• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab.

Rembang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah

Disusun Oleh : Siti Rifaah 072311014

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

Lamp : 4 Naskah eks. Hal : Naskah Skripsi

Sdri. Siti Rifaah

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : Siti Rifaah

Nim : 072311014

Judul Skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang).

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 13 Desember 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag Drs. Moh. Solek, MA NIP. 19600312 198703 1 007 NIP.19660318 199303 1004

(3)

iii

PENGESAHAN Nama : Siti Rifaah NIM : 072311014 Jurusana : Muamalah

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas

Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang)

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus, pada tanggal : 27

Desember 2011. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar

sarjana Strata 1 tahun akademik 2011 / 2012

Semarang, 9 Januari 2012

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Ahmad Arief Budiman, M. Ag. Drs. Mohammad Solek, MA. NIP. 19691031 199503 1002 NIP. 19660318 199303 1004

Penguji I, Penguji II,

Drs. H. Nur Khoirin, M. Ag. DR. Ali Murtadho, M. Ag NIP. 19630801 199203 1001 NIP. 19710830 199803 1003

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag Drs. Moh. Solek. MA. NIP. 19600312 198703 1 007 NIP. 19660318 199303 1003

(4)

iv

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 07 Desember 2012 Deklarator,

Siti Rifaah Nim 072311014

(5)

v MOTTO

مرح ركسم لكو رمخ ركسم لك

(

هجام نباو راخبلا لاا ةعامجلا هاور

)

Setiap yang memabukkan adalah khamer, dan

setiap yang memabukkan adalah haram”

(6)

vi

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah dengan ikhlas berkorban dan membantu penulis dalam mengarungi perjalanan panjang menggapai cita-cita.

1. Untuk Bapak Karnyoto dan Ibu Sutarmi, kedua orang tua yang sangat penulis cintai. Tiada henti-hentinya penulis panjatkan doa kepada Alloh Swt, semoga dan ibu selalu ada dalam rahmat dan karunia-Nya di dunia dan akhirat. Tentunya adik penulis yang selalu mendorong penulis untuk segara lulus.

2. Segenap pimpinan Rektorat IAIN Walisongo Semarang dan pegawainya. Para pimpinan Fakultas Syariah dan para pegawainya. Tidak mungkin penulis lupakan jasa-jasa para dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

3. K.H Abdul Wahab Khafidz dan Nyai. Masyrifah, pengasuh Ponpes Al-Irsyad Kauman Rembang sekaligus murrabbi ruh penulis yang telah membekali ilmu yang tidak ternilai harganya. Sebagai alumni santri, penulis selalu mengharap ridlo serta menanti fatwa dan

mau’idzoh khasanahnnya.

4. Segenap sahabat-sahabat kos ungu yang tak bisa disebutkan satu persatu selalu menghibur penulis disaat pusing selama mengerjakan skripsi.

5. Aktifis Justisia (Ainung, Sholi, Nasron, Kholik, Ubed dkk, kapan mau diskusi lagi?).

6. Mas Misbah, Terimakasih untuk dukungan, dan semangat serta doronganmu selama penulis kuliah.

7. Posko 86 KKN Desa Krikil (Muslich, Sovil kordes, Murwati, Kholifah, Nurul, Kuncup, Ida, Dian, Faiz, Rohadi).

8. Teman-teman MUA Kholifah, Neli, Widi, dkk maupun MUB 07, kenangan yang tak dapat dilupakan. Terkhusus orang selalu mendukung suka, duka, dan bahagia dalam mengerjakan skripsi.

(7)

vii

Siti Rifaah (NIM. 072311014). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang). Skripsi. Semarang, Fakultas Syariah, Jurusan Muamalah (Hukum Ekonomi Islam) IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman kab. Rembang? Serta Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang?”.

Parfum merupakan salah satu jenis kosmetik yang banyak digandrungi manusia.apalagi dalam perkembangan zaman, parfum baik yang beralkohol atau non beralkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan nabi Saw. Namun dewasa ini sebagian besar parfum yang berada dipasaran mengandung alkohol yang digunakan sebagai pelarut. Padahal dalam hukum Islam, alkohol merupakan salah satu zat yang diharamkan karena efek yang ditimbulkan.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan penelitian ditempat terjadinya segala yang diselidiki.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada manusia dalam kawasannya tersendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dengan dengan bahasannya dan dalam peristilahannya.

Untuk mengelola data yang diperoleh, penulis menggunakan data. Deskriptif normative yaitu, menggambarkan atau memaparkan secara kritis dalam rangka memberikan perbaikan, solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang. Kaidahnya dimaksudkan agar nantinya peraturan mengenai pemakaian parfum beralkohol dapat jelas kedudukkannya dalam peraturan di dalam pondok pesantren putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang.

KH Abdul Wahab secara tegas mengharamkan pemakaian parfum baik non alkohol ataupun beralkohol bagi santriwati dalam lingkungan ataupun diluar pesantren. Dan menurut ustadz Sulkhan diperbolehkan jika syaratnya terpenuhi, hukumnya menjadi haram jika kadar lakohol pada minyak wangi ini tinggi (lebih dari 50%) sehingga bisa memabukkan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ilahi rabbi, karena hanya dengan rahmat dan hidayahnya skripdi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, yang telah membawa Islam sebagai agama dan rahmat bagi seluruh alam.

Skripsi ini yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan

Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang).

Yang dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan terhadap pemakaian parfum beralkohol di pondok pesantren putri kauman kab. Rembang. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang mengandung alcohol. Diharapkan di dalam kajian skripsi ini akan ditemukan kesimpulan yang berguna untuk perkembangan ekonomi syariah yang akan datang.

Penulis sangat sadar, bahwa hanya karena pertolongan Allah Swt dan dukungan semua pihak lahir maupun batin, akhirnya penulis dapat melalui semua rintangan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada;

1. Yth. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo dan sekaligus pembimbing I. Atas bimbingan, masukan dan arahannya meskipun banyak halangan dan rintangan menghandang. Juga atas luangan waktu yang diberikan.

2. Yth. Dr. Imam Yahya (Dekan Fakultas Syariah). Semoga dibawah pimpinannya Fakultas Syariah akan lebih baik.

3. Drs. Moh. Solek, MA. Atas bimbingan, koreksian dan gagasan yang telah diberikan, tentunya banyak pengetahuan baru yang penulis dapatkan.

(9)

ix

dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih. Juga segenap pegawai Fakultas Syariah yang selalu direpotkan mahasiswa.

5. Bapak serta Ibu, kedua orang tua yang telah berkorban segalanya demi masa depan penulis. Ungkapan yang tidak dapat terucap dengan kata-kata, hanya doa yang dapat penulis panjatkan untuk kebahagian tanpa akhir bagi keduanya di dunia dan akhirat. Adik Saib Fauzi, yang selalu memotifasi penulis agar segera menyelesaikan kuliahnya.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya untaian terimakasih dan semoga menjadi amal yang baik (shaleh) dan mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam banyak hal, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semarang, 07 Desember 2011 Penulis,

Siti Rifaah 072311014

(10)

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN DEKLARASI... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

HALAMAN ABSTRAKSI... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN DAFTAR ISI... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10 D. Telaah Pustaka... 11 E. Metode Penelitian...13 F. Sistematikan Penulisan...16

BAB II : KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN ILMU KIMIA SERTA SUMBER HUKUMNYA A. Parfum Beralkohol Dalam Islam ... 17

1. Pengertian Parfum Beralkohol... 17

2. Pendapat tentang kesucian khamer dan Alkohol... 20

B. Parfum Alkohol Dalam Ilmu Kimia... 23

(11)

ii

SULKHAN DI PONDOK PESANTREN

A. Gambaran Umum Pesantren... 34

B. Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan...40

1. Biografi dan Pendapat K.H Abdul Wahab...40

2. Biografi dan Pendapat Ustadz Sulkhan... 49

BAB IV : KRITIK TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM BERALKOHOL DARI KH ABDUL WAHAB KHAFIDZ SERTA USTADZ SULKHAN DI PONDOK PESANTREN A. Analisis Terhadap Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz... 53

B. Analisis Terhadap Pendapat Ustadz Sulkhan... 68

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...66 B. Saran-Saran...67 C. Penutup... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1 BAB I

TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM BERALKOHOL

(Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab dan Ustadz Sulkhan di Pondok

Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang )

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika yang digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam perkembangan yang semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang beralkohol atau non alkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Disamping itu, memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah. Namun, dewasa ini sebagian besar parfum yang berada dipasaran mengandung alkohol yang digunakan sebagai pelarut. Padahal dalam hukum Islam, alkohol merupakan salah satu zat yang diharamkan karena efek yang ditimbulkannya.

Banyak kritik dan solusi yang dilontarkan oleh para ahli hukum Islam dari dulu sampai sekarang dalam menyelesaikan masalah pemakaian parfum yang mengandung alkohol. Fakta diatas bukan hanya berlaku pada anak-anak gaya metropolitan, tapi pemakaian parfum berlaku bagi seluruh masyarakat

(13)

Indonesia tak terkecuali santriwati pondok pesantren kauman Rembang yang terkenal dengan salafnya.

Terlepas dari itu semua, agama Islam adalah agama yang selalu sesuai dengan zaman sehingga tidak menolak perkembangan. Sebagai agama yang rahmatan lil‟alamin tentunya tidak ada masalah yang tidak dapat ditemukan jawabannya dalam agama Islam.

Sebagai orang salaf sabar, alim, ulet, zuhud, bersahaja (KH Abdul Wahab Khafidz dan Nyai Masrifah ) yang masih memegang keteguhan hukum yang ada dikitab kuning, tidak mengizinkan santri, terutama santriwatinya memakai parfum, terutama parfum-parfum yang mengandung alkohol dengan alasan. Pertama, tidak sah buat sholat. Sebagaimana halnya seorang Muslim agar dalam keadaan suci dari hadats jika ia ingin sholat, maka ia juga dituntut agar suci tubuh, pakaian, dan tempatnya.1 Najis adalah kotoran tertentu yang menyebabkan shalat tidak sah. Di antaranya adalah khamer, darah bangkai, kencing, dll.2 Sesuai dengan firman Alloh surat al Muddatstsir ayat 4

ْرِّهَطَف َكَباَيِثَو Artinya; “dan pakaianmu bersihkanlah”

Kedua menghindari adanya kemaksiatan lantaran bau yang

ditimbulkan. Karena secara historis Abdul Wahab Khafidz mempunyai alasan

1

Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, hlm 46

2

(14)

sosiologis. Sebagai pengasuh generasi kedua dari ayahandanya K.H Abdullaoh Khafidz, Abdul Wahab mempunyai tanggung jawab untuk membenahi gaya hidup para santrinya. Abdul Wahab sangat menjaga dan menghindari hal-hal yang dapat menjerumuskan dirinya, keluarganya dan anak didiknya dalam jurang kemaksitan.

Faktor kehatian-hatian inilah yang digunakan ketika terjadi permasalahan yang melanggar syariat Islam, ketegasan dalam menyelesaikan sebuah masalah mutlak dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Terkait dengan maraknya pemakaian parfum beralkohol pada saat ini menuntutnya untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan kemaslahatan.

Alasan Abdul Wahab melarang pemakaian parfum beralkohol tetap berpijak pada ketetapan al Quran dan Hadits, adapun faktor sosiologis menjadi landasan permasalahan yang harus diselesaikan dengan merujuk keduanya.

Didalam salah satu kaidah fiqh yaitu;

ررضلاو ررضلا

“ Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain”.3

Menurut jumhur ulama, khamer itu hukumnya najis.4 Kebanyakan kitab-kitab fiqh mutakhkhrin bahwa arak (segala sesuatu yang memabukkan)5

3

Diriwayatkan oleh Drs. Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah

(15)

itu najis. Kalau kena badan atau kain wajib dicuci, lebih parahnya orang-orang madzhab Hanafi, bahwa tangan yang kena arak musti dipotong.6

Pendapat ini berdasarkan nash-nash al-Quran surat al-Maidah ayat 90-91











































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).7

Dalam kedua ayat tersebut ditegaskan keharaman khamer melalui beberapa cara;

a. Alloh memberitahu perkara-perkara tersebut dengan istilah rijs (perbuatan keji). Istilah ini tidak digunakan dalam al-Quran kecuali untuk menyebut

4

Syaikh Kamil Muhammad , „Uwaidah Muhammad, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998, hlm. 18

5

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, hlm. 18

6

Mutakhkhrin „Ulama yang sesudah abad ke III atau th, ke 400 H. A. Hasan dkk,

Soal Jawab, Bandung, 1984, hlm. 40

7

Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisis Revisi, 1994, hlm

(16)

berhala dan daging babi, hal ini menunjukkan larangan keras agar orang menjauhinya.

b. Alloh menegaskan larangan “menjauhi” dengan maksud agar mendapatkan keberuntungan, dengan firman-Nya: “ supaya kamu mendapat keberuntungan”. Hal ini menunjukkan bahwa menjauhi (Khamer dan lainnya) merupakan kewajiban yang lazim.8

c. Diterangkan dalam kitab Kanzul „Ummal, bahwa Khalid bin Walid r.a. masuk

kamar mandi, kemudian ia menggosok badannya dengan bekas kapur, digosok sekali lagi dengan roti ushfur yang dicampur dengan khamer. Lalu Umar berkirim surat kepadanya “telah sampai suatu berita kepadaku, bahwa engkau menggosok tubuhmu dengan khamer, padahal khamer telah diharamkan baik bendanya (dhahir) maupun hukumnya (batin), dan diharamkan menyentuh khamer seperti halnya haram meminumnya. Oleh sebab itu, janganlah menyentuhnya pada tubuhmu, karena barang tersebut adalah najis”.9

d. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan, sedangkan di antara ketetapan

8

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid I, Jakarta, Gema Insani Press, 1995, hlm.812

9

Muhammad Abdul Aziz Al-Halawi, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab, Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal 46

(17)

syara‟: bahwa Islam mengharamkan sesuatu yang buruk dan membahayakan.10

e. Setelah ditunjukkan „illat (alasan) perintah menjauhinya dengan menjelaskan sebagian mudharat khamer, baik mudharat (bahaya) kemasyarakatannya maupun keagamaannya.11 Ini sesuai dengan nash al Qur‟an yang telah menetapkan keharaman khamer dengan lafal tahrim, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-A‟raf: 33;





























Artinya : "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar”12

Kalau ditinjau dari kandungan kalimat „ijtanibuuhu‟ (maka jauhilah) dalam ayat diatas maka penggunaannya dilarang secara mutlak, karena khamer harus dijauhi secara mutlak, baik meminumnya atau menggunakannya sebagai minyak wangi atau sebangsanya.

Sehubungan pelarangan yang disampaikan K.H Abdul Wahab Khafidz dan sebagaian guru-guru yang ada di dalam pondok pesantren yang telah dibahas perihal pelarangnya diatas, santriwati mencoba mencari solusi

11

Yusuf Qardhawi, Loc. cit., hlm 793-794

12

Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisis Revisi, 1994, hlm

(18)

kepada guru yang kontemporer yang baginya dirasa lebih mudah, dan bisa memakai parfum untuk menunjang penampilan.

Karena dalam kehidupan sehari-hari santriwati sebagai mahluk yang sama-sama punya keinginan berpenampilan sempurna. Disini mereka akan mencari jawaban yang memperbolehkannya memakai parfum beralkohol, ia juga salah satu pengasuh dan guru dipondok pesantren (bapak Sulkhan) menantu dari KH Abdul Wahab Khafidz. Dengan alasan kadar alkohol tidak sampai 50%-keatas, karena kadar sekian persen itu tentu tidak menimbulkan efek membahayakan atau memabukkan.

Disini Sulkhan juga berpijak dalam al Quran dan Hadits yang digunakan untuk landasan. Karena hakikatnya minyak wangi dapat menenangkan hati, melapangkan dada, menyegarkan jiwa, membangkitkan tenaga dan kegairahan dalam bekerja. Sebagai landasan atas hal ini adalah hadits Anas ra., ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda,

ٍي ينإ ببح

ةلاصنا يف يُيع ةرق معج و بيطناو أسُنا ايَ ذنا ٍي ىنا

“Telah ditambatkan kesenangan bagiku dalam urusan dunia,

perempuan (istri), wangi-wangian, dan telah dijadikan ketenangan bagiku dalam shalat...”(HR Ahmad dan Nasai)

Dari abu Hurairah ra, ia berkata, Rasullulah saw. bersabda,

حيرنا بيط مًحًنا فيفخ َّأف ِدريلاف ٌاحير ّيهع ضرع ٍي

(19)

“Barang siapa yang ditawarkan padanya minyak wangi, hendaknya ia tidak menolak. Sebab, ia mudah dibawa dan baunya harum.”(HR Muslim,

Nasai dan Abu Daud)13

Adapun dalil Rasulullah yang menerangkan;

ٍع و

ٍبا

ٌارًع

لاق ىهسو ّناو ّيهع للها ىهص ىبُنا

:

مكو رًخركسي مك

ورحركسي

(

ّجاي ٍباو راخبنالاا تعاًجنا ِار

)

“ Setiap yang memabukkan adalah Khamer. Setiap yang memabukkan pastilah haram” 14

Yang jadi illah (sebab) pengharaman khamer adalah karena memabukkan. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsamanin; khamer diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun hilang. Karena sesuai kaedah “al hukmu yaduuru ma‟a illatihi wa‟adaman (hokum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”, illah dalam pengharaman khamer adalah memabukkan dan illah berasal dari al-Quran, As Sunnah dan ijma‟ (kesepakatan ulama kaum muslimin).15

Sebab inilah kenapa khamer diharamkan karena memabukkan. Oleh karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khamer itu diharamkan karena alkohol yang terkadung di dalamnya. Walaupun tidak memungkiri bahwa yang jadi patokan dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah karena alkohol di dalamnya.

13

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta; Cakrawala Publishing, 2008, hlm 64-65

14

Tengku Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Koleksi-Koleksi Hadits Hukum Jilid

9, Jakarta; PT. Pustaka Rezki Putra, 2001. Hlm.380

(20)

Parfum beralkohol yang berbentuk minyak dengan kadar alkohol rendah bukanlah najis, tetapi bisa menjadi haram, jika minyak wangi ini berkadar alkohol tinggi sehingga bisa memabukkan.

Namun perlu diingat, alkohol bukan satu-satunya zat yang dapat menimbulkan efek memabukkan, masih ada zat lainnya dalam minuman keras yang juga sifatnya sama-sama toksik (beracun).

Oleh karena itu sangat diperlukan sekali jalan alternatif kejelasan dari larangan dan diperbolehkannya memakai parfum-parfum yang beralkohol agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam memberikan peraturan di dalam pondok. Kalau tidak diberikan kejelasan yang sebenar-benarnya, disini pastinya para santri akan memilih menggunakan parfum agar berpenampilan lebih pede, karena bau badannya yang segar. Dengan dalih segala sesuatu tergantung pada niatnya.

Tapi disisi lain, mereka yang memakai parfum ini akan terkesan melanggar larangan dari pengasuh, dan jika melanggar setiap larangan ujung-ujungnya tidak akan mendapatkan ilmu barokah.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis terdorong ingin mengetahui lebih dalam mengenai pemakaian parfum beralkohol pada lingkungan pondok pesantren al-Irsyad kauman Rembang yang notabennya berbentuk salaf. Akhirnya, dalam proses kerja penulisan karya ilmiah ini penulis akan memberi judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum

(21)

Beralkohol (Studi Kritik Atas Pendapat KH Abdul Wahab dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad kauman Kab. Rembang).

B. PERMASALAHAN

Merujuk Jujun S. Suriasumantri, permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.16 Menilik pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, kiranya bisa diambil pokok-pokok permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini agar lebih fokus, dimaksudkan agar pembahasan karya tulis ini, tidak melebar dari apa yang dikehedaki. apapun permasalahan yang bisa diklarifikasi antara lain sebagai berikut:

 Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan terhadap pemakaian parfum beralkohol di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad kauman Kab. Rembang )?

 Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang mengandung alkohol?

16

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1993, hlm. 312.

(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Formal

untuk memenuhi salah satu syarat Akademik, guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Hukum Islam Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Walisongo Semarang.

b. Tujuan Materiil

berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai pada rumusan permasalahan yang ada di atas, kemudian dianalisa berdasarkan data-data yang berkaitan dan mendukung pembahasan penelitian ini, maka data-data tersebut dimaksudkan untuk menjawab pokok pemasalahan yang ada, dan diharapkan menghasilkan manfaat untuk:

 Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan terhadap pemakaian parfum beralkohol di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad kauman Kab. Rembang )?

 Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang mengandung alkohol?

(23)

D. TELAAH PUSTAKA

Sejalan dengan permasalahan yang telah penulis paparkan diatas, penulis ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan hukum atas kebijakan peraturan KH Wahab Khafidz dan ustadz Sulkhan bagi santriwati dalam pemakaian parfum beralkohol, dan alasannya secara spesifik dari sumber hukum dan pendapat para ulama klasik maupun kontemporer, serta memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Alam pikiran manusia bersifat sinambung. Pikiran yang baru dikatakan baru untuk membedakannya dengan yang lama, dan justru karenanya alam pikiran yang baru terikat kepada alam pikiran yang lama.17 Karena itu, memeriksa atas hasil kajian terdahulu setidaknya berfungsi sebagai pembuka jalan atau semacam pemberi inspirasi bagi kajian sesudahnya. Pasalnya, orisinalitas kajian justru akan tampak pada saat khazanah lama dibuka dan dipetakan. Meski statemen ini tidak bermaksud untuk menutup kemungkinan munculnya kajian yang betul-betul genuine.

Diantaranya skripsi karya Jajang Nurjaman dengan judul, Tinjauan

Hukum Islam terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, Fakultas Syari‟ah

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009. Skripsi ini berisi tentang rukun dan akad jual beli parfum beralkohol. Meskipun dalam beberapa contoh dibahas tentang kenajisan alcohol yang

17

Bernard Delfgaauw, Filsafat Abad 20, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988, hlm. 3

(24)

terkandung di dalam parfum beralkohol, tetapi tidak membahas tentang pemakaian sehingga tidak menjawab seputar permasalahan tersebut.

Tapi sampai saat ini penulis belum menemukan ada pembahasan yang spesifik terkait pemahaman tentang alkohol, khamer, serta perbedaan yang digunakan untuk campuran parfum dalam tinjuan Hukum Islam. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah ini.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan difokuskan kepada ketentuan hukum dari peraturan yang ditetapkan KH Wahab dan ustadz Sulkhan yang berlandasan sumber hukum, selama ini ditemukan banyaknya perbedaan pendapat dari kalangan ahli fikih. Permasalahan tersebut terkait dengan peraturan pelarangan pemakaian parfum beralkohol dan batasan kadar diperbolehkannya menggunakan parfum beralkohol.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan penelitian di

tempat terjadinya segala yang telah diselidiki.18 Dalam penelitian ini penulis

18

(25)

akan melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Irsyad Kauman Rembang untuk memperoleh data.

Adapun jenis penelitiannya adalah kualitatif, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dengan bahasannya dan dalam peristilahannya.19 b. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh.20 Sumber data itu sendiri terbagi menjadi dua sumber, sumber primer (pokok) dan sumber sekunder(tambahan). Sumber primer hasil dari keseharian penulis ketika dulu pernah ikut (mengabdi) kepada KH Abdul Wahab Khafidz dan Nyai Masyrifah. Karena apa yang dikerjakan disetiap harinya pasti akan ada ilmu yang dapat diambil. Bukan sebatas itu untuk mencari kevalidan penelitian, penulis akan melakukan wawancara terhadap pengasuh generasi setelah KH Abdul Wahab, ustadz ustadzah yang menjadi pengajar, dan santri pondok pensantren kauman Rembang. Wawancara di sini adalah percakapan

19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 2001, hlm ttd

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan pratek, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hlm. 114

(26)

dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewancara (interviewer) dengan pihak yang diwancara (interviewee).21

Sumber kedua adalah sumber sekunder (tambahan) berupa buku atau literatur-literatur yang mempunyai sifat melengkapi dan menguatkan dari sumber-sumber pokok yang ada, tentu saja tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pembahasan. Dalam hal ini penulis akan menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan dan penelusuran data-data serta pengolahan (buku-buku, literatur dan bahan pustaka) yang berkaitan dengan topik pembahasan.22

c. Metode Analisis Data

Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan.23 Adapun metode atau teknik analisis data dalam skripsi ini menggunakan deskriptif normative, maksudnya adalah menggambarkan atau memaparkan secara kritis dalam rangka memberikan perbaikan, solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang.24 Dimaksudkan agar nantinya peraturan mengenai pemakaian parfum beralkohol dapat jelas kedudukannya dalam peraturan di dalam pondok pesantren al-Irsyad kauman Rembang.

21

Lexy J. moleong Op. Cit, hlm. 17

22

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 3

23

Dadang K Ahmad, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, hlm. 102

24

(27)

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut serta jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini. Dengan garis besarnya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan.

Berisi aspek-aspek utama peneltian yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Permasalahan, Tinjauan Penelitian, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Konsepsi Parfum beralkohol meliputi, parfum beralkohol dalam Islam: Pengertian parfum beralkohol, pendapat tentang kesucian khamer dan alkohol, Parfum beralkohol dalam ilmu Kimia, Sumber Hukum parfum beralkohol, sumber yang memperbolehkan dan sumber yang tidak memperbolehkan.

Bab III : Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan tentang pemakaian Parfum beralkohol didalam kenyataan Pondok Pesantren, meliputi: gambaran umum pondok pesantren, biografi dan pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan ustadz Sulkhan,

Bab IV : Analisis terhadap pendapat dari KH Wahab Khafidz serta ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren dan Solusi yang Ditawarkan.

(28)

17

KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL DALAM ISLAM DAN ILMU KIMIA SERTA SUMBER HUKUMNYA

A. KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL

a. Pengertian Parfum Beralkohol

Dalam perspektif Islam atau kamus besar lainnya secara umum tidak ada pengertian parfum beralkohol secara spesifik. Dua kata itu mempunyai dua pengertian tersendiri. Alkohol asalnya dari bahasa arab yaitu alghaul atau al khuhul1. Khamer artinya raksasa, nama itu diberi kepada pati arak, lantaran khasiatnya yang seperti raksasa. Selain itu dapat diartikan minuman yang memabukkan.2

Keterangan dari kitab al-Mabahitsa al-Wafiyyah, pengertian alkohol sebagaimana yang kami dapatkan dari pernyataan orang yang mengetahui hakekatnya serta yang kami lihat dari peralatan industri pembuatannya adalah, merupakan unsur yang dapat menguap yang terdapat pada minuman yang memabukkan. Keberadaannya akan mengakibatkan mabuk. Alkohol ini juga terdapat pada selain minuman, seperti pada rendaman air bunga dan buah-buahan dibuat untuk

1

Ali Mutahar, Kamus Bahasa Arab,Surabaya; al-Hikmah, hlm, 805

2

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Jakarta; Lentera hati, 2002, hlm. 34

(29)

diproses dengan mempergunakan peralatan khusus dari logam. Dan yang akhir terakhir ini merupakan alkohol dengan kadar paling rendah, sedangkan yang terdapat pada perasan anggur merupakan alkohol dengan kadar tertinggi.3

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Alkohol yaitu cairan tidak berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, di pakai dalam industri atau pengobatan, merupakan unsur yang memabukkan, dll. Kebanyakan minuman keras, C2H5OH, etanol, senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon jenuh.4

Pengertian alkohol menurut kamus Ilmiah Populer ialah zat kimia cair yang dapat memabukkan.5

Parfum menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah minyak wangi, bau wangi-wangian yang berupa cairan, zat pewangi.6

3

Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerjemah Teks Arab,

Prof. Dr. H. M. Djamaluddin Miri, Lc, Ma. Pengantar, DR. KH. MA. Sahal Mahfudh

4

Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa-ed. 2.- cet. , Jakarta: Balai Pusaka, 1994, hlm, 27

5

M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya; Arkola, 1994, hlm. 22

6

Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, op. cit.., hlm. 730

(30)

istilah yang diarabkan dari sebuah kata berbahasa Perancis, yaitu alcool, dengan kata cohol.7

Sedangkan parfum menurut kamus Ilmiah Populer adalah zat pewangi tubuh, wewangian.8

Dari banyaknya definisi tentang alkohol tersebut, meskipun dalam redaksinya berbeda tapi hakikat dan tujuannya sama, yaitu sama-sama zat cair yag dapat memabukkan. Dan segala sesuatu yang diarakkan serta memabukkan hukumnya najis.9

Selain kata alkohol sesuatu yang memabukkan itu ada yang cair sesuai dengan asalnya, seperti khamer dan nabidz, dan ada pula yang padat. Seperti candu dan ganja.10 Terlepas candu dan ganja dalam pembahasan kali ini agar tidak melebar, penulis hanya memfokuskan masalah alkohol dalam campuran yang digunakan pada parfum.

7

KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm 121

8

M. Dahlan Al Barry, op. cit,,. hlm. 570

9

Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Bandung; CV. Diponegoro, hlm 36

10

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, ditejemahkan oleh Samsuri Rifa‟i, dkk, Jakarta: Lentera, 1996, hlm. 25

(31)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, mayoritas ulama memandang dan menghukumi bahwa khamer/alkohol adalah haram. Dengan pandangan syariat tentang buruk dan kotornya, serta perintah untuk menjauhinya,menunjukkan bahwa Khamer itu najis.

Menurut para imam madzab yang empat sepakat bahwa alkohol dan khamer adalah najis. Karena dalam firman Allah, “Rijs” menunjukkan bahwa khamer itu najis. Karena “al-Rijs” dalam arti kebahasaan adalah najis. Kemudian, seandainya kita tidak memutuskan sebuah syara kecuali ketika menemukan nashnya, maka syariat akan banyak yang terbuang, karena nash-nash tentang syariat dibanding permasalahan yang ada sedikit jumlahnya.

Apakah ada nash (secara tekstual) yang menyatakan tentang najisnya air kencing, kotoran, darah, bangkai dan lain sebagainya? Kenajisan itu semua berdasarkan aspek pemahaman, keumuman, dan analogi semata. Demikianlah pendapat imam al-Qurthubi.11

Menurut Rabi‟ah Ra‟y guru Imam Malik, Imam Hasan al-Bashri, al-Muzani (murid Syafi‟i) Imam al-Laits bin Sa‟d dan beberapa

11

KH. Ali Mustafa Yaqub, Kriteria Halal dan Haram Untuk Pangan, Obat dan

(32)

khamer dan alkohol adalah suci.

Sa‟id bin al-Haddad al-Qurawi berdalil tentang kesucian khamer atau alkohol dengan alasana bahwa ketika itu, khamer ditumpahkan di jalanan kota Madinah. Menurutnya, seandainya khamer itu najis, mana mungkin para sahabat r.a akan melakukan hal itu, dan Rasulullah SAW tentu akan melarangnya sebagaimana beliau melarang buang air besar di jalanan.12

Pendapat Sa‟id al-Haddad al-Qurawi tentang kesuciannya dipatahkan oleh imam al-Qurthubi bahwa ditumpahkannya khamer di ruas-ruas jalan Madinah bukan lantas hukum alkohol ataupun khamer suci. Hal ini dapat dijawab bahwa pendapat Sa‟id tersebut merupakan

qiyas ma’a al-fariq (menganalogikan dua objek yang sifatnya berlainan).

Buang air besar di jalanan adalah perilaku yang tidak sejalan dengan akhlak yang mulia. Sebab, ketika setiap orang diperbolehkan buang air besar di jalanan, tentu kebiasaan ini akan berlanjut pada masa berikutnya. Padahal perilaku ini mengandung unsur bahaya, karena pengguna jalan merasa terganggu dengan kondisi jalanan yang selalu najis dan kotor.

12

(33)

ditumpahkan pada saat pengharamannya, tidak dilakukan berulang kali setiap saat pengharamannya, tidak dilakukan berulang kali setiap saat seperti yang terjadi ketika buang air besar di jalanan.13

Dengan begitu, perbedaan pendapat diatas akan berimbas pada hukum menggunakan zat cair yang memabukkan dalam alat-alat kosmetika, seperti parfum. Bagi ulama yang berpendapat bahwa khamer atau alkohol itu najis, maka menggunakan parfum yang mengandung zat tersebut adalah haram. Keharamannya ini mencakup dengan menggunakan, mengkonsumsi bahan-bahan najis atau yang mengandung najis, baik untuk makan, minum, atau penggunaan yang lain.

Sedangkan bagi ulama yang berpendapat bahwa khamer atau alkohol itu suci, maka memakai parfum yang mengandung zat tersebut adalah boleh.

Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu canggih, maka pendapat ulama kontemporer berkenanan alkohol dan khamer itu berbeda hukumnya. Alkohol hukumnya suci dan khamer hukumnya haram. Karena partikel yang terkandung dari keduanya berbeda.14

13

Ibid, 76

14

(34)

B. PARFUM ALKOHOL DALAM ILMU KIMIA

Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang lebih umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang alkohol sendiri terikat pada atom hidrogen atau karbon lain.15

Sebagaimana sumber yang ada dari Wikipedia, terdapat info sebagai berikut: minyak biasanya dilarutkan dengan menggunakan solvent (pelarut), solvent yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau campuran antara etanol dan air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam minyak yang sifatnya netral seperti dalam fraksi minyak kelapa, atau dalam larutan lak (lilin) seperti dalam minyak jojoba (salah satu jenis tanaman, pen).16

Beberapa kegunaan etanol sebagai berikut;

a. Sebagai pelarut (solvent), misalnya pada parfum, perasa, pewarna makanan dan obat-obatan

b. Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk menghasilkan bahan kimia lain, seperti dalam pembuatan asam asetat (sebagaimana terdapat pada cuka)

c. Sebagai bahan alternatif. Bahan bakar etanol telah banyak dikembangkan di negara Brasil sejak mereka mengalami krisis

15

Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995, hlm 146

16

(35)

terbesar untuk memproduksi bahan bakar. d. Sebagai penangkal racun (antidote)

e. Sebagai antiseptik (penangkal infeksi)

f. Sebagai deodorant (penghilang bau tidak enak atau bau busuk) LP POM MUI, alkohol yang dimaksudkan dalam parfum adalah etanol. Menurut fatwa MUI, etanol yang merupakan senyawa murni bukan berasal dari industri minuman khamer sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda dengan khamer yang bersifat najis. Oleh karena itu, etanol tersebut dijual sebagai pelarut parfum, yang notabene memang dipakai diluar (tidak dimaksudkan ke dalam tubuh).

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja. Etanol merupakan sejenis yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar (flammable), tak berwarna (colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.17

Etanol dibuat melalui fermentasi molase yaitu residu yang didapat dari pemurnian gula tebu. Pati dari padi-padian, kentang dan beras dan difermentasi dengan cara yang sama menjadi etanol, sehingga hasilnya sering dinamakan alkohol padi-padian (grain alkohol). 18

17

Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood, Ilmu Kimia Untuk Universitas, diterjemahkan oleh Aloysius, Hadyana Pudjaatmaka Jakarta; Erlangga, 1992, hlm 402

18

Harold Hart, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Suminar Achmadi, Jakarta: Erlangga 1983, hlm. 176

(36)

katalis asam. Dengan katalis asam sulfat atau katalis asam lainnya. Pertama-tama melibatkan konversi ezimatik pati menjadi gula, gula itu kemudian diubah menjadi etanol dan karbondioksida oleh kerja zimase, suatu zimase yang dihasilkan oleh sel-sel ragi yang hidup. 19

Etanol dibuat kebanyakan dengan dua metode; pertama, peragian dari molase (tetes) dari tebu. Kedua, adisi air kepada etilena dengan hadirnya suatu katalis asam.

Maka dari itu, etanol adalah zat yang suci, ada tiga point yang dibuat pertimbangan dari kesimpulan diatas;

a. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan zat lain adalah halal.

b. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram, jika ia menyatu dengan minuman yang haram seperti miras.

c. Etanol ketika berada dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan bukan etanolnya lagi.

jika melihat etanol (alkohol) yang ada dalam parfum, maka penulis dapat katakan bahwa yang jadi solvent (pelarut) dalam parfum tersebut adalah etanol yang suci, bukanlah khamer.

Banyak orang yang menyamakan minuman beralkohol dengan alkohol, maka disinilah sering kurang difahami dan ini menjadi titik

19

(37)

beralkohol, karena mengira bahwa alkohol yang terdapat dalam parfum adalah khamer.

Khamer itu mau diminum cuma setetes atau mau ditengak seember, sama-sama haram. Alkohol tidak sama atau tidak identik dengan khamer. Karena orang tak akan sanggup meminum alkohol dalam bentuk murni, karena akan menyebabkan kematian.

Alkohol memang merupakan komponen kimia terbesar setelah air yang terdapat pada minuman keras, akan tetap alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia yang dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa-senyawa lain yang terdapat pada minuman keras yang juga bersifat memabukkan jika diminum pada konsentrasi cukup tinggi. Secara umum, golongan alkohol bersifat narcosis (memabukkan), demikian juga komponen-komponen lain yang terdapat pada minuman keras seperti aseton, beberapa ester. Secara umum, senyawa-senyawa organik mikromolekul dalam bentuk murni juga bersifat racun.20

Disini penulis katakan bahwa alkohol adalah senyawa kimia, sedangkan khamer adalah karakter suatu bahan makanan, minuman atau benda yang dikonsumsi. Definisi khamer tidak terletak pada sub kimianya, tapi definisinya terletak pada efek yang dihasilkannya, yaitu al-iskar

20

http://lppommuikaltim.multiply.com/journal/item/9/STATUS KEHALALAN ALKOHOL

(38)

akan memberikan efek mabuk, dikategorikan sebagai khamer.

Menurut IUPAC penamaan alkohol sama seperti penamaan alkana dengan menambahkan akhiran ol, yaitu;

a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus hidroksil diberi nama dengan mengganti akhiran –na dengan –ol

b. Penomoran rantai cabang dilakukan dengan memberi atom karbon yang mengandung gugus hidroksil dengan nomor yang paling kecil

c. Jika terdapat banyak rantai pada rantai utama, penamaan rantai cabang berdasarkan alfabet.21

Maka definisi khamer yang benar menurut para ulama adalah segala yang memberikan efek iskar (memabukkan).22 Dan jelaslah disini bukanlah semua makanan yang mengandung alkohol. Sebab menurut para ahli kesehatan, secara alami beberapa makanan seperti, singkong, duren, dan buah lainnya malah mengandung alkohol. Tapi kenapa tidak pernah menyebut bahwa makanan itu haram karena mengandung alkohol.

Dan karena definisinya segala benda yang memberikan efek iskar, maka ganja, opium, drug, mariyuana dan sejenisnya, tetap bisa

21

Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995 hlm 49

22

(39)

alkohol, jika senyawa alkohol sendiri kalau kita minum, bukan efek

al-iskar (mabuk) yang dihasilkan, melainkan efek mati.

Padahal pemakaian parfum beralkohol tidaklah menikmatinya dan tidak merasakan rasa dari kandungan alkohol tersebut, apalagi membuat orang pingsan atau mabuk. Kalau khamer itu pasti akan membuat mabuk dan orang akan menikmatinya.

Alkohol (etanol) dan minuman beralkohol adalah dua hal yang berbeda. Minuman beralkohol sudah pasti memabukkan dan diharamkan sedangkan alkohol (etanol) belum tentu demikian. Alkohol (etanol) adalah sebagaimana hukum zat pada asalnya yaitu halal. Etanol bisa menjadi haram jika memang menimbulkan dampak negatif.

(40)

a. Sumber Hukum Tidak Memperbolehkan

a. Al-Quran

1. Surat al-Maidah ayat 90-91











































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

2. Surat al-A‟raf; 157

























































































(41)

ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, membuang dari mereka beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliankannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.23

Ayat ini menjelaskan tentang keharaman khaba’its (hal-hal yang buruk). Sebagaimana sudah dikemukakan, khaba’its adalah bentuk jamak dari khabitsah. Najis sendiri masuk dalam kategori khaba’its.

3. Surat al-Baqorah; 219































“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa dan beberapa manfaat bagi manusia, tapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”

b. Al- Hadits

c.

مك

:

لاق ىهسٔ ّنأ ّٛهع للها ٗهص ٗبُنا

ٌازًع

ٍبا

ٍع ٔ

وزحزكسي مكٔزًخزكسي

(

ّجاي ٍبأ راخبنالاا تعاًجنا ِار

)

“setiap yang memabukkan adalah Khamer, dan setiap yang

memabukkan adalah haram”24

لاق ىهسٔ ّنأ ّٖهع للها ٗهص ٗبُنا ٍع زًع ٍبا ٍعٔ

:

وازح ّهٛهقف ِزٛثك زكسااي

)

ّححص ٔ ُٗطق رادنأ ّجاي ٍبأ دًحا ِأر

(

23

Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisi Revisi, 1994, hlm 246

24

Tengku Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Koleksi-Koleksi Hadits Hukum

(42)

menshahihkannya)25

Kalau ditinjau dari kandungan kalimat „ijtanibuuhu‟ (maka jauhilah) dalam ayat diatas maka penggunaannya dilarang secara mutlak, karena khamer harus dijauhi secara mutlak, baik meminumnya atau menggunakannya sebagai minyak wangi atau sebangsanya.

b. Sumber Hukum yang Memperbolehkan

Sesungguhnya penggunaan parfum merupakan anjuran Rasulullah SAW, sehingga hukumnya sunnah. Karena Rasulullah Saw sendiri secara pribadi memang menyukai parfum, sebab nabi menyukai wewangian secara fitrah

و ٙنإ ببح

ٌ

اَٛدنا

:

سُنا

أ

بٛطنأ

,

ةلاصنا ٙف ُٙٛع ةزق معجٔ

“ Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia yaitu, menyukai wanita dan parfum. Dan dijadikan sebagai qurratu a’yun di dalam shalat”26

Bahkan di dalam beribadah, umat Islam dianjurkan untuk memakai wewangian, agar suasana ibadah bisa semakin khusu‟.

ٍع

لاق آًُع للها ٙضر سابع ٍب

:

وٕٚ اذْ ٌإ ىهسٔ ّٛهع للها ٗهص للها لٕسر لاق

ًٍٛهسًهن للها ّهعج دٛع

,

ج ًٍف

أ

ٗنإ ىكُي

كإسناب ىكٛهع ٔ

,

مستغٛهف تعًجنا

,

ٌإٔ

ُّي سًٛهف بٛط ٌاك

25 Ibid; 383 26

(43)

kamu yang datang shalat jumat hendaklah mandi dan bila punya parfum hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak”

َّٕن ٙفخٔ ّحٚر زٓظ اي لاجزنا بٛط ُّع للها ٙضر ةزٚزْ ٙبأ ٍع

,

ٙئاسُنأ ٘ذيزتنا ِأر َّٕن زٓظٔ ّحٚر ٙفخ اي ءاسُنا بٛطٔ

" Dari Abi Hurairah ra, "Parfum laki-laki adalah yang aromanya

kuat tapi warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi warnanya kelihatan jelas.” (HR. At-Tirmizi dan Nasa'i)27

Maka dari itu, didalam al-Quran dan hadits atau sahabat-sahabat tidak ada satupun keterangan yang menunjukkan bahwa khamer itu najis. Diantara alasannya;

a. Tidak ada dalil tegas yang menyatakan khamer itu najis

b. Terdapat dalil yang menyatakan khamer itu suci. Sebagaimana hal ini dapat kita lihat pada hadits dari Anas bin Malik tentang kisah pengharaman khamer. Pada saat Rasululloh SAW menyeru dengan berkata, “ ketahuilah, khamer telah

diharamkan.”28

Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ketika bejana-bejana khamer pun dihancurkan dan tumpahlah dijalan-jalan kota Madinah dengan khamer, pastinya orang-orang akan melewatinya.

27 Terjemahan Shahih Bukhari Juz VII, oleh; Achmad Sunarto dkk, Semarang;

CV. Asy Syifa‟, hlm. 412

28

(44)

sebagaimana Nabi memerintahkan untuk membersihkan kencing orang Badui. Dan jika khamer itu najis tentunya nabi tak akan membiarkan orang-orang membuangnya di jalan begitu saja.

c. Hukum asal segala sesuatu adalah suci.29 Jika sudah jelas zat khamer itu suci da tidak najis, maka tiak menjadi masalah dengan parfum beralkohol.

Alasan pada poin terakhir diperjelas oleh pendapat Imam Ash Shan‟ani, bahwa pokok pada semua kewajiban adalah suci. Sedangkan semua yang haram itu belum tentu najis. Hasyisy (opium) itu haram, akan tetapi ia suci. Semua yang dihukumi najis itu sudah pasti diharamkan.30 Dengan kata lain, setiap yang najis itu sudah tentu diharamkan dan tidak semua yang diharamkan itu najis.

Karena hukum yang diberlakukan pada sesuatu yang dihukumi najis itu adalah larangan menyentuhnya, bagaimanapun bentuknya. Sesuatu yang najis sudah pasti diharamkan. Sebaliknya, sesuatu yang diharam tidak dapat dipastikan sebagai hal yang najis. Pemakaian sutera dan emas itu diharamkan (bagi laki-laki). Sementara keduanya suci

29

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, diterjemahkan oleh Samsuri Rifa‟i, Ibrahim, dkk, Jakarta; Lentera, 1996, hlm. 26

30

Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghofur, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 1998, hlm. 18

(45)

seseorang telah memahami hal tersebut, maka ia akan mengerti bahwa diharamkannya khamer yang didasarkan pada banyak nash tidak berarti khamer itu najis, kecuali jika ada dalil lain yang menyatakan kenajisannya. Jika tidak ada, maka khamer tetap berada pada kedudukan dasarnya yaitu suci.31

31

(46)

35

PENDAPAT K.H ABDUL WAHAB KHAFIDZ DAN USTADZ SULKHAN DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-IRSYAD KAUMAN KAB.

REMBANG

A. GAMBARAN UMUM PESANTREN

Secara historis, asal usul pesantren tidak dapat lepas dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang, khususnya di Jawa selama berabad-abad. Dalam catatan sejarah walisongo yang mempunyai peran penting dalam perkembangan di pondok pesantren.1

Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik, sebagaimana dapat disimpulkan dari gambaran lahiriahnya. Pesantren merupakan sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan disekitarnya.2 Dalam komplek terdiri beberapa bangunan seperti; rumah kediaman pengasuh, sebuah surau atau aula, tempat pengajaran (madrasah kitab), dan asrama tempat tinggal santri.

Dipesantren memang diciptakan semacam kehidupan yang memiliki sifat dan ciri tersendiri, dimulai dengan jadwal kegiatan yang memang menyimpang dari rutinitas masyarakat pada umumnya. Dimensi

1

Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di

Indonesia, Bandung; Al-Ma‟arif, 1979, hlm. 263

2

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Pesantren, Yogyakarta; LKiS, 2001, hlm. 3

(47)

pada pemberian pengajian buku-buku teks (al-kutub al-muqarrarah) pada tiap-tiap habis menjalani sembayang wajib.

Corak yang tersendiri dari kehidupan pesantren dapat dilihat juga dari struktur pengajaran yang diberikan. Selain kurikulum pelajaran yang sedemikian lentur (luwes), keunikan pengajaran di pesantren juga dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan kemudian dalam penggunaan materi yang telah diajarkan dan dikuasai oleh para santri.

Karena semua mata pengajian yang diberikan bersifat aplikatif, dalam artian harus dijalankan dalam perbuatan dan amalan sehari-hari, tentu saja segi kemampuan para santri untuk mengaplikasikan pelajaran yang diterimanya menjadi perhatian pokok kiai. Karena hampir setiap kehidupan pondok pesantren langsung bersentuhan dengan pengajian yang diberikan mulai dari; cara-cara menyucikan diri untuk beribadat, ritual hingga pada ketentuan-kentuan prosedural tata niaga yang diperankan oleh agama, maka pemberian pengajian oleh sang kiai kepada para santrinya sama saja artinya dengan sebuah proses pembentukan nilai yang lengkap, dengan cara penilain dan orientasinya sendiri.3

Nilai-nilai yang tercipta dalam bentuk serangkaian perbuatan sehari-hari inilah yang kemudian dikenal dengan nama cara kehidupan santri. Struktur pengajaran yang unik dan memiliki ciri khas ini tentu saja menghasilkan pandangan hidup dan aspirasi yang khas dan unik pula.

3

(48)

kegiatannya selalu disandarkan dengan keridhaan Alloh dan menempati kedudukan tertinggi dimata-Nya. Visi ini lebih terkenal dengan keikhlasannya, keikhlasan dalam pondok pesantren berbeda pengertiannya dengan lingkungan masyarakat, dalam keikhlasan dipondok pesantren lebih ditekankan dengan menerima, memberikan, dan melakukan sesuatu di antara sesama mahluk.

Visi diatas berorientasi ke arah kehidupan alam akhirat, dan ini ditekankan pada pengerjaan agama seteliti dan selengkap mungkin, merupakan pokok dasar kehidupan pesantren, sebagaimana dapat ditemukan pada literatur yang diwajibkan didalamnya. Wajah lain dari pandangan hidup ini adalah kesedian yang tulus untuk menerima apa saja kadar yang diberikan oleh kehidupan, terutama bila dipandang dari sudut kehidupan material, asalkan bisa mencapai keridhaan Allah.4

Walaupun kedengarannya aneh dan penuh sikap fatalistis bila ditinjau dari ukuran-ukuran yang terdapat di luar pesantren, pandangan hidup semacam ini memiliki segi positifnya seperti, kemampuan menciptakan penerimaan perubahan-perubahan status dalam kehidupan dengan mudah, serta fleksibilitas para santri untuk menempu karir masing-masing kelak.

Ke dalam praktik kehidupan pesantren tercermin sebagai berikut;

pertama, ketaatan beribadat ritual secara maksimal, penerimaan atas

4

(49)

kelompok yang tinggi.

Kedua, pengekangan ini melatih satri untuk disiplin sosial yang

ketat dalam pondok pesantren. Kesetiaan tunggal pada pesantren adalah dasar pokok disiplin ini. Kesetian pada ilmu fiqh berbentuk kesediaan untuk mengikuti seseorang dalam hal-hal yang tidak bersifat maksiat. Pengertian ini jauh berbeda pula dengan pengertian sehari-hari di masyarakat, di mana kesetiaan diartikan sebagai pembelaan kepada seseorang dalam segala hal dan persoalan.

Sedangkan ta‟zir (hukuman) yang dijatuhkan atas pembakangannya semata-mata hanya konsekuensi para santri yang tak tunduk pada peraturan pondok. Jika ta‟zir belum bisa mendisplinkan santri yang suka bangkang, maka pengusiran adalah jalan terakhir peraturan pondok pesantren keluarkan untuk memberikan pelajaran.

Terciptanya pola kehidupan yang memiliki unsur peniruan dan pengekangan yang demikian ketat merupakan keharusan bagi pendiri atau pengasuh pesantren untuk memiliki kepribadian yang sangat kuat, terutama dalam ketekuanan dan penguasaan diri yang berkadar tinggi.

Yang termasuk dalam warga pesantren adalah kiai yang menjadi pendiri sekaligus pengasuh dan pimpinan tertinggi, para guru, dan para santri. Kepengurusan pesantren adakalanya berbentuk sederhana, dimana kiai memegang pimpinan mutlak dalam segala hal, sedangkan

(50)

lurah pondok.

Menurut Walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama. Mendidik murid atau santri sama halnya mendidik anak kandung sendiri. Pesan mereka dalam konteks ini adalah sayangi, hormati dan jagalaha santrimu, hargailah tingkah laku mereka sebagaimana engkau memperlakukan anak turunmu. Beri mereka makanan dan pakaian hingga mereka dapat menjalankan syariat Islam dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.5

Tugas lurah membentuk susunan oraganisasi atau pengurus, lengkap dengan tugas masing-masing pengurus untuk melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya pesantren sehari-hari, tapi tetap saja kekuasaan mutlak berada ditangan kiai.

Kiai bertugas mengajarkan berbagai pengajian untuk tingkat pengajaran di pesantrennya, dan terserah kepada santri untuk memilih mana yang akan ditempuhnya. Kalau santri ingin mengikuti semua jenis pengajian yang diajarkan, tentu saja akan membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan belasan tahun. Akan tetapi, pengajaran tidak ditentukan berapa lama dan panjang masa santri mengaji tapi ukuran yang digunakan adalah ketundukan seorang santri kepada kiai, keluarga kiai, ustadz utadzahnya, dalam kemampuannya untuk memperoleh ilmu.

5 Abdurrahman Mas‟ud, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta; Gama

(51)

ingin mendapatkan ilmu bermanfaat.

Ustadz, ustadzah mempunyai tugas pokok sebagai latihan penumbuhan kemampuannya untuk menjadi kiai dikemudian hari dan sebagai pembantu kiai dalam mendidik para santri.

Santri adalah siswa tunggal yang tinggal di pesantren, guna menyerahkan diri dan hatinya untuk selalu tunduk dan patuh terhadap semua ketentuan yang berlaku dalam pondok pesantren.6 Itu merupakan syarat mutlak untuk memungkinkan diri santri untuk menjadi anak didik kiai dalam arti yang sepenuhnya. Santri harus mencari keralaan sang kiai dengan mengikuti segenap kepentingannya.

Pengabdian harus dianggap sebagai tugas kehormatan yang merupakan ukuran penyerahan diri. Kerelaan ini yang biasa dikenal dalam lingkungan pesantren adalah barakah, adalah alasan tempat berpijak santri di dalam menuntut ilmu dengan tekanan pada kebutuhan memperoleh kerelaan kiai inilah diciptakan mekanisme konsensus dalam pembentukan tata nilai di pondok pesantren.

Status sebagai seorang santri di pesantren, dengan demikian memiliki fungsi sebagai medium guna menciptakan ketundukan pada tata nilai yang berlaku di pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, tidaklah tepat untuk menggunakan drop out bagi para santri yang tidak menyelesaikan pelajaran di pesantren atau tidak mampu mendirikan pesantren sendiri.

6

Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di

Referensi

Dokumen terkait

Organizing Organizing ialah menyusun dan mengatur secara sistematis data yang diperoleh sedemikian rupa sehingga mendapatkan gambaran dari penelitian tentang penyusunan laporan

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, maka permasalahan yang sekarang telah menjadi aktifitas yang sering kita

Judul Skripsi : Efektivitas Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah Dan Makhluk Gaib Selain Malaikat Pada Peserta

9 Sutri Handayani,“Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Studi pada Industri Sektor Pertambangan dan.. Tidak jarang dalam pelaksanaannya

Persyaratan pelaporan berserta informasi lainnya digunakan untuk mengantisipasi reaksi terhadap informasi yang dilaporkan, karena pada umumnya orang akan bereaksi

Melalui Program pembangunan Daerah beberapa kegiatan telah dilakukan antara lain Kegiatan Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, Pendampingan pada kelompok Perikanan

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMAN 15 Semarang pada bulan Mei 2013 terhadap 10 orang siswa tentang cara pencegahan hipertensi pada remaja

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik, lancar dan diberi