembangan yang ada akan mempengaruhi paradigma berpikir tiap orang dan akan mempengaruhi tingkah lakunya. Pengaruh dari segi perilaku inilah yang akan mengganggu kestabilan bersama, sehingga perlu adanya perhatian lebih dari pihak terkait.

Tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan seseorang pastinya memiliki banyak alasan tertentu. Menurut para filosof ide tentang kebaikan dan keburukan di dalam perbuatan adalah sesuatu yang berlaku pada manusia karena suara hati etika manusia membentuknya atas dasar hal tersebut, sehingga ia merupakan ide relatif bukan ide sejati. Nilai pemikiran relatif pada dasarnya merupakan nilai praktis, bukan nilai ilmiah. Karena pelaku dengan potensi merasa perlu mencapai tujuan dalam perbuatan-perbuatan yang bersifat kehendak, untuk menjadikan baginya suatu perantara bagi perbuatan.1 Akan tetapi sebesar apapun alasan itu

1 Murtadla Muthahari, Terjemah Agus Efendi, Keadilan Illahi Asas Pandangan Dunia Islam,

(3)

tentu tidak dibenarkan adanya suatu tindak pidana atau kejahatan. Oleh karena itu dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diperlukan tatanan yang dapat mengatur dan mengikat, sehingga dalam bertindak dan berbuat kita memiliki batas dan norma-norma serta ketentuan-ketentuan. Hal ini sesuai dengan asas Negara kita yakni Negara hukum. Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh semua orang di dalam suatu masyarakat. Dengan konsekwensi ancaman harus mengganti kerugian atau mendapat pidana penjara, Jika melanggar atau mengabaikan peraturan-peraturan yang telah ditentukan.2

Dalam hal kejahatan atau tindak pidana setiap negara telah mengatur dalam kitab undang-undang tertentu. Segala perbuatan atau perilaku yang tergolong dalam tindak pidana, akibat hukumnya serta bilangan hukuman yang harus dibebankan pada setiap orang yang melakukan tindak pidana. Suatu tindak pidana adalah sesuatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang yang apabila dilakukan atau diabaikan maka yang melakukan atau yang mengabaikan akan diancam dengan pidana.3 Hal ini tentunya berlaku bagi siapapun yang termasuk warga Negara Indonesia tanpa terkecuali membedakan status, pangkat dan jabatan. Walaupun dalam realitanya pangkat dan jabatan seseorang akan dapat mempengaruhi perilaku Hukum.

Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan adalah dimana tempat bagi mereka yang melakukan kejahatan sebagai konsekuensi atas perbuatan yang telah

2 R.Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik Khusus, h 1 3 ibid h 6

(4)

dilakukan. Dari segi filsafat terdapat dua arti yang mendasar dan mendalam tentang asal usul hukumnya, yakni: sebagai sumber untuk isi hukum dan sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum.4

Hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak kejahatan biasanya berupa pidana perampasan kemerdekaan dan hukuman denda. Pidana perampasan kemerdekaan adalah perampasan kemerdekaan yang ditujukan kepada seorang oknum untuk sementara waktu atau seumur hidup. Bentuk perampasan kemerdekaan ini dapat berupa pidana penjara ataupun pidana kurungan. Adapun fungsi dari pidana penjara adalah:5

1. Menjamin pengamanan pemidanaan

2. Memberikan kesempatan kepada narapidana untuk direhabilitasi

Tindakan terhadap kejahatan dengan penyitaan terhadap milik atau pembayaran atau pembayaran denda telah terdapat di sebagian besar masyarakat. Tetapi sangat banyak ragamnya dalam menitik beratkan soalnya dalam sistem ini. Keragaman tersebut disesuaikan dengan kerugian yang dialami. Beberapa fungsi dari pidana denda diantaranya adalah:6

1. Pembayaran denda mudah dilaksanakan dan dapat direvisi apabila ada kesalahan

2. Pidana denda adalah hukuman yang menguntungkan pemerintah karena tidak banyak mengeluarkan biaya.

4 Sudarsono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, h 19-20

5 Ninik Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan, h 40 6 ibid h 42

(5)

3. Pidana denda mudah dilihat dan mudah diatur.

4. Pidana denda akan menjadi penghasilan bagi negara, daerah dan kota.

Kaidah-kaidah dalam pranata hukum memang bersifat memaksa karena untuk kelangsungan hidup masyarakat yang berarti guna perlindungan kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Paksaan hanya dipergunakan untuk menjamin ditaatinya peraturan-peraturan yang sangat dibutuhkan.

Dalam ilmu hukum dikenal (3) tiga kategori perbuatan melawan hukum, yaitu:7

1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.

2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan atau kelalaian).

3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.

Dari kriteria tersebut di atas jelas, bahwa suatu perbuatan apapun yang dapat merugikan orang lain dan berakibat membahayakan dan memberi rasa takut bagi orang lain, serta baik dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja adalah termasuk perbuatan melawan Hukum yang dapat dikenai sanksi.

Bagi pelaku kejahatan atau tindak pidana di dalam persidangan tidak serta merta menerima putusan yang diberikan oleh hakim dalam sidang, Akan tetapi bagi setiap pelaku tindak pidana diberikan hak untuk mengajukan pembelaan. Bahkan setelah mendapatkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, seseorang yang menjadi narapidana berhak mendapat pengurangan masa pidana

(6)

yang kita kenal dengan sebutan Remisi yaitu pengurangan masa pidana dengan beberapa alasan dan syarat-syarat tertentu. Hakim di dalam memberikan putusan tentunya tidak luput dari adanya fakta persidangan, penyidikan, dan penyelidikan. Putusan yang diberikan hakim kepada terdakwa tidak serta merta dilakukan atas balas dendam, akan tetapi dalam menjatuhkan putusan seorang hakim bersumber pada bukti-bukti dan KUHP yang telah menentukan hukuman maksimal dan minimal. Hal ini tentunya KUHP dalam penerapannya di Indonesia sudah disesuaikan dengan prinsip keadilan bagi masyarakat Indonesia, Tapi mengapa yang terjadi putusan seorang hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap bisa berubah dan berkurang dengan adanya Remisi bagi narapidana, apalagi besarnya Remisi yang diberi sampai berbulan-bulan dan dengan persyaratan yang mudah

Setiap hukum yang berlaku secara positif bertujuan melaksanakan dimensi keadilan dan kemanusiaan, dimana dimensi ini tidak mengenal ras, etnik, dan kebudayaan yang pluralistic.8

Peraturan yang dibuat dan yang telah ditetapkan adalah bertujuan untuk memberikan rasa aman, tertib dan adil bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali. Rasa aman berarti suatu keadaan pribadi dengan perasaan bebas dari ketakutan akan kemungkinan adanya suatu bahaya atau berbagai hal yang tidak diinginkan.9Adapun yang dimaksud dengan tertib adalah suatu keadaan antar pribadi yang serba teratur dengan segala hal terjadi atau berlangsung menurut

8 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, h 319

(7)

ukuran yang seharusnya.10 sedangkan yang dimaksud adil menurut hukum adalah suatu nilai yang merupakan titik keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum.11

Maka dari pada itu disini penulis mencoba menganalisis apakah hal pemberian Remisi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana kiranya hal itu memang harus diberikan mengingat bahwa pemberian Remisi kepada pelaku tindak pidana berat dan ringan tidak dibedakan dalam pemberiannya.

Keadilan adalah hal yang paling utama, karena dari keadilan akan muncul rasa aman, tertib dan damai. Prinsip keadilan ini mendapat posisi paling utama pada piagam Madinah yang dinyatakan secara tegas sebagai sistem perundang-undangan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam piagam Madinah dinyatakan bahwa orang-orang mukmin harus berlaku adil dalam membayar diyat dan menebus tawanan tidak boleh ada pihak-pihak yang dirugikan. Demikian juga bila orang-orang mukmin mengadakan perjanjian damai harus berdasarkan atas persamaan dan keadilan diantara mereka.

Dari ketetapan tersebut dapat ditegaskan bahwa prinsip keadilan menjadi salah satu sistem perundang-undangan negara Madinah. Semua warga negara baik Muslim maupun non Muslim diperlakukan secara adil dengan memperoleh hak perlindungan dan hak persamaan dalam kehidupan sosial dan politik, artinya

10 ibid, h 5 11 ibid, h 7

(8)

sebagai sesama manusia mendapat hak yang sama untuk mendapatkan keadilan.12 Maka dari sejarah inilah kita harus banyak belajar bahwa keadilan sudah ada dan sudah diterapkan sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Nash Al-Qur’an bahwa kita diperintahkan untuk memutuskan suatu Hukum dengan penuh keadilan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat An-Nisa’ Ayat 58 dan 105.

¨βÎ)

©!$#

öΝä.ããΒù'tƒ

βr&

(#ρ–Šxσè?

ÏM≈uΖ≈tΒF{$#

#’n<Î)

$yγÎ=÷δr&

#sŒÎ)uρ

ΟçFôϑs3ym

t÷t/

Ĩ$¨Ζ9$#

βr&

(#θßϑä3øtrB

ÉΑô‰yèø9$$Î/

4

¨βÎ)

©!$#

$−ΚÏèÏΡ

/ä3ÝàÏètƒ

ÿϵÎ/

3

¨βÎ)

©!$#

tβ%x.

$Jè‹Ïÿxœ

#ZÅÁt/

∩∈∇∪

Artinya: Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat13

!$¯ΡÎ)

!$uΖø9t“Ρr&

y7ø‹s9Î)

|=≈tGÅ3ø9$#

Èd,ysø9$$Î/

zΝä3óstGÏ9

t÷t/

Ĩ$¨Ζ9$#

!$oÿÏ3

y71u‘r&

ª!$#

4

Ÿωuρ

ä3s?

tÏΖÍ←!$y‚ù=Ïj9

$Vϑ‹ÅÁyz

∩⊇⊃∈∪

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.14

Menjunjung tinggi suatu keadilan bukanlah hal yang mudah, karena adil tidak berarti sama. Justru adil adalah menempatkan sesuatu pada bidangnya dan sesuai dengan kapasitas tanggung jawab yang diemban. Begitu juga pemberian

12 Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintah Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari

Pandangan Islam, h 222-223

13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya. h 128 14 ibid. h 139

(9)

Remisi bagi narapidana, dalam perspektif penulis pemberian Remisi tersebut justru dirasa tidak adil. Ketidakadilan yang dirasa sangat besar dirasakan bagi pihak korban. Karena Remisi atau pengurangan yang diberikan kepada pelaku tindak pidana dirasa tidak dapat mengurangi rasa jera bagi seorang pelaku kejahatan, sehingga di masyarakat menimbulkan rasa takut dan tidak aman, apalagi bagi korban dan keluarganya akan takut terulangnya kembali suatu tindak kejahatan tersebut. Apalagi Remisi atau pengurangan hukuman yang diberikan berkisar 1 minggu bahkan 6 bulan terhitung tiap-tiap tahun seorang narapidana menjalani hukumannya hal ini dirasa sangat besar. Dan juga hal ini dirasa tidak adil bagi masyarakat, karena setiap pelaku pidana mudah dan dengan cepat dapat keluar dari penjara.

Pemberian Remisi tersebut dijadikan dalih sebagai pelaksanaan hak asasi manusia. Pengurangan hukuman berdasarkan tanggal hari besar kenegaraan dan hari besar keagamaan dianggap wajar, karena pengurangan tersebut hanya berkisar satu hari pada hari besar yang telah ditentukan Negara. Akan tetapi Remisi atau pengurangan hukuman selama satu minggu hingga beberapa bulan dirasa tidak wajar dan justru hal inilah yang akan penulis kaji apakah hal ini telah sesuai dengan prinsip keadilan, kemaslahatan dan hukum itu sendiri.

Islam juga menjunjung tinggi hak asasi manusia. Islam dengan sistem hukumnya menjaga serta melindungi kehormatan manusia sehingga tercipta keseimbangan dan kemaslahatan manusia, disini Islam menjunjung tinggi

(10)

keadilan dan HAM.15 Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu kehidupan yang aman, tertib dan damai dalam masyarakat.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud Remisi menurut KEPRES No.174 Tahun 1999 tentang Remisi?

2. Bagaimana syarat-syarat dan tata cara mendapatkan Remisi bagi pelaku tindak pidana menurut perundangan di Indonesia?

3. Bagaimana tinjauan filsafat hukum Islam terhadap pelaksanaan Remisi dilihat dari prinsip hukum dan prinsip keadilan?

C. Kajian Pustaka

Penelitian yang ditulis oleh penulis ini adalah tentang bagaimana tinjauan filsafat hukum Islam terhadap pemberian Remisi oleh pelaku tindak pidana (Narapidana atau Anak Pidana), yakni seseorang yang telah melakukan kejahatan yang berakibat dengan didapatnya hukuman pidana dan telah diputuskan bersalah oleh pengadilan serta telah mendapatkan putusan hukuman tetap.

Kajian tentang Remisi sudah ada yang pernah membahasnya yakni tentang Kepres No.5 tahun 1987 tentang Remisi, yang sekarang banyak mengalami banyak perubahan sehingga diubah menjadi Kepres No.174 tahun 1999, dan hanya diteliti oleh satu orang saja tepatnya tahun 1989 oleh Shaichul

(11)

Ghulam Jurusan Muamalah Jinayah yang membahas tentang tinjauan hukum Islam tentang Remisi.

Skripsi yang telah dikaji oleh saudara Shaichul Ghulam hanya sebatas tentang pengertian Remisi itu sendiri, dan lembaga pemasyarakatan dalam hukum Islam dan tidak sedikitpun menyentuh dampak yang ditimbulkan dari adanya Remisi tersebut, serta tidak menjelaskan bagaimana suatu Remisi tersebut jika ditinjau dari prinsip keadilan. Yang telah dikaji oleh saudara Shaichul Ghulam adalah bagaimana cara mendapatkan Remisi serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Remisi. Sedangkan yang akan diteliti oleh penulis ini akan sangat berbeda, Yakni lebih menekankan pada kajian filsafat hukum Islam yang akan membahas tata cara serta syarat-syarat pemberian Remisi bagi narapidana yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Remisi dan akan dikaji dalam filsafat hukum Islam apakah pemberian Remisi bagi narapidana telah sesuai dari sudut pandang prinsip hukum dan prinsip keadilan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Remisi yang dimaksud Kepres No.174 tahun 1999

2. Untuk mengetahui syarat-syarat serta tata cara yang harus dipenuhi oleh seorang narapidana dan anak pidana agar bisa mendapatkan Remisi.

3. Untuk mengetahui bagaimana analisis filsafat hukum Islam terhadap pemberian Remisi bagi narapidana ditinjau dari prinsip hukum, keadilan dan kemanusiaan.

(12)

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Sebagai bahan kajian bagi penelitian-penelitian lainnya yang berhubungan dengan tema skripsi ini.

2. Dari skripsi ini diharapkan dapat menambah ragam khazanah ilmu dalam bidang hukum, khususnya yang berhubungan dengan pemberian Remisi. 3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang prinsip keadilan menurut

filsafat hukum Islam.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan:

Kepres No. 174 Tahun 1999 : Keputusan Presiden tentang Remisi

Remisi : Pengurangan masa pidana yang diberikan

kepada narapidana dan anak pidana yang telah berkelakuan baik selama menjalani pidana16 Filsafat Hukum Islam : Pengetahuan tentang hakikat hukum Islam,

yakni pengkajian mendalam tentang asal muasal hukum Islam, proses pencaharian rahasia-rahasia dan Illat hukum serta tujuan

16 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.09.HN.02.01 Tahun

(13)

diberlakukannya hukum Islam sebagai prinsip dan dasar-dasar pijakan untuk berperilaku17 Pelaku Tindak Pidana : Narapidana dan atau Anak pidana yang telah

diputus bersalah oleh pengadilan dan mempunyai keputusan hukum tetap

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka sebagai bahan dasar penulisannya dan menggunakan literatur untuk melakukan analisis, Dalam metode penelitian ini akan dikemukakan tentang:

1. Sumber Data a. Data Primer

1) Kepres No.174 Tahun 1999 Tentang Remisi

2) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Kepres No.174 tahun 1999

3) Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2007

(14)

b. Data Skunder

Sumber data skunder adalah Al-Qur’an dan Hadits serta buku-buku yang erat kaitannya dengan judul skripsi ini dan buku-buku-buku-buku sebagai penunjang data

1) Undang-Undang RI No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2) Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2006 Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No.32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan.

3) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI No.M.10.HN.02.01 Tahun 1999 tentang pelimpahan wewenang pemberian Remisi khusus

4) Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan No.E.UM.01.10-130 Tahun 2001 Tentang Penjelasan Remisi khusus yang tertunda, bersyarat, serta tambahan

2. Tehnik Pengumpulan Data

Dari sumber data yang penulis gunakan di atas bahwa penelitian dalam studi ini merupakan penelitian kepustakaan, dan adapun tehnik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menelaah dan menganalisis serta mempelajari sumber-sumber data di atas.

3. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisa data yang digunakan adalah Deskriptif Verifikatif yaitu Memaparkan keseluruhan data yang didapatkan dan disebutkan di atas secara

(15)

jelas dan terperinci dan memberikan penilaian terhadap hasil dari data yang dianalisis, Sehingga penulis dapat menuliskan penjelasan-penjelasan yang dihasilkan dari penelitian ini, untuk menjawab permasalahan-permasalahan dari penelitian ini

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mengarah pada pembahasan skripsi ini dipaparkan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang memuat pembahasan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Hukuman Dalam Islam, Prinsip Keadilan dalam Filsafat Hukum Islam yang memuat tentang Prinsip Kemanusiaan serta Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

BAB III : Remisi dalam Kepres No.174 tahun 1999 yang terdiri atas Pengertian, Syarat-syarat, Tata cara, Dasar hukum.

BAB IV : Analisis terhadap pemberian Remisi dalam Kepres No.174 tahun 1999 berdasarkan Prinsip keadilan dan kemaslahatan dalam filsafat hukum Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya adalah masih banyak orang yang berfikir sempit tentang hukum potong tangan kepada pelaku tindak pidana pencurian dalam Islam.. Paradigma seperti ini akhirnya

Penegakan hukum terhadap pidana di pasar modal yang dilakukan oleh badan otoritas di bidang pasar modal dan lembaga keuangan, Bapepam-LK sekarang ada pada Otoritas Jasa

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

jum’at, 01 Desember 2017 pukul 10:10 WIB, beliau merupakan masyarakat asli desa Leran yang pernah menggunakan sesajen dalam acara pernikahan.. Kalau hukum membuat sesajen saya

Sehingga keberhasilan pendidikan bukan saja menjadi tugas dan tanggung jawab institusi pendidikan saja tetapi yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat dapat

Proses penilaian kontribusi teknologi dilakukan dengan melibatkan pihak manajemen perusahaan untuk mendapatkan data teknis dan judgment terhadap batasan

Sikap peserta didik dalam mentaati tata tertib sekolah tentunyan berbeda- beda antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya, sehingga dalam pelaksanaannya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku belanja konsumen dalam pembelian mainan anak-anak pada Petra Toys di