• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi. individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi. individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang berperan saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Sebagai pondasi dengan sebuah tindakan yang didasarkan pada norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Berlangsungnya interaksi sosial dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran dari masing-masing, maka proses sosial pun tidak akan berjalan dengan yang diharapkan dan merupakan bentuk dari proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus interaksi sosial.

(2)

1. Ciri-ciri interaksi sosial

1) Jumlah pelaku dua orang atau lebih.

2) Adanya komunikai antarpelaku dengan menggunakan simbol atau lambang.

3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang.

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.

2. Syarat terjadinya interaksi

Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Menurut Ibid dalam (Soerjono Soekanto 2007:55) seperti syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut.

a. Kontak Sosial : Kata ‘kontak’ berasal dari kata ‘con’ atau ‘cum’ (Bahasa Latin: bersama-sama) dan ‘tango’ (Bahasa Latin: menyentuh). Jadi, secara harfiah kontak artinya adalah ‘sama-sama menyentuh’. Secara fisik kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Akan tetapi, sebagai gejala sosial tidak harus berarti suatu hubungan badaniah. Karena seseorang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa saling menyentuh seperti saat saling menyapa

(3)

dan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjdinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu, kontak antar individu dengan kelompok, dan kontak antar kelompok.

b. Komunikasi : berasal dari kata ‘communicare’ (Bahasa Latin: berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses. Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak belum tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang luas dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.

(4)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor berikut

a. Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan dan mempengaruhi tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat.

b. Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang.

c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.

d. Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. e. Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan

secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia.

(5)

Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.

f. Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:

a) Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagu untuk mencapai tujuan.

b) Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan keuntungan.

c) Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling berinteraksi.

(6)

4. Bentuk-bentuk interaksi

a. asosiatif

asosiatif terdiri dari kerjasama (coorperation), akomodasi (acomodation). kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya.

Proses asosiatif terbagi ke dalam tiga bentuk khusus yakni :

1. Akomodasi yaitu suatu proses dalam hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptas yang menunjuk pada suatu proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya lingkungan. 2. Asimilasi yaitu proses sosial dalam taraf lanjut yang ditandai

dengan adanya usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-peroeang atau kelompok-kelompok manusia yang meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

3. Akulturasi yaitu proses sosial dalam masyarakat yang terdapat unsur kebudayaan baru yang timbul sebagai akibat pergaulan orang-orang ari kelompok sosial lainnya.

(7)

b. Disasosiatif

disasosiatif terdiri dari persaingan (competition), dan kontravensi (contravention), dan pertentangan (conflict). persaingan diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian (baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atay dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Sedangkan kontravensi (contravension) merupakan proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertikaian. Dalam bentuknya ang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsure-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi suatu kebencian taoi tidak sampai menjadi pertentangan.

Selain itu terdapat pertikain atau pertentangan (conflict) yang merupakan suatu proses sosial Dimana individu maupun kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuammya denagn jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

(8)

2.2. Multikultural

Multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti jamak, banyak, “Cultural” yang berarti budaya dan “isme” yang berati paham atau aliran. Multiulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial kebudayaan dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya, masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang secara kultural dan ekonomi yang terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

(9)

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan sikap yang terbuka pada perbedaan, mereka yang memiliki sikap multikultural berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif.

1. Keberadaan masyarakat multikultural

Tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya konsep multikulturalisme yang mencakup sedikitnya tiga unsur yaitu:

a) Terkait dengan kebudayaan.

b) Merujuk kepada pluralitas (keragaman) kebudayaan, dan c) Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut. 2. Karakteristik Masyarakat Multikultural

Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai budaya dan suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam kesetaraan derajat dan toleransi sejati. Adapun karakteristik masyarakat multikultural adalah sebagai berikut:

a) Dalam masyarakat multikultural, tiap – tiap budaya bersifat otonom.

(10)

bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk mencari kehidupan bersama.

c) Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dan masyarakat.

d) Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai perbedaan yang ada.

e) Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadaban), yang amat esensial bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan keadaban yang demokratis.

2.3.Teori Interaksionis Simbolik

Interaksionis simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mepunyai maksud yang disebut dengan simbol.

Menurut mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya

(11)

sendiri.

Interaksionis simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, symbol berada dalam proses kontinu. Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subject matter dari sejumlah analisa kaum interaksionis simbolik. Dalam interaksi orang belajar memahami simbol-simbol konvesional dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakannya sehingga mampu memahami aktor-aktor lainnya.

Bagi blumer dalam (Margaret M. Poloma 2010 : 2) interaksionis simbolik bertumpu pada tiga premis :

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2) Makna tersebut berasa dan “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”

3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung

Keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolik ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan itu menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung member respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. Manusia

(12)

mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol dan diperlukan kemampuan untuk komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif.

Kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik saja (Wirawan, 2012; 124). Seperti masyarakat di Kelurahan Polonia, dimana dengan berkomunikasi mereka akan menggunakan simbol-simbol etnis mereka masing-masing dan menunjukkan identitas mereka dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.

2.4.Adaptasi Sosial Budaya

Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu tidak dapat begitu saja melakukan tindakan yang di anggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan tersebut mempunyai aturan berupa norma-norma yang membatasi tingkah laku individu dan proses penyesuaian tersebut merupakan proses adaptasi sosial.

Soerjono soekonto (2007: 10) memberikan beberapa batasan pengertian adaptasi sosial, yaitu :

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

(13)

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah

Salah satu bentuk adaptasi sosial tersebut adalah adaptasi budaya yang terdiri dari dua kata yang masing-masing makna yakni, kata adaptasi dan budaya, adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik. Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dengan kata lain kebudyaan mencakup segala yang di dapat atau yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola pikir, merasakan dan bertindak.

Dalam masyarakat, adaptasi sosial budaya dimulai melalui penyesuaian cara hidup dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki perbedaan secara adat istiadat, bahasa dan agama yang berbeda. Dimana dalam adaptasi sosial budaya terdapat nilai dan norma sosial dalam tata cara bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seperti pada masyarakat Kelurahan Polonia yang tempat tinggal mereka berada di lingkungan yang memiliki berbagai macam etnis sehingga masyarakat harus mampu untuk menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan yang berbeda etnis tersebut dan dapat diterima dengan baik oleh lingkungannya.

(14)

2.5.Kelompok Sosial

Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial, di lain pihak individu juga tidak dapat dilepaskan dari situasi dimana ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.

Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama. Kelompok sosial tersebut memiliki kehidupan bersama dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub (santosa 1999: 43). Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong. Berikut beberapa persyaratan tertentu, antara lain :

1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan bersama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama dan lain-lain.

(15)

Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu.

4. Berstruktur, berkasidah dan mempunyai pola perilaku. 5. Bersistem dan berproses

Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Kelompok primer : merupakan kelompok yang di dalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang acapkali berkomunikasi dengan yang lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, kawan sepermainan, kelompok agama dan lainnya.

2. Kelompok sekunder : merupakan kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng. Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.

3. Kelompok formal : pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.

(16)

4. Kelompok informal : merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan dan sebagainya.

2.6.Etnisitas -Teori Max Weber Tentang Etnisitas

Dalam bahasa popular etnik adalah kumpulan masyarakat yang mendiami sebuah wilayah yang memiliki identitas dan kebiasaan tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lainnya. Istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa etnis adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras, adat, agama, bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem budaya dan mereka terikat didalamnya.

Kelompok etnik pada umumnya dipahami sebagai suatu populasi orang atau penduduk yang memiliki ciri-ciri yaitu :

(17)

2) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya

3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan

4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Secara eksplinsif, weber terlibat dengan hubungan etnis dan menyediakan beberapa model yang terintegrasi dan koheren untuk penjelasan hubungan antar etnik, model-model itu adalah sebagai berikut :

1. Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok. Weber mendefisikan kelompok etnis sebagai kelompok yang menyuguhkan kepercayaan subjektif di dalam keturunan mereka karena adanya tipe fisik yang mirip. Hal yang krusial dari prinsip ini adalah etnisitas ada hanya ada didasar dari kepercayaan kelompok tertentu. Klalu etnisitas berakar di dalam satu kepercayaan yang mahakuasa. Selain itu, etnisitas ternyata diperkuat dan di tegaskan di ranah kultural atau kessamaan fisik atau pada dasar dari pembagian ingatan bersama.

2. Etnisitas sebagai mekanisme dari terpaan monopolistic sosial. Status kelompok seering berjalan pada basis terpaan sosial dimana posisi monopolistic mereka secara teratur dipakai untuk mencegah orang-orang yang bukan anggota kelompok daei memperoleh keuntungan simbolik atau material dari kelompok mereka.

(18)

3. Keragaman bentuk etnik dari organisasi sosial. Meskipun sebagian besar mereka beroperasi sebagai status kelompok, kelompok etnis dapat menggunakan bentuk kelas, kasta dan tanah. Weber sangat tertarik dengan adanya fenomena kasta etnis, dimana kelompok, perbedaan kasta jauh lebih kaku dan mendekati kelompok sosial

4. Etnisitas dan mobilisasi politik. weber mendefenisikan etnisitas dalam istilah dinamika aktivitas politik. menurutnya, eksistensi dari komunitas politik merupakan prasyarat bagi perilaku kelompok etnis. Kesadaran kelompok terutama dibentuk oleh pengelaman politik secara umum, bukan dengan common descent.

Dilihat dari empat prinsip utama diatas,status kelompok merupakan hal yang paling sering menjelskan kelompok etns. Status kelompok etnis membuat orang-orang percaya bahwa mereka sama dari segi kultur, common descent, serta bahasa. Tak hanya itu, mereka juga percaya bahwa semua itu adalah milik mereka. Contohnya ada disekitar kita, bila ada seseorang berbicara sunda, kita bisa menduga kalau ia berasal dari suku sunda.

Referensi

Dokumen terkait

Tahap awal penelitian adalah dilakukan pencarian data yang dibutuhkan dalam penelitian sebagai bahan kajian. Langkah selanjutnya menganalisa data yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi matematis dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah Statistika

Secara lebih luas, signifikansi sastra sufistik Mustapa kiranya tidak bisa dilepaskan dari konteks indigenisasi Islam di tatar Sunda melalui tradisi tasawuf

Pada 2011 sebesar 3.000 militer Sunni membelot dari pemerintahan tetapi hal ini tidak mempengaruhi banyak karena kebanyakan dari militer Sunni ini tidak menempati

Dalam Family Interfering with Work juga terdapat tiga aspek yaitu Time Based Conflict, Strain-Based Conflict dan Behavior-Based Conflict.Time-Based Conflict pada sisi ini

Kedua, pertimbangan hukum hakim dalam memutus sengketa izin prinsip Penanaman Modal dalam Putusan Nomor: 080/G/2015/PTUN.Smg yang dengan Amar Putusan menolak gugatan

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan isolat aktinomisetes dari sampel tanah asal Ternate yang memproduksi senyawa antimikroba, serta mengetahui hubungan kekerabatan

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian