• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah disuatu daerah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Survei tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah disuatu daerah,"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Survei tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah disuatu daerah, mengklasfikasikannya menurut sistem klasfikasi baku, memplot batas tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta tanah, perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang disebut survei tanah atau inventarisasi sumber daya tanah ( Rayes, 2007 ).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas

warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Dalam melakukan survei tanah, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipahami yaitu satuan peta tanah dan satuan taksonomi. Satuan peta tanah merupakan satuan yang dibatasi di lapangan berdasarkan pada kenampakan bentang alam (landscape) sedangkan satuan taksonomi (satuan tanah) merupakan satuan yang diperoleh dari menentukan suatu selang sifat (range in characteristic) tertentu dari sifat – sifat tanah yang didefenisikan oleh suatu sisitem klasifikasi tanah. Setiap satuan peta tanah bisa berisi satu atau lebih satuan taksonomi tanah (Rayes, 2007).

Proses sebenarnya pemetaan atau survei terdiri dari berjalan diatas lahan dengan interval yang sama dan mencatat perbedaan-perbedaan tanah dan gambaran yang berhubungan dengan permukaan, seperti tingkat kemiringingan

(2)

lereng, erosi yang terjadi, penggunaan lahan, penutup vegetatif, serta gambaran alami batas-batasnya langsung digambarkan dalam foto udara ( Foth, 1998 ).

Dalam survei tanah dikenal metode survei yaitu ; 1. Metode grid , menggunakan prinsip pendekatan sintetik

2. Sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara ( menggunakan prinsip pendekatan analitik )

3. Grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan tersebut ( Rayes, 2007 ).

Dalam pelaksanaan survei tanah, ada 3 tahap kegiatan yang perlu dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif yaitu:

(1) Tahap persiapan

(2) Tahap survei lapangan, yang dibedakan atas: a. Pra – survei

b. Survei utama

(3). Analisis data dan pembuatan peta dan laporan ( Rayes, 2007). Evaluasi lahan

Evaluasi lahan adalah proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan diggambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencaan tataguna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratn yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas

(3)

kesesuaian atau kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut ( Hardjowigeno dan widiatmaka, 2007 ).

Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumber daya lingkungan untuk penggunaan yang lestari ( Rayes, 2007 ).

Evaluasi lahan pada berbagai tingkat yaitu :

1. Evaluasi lahan tingkat detail skala 1 : 10.000 – 1 : 25.000 2. Evaluasi lahan tingkat semi detail skala 1 : 50.000- 1 : 100.000 3. Evaluasi lahan tingkat tinjau skala 1 : 250.000 – 1 : 500.000 4. Evaluasi lahan tingkat eksplorasi skala 1 : 500.000 – 1 : 2.000.000 5. Evaluasi lahan tingkat kompilasi skala 1 : 5.000.000

( Rayes, 2007 ). Metode Evaluasi Lahan

Dalam evaluasi lahan, suatu daerah yang akan dievaluasi, harus dibagi kedalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang merupakan daerah yang dipetakan dengan karakteristik tertentu. Biasanya SPL ini, didasarkan atas satuan peta tanah (SPT) dari hasil survei tanah( Rayes, 2007).

Menurut FAO (1976, dalam Djaenudin dkk., 2011) kegiatan utama dalam evaluasi lahan adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi pendahuluan: meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas dan skala survei.

(4)

2. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan- persyaratan yang diperlukan.

3. Deskripsi satuan peta lahan (land mapping units) dan kemudian kualitaslahan (land qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas-pembatasnya.

4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan sekarang.Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data lahan, penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisa secara bersama- sama.

5. Hasil dari butir ke 4 adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 6. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

Klasfikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Sebagai contoh lahan sangat sesuai untuk irigasi, lahan cukup sesuai untuk pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif ( Djaenudin dkk, 2011).

Klasfikasi kesesuaian lahan menyangkut perbandingan ( matcing ) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasfikasi kesesuaian lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang

(5)

diinginkan. Struktur klasfikasi kesesuaian lahan, menurut kerangka FAO ( 1976 ), terdiri atas 4 kategori, yaitu :

1. Ordo : Mencerminkan macam kesesuaian

2. Kelas : Mencerminkan tingkat kesesuaian dalam ordo

3. Sub kelas : Mencerminkan macam pembatas/macam perbaikan yang perlu 4. Unit : Mencerminkan perbedaan kecil dalam pengelolaan pada sub kelas Ordo : Menggambarkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan lahan yang dipilih. Terdapat dua order yaitu:

1. Sesuai (S) : Lahan dapat digunakan secara lestari untuk suatu tujuan penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit kerusakan terhadap sumberdaya alamnya, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan masukan yang diberikan.

2. Tidak Sesuai (N) : Lahan memiliki pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Pertimbangan yang dipakai : a. Penggunaan lahan secara teknis tidak memungkinkan (irigasi, lereng) b. Ekonomis, input yang diberikan jauh lebih besar dibanding output. (Siswanto, 2006).

Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam ordo sesuai yang didefinisikan secara kuantitatif adalah sebagai berikut Menurut Mega dkk , 2010 :

Kelas S1 (sangat sesuai) adalah lahan yang tidak mempunyai pembatas serius dalam menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan melebihi yang biasa diberikan

(6)

Kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

Kelas S3 (sesuai marginal) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

Order N (tidak sesuai) biasanya ada dua kelas yaitu:

Kelas N1 (tidak sesuai saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.

Kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya ) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untukdigunakan bagi suatu penggunaan yang lestari ( Mega dkk, 2010 ).

Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini atau kelaskesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat penggelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang disetiap satuan peta. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang

(7)

akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi persatuan luasnya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Tabel 1. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik Lahan Aktual (Saat Ini) untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/

Karakteristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1. Rezim radiasi

Panjang/lama penyinaran matahari

Tidak dapat dilakuakan perbaikan - 2. Rezim suhu

Suhu rerata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan

terdingin

Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan

terpanas

Tidak dapat dilakukan perbaikan - 3. Rezim

kelembaban udara

Kelembaban nisbi Tidak dapat dilakukan perbaikan - 4. Ketersediaan air

Bulan kering Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi Curah hujan Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 5. Media perakaran

Drainase Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase

Sedang, tinggi Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan -

Kedalaman efektif Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah.

Tinggi

6. Retensi hara

KTK Pengapuran atau penambahan

bahan organic

Sedang, tinggi

Ph Pengapuran

7. Ketersediaan hara Pengapuran

N total Pemupukan Sedang, tinggi

P2O5 tersedia Pemupukan

K2O dapat ditukar Pemupukan

8. Bahaya banjir

Periode frekuensi Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air

Tinggi

9. Kegaraman

(8)

10. Toksisitas

Kejenuhan aluminium Pengapuran Sedang, tinggi Lapisan pirit Pengaturan sisitem tata air tanah,

tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik

Sedang, tinggi

11. Kemudahan pengolahan

Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah.

Sedang, tinggi

12. Terrain/potensi mekanisasi

Tidak dapat dilakukan perbaikan - 13. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi,

pembuatan teras, peneneman sejajajr kontur, penanaman tanaman penutup tanah.

Sedang, tinggi

Sumber : (Rayes, 2007). Keterangan:

• Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilakukan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah.

• Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat petani menengah, memerlukan modal yang cukup besar dab teknik pertanian sedang.

• Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dilakukan dengan modal yang relatif besar atau menengah.

(9)

Tabel 2. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/karakteristik lahan Tingkat pengelolaan

1. Rezim radiasi - - -

2. Rezim suhu - - -

3. Rezim lengas udara - - -

3. Ketersediaan air • Bulan kering - + ++ • Curah hujan - + ++ 4. Media perakaran • Drainase - + ++ • Tekstur - - - • Kedalaman efektif - - + • Gambut: kematangan - - + • Gambut: ketebalan - - + 5. Retensi hara • KTK - + ++ • Ph - + ++ 6. Ketersediaan hara • N total + ++ +++ • P2O5 tersedia + ++ +++ • K2Odapat ditukar + ++ +++ 7. Bahaya banjir • Periode - + ++ • Frekuensi - + ++ 8. Kegaraman • Salinitas - + ++ 9. Toksisitas • Kejenuhan aluminium - + ++ • Lapisan pirit - + ++ 10. Kemudahan pengolahan - + ++ 12. Terrain/potensi mekanisasi - - + 13. Bahaya Erosi - + ++ Sumber: (Rayes, 2007). Keterangan :

• - tidak dapat dilakukan perbaikan

• + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan satu kelas tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)

• ++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) • +++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1)

(10)

Karakteristik lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contohnya lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumberdaya lahan, karakteristik lahan dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanah. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam °C.

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam mm.

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran >2 mm.

(11)

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. Ketebalan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan.

10. Kematangan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tingkat kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin banyak seratnya menunjukkan belum matang/mentah (fibrik).

11. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

12. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g

contoh tanah.

13. Reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan.

14. C-organik : kandungan karbon organik tanah.

15. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik.

16. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar.

17. Kedalaman bahan sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik.

18. Lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %.

19. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi

(12)

parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun.

20. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun. 21. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan

tanah/lapisan olah.

22. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

23. Sumber air tawar : tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna mempertahankan pH dan salinitas air tertentu.

24. Amplitudo pasang-surut : perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut (dalam meter).

25. Oksigen : ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman/ikan.

(Djaenudin dkk, 2011). Kualitas Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan ( Ritung dkk, 2007 ).

Kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara,

(13)

toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan lahan (Djaenudin dkk, 2011 ).

Sifat Fisik Tanah Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif butir-butir fraksi utama didalam tanah. Penamaan tekstur tanah berdasarkan kelas tekstur secara mudah didasarkan

pada perbandingan massa dari ketiga fraksi yakni fraksir pasir, debu, dan liat ( Lubis, 2015 ).

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan pada adalah: Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu

Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,

debu

Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1) (Ritung dkk, 2007).

Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan

No. Kelas Tekstur Sifat Tanah

1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat

2 Pasir berlempung (LS)

Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.

3 Lempung berpasir (SL)

Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat.

4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.

(14)

5 Lempung berdebu (SiL)

Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

6 Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

7 Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat.

8 Lempung liat berpasir (SCL)

Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, serta melekat.

9 Lempung liat berdebu (SiCL)

Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.

10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat. 11 Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering

sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.

12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat.

Sumber : (Djaenudin dkk, 2011). Drainase tanah

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air (Sastrohartono, 2011).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:

0. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

1. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu

(15)

yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

2. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

3. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm. 4. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya

menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm. 5. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di

(16)

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

6. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

(Djaenudin dkk, 2011). Kedalaman tanah

Kedalaman efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai bahan induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman tidak dapat atau tidak mungkin menembusnya. Kedalaman tanah ini dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena pengaruhnya terhadap volume media yang

menyuplai air dan unsur hara serta pada tempat penetrasinya perakaran ( Winarso, 2005 ).

Kedalaman tanah, dibedakan menjadi: Sangat dangkal : < 20 cm Dangkal : 20 - 50 cm Sedang : 50 - 75 cm Dalam : > 75 cm (Ritung dkk., 2007). Bahaya Banjir

Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara

(17)

dengan penduduk setempat lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. Dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir. (Ritung dkk, 2007).

Tabel 4. Kelas bahaya banjir Simbol Kelas bahaya

banjir

Kedalaman banjir (x) (cm)

Lama banjir (y) (bulan/tahun)

F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan

F1 Ringan <25 25 – 50 50 - 150 <1 <1 <1 F2 Sedang <25 25 – 50 50 - 150 >150 1 – 3 1 – 3 1 – 3 <1 F3 Agak berat <25 25 – 50 50 - 150 3 – 6 3 – 6 3 – 6 F4 Berat <25 25 – 50 50 – 150 >150 >150 >150 >6 >6 >6 1 – 3 3 – 6 >6 Bahan Kasar

Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi:

sedikit : < 15% sedang : 15 - 35% banyak : 35 - 60%

(18)

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kapasitas tukar kation ( KTK ) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau daya jerap unsure hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. ( Hakim dkk, 1986 ).

Jika KTK suatu tanah ditetapkan dengan memakai larutan ekstraktan penyangga ( Buffer ) pada pH 6,0, maka hampir seluruh nilai merupakan hasil daripada muatan tetap pada liat, sedangkan jika nilai KTK ditentukan dengan

menggunakan larutan pengekstrak pada pH 7,8 atau 9,0, maka secara berturut-turut harga KTKnya akan bertambah. Diduga perubahan ini lebih besar

untuk tanah organic atau tanah dengan mineral lempung tipe 1: 1jika

dibandingkan dengan tanah yang bnyak mineral lempung tipe 2 : 1 ( Damanik dkk, 2011 ).

Kapasitas tukar kation ( KTK ) dinyatakan dalam satuan miliequivalen per 100 g tanah ( me/100g ) atau centimol per kg tanah ( cmol (+)/kg. Satuan yang terakhir digunakan secara resmi diinternasional ( Mukhlis, 2014 ).

Kejenuhan basa ( KB )

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika

(19)

kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% (Tan, 1998).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir. Tanah yang mampu menahan kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik. Kemampuan penyangga adalah ketahanan ion hydrogen untuk berubah ( Mukhlis, 2014 ).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH > 8,5 (alkalis) (Ritung dkk, 2007). C-organik

Bahan organik tanah adalah semua bahan organik didalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organism hidup ( biomassa tanah ) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total bahan organic ( Mukhlis, 2014 ).

Bahan organik tanah dapat didefinisikan sebagai sisa – sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah dapat berfungsi atau dapat memperbaiki baik sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

(20)

penambahan bahan organic kedalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Sebagai contoh Urea kadar N 46% sedangkan bahan organik mempunyai kadar N < 3%, sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi urea hanya menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan yang relatif seimbang, walaupun kadarnya sangat kecil (Winarso, 2005).

Bahaya erosi

Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari pelepasan partikel individu dari massa tanah dan mengangkut mereka karena disebabkan oleh air dan angin. Ketika energi yang cukup tidak lagi tersedia untuk mengangkut partikel fase ketiga, pengendapan terjadi. Keparahan erosi tergantung pada jumlah bahan penyebab erosi yang dilepaskan dan kekuatan mengangkutnya yang menyebabkan longsor (Morgan, 1986).

(21)

Tabel 5. Tingkat Bahaya Erosi

NO Solum Tanah Kelas Erosi

I II III IV V Erosi ( ton/ha/thn ) <15 15- 60 60 - 180 180 – 480 > 480 1. Dalam > 90 SR 0 R 1 S II B III SB IV 2. Sedang 60-90 R I S II B III SB IV SB IV 3. Dangkal 30-60 S II B III SB IV SB IV SB IV 4. Sangat Dangkal < 30 B II SB IV SB IV SB IV SB IV Sumber : Departemen kehutanan, Direktorat Jendral reboisasi dan rehabilitasi

lahan (1998) Keterangan : SR : Sangat Rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : SangatBerat

Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE

Prediksi erosi dengan metode USLE diperoleh dari hubungan antara faktor-faktor erosi yang dipercepat umumnya yaitu:

A = R * K * L *S * C * P Dimana:

A = Jumlah tanah hilang terhitung tiap satuan luas R = faktor curah hujan

K = faktor erodibilitas tanah (ton ha hr MJ-1 mm-1 ha-1) L = Faktor panjang lereng

S = faktor gradient lereng

C = faktor vegetasi penutup tanah

(22)

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Curah hujan terdiri curah hujan harian, bulanan, tahun. Dimana Curah hujan harian dapat dihitung yaitu Menurut Hardjowigeno dan widiatmaka (2007 ):

RH = 2,467 ( Rh )² 0,02727Rh + 0,275 Ket : Rh = curah Hujan

RH = erosivitas hujan harian

Curah hujan bulanan yaitu

R = 6,119 (Rain)ᵐ 1,21(Days) ᵐ -0;47(Max.P) ᵐ 0;53 Keterangan : RM = Erosivitas hujan bulanan

(Rain)ᵐ 1,21 = curah hujan bulanan (cm)

(Days) ᵐ -0;47 = banyaknya hari hujan setiap bulan ` (Max.P) ᵐ 0;53 = hujan harian maksimum ( cm )

Nilai R (erosivitas hujan ) setahun diperoleh dengan menjumlahkan RM selama setahun (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 ).

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas adalah kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air curahan hujan. Erodibilitas tanah tinggi hal ini berarti bahwa tanah itu peka atau mudah tererosi dan erodibilitas tanah itu rendah hal ini akan berarti bahwa resistensi atau daya tahan tanah itu kuat, dengan perkataan lain tanah tahan ( resisten ) terhadap erosi ( Kartasapoetra dkk, 1987 ).

Indeks erodibilitas tanah dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) berikut:

(23)

K = 1,292[2,1 M1,14(10-4)(12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3)] 100

keterangan:

K : indeks erodibilitas tanah

M : (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % lempung) a : persentase bahan organik (% C-organik x 1,724) b : kode struktur tanah

c : kelas permeabilitas profil tanah (Indriati, 2012).

c. Faktor Topografi (LS)

Kelas kemeringan lereng diukur pada waktu survey tanah dilapangan, atau dapat juga ditentukan dengan cara membuat jaring-jaring yang berjarak tetap

missal 1 cm x 1 cm pada peta topongrafi. Untuk menghitung besarnya topografi ( LS ) dengan menggunakan rumus :

LS = �𝜆𝜆 ( 1,38 + 0,965S + 0,138 S² ) Keterangan : 𝜆𝜆 = panjang lereng S = kemiringan Lereng

LS = Faktor Topografi ( Hardjowigeno dan widiatmaka , 2007 ). d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP)

- Penentuan besarnya indeks C ini sangat rumit karena harus mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Sifat perlindungan tanaman harus dinilai sejak dari pengolahan lahan hingga panen, bahkan penanaman berikutnya.

- Faktor teknik konservasi tanah ( P ) yang dimaksud dengaan konservasi tanah disini tidak hanya tindakan konservasi tanah secara mekanik atau

(24)

fisik saja, tetapi termasuk juga berbagai macam usaha yang bertujuan

untuk mengurangi erosi tanah ( Hardjowigeno dan Widiatmaka , 2007 ).

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ( Elaisis guineensis Jacq. )

Curah hujan untuk kelapa sawit berkisar 1700 – 2500 mm/thn dengan lama bulan kering < 2 . Diluar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan berproduksi karena tanaman kelapa sawit praktis berproduksi sepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air relatif sepanjang tahun ( Syakir, 2010 ).

Tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada ketinggian tempat antara 0-500 diatas permukaan laut (dpl). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi pertumbuhan optimal akan tercapai jika jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh. Sifat fisika untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal diantaranya : drainase baik, teksturnya halus, bahan kasar < 15%, kedalaman tanah > 100 cm, sedangkan sifat kimia yaitu KTK liat > 1 cmol, Kejenuhan basa > 20%, pH 5,0- 6, 5, C – Organik > 0,8 (Djaenudin dkk, 2011).

Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi sawit berkisar antara 25 – 28 ˚ C. Lereng < 8% , Bahaya erosi sangat rendah, salinitas < 2 dS/m, batuan dipermukaan <5 dan singkapan batuan <5% ( Syakir, 2010 ).

Syarat Tumbuh Tanaman Kelengkeng ( Dimocarpus langan Lout. )

Kondisi suhu ideal bagi pertumbuhan lengkeng yaitu 18-25 º . Pada kisaran suhu tersebut tanaman lengkeng bisa berbunga dan berbuah. Curah hujan untuk kelengkeng berkisar 1000 – 2000 mm/thn dengan drainase baik dan sedang (Djaenudin dkk, 2011).

(25)

Lengkeng dataran rendah dapat ditanamam ditempat dengan ketinggian 0-400m dpl dan tidak memerlukan perbedaan suhu yang ekstrim agar dapat berbunga. Lengkeng dataran rendah terutama jenis kelengkeng pingpong dapat ditanam pada hampir semua jenis tanah karena kemampuan adaptasinya yang tinggi ( Sugiyatno, 2006 ).

Lengkeng dapat tumbuh baik didaerah-daerah yang tanahnya bertekstur halus , dengan bahan kasar < 15%, kedalaman tanah > 100 cm, salinitas < 4 dS/m, lereng < 8%, bahaya erosi sangat rendah batuan dipermukaan <5 dan singkapan batuan <5% sedangkan sifat kimia yaitu KTK liat > 16 cmol, Kejenuhan basa > 35%, pH 5,5- 7,8, C – Organik > 1,2 (Djaenudin dkk, 2011).

Gambar

Tabel 2. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi  Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya
Tabel 5. Tingkat Bahaya Erosi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mencari tipe-tipe dari Cohesion dalam pidato Obama “Time Has Come to Reaffirm Our Enduring Spirit” yang menekankan pada

&#34;ingkat diskonto &amp;ang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pemba&amp;aran se,a minimum adalah tingkat bunga impli/it dalam se,a- #amun) *ika tingkat

Berdasarkan dari sub-kriteria delivery yang terdiri dari jaminan barang diterima dalam kondisi baik, ketepatan jumlah barang yang diterima dan ketepatan

Daerah potensi genangan diturunkan dari titik tinggi Peta RBI menggunakan teknik interpolasi Spline with Barriers untuk menghasilkan model permukaan digital (DEM). DEM

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi jenis bakteri patogen pada ikan mas yang dibudidayakan dalam KJA dan korelasinya dengan parameter

Pada Juni 2017 terjadi penurunan pada jumlah penumpang angkutan udara internasional yang berangkat, dimana totalnya mencapai 983 orang atau turun sebesar 20,34 persen dari

Tujuan utama dalam mengajarkan aktifitas permainan bolatangan pada anak tunagrahita kelas dasar mampu didik adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif, dan