• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI

DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno1, Sugihardjo2 dan Umi Barokah3 1,2,3

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret jokotris_uns@yahoo.com

giek_bb@yahoo.com har_umi10@yahoo.com

ABSTRACT

Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi yang diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini dikarenakan tersedianya lahan sawah yang subur serta sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Akan tetapi kemajuan pembangunan telah mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah ke non pertanian. Alih fungsi lahan yang terjadi tentu saja mempunyai dampak negatif, karena pada dasarnya lahan pertanian mempunyai fungsi yang luas baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Alih fungsi lahan pertanian sawah tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja, yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan dan pendapatan per kapita rumah tangga petani. Alih fungsi lahan pertanian sawah merupakan masalah serius dan strategis yang harus dihadapi dalam pemantapan ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan sebaran alih fungsi lahan pertanian sawah yang terjadi di Jawa Tengah dan dampaknya pada kehilangan potensi produksi padi. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Selama satu dekade (tahun 2000 sampai 2010) telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah sebesar 14.830 ha (setara 1.483/tahun atau 4,12 hektar/hari). Konversi lahan terluas terjadi di Kabupaten Magelang (253,9 ha/tahun) diikuti Kabupaten Pekalongan, Kendal, Banjarnegara dan Wonosobo (antara 123 ha/tahun sampai 152,1 ha/tahun). Meskipun di beberapa kabupaten terdapat perluasan areal sawah (Grobogan, Wonogiri, Pati, Boyolali, Cilacap, Jepara, Sukoharjo, Rembang dan Demak), akan tetapi peningkatan luas lahan sawah tersebut tidak sebanding dengan alih fungsi lahan pertanian sawah yang terjadi. Produktifitas padi di Propinsi Jawa Tengah meningkat dari 5,41 ton/hektar pada tahun 2000 menjadi 5,71 ton/hektar pada tahun 2010. Konversi lahan pertanian yang terjadi berakibat pada kehilangan potensi produksi padi sebesar 254.000 ton per tahun. Oleh sebab itu alih fungsi lahan pertanian harus dikendalikan agar kehilangan potensi produksi padi tidak semakin membesar.

Keywords: Alih fungsi lahan pertanian, sawah, produksi, padi

PENDAHULUAN

Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2005 telah menetapkan strategi Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), sebagai tindak lanjut dari Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang merupakan salah satu program

(2)

prioritas utama sektor pertanian. Tujuan RPPK antara lain meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan, mengurangi pengangguran, membangun ketahanan pangan, membangun pedesaan dan melestarikan lingkungan (KKBP, 2005).

Berkaitan dengan tujuan RPPK tersebut maka berbagai upaya untuk meningkatkan produksi beras, jagung, kedelai dan gula menjadi sangat penting untuk dilakukan, agar ketahanan pangan dari komoditas-komoditas pertanian tersebut benar-benar ditunjang oleh produksi pangan dalam negeri yang kuat. Kenyataan menunjukkan bahwa impor komoditas-komoditas tersebut, termasuk beras masih terus dilakukan karena hasil produksi dalam negeri belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Dikhawatirkan volume impor komoditas-komoditas tersebut di masa yang akan datang bukannya berkurang, tetapi justru meningkat, baik karena peningkatan laju kebutuhan pangan yang lebih tinggi daripada peningkatan produksinya, maupun karena kebijakan perdagangan yang memandang impor pangan lebih efisien, karena harganya lebih murah.

Salah satu masalah yang dapat mengganggu tercapainya tujuan dari RPPK tersebut adalah semakin berkurangnya lahan-lahan pertanian produktif, baik lahan sawah maupun lahan kering karena dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian. Alih fungsi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja, yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan dan pendapatan per kapita keluarga tani. Alih fungsi lahan pertanian juga mempercepat proses marjinalisasi usahatani sehingga mengurangi daya saing produk pertanian (Simatupang dan Irawan, 2003). Alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah strategis dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Tengah, dengan pertimbangan di Propinsi Jawa Tengah banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, padahal Propinsi Jawa Tengah merupakan sentra produksi beras (padi) di Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2012, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah tahun 2000 dan 2010. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan sebaran alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Propinsi Jawa Tengah dan dampaknya terhadap potensi kehilangan produksi padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil Sensus Pertanian 2003 menunjukkan pada periode tahun 1981-1999 telah terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 90.417 ha/tahun. Pada periode

(3)

yang sama terjadi pencetakan lahan sawah baru seluas 178.954 ha/tahun, sehingga terjadi penambahan luas lahan sawah 88.536 ha/tahun. Pada tiga tahun berikutnya (1999-2002) laju alih fungsi lahan sawah tidak terkendali, sehingga lahan sawah mengalami penyusutan sebesar 141.286 ha/tahun. Alih fungsi lahan sawah pada tahun-tahun tersebut mencapai 187.720 ha/tahun, sedangkan pencetakan lahan sawah baru hanya 46.434 ha/tahun. Data tersebut menunjukkan adanya percepatan laju alih fungsi lahan sawah dan hilangnya berbagai manfaat atau fungsi lahan sawah yang sudah dikembangkan.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) sebelumnya juga menunjukkan bahwa selama tahun 1983–1993 sekitar 935.000 hektar lahan pertanian telah di alih fungsikan ke penggunaan non pertanian. Dari jumlah tersebut, 425.000 hektar diantaranya adalah lahan sawah, 510.000 hektar lainnya bukan sawah. Bila dirata-rata, maka dalam 10 tahun laju alih fungsi lahan per tahun sekitar 40.000 hektar (Kustiwan, 1997). Tabor, et al (1998) berpendapat bahwa laju alih fungsi lahan pertanian setiap tahun mencapai 42.500 ha untuk lahan basah/sawah dan 51.000 ha untuk lahan kering. Menurut Hafsjah (2003), laju alih fungsi lahan pertanian potensial ke penggunaan non pertanian secara nasional mencapai sekitar 47.000 hektar per tahun dan sebagian besar terjadi di Pulau Jawa, yaitu sekitar 43.000 hektar per tahun.

Hasil Sensus Pertanian tahun 2003 mengungkapkan bahwa selama tahun 2000-2002 luas lahan sawah yang dialihfungsikan ke penggunaan non pertanian (perumahan, kawasan industri, sarana publik, dan lain-lain) rata-rata 187,7 ribu hektar per tahun. Sedangkan luas pencetakan sawah baru jauh lebih kecil, yaitu hanya 46,4 ribu hektar per tahun, sehingga luas lahan sawah rata-rata berkurang 141,3 ribu hektar per tahun (Irawan, 2008). Menurut Menteri Pertanian Suswono (2011) di Pulau Jawa saja, sudah terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 27.000 hektar per tahun. Apalagi dengan rencana pembangunan tol Trans Jawa setidaknya akan mengalihfungsikan lahan pertanian sekitar 4.500 hektar.

Sebaran Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah di Propinsi Jawa Tengah

Luas total lahan pertanian sawah selama satu dekade (tahun 2000 sampai 2010) di Propinsi Jawa Tengah telah berkurang 6.484 hektar. Meskipun di beberapa kabupaten terdapat perluasan areal sawah (seperti yang terjadi di Kabupaten Grobogan, Wonogiri, Pati, Boyolali, Cilacap, Jepara, Sukoharjo, Rembang dan Demak), akan tetapi peningkatan luas lahan sawah tersebut tidak sebanding dengan alih fungsi lahan sawah yang terjadi. Selama dekade tersebut telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah sebesar 14.830 ha (setara 1.483/tahun atau 4,12 hektar/hari). Alih fungsi lahan terluas terjadi di Kabupaten Magelang (253,9 ha/tahun) diikuti Kabupaten Pekalongan, Kendal, Banjarnegara

dan Wonosobo (antara 1.230 ha/tahun sampai 1.521 ha/tahun). Sebaran alih fungsi

(4)

Tabel 1. Sebaran alih fungsi lahan pertanian (sawah) di Propinsi Jawa Tengah tahun 2000 – 2010

(5)

Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah (2000 dan 2010)

NO KODE KAB / KOTA Luas Sawah Tahun 2000 Luas Sawah Tahun 2010 Perbedaan

1 8 Kab. Magelang 39,759 37,220 2,539 2 26 Kab. Pekalongan 26,471 24,950 1,521 3 24 Kab. Kendal 27,735 26,218 1,517 4 4 Kab. Banjarnegara 16,168 14,663 1,505 5 7 Kab. Wonosobo 18,404 17,174 1,230 6 19 Kab. Kudus 21,681 20,691 990 7 13 Kab. Karanganyar 23,121 22,133 988 8 27 Kab. Pemalang 38,356 37,632 724 9 29 Kab. Brebes 63,376 62,700 676 10 2 Kab. Banyumas 33,022 32,367 655 11 28 Kab. Tegal 40,923 40,287 636 12 10 Kab. Klaten 33,670 33,398 272 13 34 Kota Pekalongan 1,512 1,260 252 14 16 Kab. Blora 46,794 46,570 224 15 3 Kab. Purbalingga 20,934 20,737 197 16 14 Kab. Sragen 39,943 39,763 180 17 6 Kab. Purworejo 30,234 30,060 174 18 35 Kota Tegal 1,059 895 164 19 22 Kab. Semarang 24,557 24,410 147 20 25 Kab. Batang 22,537 22,480 57 21 30 Kab. Magelang 267 211 56 22 33 Kota Semarang 4,008 3,965 43 23 23 Kab. Temanggung 20,653 20,619 34 24 32 Kota Salatiga 791 765 26 25 31 Kota Surakarta 126 103 23 26 5 Kab. Kebumen 39,768 39,768 0 27 21 Kab. Demak 50,839 50,893 -54 28 17 Kab. Rembang 29,116 29,172 -56 29 11 Kab. Sukoharjo 21,132 21,256 -124 30 20 Kab. Jepara 26,434 26,576 -142 31 1 Kab Cilacap 63,097 63,318 -221 32 9 Kab. Boyolali 22,628 22,920 -292 33 18 Kab. Pati 58,504 59,329 -825 34 12 Kab. Wonogiri 30,620 32,231 -1,611 35 15 Kab. Grobogan 59,769 64,790 -5,021 JUMLAH 998,008.00 991,524.00 14,830.00

(6)

Produksi Padi di Propinsi Jawa Tengah

Produksi padi di Propinsi Jawa Tengah sebesar 9,24 juta ton tahun 2000 dan turun menjadi 9,22 juta ton pada tahun 2010 atau turun sekitar 20.000 ton. Hal ini kontradiksi dengan target pemerintah yang selalu berusaha meningkatkan produksi padi dari tahun ke tahun. Produksi padi tersebut dihasilkan oleh semua kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Sebaran produktivitas padi kabupaten/kota berkisar antara 3,52 sampai 6,43 ton/hektar. Rata-rata produktivitas padi di Propinsi Jawa Tengah adalah 5,71 ton/hektar pada tahun 2010 atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2000, yaitu sebesar 5,41 ton/hektar. Adanya peningkatan produktivitas tersebut menunjukkan bahwa pengurangan produksi padi di Propinsi Jawa Tengah disebabkan oleh pengurangan luas lahan sawah, diantaranya karena beralih fungsi ke non pertanian.

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Potensi Produksi Padi

Alih fungsi lahan pertanian sawah akan berpengaruh pada kehilangan potensi produksi padi. Selama kurun waktu sepuluh tahun (2000 – 2010) telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah sebesar 14.830 hektar. Alih fungsi lahan tersebut berakibat pada kehilangan potensi produksi padi sebesar 254.000 ton per tahun.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan pertanian sawah berpengaruh besar terhadap kehilangan potensi produksi padi, oleh sebab itu alih fungsi lahan pertanian sawah harus dikendalikan. Salah satu upaya pengendalian tersebut adalah dengan memberikan insentif bagi yang tidak melakukan alih fungsi lahan pertanian dan penerapan disinsentif bagi yang melakukan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian dengan judul Pengembangan Model Insentif dan Disinsentif untuk Mengurangi Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian Dalam Rangka Mempertahankan Swasembada Beras di Propinsi Jawa Tengah. Oleh sebab itu penulis ucapkan terimakasih kepada Direktorat DP3M Dikti yang telah mendanai penelitian tersebut melalui program Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2012.

Referensi

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian (ST) 2003. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2000. Luas Penggunaan Lahan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000. Semarang.

_________________________. 2010. Luas Penggunaan Lahan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010. Semarang.

Hafsjah, J. 2003. Deptan menahan laju konversi lahan pertanian. Makalah pada Seminar Pengelolaan Sumberdaya Pertanian Dalam Rangka Menunjang Agropolitan. Surakarta. 28 Mei 2003.

Irawan, B. 2008. Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 26 (2) : 116 – 131.

[KKBP] Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2005. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) Indonesia. Jakarta.

(7)

Kustiwan, I. 1997. Konversi lahan pertanian di pantai utara Jawa. Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial Prisma 26 (1) : 15 – 31.

Simatupang, P. dan Irawan, B. 2003. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian : Tinjauan Ulang Kebijakan Lahan Pertanian Abadi. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 67 – 83

Suswono, (2011). Perlu Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan dengan Pendekatan Sosial Ekonomi. http://www.sinartani.com/index.php?option= com_content& view=article&id=537&catid=293:sorotan&Itemid=584 (30 Juni 2011)

Tabor, S.R., Dillon, H.S. and Sawit, M.H. 1998. Food Security on The Road to Economic Recovery. Jurnal Agro-Ekonomika 28 (2) : 1 – 52.

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan Sari, bahwa informasi yang Sari dapatkan pada saat pelatihan sosialisasi gender adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan,

In the recent past, the use of unmanned aerial vehicles (UAVs) has increased, which can be ascribed to technical developments of electronic components and the possibility of

The current study employed a spatio-temporal disaggregation method to derive fine spatial resolution (60m) images of NDVI by integrating the information in terms of

Dalam memperolah kompetensi tersebut para mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) wajib mengikuti proses pembentukan kompetensi melalui kegiatan Praktek Pengalaman

Melalui uji f, bauran pemasaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam memilih Bandung Makuta Cake dengan F hitung

hal tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan media prezi pada materi sistem pencernaan manusia di

transparansi. Tuntutan yang sering disuarakan oleh masyarakat yaitu transparansi informasi terhadap kebijakan-kebijakan, atauran-aturan terkait langsung dengan jenis-jenis

As shown in following screenshot, the node displays all the available passes, render layers and scenes present in the current rendered file.. Multiple Render Layers nodes can