• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUNGAI DENGAN KELUHAN KESEHATAN DI DESA CANGGAI KECAMATAN PANTE CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUNGAI DENGAN KELUHAN KESEHATAN DI DESA CANGGAI KECAMATAN PANTE CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH:"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUNGAI DENGAN

KELUHAN KESEHATAN DI DESA CANGGAI KECAMATAN

PANTE CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH:

RISMAIDA ORIZA

NIM : 07C10104146

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya (Warlina, 2004). Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan menggangu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Soemirat, 2001)

Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI (2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di Desa maupun kebutuhan air bersih pada daerah perkotaan.

Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan sebesar separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjuta n serta fasilitas sanitasi dasar pada

(3)

2

tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk penduduk didunia yang tinggal di Desa maupun di kota hidup tanpa air bersih (WHO, 2008).

Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2%, dan hanya 5,5% penduduk di Desa yang mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO, 2008).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam- macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat (Harmayani & Konsukartha, 2007). Selain kualitas air yang menurun akibat pencemaran pada sumber air, tidak tercukupinya jumlah air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat juga dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan masyarakat seperti timbulnya penyakit akibat penggunaan air seperti diare, kudis dan trachoma.

Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosio kultural) mempunyai kaitan yang erat dengan faktor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, buang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat, termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air, seperti penyakit kulit, diare dan lain- lain (Depkes RI, 2008).

(4)

3

Di antara penyakit berbasis lingkungan (termasuk tersedia nya air minum/ air bersih yang memenuhi syarat kesehatan), yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan mempengaruhi sumber daya manusia adalah penyakit diare. Adapun proporsi kasus diare balita tidak jauh berbeda dibandingkan tahun yang lalu. Pada tahun 2011 sebesar 44,3%. Berdasarkan jumlah kasus diare diatas, maka angka kesakitan diare pada semua kelompok umur adalah 11 per 1.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2012 proporsi kasus diare balita mencapai 41,5%. (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2012). Berdasarkan data penyakit di Provinsi Aceh tahun 2012 Jumlah pasien diare untuk semua golongan umur yang dilaporkan pada periode tahun 2012 mencapai 78.641. Sedikit menurun bila dibandingkan tahun 2008 yang jumlah kasusnya mencapai 88.913.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kabupaten Aceh Barat menunjukkan penyakit diare dan penyakit kulit masih dominan terjadi di masyarakat. Jumlah pasien diare untuk semua golongan umur yang dilaporkan pada periode tahun 2010 mencapai 7.342 sedikit menurun bila dibandingkan tahun 2009 yang jumlah kasusnya mencapai 3.667. Untuk penyakit kulit sub kutan mencapai 6.306 kasus. (Profil Dinkes Aceh Barat, 2010).

Sedangkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pante Ceureumen jumlah kasus diare sebanyak 21 kasus dan penyakit kulit sebanyak 37 kasus pada tahun 2012. (Profil Puskesmas Pante Ceureumen, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan ternyata sebagian besar masyarakat Desa Canggai dengan jumlah penduduk 249 jiwa sebagian besar menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci pakaian maupun peralatan dapur, buang air

(5)

4

besar/kecil, termasuk mencuci kendaraan bermotornya. Selain itu, pembuangan akhir saluran limbah rumah tangga dialirkan ke sungai tersebut. Hal ini menyebabkan air sungai di kawasan ini fisiknya berwarna keruh, berbau dan terdapat sampah yang terapung bahkan terdapat tumpukan sampah di pinggiran sungai yang ternyata tempat masyarakat biasa membuang sampah. Walaupun demikian, masyarakat tetap memanfaatkan air sungai tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 5 orang warga Desa Canggai mereka mengatakan sering merasakan gatal- gatal sehabis mandi di sungai. Selain itu beberapa anak-anak sering mengalami diare. Berdasarkan hasil pengamatan awal, hal tersebut dikarenakan masyarakat Desa ini sering mengkonsumsi air mentah tanpa dimasak terlebih dahulu. Hal yang menarik terjadi ketika melihat beberapa anak Sekolah Dasar menyediakan mug dalam tas mereka. Ketika rasa haus datang beberapa murid SD yang melintasi sungai tanpa segan mengambil air dengan mug dari sungai dan langsung meminumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan studi tentang hubungan perilaku pengguna air sungai dengan keluhan kesehatan di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan adalah “Bagaimana karakteristik dan hubungan perilaku pengguna air dengan keluhan kesehatan pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013?”

(6)

5

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik dan hubungan perilaku pengguna air dengan keluhan kesehatan pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013?”

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pengguna air dengan keluhan kesehatan (gatal- gatal, diare, mata merah, panas dan gatal) pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

2. Untuk mengetahui hubungan sikap pengguna air dengan keluhan kesehatan (gatal- gatal, diare, mata merah, gatal, gatal dan panas) pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. 3. Untuk mengetahui hubungan tindakan pengguna air dengan keluhan kesehatan

(gatal- gatal, diare, mata merah, panas dan gatal) pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi penulis untuk dapat mengaplikasi ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah serta meningkatkan keterampilan penulisan dalam penelitian ilmiah.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat menambah kepustakaan dalam bidang Kesehatan Lingkungan khusunya penyediaan air bersih.

(7)

6

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Aceh Barat mengenai gambaran kualitas air sungai yang ada di Pante Cermin yang dimanfaatkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih sehingga dapat diambil suatu tindakan agar mutu air yang sampai ke tangan masyarakat dalam mutu yang layak baik dari dari segi air bersih maupun air minum.

(8)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Air

Sebagian besar (71%) permukaan bumi ditutupi oleh air dan jumlah ini relatif konstan. Air di bumi mengalami siklus hidrologi. Siklus ini sangat penting karena menggambarkan bagaimana perjalanan air yang meliputi penguapan pada air permukaan tanah, tumbuhan dan hewan, pembentukan awan di atmosfir kemudian berubahnya awan menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini mengalir sebagai air permukaan, meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan menjadi air permukaan. Air permukaan ini akan kembali mengalami penguapan dan demikian seterusnya (Soemirat, 2007).

2.2. Sumber-Sumbe r Air 2.2.1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan tanah sepe rti air sungai, air rawa, air irigasi, air danau, air laut dan sebagainya. Air permukaan merupakan sumber air yang yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih dan air minum tetapi sangat mudah tercemar dan terkotori oleh bahan pencemar dan pengotor yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan oleh sebab itu sebelum digunakan air permukaan memerlukan pengolahan terlebih dahulu.

(9)

8

2.2.2. Air Tanah

1. Mata Air

Mata air adalah air yang berasal dari dalam tanah yang muncul secara alamiah. Air yang berasal dari mata air ini pada umumnya belum tercemar dan bisa lansung dikonsumsi.

2. Air Sumur Dangkal

Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah yang dangkal atau sering disebut sebagai air tanah. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berkisar 5 sampai dengan 15 meter dan berbeda kedalaman antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dalam penggunaannya air sumur dangkal ini perlu diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi karena ada kemungkinan terkontaminasi kotoran di permukaan tanah.

3. Air Sumur Dalam

Air sumur dalam adalah air yang berasal dari lapisan kedua dalam tanah. Dalamnya lapisan ini dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. O leh karena itu sebagian besar air dalam ini sudah cukup sehat untuk lansung dikonsumsi tanpa mengalami pengolahan.

2.2.3. Air Hujan

Air hujan adalah air yang berasal dari sublimasi uap air d i udara yang ketika turun melarutkan benda-benda di udara yang dapat mencemari dan mengotori air hujan. O leh sebab itu sebelum digunakan air hujan harus diolah terlebih dahulu.

(10)

9

2.3. Golongan Air Berdasarkan Peruntukannya

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air Pasal 7 ayat 1 berdasarkan peruntukannya air dibagi ke dalam empat golongan yaitu :

1. Golongan A

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

2.4. Peranan Air Dalam Kehidupan

Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Dalam tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 % (Notoadmodjo, 2003).

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoadmodjo, 1996).

(11)

10

2.5. Air Sungai

2.5.1. Pengertian Air Sungai

Menurut Peratuan Pemerintah nomor 35 tahun 1991 sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Depkes, 1991).

Menurut K usnoputranto (1997), air sungai adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah.

2.5.2. Parameter Air Sungai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990, air sungai termasuk dalam golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum. O leh sebab itu yang menjadi parameter air sungai berdasarkan PP nomor 20 tahun 1990 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Syarat-Syarat Kualitas Air Golongan B

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan 1 Fisika

- Suhu oC Suhu air normal -

- Zat Padat Terlarut mg/L 1000 -

2 Kimia Kimia Anorganik - Air raksa mg/L 0,001 - Besi mg/L 5 - Nitrat mg/L 10 - Oksigen terlarut (DO) mg/L * * air permukaan dianjurkan lebihbesar atau sama dengan 6 - pH 5-9 - Timbal mg/L 0,1 Kimia Organik

- Aldrin dan dieldrin mg/L 0,017

(12)

11

- DDT mg/L 0,042

- Minyak dan lemak mg/L nihil 3 Mikrobiologi

- Koliform tinja Jumlah per 100 ml

2000

- Total koliform Jumlah per 100 ml 10.000 4 Radio Aktivitas - Aktivitas Alpha Bq/L 0,1 - Aktivitas Beta Bq/L 1,0 Sumber Depkes, 1990

2.6. Standar Kualitas Air Bersih 2.6.1. Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI, 1990).Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

2.6.2. Parameter Air Bersih

Parameter air sungai yang ada di dalam Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih

No Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang Diperbolehkan Keterangan A. Fisika

1 Bau Tidak berbau

2 Jumlah padat yang

terlarut Mg/L 1500

3 Kekeruhan Skala

NTU 25

4 Rasa Tidak berasa

(13)

12 6 Warna Skala TCU 50 B. Kimia Kimia Anorganik 1 Besi mg/L 1,0 2 Kesadahan mg/L 500 3 Nitrat mg/L 10 4 pH mg/L 6,5-9,0 Kimia Organik 1 Deterjen mg/L 0,5 2 Pestisida total mg/L 0,01 C. Mikrobiologi

1 Total Ciliform Jumlah per

100 ml 10 Air perpipaan

2 Coliform Jumlah per

100 ml 50

Bukan air perpipaan

Sumber Depkes, 1990

2.7. Peranan Air Sebagai Penyebab Penyakit.

Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).

Air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu (Soemirat, 2007) :

1. Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease)

Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis

(14)

13

mikroba yang ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis, hepatitis A, poliomyelitis, dysentry. Keluhan yang dapat muncul seperti menceret dan kotoran berlendir

2. Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector)

Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit yang sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit. Penyebab penyakit dalam tubuh vektor dapat berubah bentuk, berubah vase pertumbuhan atau pun bertambahbanyak atau tidak mengalami perubahan apa-apa. Penyakit yang dapat muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria.

3. Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease)

Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadai karena bakteri yang ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang dapat muncul seperti kulit merah, gatal- gatal dan mata merah, gatal dan berair.

4. Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease)

Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.

2.8. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air 2.8.1. Kulit Gatal-gatal dan Merah

Kulit gatal dan merah merupakan gejala dermatitis. Dermatitis merupakan respons kulit terhadap agens-agens yang beraneka ragam, misalnya zat

(15)

14

kimia, protein, bakteri dan fungus. Respons tersebut biasanya berhubungan dengan alergi (Djuanda, 1990). Dermatitis disebabkan oleh oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik (diabetes melitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur, suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan.

2.8.2. Diare

Diare atau dalam bahasa Inggris disebut diarhea adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus- menerus dan tinjaatau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan yang melebihi 200 gram per hari. (Anonimous, 2010). Diare pada umumnya disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makana n mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umumnya dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu.

Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam- jiwa bila tanpa perawatan. Diare juga dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan secara berlebihan dan kelebihan vitamin C.

2.8.3. Mata Merah, Gatal dan Panas

Mata merah, gatal dan panas merupakan gejala dari penyakit trakoma. Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini

(16)

15

menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trako ma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari- hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain- lain.

Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan (Anonimous, 2010). Trakoma disebabkan oleh bakteri Chlamydia trakhomatisyang menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma, melalui alat-alat kebutuhan sehari- hari seperti handuk yang terdapat sekret penderita trakoma atau melalui gigitan serangga. Higiene dan sanitasi yang buruk dapat mempercepat terjadinya penularan penyakit ini.

2.9. Perilaku

2.9.1. Pengertian Pe rilaku

Menurut Skinner (1938), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respon ini meliputi respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu. Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut Benyamin Bloom (1908), perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan psikomotor (psychomotor domain).

(17)

16

2.9.2. Bentuk Perilaku

Berdasarkan respon terhadap stimulus yang timbul, maka pe rilaku dibagimenjadi dua bentuk (Notoadmodjo, 2003):

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup disebut juga sebagai respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat diamati oleh orang lain. Respons terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu.

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah perilaku yang jelas dan dapat diobservasi secara langsung oleh orang lain. Respon ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek. Misalnya seorang ibu membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya untuk diimunsasi.

2.9.3. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku yang tidak bisa diamati secara langsung oleh orang lain karena masih terjadi di dalam diri manusia itu sendiri (covert behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

(18)

17

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. O leh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain meyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

(19)

18

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyus un formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membedakan antara anak yang gizi baik dengan gizi kurang.

2.9.4. Sikap

Sikap merupakan reaksi respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) membagi sikap ke dalam 3 (tiga) komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek.

(20)

19

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Notoadmodjo (2003) sikap yang tercakup dalam domain afektif mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. Misalnya ketika seorang ibu mengajak ibu lain untuk membawa anaknya ke posyandu.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.9.5. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

(21)

20

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci, memotong, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah dari orang lain.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat mengolah makanan bergizi tinggi dengan bahan yang lebih murah.

(22)

21

2.10. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan(Notoadmodjo, 2003) .

2.10.1. Perilaku Pe meliharaan Kesehatan

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terbagi dalam tiga aspek yaitu :

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3. Perilaku gizi makanan dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat mendatangakan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2.10.2. Perilaku Pe ncarian dan Penggunaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan.

2.10.3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Perilaku ini adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi lingkungannya. Dengan perkataan lain,

(23)

22

bagaimana seseorangmengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga dan masyarakat. Misalnya bagaimana mengelola air minum.

Becker (1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini yaitu : 1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku hidup positif lainnya.

2. Perilaku Sakit

Perilaku sakit mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

3. Perilaku Peran Sakit

Orang sakit memiliki peran sabagai orang sakit, yang mencakup hak- hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain. Perilaku ini meliputi :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Mengenal dan mengetahui fasilitas atau sarana penyembuhan penyakit yang layak.

(24)

23

2.11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :

1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan , tingkat sosial ekonomi.

2 Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Misalnya tersedianya fasilitas air bersih, tempat pembuangan tinja dan lain sebagainya.

3 Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

(25)

24

2.12.Kerangka Teori

Berdasarkan Teori yang dikemukakan oleh Notoatdmodjo (2005) maka dapat disusun Kerangka Teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.13. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2003) kerangka konsep penelitian dapat disederhanakan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Keluhan Kesehatan Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Tindakan Kepercayaan Nilai-nilai Faktor Pemungkin

Keseterdiaan Sumber Daya Sarana Faktor Penguat Perilaku Dukungan Keluarga Pengetahuan Keluhan Kesehatan Sikap Tindakan

(26)

25

2.14. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keluhan kesehatan. 2. Ada hubungan antara sikap dengan keluhan kesehatan.

(27)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian Analitik

dengan Desain/rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang

(Cross-sectional) yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana karakteristik dan hubungan perilaku pengguna air dengan keluhan kesehatan pengguna air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 September sampai 22 September 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh Kepala Rumah Tangga atau yang mewakili yang menggunakan air sungai untuk mandi, cuci dan kakus di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 82 KK.

3.1.2 Sampel

Menurut Arikunto (2007) jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil

(28)

27

seluruhnya. Jadi teknik yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu pengambilan seluruh populasi jadi sampel dalam penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi (total sampling) yaitu keseluruhan Kepala Keluarga yang berjumlah 82 KK.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Prime r

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu rumah tangga atau yang mewakili dari setiap KK dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi langsung terhadap masyarakat pengguna air sungai di Desa Canggai.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data kantor Kepala Desa.

3.5. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Independent

No Variabel Keterangan

1 Pengetahuan Definisi Segala sesuatu yang diketahui

responden tentang air bersih

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1. Baik

2. Kurang

Skala Ukur Ordinal

2 Sikap Definisi Tanggapan pengguna air tentang

penggunaan air sungai dan hubungannya dengan penggunaan air sungai untuk MCK.

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1. Baik

2. Kurang

(29)

28

3 Tindakan Definisi Kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan pengguna air terhadap air sungai

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1. Baik

2. Kurang

Skala Ukur Ordinal

Variabel Dependent

4 Keluhan kesehatan Definisi Masalah yang didapat/dirasakan

pengguna air sungai

Cara ukur Wawancara

Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1. Ada

2. Tidak

Skala Ukur Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran Variabel 3.6.1. Tingkat Pengetahuan

1. Baik : Jika responden menjawab benar dengan skor > 18 2. Kurang : Jika responden menjawab benar dengan skor ≤ 18

3.6.2. Sikap

1. Baik : Jika responden menjawab benar dengan skor > 11 2. Kurang : Jika responden menjawab benar dengan skor ≤ 11

3.6.3. Tindakan

1. Baik : Jika responden menjawab benar dengan skor > 7 2. Kurang : Jika responden menjawab benar dengan skor ≤ 7

3.6.4. Keluhan Kesehatan

1. Ada : Jika Menjawab A 2. Tidak ada : Jika Menjawab B

(30)

29

3.7. Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga dapat diketahui bagaimana gambaran karakteristik pengguna air (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan), perilaku dan keluhan kesehatan pengguna air.

3.7.1. Analisa Bivariat

Variabel perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dan keluhan kesehatan akan dianalisa dengan menggunakan uji hipotesis chi-square atau exact fisher sehingga diketahui bagaimana hubungan antar variabel penelitian.Persamaan rumus Chi-Square sebagai berikut:

𝑋2𝐻 = 𝐸𝑗

(𝑂𝑗− 𝐸𝐽 ) 2

𝑘

𝑗 −1

Keterangan :

X = nilai chi kuadrat

H = Derajat Kepercayaan

Oj = Frekuensi teramati pada klasifikasi ke-j

Ej = Frekuensi harapan (expected value) pada klasifikasi ke-j, yaitu jumlah

frekuensi ideal yang diharapkan terjadi pada masing- masing.

j = 1,2….k,

(31)

30

BAB IV

HASIL PEN ELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat

4.1.1.1 Letak Geografis

Desa Canggai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat yang terletak di pinggir Kota Kabupaten Aceh Barat dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lawet 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sikundo 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Aceh Tengah 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Krueng Meurebo

Luas wilayah Desa Canggai ± 1340 Hektar2 terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Tgk. K Ceureumen, Dusun Tgk. Abdul Kadir, Dusun Tgk. Muda.

4.1.1.2 Data Demografi

Secara administratif, jumlah penduduk Desa Canggai tahun 2013 mencapai 283 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 82 KK. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 144 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 139 jiwa, sebagian besar bermata pencaharian petani dan seluruh penduduk di Desa Canggai menganut agama Islam (Kecamatan Pante Ceureumen, 2013).

(32)

31

4.1.2 Analisa Univariat

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan, keluhan kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan Tentang Air Bersih Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureume n Kabupate n Aceh Barat.

No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 22 26,8

2 Kurang 60 73,2

Total 82 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut pengetahuan tentang Air Bersih yang baik adalah 22 responden (26,8%) dan yang Kurang adalah 60 responden (73,2%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap Tentang Penggunaan Air Sungai Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.

No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 30 36,6

2 Kurang 52 63,4

Total 82 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut sikap tentang penggunaan air sungai yang baik adalah sebanyak 30 responden (36,6%) dan yang K urang adalah 52 responden (63,4%).

(33)

32

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Tindakan Tentang Penggunaan Air Sungai Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.

No Tindakan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 22 26,8

2 Kurang 60 73,2

Total 82 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut tindakan tentang penggunaan air sungai yang baik adalah sebanyak 22 responden (26,8%) dan yang K urang adalah 60 responden (73,2%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Keluhan Kesehatan di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.

No Keluhan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak Ada 26 31,7

2 Ada 56 68,3

Total 82 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut katagori keluhan kesehatan yang tidak ada keluhan kesehatan adalah sebanyak 26 responden (31,7%) dan yang ada keluhan kesehatan adalah 56 responden (68,3%).

(34)

33

4.1.3 Analisa Bivariat

4.1.3.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Keluhan Kesehatan

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Keluhan Kesehatan Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Ace h Barat.

Keluhan Kesehatan Total

No Pengetahuan Tidak Ada Ada N % P Value OR

n % N %

1 Baik 9 40,9 13 59,1 22 100 0,278 1,751

2 Kurang 17 28,3 43 71,7 60 100

Total 26 56 82

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Hasil Analisis hubungan pengetahuan dengan keluhan kesehatan diperoleh 9 dari 22 (40,9%) responden yang berpengetahuan baik tidak memiliki keluhan kesehatan. Sedangkan responden yang berpengetahuan Kurang ada sebanyak 43 dari 60 (71,7%) responden yang memiliki keluhan kesehatan.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p- value 0,278 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keluhan kesehatan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 1,751 yang artinya responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mempunyai peluang 1,751 kali adanya keluhan kesehatan dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan Kurang.

(35)

34

4.1.3.2 Hubungan Sikap Dengan Keluhan Kesehatan

Tabel 4.6 Hubungan Sikap Dengan Keluhan Kesehatan Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat

Keluhan Kesehatan Total

No Sikap Tidak Ada Ada N % P Value OR

n % N %

1 Baik 9 30,0 21 70,0 30 100 0,801 0,882

2 Kurang 17 32,7 35 67,3 52 100

Total 26 56 82

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Hasil Analisis hubungan sikap dengan keluhan kesehatan diperoleh 9 dari 30 (30,0%) responden yang memiliki sikap baik tidak memiliki keluhan kesehatan. Sedangkan responden yang memiliki sikap kurang ada sebanyak 35 dari 52 (67,3%) responden yang memiliki keluhan kesehatan.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p- value 0,801 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Tidak ada hubungan antara sikap dengan keluhan kesehatan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 0,882 yang artinya responden yang mempunyai sikap yang baik mempunyai peluang 0,882 kali adanya keluhan kesehatan dibandingkan dengan responden yang mempunyai sikap Kurang.

(36)

35

4.1.3.3 Hubungan Tindakan Dengan Keluhan Kesehatan

Tabel 4.7 Hubungan Tindakan Dengan Keluhan Kesehatan Di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Ace h Barat.

Keluhan Kesehatan Total

No Tindakan Tidak Ada Ada N % P Value OR

n % N %

1 Baik 4 18,2 18 81,8 22 100 0,111 0,384

2 Kurang 22 36,7 38 63,3 60 100

Total 26 56 82

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Hasil analisis hubungan tindakan dengan keluhan kesehatan diperoleh ada 4 dari 22 (18,2%) responden yang tindakannya baik tidak memiliki keluhan kesehatan. Sedangkan responden yang tindakannya kurang ada sebanyak 38 dari 60 (63,3%) responden yang memiliki keluhan kesehatan.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p- value 0,111 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara tindakan dengan keluhan kesehatan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 0,384 yang artinya responden yang mempunyai tindakan yang baik mempunyai peluang 0,384 kali untuk memiliki keluhan kesehatan dibandingkan dengan responden yang mempunyai tindakan kurang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan tentang air bersih tidak memberikan hubungan dengan keluhan kesehatan. Dengan kata lain tidak

(37)

36

ada hubungan antara pengetahuan dengan keluhan kesehatan di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa kepala keluarga dengan pengetahuan yang baik mempunyai keluhan kesehatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kepala keluarga yang pengetahuannya kurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) menunjukan bahwa pengetahuan kesehatan yang baik berbanding lurus dengan perilaku kesehatan. Hal ini berarti semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya pun akan semakin baik pula. Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air sungai perlu ditingkatkan antara lain melalui kegiatan penyuluhan/pendidikan oleh petugas kesehatan, keder kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta melalui media promosi kesehatan.

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku yang tidak bisa diamati secara langsung oleh orang lain karena masih terjadi di dalam diri manusia itu sendiri (overt behavior). Pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisa, membuat, menilai.

4.2.2 Hubungan Sikap Dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sikap tidak memberikan hubungan dengan keluhan kesehatan. Dengan kata lain tidak ada hubungan antara sikap dengan keluhan kesehatan penggunaan air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa

(38)

37

masyarakat dengan sikap yang baik dan kurang mempunyai keluhan kesehatan yang besar.

Menurut Notoatmodjo ( 2007) sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Pada umumnya sikap yang positif akan mendukung perilaku yang baik pula. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, sehingga belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

4.2.3 Hubungan Tindakan Dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tindakan tidak memberikan hubungan dengan keluhan kesehatan. Dengan kata lain tidak ada hubungan antara tindakan dengan keluhan kesehatan penggunaan air sungai di Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa kepala keluarga dengan tindakan yang baik memiliki keluhan kesehatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki tindakan kurang.

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan antara lain adalah persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adaptasi (Notoadmodjo, 2003)

(39)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keluhan kesehatan penggunaan air sungai di Desa Canggai dengan nilai p=0,278 yang berarti lebih besar dari α-value 0,05.

2. Tidak ada hubungan antara sikap dengan keluhan kesehatan penggunaan air sungai di Desa Canggai dengan nilai p=0,801 yang berarti lebih besar dari α-value 0,05.

3. Tidak ada hubungan antara tindakan dengan keluhan kesehatan penggunaan air sungai di Desa Canggai dengan nilai p=0,111 yang berarti lebih besar dari α-value 0,05.

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi masyarakat Desa Canggai Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penggunaan air sungai agar keluhan kesehatan tidak terjadi dan mudah diatasi.

2. Diharapkan bagi Puskesmas Kecamatan Pante Ceureumen agar meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air sungai sehingga kesehatan dapat ditingkatkan.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2001. Peranan Air Dalam Peningkatan Derajat

Kesehatan Masyarakat. Peringatan Hari Air Se-Dunia IX, Departemen

Kimpraswil.Jakarta.

________,2008. Manaje men Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia, Jakarta.

Amsyari, 1996. Membangun Lingkungan Sehat, Air Langga Press, Surabaya Anonimous , 2010. Trakoma, http://www.klikdokter.com/illness/detail/149,

diakses 13 Desember 2011.

___________, 2010. Diare, http://id.wikipedia.org/wiki/Diare, diakses 13 Desember 2011.

Arikunto. 2007. Metodelogi Penelitian. Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.

Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.

__________, 1990. Peraturan Peme rintah No. 20 Tahun 1990 Tentang

Pengendalian Pence maran Air, Jakarta.

__________, 1991. Peraturan Peme rintah No. 35 Tahun 1991 Tentang

Sungai, Jakarta

__________, 2008. Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pe mbangunan

Kesehatan, Jakarta

__________, 2009. Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pe mbangunan

Kesehatan, Jakarta

Djuanda, Adhi dkk., 1990. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Jakarta.

Harmayani & Konsukartha, 2007. Pencemaran air tanah akibat pe mbuangan

Limbah domestik di lingkungan kumuh. Jurnal permukiman vol. 5

no. 2, diakses 12 Desember 2011.

Juanita, 2002. Kesehatan dan Pe mbangunan Nasional, USU digital library, diakses 12 Desember 2011.

(41)

Mardalis,1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta.

Notoadmodjo, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. ___________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta ___________. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta ___________.2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka

Cipta, Jakarta

Pratiknya, Ahmad Watik, 1986. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta.

Simbolon, 2009. Perilaku Buang Air Besar pada Ibu Rumah Tangga yang

Tidak Memiliki Jamban Keluarga di Kecamatan Sukaresmi Kebupaten Garut. Skripsi FKM UI

Slamet, 2007. Kesehatan Lingkungan, Cetakan Ketujuh, Gadjah Mada University Press, Yoyakarta.

Soemirat, J,2001. Pencemaran Lingkungan, Renika Cipta, Jakarta

Usman, Husaini & Akbar PS, 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.

Warlina, 2004. Pencemaran Air, Sumber, Dampak dan Penanggulangannya, Institut Pertanian Bogor, diunduh dari http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf diakses tanggal 26 Oktober 2011.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya dalam Penyusunan Laporan Kegiatan Acara Untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa peubah penjelas yang memiliki kontribusi paling besar adalah peubah rasa keju (X5) dengan kontribusi sebesar 18.49%, sedangkan

Pada tulisan ini dibahas tentang rancang bangun alat bantu komunikator yang ditujukan untuk para penyandang cacat tunanetra dan tunarungu agar dapat berkomunikasi

Sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat HIV, menyebabkan tubuh mengalami ketidakmampuan dalam melindungi diri bukan hanya dari virus HIV tetapi karena adanya

mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC 50 518.57 ppm dan total fenol 26.73 mg GAE/g ekstrak dibandingkan dengan ekstrak kasar etil asetat, n-heksan

Dalam pengujian prototype, menggunakan metode SUS syarat skor yang harus diperoleh minimal skor rata-rata 68 untuk melanjutkan ke tahap implementasi dan pada pengujian

Posisi Timeto Cake and Bakery sebagai pendatang baru belum dikenali di kalangan masyarakat Surabaya karena adanya keterbatasan dalam pelaksanaan promosi dari segi