• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

Menerapkan UUJK dan SMK3

F 45 2 4 4 2 2 01 II 08 01

BUKU INFORMASI

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) S A T U A N K E R J A P U S A T P E L A T I H A N J A S A K O N S T R U K S I

(2)

BAB I PENGANTAR ... 1

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 1

1.2. Penjelasan Modul ... 1

1.2.1. Desain Modul... 1

1.2.2. Isi Modul ... 2

1.2.3. Pelaksanaan Modul ... 3

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (CRCC) ... 3

1.4. Pengertian-Pengertian Istilah ... 3

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 5

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 5

2.2. Pengertian Unit Standar ... 5

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 6

2.3.1. Judul Unit ... 6

2.3.2. Kode Unit ... 6

2.3.3. Deskripsi Unit ... 6

2.3.4. Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ... 7

2.3.5. Batasan Variabel ... 8

2.3.6. Panduan Penilaian ... 9

2.3.7. Kompetensi Kunci ... 11

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 12

3.1. Strategi Pelatihan ... 12

3.2. Metode Pelatihan ... 13

BAB IV BAHAN MATERI UNIT KOMPETENSI ... 14

4.1. Tujuan Instruksional Umum ... 14

(3)

4.3.1. Definisi ... 14

4.3.2. Sarana dan Prasarana Pelatihan... 15

4.3.3. Peralatan Utama Pelatihan ... 15

4.3.4. Peralatan Bantu Pelatihan ... 16

4.3.5. Perangkat Lunak Pelatihan ... 16

4.4. Menerapkan ketentuan UUJK yang terkait dengan pekerjaan ... 16

4.4.1. Ketentuan tentang keteknikan diterapkan sesuai dengan dokumen kontrak ... 18

4.4.2. Ketentuan tentang tanggung jawab pengawasan atas kegagalan pekerjaan konstruksi dan kegagalan bangunan diterapkan dengan benar ... 20

4.4.3. Ketentuan persyaratan kepemilikan sertifikat tenaga terampil dipenuhi ... 21

4.5. Mengawasi dan menerapkan ketentuan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ... 23

4.5.1. Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pengaman Kerja (APK), peralatan dan perlengkapan P3K disediakan dan dipakai sesuai ketentuan . 24 4.5.2. Standar prosedur kerja (SOP) diterapkan secara benar ... 30

4.5.3. Tanda peringatan dan informasi, ditempatkan sesuai kebutuhan (jumlah dan lokasi) ... 35

4.5.4. Keamanan konstruksi pendukung dan peralatan kerja diperiksa dengan cermat... 35

4.6. Memantau dan mengendalikan lingkungan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan ... 39

4.6.1. Pembersihan terhadap sisa material diawasi dan ditangani ... 39

4.6.2. Tingkat kebisingan diawasi dan dikendalikan dengan cermat ... 40

4.6.3. Pencemaran lahan, jalan dan lingkungan sekitar diawasi dengan cermat ... 40

4.6.4. Laporan pelaksanaan pekerjaan dan kecelakaan yang terkait dengan sistem manajemen K3 dibuat ... 40

(4)

5.1. Sumber Daya manusia ... 47 5.2. Sumber-Sumber Perpustakaan... 48 5.3. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ... 48

(5)

BAB I

PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?

Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?

Jika Anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, Anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2. Penjelasan Modul

Modul ini dikonsep agar dapat digunakan pada proses Pelatihan Konvensional/Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri. Yang dimaksud dengan Pelatihan Konvensional/Klasikal, yaitu pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pembimbing atau guru seperti proses belajar mengajar sebagaimana biasanya dimana materi hampir sepenuhnya dijelaskan dan disampaikan pelatih/pembimbing yang bersangkutan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Pelatihan Mandiri/Individual adalah pelatihan yang dilakukan secara mandiri oleh peserta sendiri berdasarkan materi dan sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang bersangkutan. Pelatihan mandiri cenderung lebih menekankan pada kemauan belajar peserta itu sendiri. Singkatnya pelatihan ini dilaksanakan peserta dengan menambahkan unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan baik dengan usahanya sendiri maupun melalui bantuan dari pelatih.

(6)

Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri:

 Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih.

 Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Modul

Modul ini terdiri dari 3 bagian, antara lain sebagai berikut:

a. Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

b. Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

 Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

 Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

 Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.

c. Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:

 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

 Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

(7)

 Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

 Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.  Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

 Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Pelaksanaan Modul

Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :

 Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

 Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

 Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

 Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

 Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.  Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja.  Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

 Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.

 Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)

 Apakah pengakuan Kompetensi Terkini ( Recognition of Current

Competency). Jika anda telah memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali.

(8)

anda telah :

a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama atau.

b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau

c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama .

1.4. Pengertian-Pengertian Istilah Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap. Pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan. pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan /jabatan.

Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap. Pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

(9)

Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

Sertifikat Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi.

(10)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan

Modul yang sedang Anda pelajari ini adalah untuk mencapai satu unit kompetensi, yang termasuk dalam satu paket pelatihan, yang terdiri atas unit-unit kompetensi berikut:

NO. Kode Unit Judul Unit Kompetensi

I. Kelompok Kompetensi Umum

1 F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 01 Menerapkan Ketentuan UUJK dan K3L.

2. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 02 Melakukan Komunikasi dan Kerja Sama di Tempat Kerja

II. Kelompok Kompetensi Inti

1. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 03

Mengidentifikasi Kebutuhan Pekerjaan Awal Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

2. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 04

Membuat Rencana Kerja Harian dan Mingguan Pelaksanaan Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

3. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 05 Membantu Dalam Pengaturan Material

4. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 06 Melakukan Persiapan Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

5. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 07 Mengkoordinasi dan Mengawasi Pelaksanaan Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

6. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 08 Membuat Laporan Pelaksanaan Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

2.2. Pengertian Unit Standar

Apakah Standar Kompetensi ?

Setiap Standar Kompetensi Menentukan :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. b. Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi.

(11)

Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini ?

Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “Menerapkan prosedur-prosedur mutu”

Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan ?

Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian Kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Berapa banyak kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi ?

Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

 Mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

 Mengidentifikasi apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

 Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

 Meyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian

2.3.1 Judul Unit

Menerapkan UUJK dan SMK3

2.3.2 Kode Unit

F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 01

2.3.3 Deskripsi Unit

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk menerapkan dan mengawasi UUJK dan SMK3 dan

(12)

pengendalian dampak lingkungan serta Manajemen Mutu terkait dengan pekerjaan rangka atap baja ringan

2.3.4 Elemen Kompetensi

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menerapkan ketentuan UUJK yang terkait dengan pekerjaan.

1.1 Ketentuan tentang keteknikan diterapkan sesuai dengan dokumen kontrak

1.2 Ketentuan tentang tanggung jawab pengawasan atas kegagalan pekerjaan konstruksi dan kegagalan bangunan diterapkan dengan benar

1.3 Ketentuan persyaratan kepemilikan sertifikat tenaga terampil dipenuhi

2. Mengawasi dan menerapkan ketentuan Sistem Manajemen K3 (SMK3)

2.1 Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pengaman Kerja (APK), peralatan dan perlengkapan P3K disediakan dan dipakai sesuai ketentuan

2.2 Standar prosedur kerja (SOP) diterapkan secara benar

2.3 Tanda peringatan dan informasi, ditempatkan sesuai kebutuhan (jumlah dan lokasi)

2.4 Keamanan konstruksi pendukung dan peralatan kerja diperiksa dengan cermat

(13)

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Memantau dan mengendalikan

lingkungan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

3.1 Pembersihan terhadap sisa material diawasi dan ditangani

3.2 Tingkat kebisingan diawasi dan dikendalikan dengan cermat

3.3 Pencemaran lahan, jalan dan lingkungan sekitar diawasi dengan cermat.

3.4 Laporan pelaksanaan pekerjaan dan kecelakaan yang terkait dengan sistem manajemen K3 dibuat

2.3.5 Batasan Variabel

1. Kontek Variabel

1.1. Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja dan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan.

1.2. Tempat kerja meliputi :

1.2.1. Lokasi perakitan rangka atap 1.2.2 Lokasi pemasangan rangka atap

1.2.3. Tempat penyimpanan sementara material, kuda-kuda, di lokasi kerja 1.3. Potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja diidentifikasi yang meliputi

bahaya kecelakaan fisik/biologis/kimia, bahaya kebakaran dan bahaya ledakan.

1.4. Pengendalian bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang dilakukan meliputi : 1.4.1. Memilih, Menyiapkan, memelihara dan memakai Alat Pelindung Diri

(APD)

1.4.2. Memilih, memeriksa, memelihara dan menggunakan Alat Pengaman Kerja (APK)

1.4.3. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan di tempat kerja. 1.5. Tindakan pencegahan pencemaran lingkungan di tempat kerja meliputi :

1.5.1. Membuang potongan–potongan baja ringan, barang-barang yang berbahaya, sesuai dengan prosedur dan ketentuan

(14)

1.5.2. Membersihkan lokasi pekerjaan dari sisa-sisa bahan material yang tidak terpakai setelah pekerjaan selesai.

1.6. Penerapan manajemen mutu sesuai dengan prosedur

2. Perlengkapan Yang Diperlukan

2.1. Alat Pelindung Diri (APD) antara lain : 2.1.1. Sepatu keselamatan (safety shoes) 2.1.2. Helm pengaman (safety helmet) 2.1.3. Sarung tangan (gloves)

2.1.4. Kaca mata (safety glasses) 2.1.5. Pelindung telinga (ear plug) 2.1.6. Masker pelindung

2.1.7. Sabuk pengaman (safety belt)

2.2. Alat Pengaman Kerja (APK) antara lain : 2.2.1. Alat pemadam api ringan (APAR)

2.2.2. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) 2.2.3. Rambu-rambu keselamatan kerja

3. Tugas–tugas Yang Harus Dilakukan

3.1. Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja sebelum memulai pekerjaan.

3.2. Mengendalikan bahaya dan resiko kecelakaan kerja dengan mengawasi pemakaian APD, mematuhi rambu-rambu keselamatan kerja dan menggunakan APK sesuai dengan prosedur.

3.3. Meningkatkan kepedulian terhadap pelaksanaan K3, pencegahan pencemaran lingkungan.

4. Peraturan–peraturan Yang Diperlukan

4.1. Undang-undang Nomor. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

4.2. Undang-undang Nomor. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja

4.3. Undang-undang Nomor. 4 tahun 1982 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan

(15)

4.4. Manual mutu yang dirumuskan perusahaan 4.5. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4.6. Permen tentang SMK3

2.3.6 Panduan Penilaian

1. Kondisi Penilaian

Kondisi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

Metode uji antara lain : 1.1. Tes tertulis

1.2. Wawancara

1.3. Praktek menggunakan alat peraga 1.4. Praktek di tempat kerja

1.5. Portofolio atau metode lain yang relevan

2. Keterkaitan dengan unit lain:

2.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya: 2.2 Kaitan dengan unit lain

2.2.1. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 05 Membantu dalam pengaturan material

2.2.2. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 06 Melakukan persiapan pemasangan Rangka Atap Baja Ringan

2.2.3. F. 45 2 4 4 2 2 01 II 08 07 Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan pemasangan rangka atap baja ringan

3. Pengetahuan Yang Dibutuhkan

3.1. Peraturan perundangan, prosedur penerapan K3 dan lingkungan hidup 3.2. Jenis dan fungsi APD dan APK

3.3. Pengendalian bahaya dan resiko kecelakaan kerja 3.4. Organisasi K3 di perusahaan

(16)

4. Keterampilan Yang Dibutuhkan

4.1. Keterampilan dalam mengidentifikasi potensi bahaya/kecelakaan kerja 4.2. Keterampilan dalam mengendalikan bahaya/resiko kecelakaan kerja

4.3. Menerapkan ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan di tempat kerja 4.4. Keterampilan dalam penerapan manajemen mutu

5. Aspek Kritis Yang Harus Diperhatikan

5.1. Kemampuan mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja di tempat kerja

5.2. Kemampuan dalam mentaati prosedur/ketentuan K3 untuk mengendalikan bahaya/resiko kecelakaan kerja

5.3. Kemampuan dalam kedisiplinan pemakaian APD sesuai dengan ketentuan K3

5.4. Kemampuan untuk melakukan tindakan penanggulangan kecelakaan kerja bila terjadi keadaan darurat lainnya di tempat kerja

5.5. Kemampuan dalam mencegahan pencemaran lingkungan di tempat kerja 5.6. Kemampuan dalam mengendalikan proses tahapan pekerjaan sehingga

menghasilkan mutu pekerjaan sesuai dengan manual mutu.

2.3.7 Kompetensi Kunci

NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan

informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan dalam kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 2

(17)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri. Artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Persiapan/ Perencanaan

a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.

d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Anda.

Permulaan dari proses pembelajaran

a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

b. Merevisi dan meninjau meteri belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

Pengamatan terhadap tugas praktek

a. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan.

Implementasi

a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

(18)

c. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh.

Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda.

3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus. Kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas. Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta. Pelatih dan Pakar / Ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu.

(19)

BAB IV

MATERI UNIT KOMPETENSI

4.1. Tujuan Instruksional Umum

 Peserta pelatihan mampu menerapkan dan mengawasi UUJK dan SMK3

4.2. Tujuan Instruksional Khusus

 Peserta pelatihan mampu menerapkan ketentuan UUJK yang terkait dengan pekerjaan.

 Peserta pelatihan mampu mengawasi dan menerapkan ketentuan Sistem Manajemen K3 (SMK3)

 Peserta pelatihan mampu memantau dan mengendalikan lingkungan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

4.3. Pengetahuan Dasar Pelaksanaan Pekerjaan Mandor Pemasangan

Rangka Atap Baja Ringan

4.3.1. Definisi

Pekerjaan Mandor pemasangan rangka atap baja ringan adalah salah satu bagian dari pekerjaan konstruksi bangunan gedung yang terfokus pada pekerjaan rangka atap dengan menggunakan rangka baja ringan.

4.3.2. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Pelatihan pekerjaan Mandor pemasangan rangka atap baja ringan memerlukan sarana dan prasarana, diantaranya :

 Ruang teori

 Ruang praktek

4.3.3. Peralatan Utama Pelatihan

Peralatan utama pelatihan yang digunakan terkait dengan modul ini, adalah :

(20)

 Komputer / LCD proyektor

 Layar

 Alat tulis pengajaran (spidol, penghapus)

4.3.4. Peralatan Bantu Pelatihan  Alat Pelindung Diri (APD)

 Alat Pengaman Kerja (APK)

 Perlengkapan P3K

4.3.5. Perangkat Lunak Pelatihan

Perangkat lunak pelatihan yang digunakan, diantaranya :

 Undang-undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi

 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000

 Pedoman Keselamatan dan kesehatan Kerja

 Undang-undang Nomor. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja

 KEPEM & PERMEN PU. No14 Tahun 2009 Tentang penulisan modul dan studi jabatan

 KEPEM & PERMEN PU. No.9 Tahun 2008 Tentang sistem manajemen K3

4.4. Menerapkan ketentuan UUJK yang terkait dengan pekerjaan.

Pertumbuhan jasa konstruksi yg tinggi sebelum krisis ekonomi ternyata belum diimbangi dengan tatanan penyelenggaraan yg maksimal sehingga menyebabkan munculnya berbagai masalah antara lain :

1. Belum terwujudnya mutu produk , waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya.

2. Rendahnya tingkat kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa akan ketentuan peraturan per undang undangan yang berlaku ,

3. Belum terwujudnya kesejajaran antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak hak dan kewajiban .

4. Belum terwujudnya secara optimal kemitraan yang sinergis antar Badan Usaha Jasa Konstruksi ( BUJK ) dan antara BUJK dan masyarakat .

(21)

Bertitik tolak dari kondisi tersebut diatas maka dilakukanlah evaluasi kembali terhadap tatanan usaha dibidang jasa konstruksi yang memunculkan berbagai pertimbangan, yakni :

1. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945.

2. Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi , sosial dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional .

3. Berbagai peraturan perundang undangan yang berlaku belum berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi sesuai dengan karakteristiknya yang mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal maupun bagi kepentingan masyarakat .

Berpijak dari pertimbangan tersebut , maka dicanangkan pula cita cita jasa konstruksi yang diinginkan dimasa mendatang , yakni :

1. Tertib usaha jasa konstruksi

2. Pemberdayaan jasa konstruksi nasional untuk : a. Mengembangkan kemampuan

b. Meningkatkan produktivitas c. Menumbuhkan daya saing

3. Kedudukan yang adil antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

4. Kemitraan sinergis dalam usaha jasa konstruksi

Untuk mencapai cita cita tersebut maka pengaturan dibidang jasa konstruksi harus berdasarkan asas :

1. Kejujuran dan keadilan 2. Manfaat

3. Keserasian 4. keseimbangan 5. Kemandirian

(22)

6. Keterbukaan 7. Kemitraan

8. Keamanan dan keselamatan

Diharapkan dengan adanya undang undang jasa konstruksi ini dapat :

1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi nasional untuk mewujudkan strukstur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan kostruksi yang berkualitas.

2. Mewujudkan penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi yang menjamin : a. Kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak

hak dan kewajiban

b. Dipenuhinya ketentuan yang berlaku

c. Mewujudkan peran masyarakat dibidang jasa konstruksi

4.4.1. Ketentuan tentang keteknikan diterapkan sesuai dengan

dokumen kontrak

Terkait dengan pemberlakukan Undang-undang jasa konstruksi beserta turunannya, seorang mandor harus memahami dan melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam UUJK terkait dengan jabatannya yang bekerja dalam bidang konstruksi.

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang dimaksud, diantaranya :

UU No. 18 Tahun 1999 (Pasal 4), mengatakan tentang Jenis usaha jasa konstruksi, yaitu :

(1) Jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan konstruksi dan usaha pengawasan konstruksi yang masing-masing dilaksanakan oleh perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.

(2) Usaha perencanaan konstruksi memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.

(23)

dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.

(4) Usaha pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa pengawasan baik sebagian atau keseluruhan pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil konstruksi.

UUJK No. 18 Tahun 1999 Pasal 8, menyatakan bahwa :

Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus :

a. Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi b. Memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi

Pasal 9 ayat 2, menyatakan :

Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.

Pasal 9 ayat 3, menyatakan :

Orang perseorangan yang diperkerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksanan konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian

Pasal 9 ayat 4, menyatakan :

Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstuksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

PP No. 28 Tahun 2000

Pasal 15 ayat 1, menyatakan :

Tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi ketrampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga,yang dinyatakan

(24)

dengan sertifikat.

UUJK No. 18 th 1999, Pasal : 9, menyatakan :

(1) Perencana, Pengawas Konstruksi orang/ perseorangan hrs memiliki sertifikat Keahlian.

(2) Pelaksana Konstruksi. Orang/perorangan harus memiliki sertifikat Keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.

(3) Orang/perseorangan yang di pekerjakan oleh Badan usaha sebagai Perencana Konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat- keahlian.

(4) Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan Keteknikan, yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja

(5) Tenaga Kerja Konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga yang dinyatakan dengan serifikat.

(6) Pelaksanaan Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dilakukan oleh Asosiasi Profesi atau institusi pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga

4.4.2. Ketentuan tentang tanggung jawab pengawasan atas kegagalan

pekerjaan konstruksi dan kegagalan bangunan diterapkan dengan benar

UU 18 th 1999, Pasal 25 :

(1) Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.

(2) Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(25)

(3) Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.

UU 18 th 1999, pasal 26 ayat 2 :

(2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.

UU 18 th 1999, pasal 27 :

Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa wajib bertanggungjawab dan dikenai ganti rugi.

UU 18 th 1999 , pasal 28 :

Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan Pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 serta tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

4.4.3. Ketentuan persyaratan kepemilikan sertifikat tenaga terampil dipenuhi

UUJK No. 18 th 1999

(26)

(1) Perencana, Pengawas Konstruksi orang/ perseorangan hrs memiliki sertifikat Keahlian.

(2) Pelaksana Konstr. Org/perorangan harus memiliki sertifikat Ketrampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.

(3) Org/perseorangan yg di pekerjakan oleh Badan usaha sbg. Perencana Konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat- keahlian.

(4) Tenaga kerja yg melaksanakan pekerjaan Keteknikan, yg bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat ketrampilan dan keahlian kerja

(5) Tenaga Kerja Konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga yang dinyatakan dengan serifikat.

(6) Pelaksanaan Sertifikasi sbgmn dimaksud dlm ayat 1 dpt dilakukan oleh Asosiasi Profesi atau institusi pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga.

PP No28 Tahun 2000

Pasal 15 ayat 1, menyatakan :

Tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi ketrampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat.

Cara memperoleh sertifikat keterampilan kerja

Untuk memperoleh sertifikat keterampilan kerja dijelaskan pada PP NO 28 Tahun 2000, pasal : 15, yaitu :

(1) Tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi ketrampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat.

(2) Sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu.

(27)

(3) Sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah memenuhi persyratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau kehalian tertentu.

(4) Sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahliankerja sebgaiaman dimaksud dalam ayat (1), secara berkala diteliti/diniliai kembali oleh Lembaga.

(5) Pelaksanaan sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga.

Untuk mendapatlkan sertifikat keterampilam kerja, dapat melalui : a. Pendidikan yang diakhiri dengan pengujian

b. Pelatihan yang diakhiri dengan pengujian c. Pembekalan yang diakhiri dengan pengujian

4.5. Mengawasi dan menerapkan ketentuan Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperlukan terdiri dari 2 bagian pokok yaitu : Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK). Alat pelindung diri (APD) adalah alat pengaman diri yang digunakan dalam bekerja pada pekerjaan konstruksi , agar kita terhindar dari kecelakaan kerja , maupun penyakit akibat kerja .

Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu hendaknya diimbangi dengan kesungguhan kontraktor menerapkan aturan pengggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sekaligus pemecahan masalahnya, seperti :

1. Untuk pertama kalinya pekerja menggunakan alat pelindung diri , seperti helm , sepatu kerja dan ikat pinggang pengaman, memang kurang menyenangkan bagi pekerja .Memanjat dengan menggunakan sepatu bahkan dirasakan , menghambat, kurang aman dan nyaman bagi pekerja yang belum terbiasa. Menggunakan sarung tanganpun dirasakan risih oleh pekerja. Memang diperlukan waktu agar menggunakan pelindung diri itu menjadi kebiasaan. Tetapi yang terpenting adalah para pekerja harus menyadari tujuan utama

(28)

menggunakan alat pelindung diri tersebut adalah untuk keselamatan dirinya terhadap kemungkinan adanya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja .

2. Diperlukan adanya safety engineer, ahli K3 (safety officer) yang selalu menginspeksi penggunaan alat pelindung diri ini dan akan menegur operator tower crane yang lupa menggunakan alat pelindung dirinya sewaktu mulai bekerja mengoperasikan tower crane.

Peralatan pelindung diri yang disediakan harus memadai dan berfungsi dengan baik, untuk itu penyedia jasa atau kontraktor harus menyediakan dana khusus untuk pengadaannya , hal ini tidak bisa dihindari demi untuk keselamatan dan kesehatan pekerjanya disamping adanya ketentuan dari Undang Undang ; Permen ; Kepmen dari pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan K3 disektor konstruksi.

4.5.1. Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pengaman Kerja (APK), peralatan dan perlengkapan P3K disediakan dan dipakai sesuai ketentuan Jenis-jenis APD yang umum digunakan, diantaranya :

1. Helm penutup kepala: merupakan alat pelindung kepala dari : jatuh dari ketinggian; terkena benda benda jatuhan ; terbentur saat menaiki tangga dll. Helm yang digunakan harus helm standar baik nasional maupun internasional.

Gambar 4.1 Alat Pelindung Kepala (Helm) :

2. Sarung tangan: merupakan alat pelindung tangan, dari : lecet akibat mengoperasionalkan alat kerja atau luka akibat teriris/tersenggol alat pertukangan kayu; terpelesetnya tangan pada waktu memegang tangga karena licin. Sarung tangan yang

(29)

digunakan adalah sarung tangan dari katun yang khusus digunakan untuk memegang alat alat pertukangan kayu.

Gambar 4.2 alat pelindung tangan (sarung tangan) :

3. Sepatu lapangan : merupakan alat pelindung kaki , dari : terkena jatuhan benda benda keras atau kaki terkena benda benda tajam lainnya .

Gambar 4.3 alat pelindung kaki (sepatu lapangan) :

4. Alat pelindung telinga: merupakan alat pelindung dari suara bising yang ditimbulkan oleh mesin gergaji, gerinda dll . Biasanya gangguan suara ini terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu selama pekerja mengoperasikan alat alat pertukangan kayu, sehingga bisa berakibat pada pekak atau tulinya telinga pekerja tersebut .

(30)

Gambar 4.4 Alat pelindung telinga :

5. Ikat pinggang pengaman : merupakan alat pelindung diri pada waktu mandor tukang kayu bekerja diketinggian , agar jika terpeleset tidak fatal akibatnya bila jatuh dari ketinggian.

Gambar 4.5 Alat pelindung ikat pinggang pengaman :

6. Tali pengaman : merupakan alat pelindung diri dari jatuh dari ketinggian , akibat terpeleset pada waktu bekerja diketinggian . Biasanya tali ini diikatkan pada ikat pinggang pengaman yang dipakai pekerja yang bekerja diketinggian dan ujung yang lain dikaitkan pada besi pagar pengaman .

(31)

Gambar 4.6 Aalat pelindung tali pengaman

7. Penutup hidung (masker) : digunakan pada saat bekerja pada daerah yang berdebu atau yang mengandung unsur kimia seperti debu semen yang dapat menimbulkan gangguan pada pernapasan.

Gambar 4.7 Penutup hidung (masker)

8. Pakaian yang dikenakan juga harus dipilih yang kira-kira tidak terlalu ketat juga tidak terlalu longgar. Pakaian yang terlalu ketat akan menyulitkan pada saat memanjat, sedangkan pakaian yang terlalu longgar dapat tersangkut pada bagian-bagian tertentu sehingga bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

(32)

Disamping alat alat pengaman diri seperti tersebut diatas , masih ada beberapa lagi alat alat pelindung diri yang lain seperti : kartu pengenal (name tag) , senter , tas pinggang dll .

Jenis –jenis Alat Pengaman Kerja (APK) , antara lain :

1. Kotak P3K, kotak ini amat diperlukan untuk mengatasi gangguan kecil kecil yang terjadi pada waktu sedang bekerja , misalkan ada luka kulit, gatal gatal, kurang sehat (pusing pusing), flu , batuk dll. Sehingga gangguan tersebut dapat diatasi.

Gambar 4.9 Kotak P3K

2. Alat pemadam kebakaran , yang disediakan biasanya adalah tabung pemadam kebakaran (fire extingused) , alat ini bentuknya tidak terlalu besar tetapi sangat diperlukan untuk mengatasi bila ada kebakaran kecil, yang diakibatkan oleh korsleiting listrik dll , di kabin dan sekitarnya.

Alat pemadam jenis ini biasanya dibuat di pabrik dalam bentuk tabung dari logam yang diisi dengan cairan kimia atau bubuk kimia kering. Kondisi tabung harus diperiksa secara berkala bahkan isinya harus diganti dalam batas waktu tertentu sesuai petunjuk pabrik yang membuatnya.

(33)

Gambar 4.10 Tabung pemadam (fire extinguisher)

Alat ini biasanya ditempatkan di ruang kantor atau di lorong-lorong dan digunakan untuk memadamkan sumber api yang masih kecil, dengan cara seperti berikut :

a. Melepas kunci pengaman pada bagian atas tabung b. Memegang alat dalam keadaan tegak

c. Melepas pipa dari penjepitnya (clip) d. Menekan pengatup (pembuka katup)

e. Mengarahkan moncong pipa ke sumber api dan menyemburkannya secara merata

Gambar 4.11 Pengoperasian tabung pemadam (fire extinguisher)

3. Slogan slogan dan Rambu-rambu K-3 :

(34)

penerapan K-3 di lingkungan proyek konstruksi dan harus dipasang pada tempat-tempat yang strategis, dalam arti mudah terlihat dan sesuai dengan situasi kerja.

Dengan Slogan dan rambu rambu ini terlihat kesungguhan para pemangku kerja yang ada dilingkungan proyek Konstruksi untuk selalu hati hati dalam bekerja dan selalu mengutamakan

keselamatan dan kesehatan dalam bekerja .

Slogan dan rambu-rambu yang diperlukan pada pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Wajib menggunakan topi pengaman (helmet)

b. Dilarang merokok atau menyalakan api pada daerah yang berdekatan dengan tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti bensin, bahan kimia dan sejenisnya c. Wajib menggunakan kaca mata pelindung sinar matahari,bagi

operator tower crane

d. Wajib menggunakan penutup/pelindung telinga pada daerah yang bising akibat bunyi mesin

e. Rambu-rambu lainnya sesuai dengan karakteristik bidang pekerjaannya

f. Tanda peringatan tentang penangkal petir yang menempel pada peralatan dan komponen (warning,caution,danger dsb)

g. Contoh slogan yang sering digunakan : Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah Prioritas Utama Kami ;

Perusahaan memberikan ucapan selamat kepada Tim atas

prestasi 1000.000 jam kerja tanpa kecelakaan kerja ( ZERO ACCIDENT) pencapaian besar,sukses besar dan ingat tetap berhati hatilah .

(35)

Gambar 4.12 Papan Petunjuk K3

Gambar 4.13 Slogan K3

(36)

Gambar 4.14 Slogan K3

4. Disamping alat alat pengaman kerja seperti tersebut diatas , masih terdapat beberapa alat pengaman kerja yang lain , diantaranya adalah : tool kit , bak sampah , genset , penangkal petir , toilet (mck) , air bersih , air minum, klinik , tempat istirahat , kantin , tandu , instalasi listrik , instalasi air , mushola dll .

4.5.2. Standar prosedur kerja (SOP) diterapkan secara benar

Pengertian SOP

1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

2. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

Tujuan SOP

1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

(37)

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi

3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.

4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi

Fungsi :

1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.

5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Kapan SOP diperlukan

1. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan

2. SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak

3. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

Keuntungan adanya SOP

1. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten

2. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan

3. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai/tenaga kerja.

(38)

Dalam menjalankan operasional perusahaan , peran pegawai/tenaga kerja memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan

Contoh SOP

SOP Penggunaan APAR

1. Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau

2. Bawa ke sumber api dan jaga jarak kurang lebih 3 meter, dan jangan melawan arah angin.

3. Bentangan hose pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan semprotkan sampai padam

SOP Penggunaan Hydrant

1. Buka tutup box, pastikan bahwa selang tersambung dengan benar.

2. Tarik keluarselang dalam box, pastikan selang lurus kemudian : 1 orang mengarahkan ujungnya, 1 orang menjaga dibelakang orang pertama (dengan posisi kaki saling menopang), 1 orang mengatur kran air sambil mengontrol jangkauan & kecepatan air terkendalikan.

3. Arahkan pancaran air ke obyek sasaran.

4. Setelah selesai valve ditutup sampai sampai air berhenti.

5. Masukkan selang air ke box dengan melipat dan menggantung pada tempatnya.

(39)

4.5.3. Tanda peringatan dan informasi, ditempatkan sesuai kebutuhan (jumlah dan lokasi)

Rambu-Rambu Keselamatan Kerja

Dalam melakukan pekerjaan di proyek konstruksi para pekerja harus setiap saat memperhatikan rambu-rambu di lokasi proyek dan Rambu- rambu tersebut dipasang/ditempatkan sesuai dengan kondisi lapangan pekerjaan dan proyek yang sedang dilaksanakan.

Beberapa rambu-rambu keselamatan kerja, diantara adalah :

1. Tanda Larangan

Tanda larangan Tepi berwarna merah

Dilarang Merokok

Dilarang Menyalakan Api

Jangan Dioperasikan

Dilarang Masuk

(40)

2. Tanda untuk setiap pekerja harus menggunakan

Tanda harus menggunakan Dasar warna biru

Helm pengaman harus dikenakan.

Pelindung mata (safety googles) harus dikenakan

Sabuk Pengaman (safety belt) harus dikenakan

Harus menggunakan sarung tangan yang sesuai

Menandakan daerah yang bising, pekerja harus menggunakan earplug / earmuff untuk mencegah suara yang mengakibatkan berkurangnya pendengaran.

Pelindung kaki safety shoest / safety boot harus dikenakan.

(41)

Pelindung muka harus dikenakan

Pelindung pernapasan masker harus dikenakan

(42)

3. Tanda peringatan untuk pekerja, dasar warna kuning kemungkinan adanya bahaya yang timbul sesuai dengan simbul dan mengambil tindakan pencegahan.

Tanda Peringatan Dasar Warna Kuning

Awas bahaya barang berat.

Awas bahaaya kebakaran, menunjukkan adanya bahan yang mudah terbakar.

Awas bahaya ledakan, menunjukkan kemungkinan terjadi gas yang mudah terbakar / meledak.

Awas bahaya radiasi

Awas bahaya keracunan. Peringatan akan adanya bahan beracun, gas beracun, pekerja harus minta ijin untuk memasuki area.

Peringatan akan adanya bahaya listrik tegangan tinggi, kabel telanjang, gardu listrik atau trafo Awas bahaya listrik.

(43)

4. Rambu tanda-tanda yang harus diperhatikan pekerja

Rambu tanda arah Warna dasar hijau

Gambar 4.18 Rambu tanda Arah

4.5.4. Keamanan konstruksi pendukung dan peralatan kerja diperiksa dengan cermat

Mengidentidikasi keamanan kerja

Mempelajari dan memahami fungsi peralatan utama dan peralatan bantu untuk keamanan konstruksi

A. Pengenalan Jenis Kecelakaan Kerja

Jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi pada pekerjaan gedung pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Jatuh dari ketinggian yang disebabkan oleh :

Tempat bebas merokok

disimpan atau digunakan

(44)

a. Bekerja pada tangga yang konstruksinya tidak kuat

b. Bekerja pada tangga yang kedudukannya pada lantai tidak stabil

c. Bekerja pada perancah yang tidak kuat (tiang/papan bordes patah)

2. Jatuh tergelincir, karena :

a. Bekerja pada perancah yang tidak menggunakan papan penahan gelincir

b. Bekerja pada lantai yang licin 3. Luka, dikarenakan :

a. Tertimpa benda jatuh atau galian tanah longsor

b. Terkena benda tajam pada saat menggunakan alat seperti gergaji, ketam dan sejenisnya

4. Terkilir/salah urat, karena salah posisi badan pada saat mengangkat benda-benda yang berat

5. Gangguan pernapasan, akibat menghisap debu semen atau bahan kimia lainnya

6. Tersengat aliran / kesetrum listrik.

B. Penyebab dan Akibat Kecelakaan Kerja

Berdasarkan data dari International labour Organization (ILO), sebab-sebab terjadinya kecelakaan kerja adalah :

1. Kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition) yang mengakibatkan 20 % faktor kecelakaan.

2. Tindakan kerja yang tidak aman (unsafe action) yang mengakibatkan 80 % faktor kecelakaan.

Dari faktor-faktor tersebut di atas, faktor manusia menjadi sebab yang paling dominan dengan alasan :

1. Kurangnya pengetahuan tentang K-3, bahkan tidak tahu sama sekali.

(45)

3. Kurangnya kepedulian terhadap pelaksanaan aturan K-3 Pada umumnya penyebab kecelakaan kerja bisa diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perencanaan dan Organisasi, dalam bentuk : a. Kegagalan dalam perencanaan teknis b. Kakunya batasan waktu yang tidak sesuai

c. Penugasan pekerjaan kepada kontraktor yang tidak professional

d. Tidak cukupnya atau kegagalan pengawasan pekerjaan e. Tidak terbinanya kerjasama yang baik di antara pekerja 2. Pelaksanaan Pekerjaan, meliputi :

a. Rusaknya pekerjaan dalam pelaksanaan b. Penggunaan material yang tidak sesuai c. Kesalahan/kerusakan proses material d. Kerusakan lainnya

3. Peralatan, sebagai akibat :

a. Tidak tersedianya peralatan yang diperlukan b. Kerusakan peralatan yang digunakan

c. Tidak tersedianya alat dan perlengkapan keselamatan kerja

4. Manajemen dan Metode Kerja, sebagai akibat :

a. Tidak memadainya persiapan pelaksanaan pekerjaan b. Tidak memadainya pengecekan/pengujian peralatan c. Tidak memadainya atau tidak tepatnya metode, prosedur,

dan instruksi kerjanya

d. Mempekerjakan tenaga kerja yang tidak memenuhi syarat keahlian / keterampilan

e. Tidak memadainya pengawasan terhadap pekerjaan 5. Perilaku Pekerja, yang :

a. Tidak bertanggung jawab

b. Melakukan pekerjaan yang bukan wewenangnya c. Perilaku yang ceroboh, seperti :

(46)

2) Terbawanya masalah pribadi dalam bekerja 3) Kondisi fisik yang menurun

4) Keletihan yang menumpuk

5) Kerja lembur yang terus menerus 6) Bekerja tanpa/kurang minat 7) Sengaja bekerja tidak baik

8) Bekerja semaunya sendiri tanpa memperhatikan batasan yang benar

9) Mengabaikan aturan kerja seperti bekerja sambil merokok dsb.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka, kecelakaan bekerja atau kecelakaan di tempat kerja bisa terjadi akibat tiga faktor, yakni : 1. Faktor manusia (human factor)

2. Faktor mesin/peralatan (mechanical factor)

3. Faktor alam/lokasi kerja/cuaca/, dan lain-lain (nature factor)

C. Pencegahan Kecelakaan Kerja

1. Tindakan pencegahan a. Menyingkirkan bahaya

Apabila dalam suatu situasi kerja terlihat adanya bahaya yang diperkirakan bisa menimbulkan kecelakaan, maka seorang pelaksana harus segera menghentikan pekerjaan tersebut dan memberikan peringatan kepada pekerja yang bersangkutan untuk memperbaiki cara kerja atau perlengkapan kerja yang digunakan. Misalkan jika ada pekerja yang melakukan pekerjaan tepat di bawah para pekerja lain di atasnya, maka seorang pelaksana harus segera menghentikan pekerjaan tersebut, dan memimndahkan pekerja yang bersangkutan pada pekerjaan lainnya yang dianggap lebih aman.

(47)

Pada situasi kerja yang riskan terhadap kecelakaan, kontraktor harus menyediakan dan mewajibkan para pekerjanya untuk mnggunakan alat pelindung badan seperti topi pengaman (helmet), sabuk pengaman (safety belt) dan lain-lainnya.

c. Pemasangan rambu-rambu K-3

Rambu-rambu K-3 harus dipasang pada tempat-tempat kerja yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Pada proyek pembangunan gedung berlantai banyak (gedung tingkat) rambu-rambu untuk menggunakan topi pengaman (helmet) harus dipasang di setiap sudut dan pintu masuk ke area kerja. Demikian pula rambu-rambu penggunaan sabuk pengaman (safety belt) harus dipasang pada setiap tingkat perancah tempat kerja.

d. Anjuran/peringatan

Setiap akan memulai pekerjaan sebaiknya dilakukan penjelasan singkat tentang pentingnya cara kerja yang aman dan penggunaan alat pengaman kepada semua pekerja serta hasil evaluasi terhadap K-3 pada hari sebelumnya (safety briefing).

2. Menguasai tindakan yang tidak aman (unsafe action) Untuk dapat menguasai dan mengendalikan sebab-sebab tindakan tidak aman (unsafe action) dari seseorang, perlu penelitian dan perbaikan dengan seksama dalam hal : a. Pengawasan

b. Analisis jabatan

c. Menanamkan disiplin kerja d. Latihan kerja

e. Penempatan pekerja yang sesuai dengan jurusan, keahlian/keterampilan, dan bakatnya masing-masing f. Pemeriksaan kesehatan pada setiap permulaan kerja

(48)

3. Menyelidiki sebab-sebab kecelakaan

Sebelum mengambil tindakan pencegahan kecelakaan, adalah penting untuk menyelidiki dan mengetahui : a. Sebab-sebab dari kecelakaan yang terjadi

b. Bahaya-bahaya kecelakaan yang ada, yang dapat menyebabkan kecelakaan dengan cara :

1) Memeriksa semua kecelakaan 2) Membuat daftar statistik kecelakaan

3) Memeriksa semua kondisi kerja di sekitar tempat kerja

4.6. Memantau dan mengendalikan lingkungan yang terkait dengan

pelaksanaan pekerjaan

4.6.1. Pembersihan terhadap sisa material diawasi dan ditangani

Mempelajari dan memahami sisa-sisa material yang sudah tidak digunakan lagi.

Mempelajari dan memahami situasi lokasi kerja dan peralatan yang akan digunakan untuk membersihkan lokasi kerja.

4.6.2. Tingkat kebisingan diawasi dan dikendalikan dengan cermat

Faktor-faktor yangmenimbulkan kebisingan :

 Mempelajari faktor-faktor yang menimbulkan kebisingan dan memahami cara menurunkan kebisingan.

 Mempelajari peralatan yang dapat menimbulkan kebisingan Cara menanggulangi kebisingan :

 Meminimalkan pemotongan rangka baja di lapangan

4.6.3. Pencemaran lahan, jalan dan lingkungan sekitar diawasi dengan

cermat

Jenis-jenis pencemarannya:

 Sisa-sisa potongan material

(49)

 Sisa potongan aluminium foil

Mempelajari dan memahami cara-cara mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.

4.6.4. Laporan pelaksanaan pekerjaan dan kecelakaan yang terkait dengan sistem manajemen K3 dibuat

Mandor pada umumnya dan mandor Installer rangka atap baja ringan pada khususnya , biasanya mempunyai anak buah atau tukang tukang. Bahkan ada juga mereka yang mempunyai anak buah cukup banyak disebut mandor borong yang juga bisa dikatakan sebagai subkontraktor . Oleh karena hal seperti tersebut diatas tugas dari mandor pemasangan rangka baja ringan penerapan sistem manajemen K3 , sesuai Undang Undang Ketenagakerjaan (UU 13 / 2003 pasal 87 ayat 1 , 2 ) dan sesuai dengan Undang Undang Keselamatan Kerja (UU No:1/1970 , pasal 1 ayat 2 ), adalah :

1. Membuat program sistem manajemen K3 .

2. Memberikan penyuluhan kepada para tenaga kerjanya tentang program yang dibuat .

3. Mengisi form isian/check list seperti dibawah ini , dan melaporkannya sesuai ketentuan yang ada , kepada instansi terkait .

Form isian (check list) yang harus dibuat dan diisi dan dilaporkan mandor pemasangan rangka baja ringan adalah sebagai berikut :

DAFTAR ISIAN K3

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN K3

PADA PROYEK KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN MEMBANGUN MANUSIA KARYA NAMA PROYEK : LOKASI : KODYA/KABUPATEN :

(50)

PROPINSI : DATA PROYEK 1. Nama Proyek : 2. Lokasi : 3. Pemberi Tugas : 4. Perencana Konstruksi : 5. Pengawas Konstruksi : 6. Pelaksana Konstruksi : 7. Luas Lahan : 8. Luas Bangunan : 9. Sub Kontraktor :

(dapat ditambah pada lembar tersendiri) 10. Mulai pekerjaan : 11. Jumlah tenagakerja :

a. Tetap : WNA orang WNI orang b. Borongan/harian lepas : orang 12. Selesai pekerjaan :

13. Wajib lapor Permenaker 01/1980 : ada / tidak ada Dibuat Oleh

(51)

CHECK LIST UNTUK PENGAWASAN

TEMPAT KERJA KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN

1. Nama Proyek :

2. Lokasi / alamat :

3. Pelaksana Konstruksi (Kontraktor) : 4. Item yang diperiksa/diamati sbb :

No Item yang diperiksa/diamati Ya Tidak Keterangan

1 2 3 4 5

1 A . Umum :

Apakah kontraktor telah melapor kepada Depnaker sesuai pasal 2 Permenaker 01/1980

2 Apakah kontraktor telah memiliki wajib lapor sesuai UU No 7 / 1981

3 Apakah semua pekerja harian lepas dan atau borongan dan subkon telah mendapat perlindungan Jamsostek

4 Apakah kontraktor/subkon memiliki ijin penyimpangan waktu kerja

5 Apakah memiliki poliklinik dilokasi proyek,bila ada berapa petugas kesehatan yang aktif 6 Apakah Proyek mempunyai seorang Safety

Engineer yang telah bersertifikat 7 Apakah pelaksana pekerjaan memiliki

P2K3(Panitia Pembina K3)atau Safety Committee

8 Apakah Safety Engineer dan Safety

Committee memiliki program K3 untuk proyek yang sedang dikerjakan

9 Apakah Safety Engineer dan Safety

Committee memiliki kegiatan kegiatan antara lain : a. Peraturan peraturan,pedomanteknik petunjuk pelaksanaan b. Safety talk c. Rapat rapat K3  Harian  Minguan  Bulanan

d. Prosedur kerja setiap tahapan pekerjaan e. Prosedur pemeriksaan kesehatan

tenaga kerja

f. Prosedur pelaporan kepada instansi terkait

g. Jadwal supervisi dan inspeksi h. Program pembinaan

K3(Penyuluhan,Pelatihan dll) i. Tersedia checklist/safety patrol j. Petugas piket

(52)

K3:lombaK3,kebersihan,disiplin dll l. Hadiah dan sangsi(reward&punishment) 10 Apakah cukup disiapkan alat alat pengaman

kerja(APK) dan alat pelindung diri (APD) dg jumlah yg mencukupi :

a. Helm b. Sepatu kerja c. Sarung tangan d. Kaca mata

e. Alat penutup telinga untuk meredam kebisingan f. Baju kerja g. Sabuk pengaman h. Tali pengaman i. Pakaian kerja j. Kotak P3K k. Tools Kit

l. Alat pemadam api m. Jaring pengaman n. Rel pengaman

11 Apakah telah dipasang rambu rambu pengaman dan poster

a. Papan pengumuman untuk tata tertib b. Poster poster K3

c. Rambu rambu atau papan papan

peringatan seperti tanda : awas bahaya , tanda bahan mudah terbakar dll

d. Tanda kode petunjuk arah :

 MCK

 Tandu

 Mushola

 Kantin

 Bak sampah induk

 Kotak P3K

 Tempat istirahat

 Air minum

 Klinik

 Ruang safety committee

12 Apakah sudah disiapkan daftar identifikasi sumber bahaya yang dapat diduga dari tiap tahap pekerjaan

13 Adakah kesiapan kontraktor dalam

pencegahan dan penanggulangan bila terjadi kebakaran dan sarana penanggulangan kebakaran antara lain APAR apakah sudah dipasang pada tempat / lokasi yang rawan kebakaran

14 B.Tempat kerja dan Tata Ruang

Apakah lokasi /tempat kerja kegiatan konstruksi telah dilengkapi dengan pagar pengaman dengan baik

Lokasi proyek konstruksi : Luas tanah ……….m2 Bangunan………m2 Jumlah lantai………...lantai Jumlah basement……….lantai 15 Apakah lay out / tata ruang lokasi telah

(53)

 Kantor proyek

 Gudang bahan material

 Kantor proyek

 Pos Keamanan

 Poliklinik

 Kantin

 Kamar MCK

 Rute lalu lintas kendaraan

 Tempat parkir

 Rute jalan orang keluar/masuk

16 Apakah penempatan peralatan dan bahan cukup teratur

17 Apakah keadaan lingkungan kerja cukup baik/rapi :

a. Penerangan b. Ventilasi c. Kebersihan

18 Apakah semua struktur bangunan dan peralatan kerja , mesin mesin , pesawat dan peralatan kerja telah mendapat ijin

pemakaian dari Depnaker : a. Alat angkut(traktor,truk dll) b. Motor diesel genset c. Tower Crane d. Mobil Crane e. Forklift

f. Passenger hoist g. Dll

19 Lokasi dan keadaan peralatan/mesin mesin : a. Keadaan

b. Pemeriksaan terakhir

c. Data teknik (Jenis,nomor seri,pabrik pembuatan,kapasitas)

d. Pemilik

20 Pesawat pesawat tenaga/genset : a. Keadaan

b. Pemeriksaan terakhir

c. Data teknik (Jenis,nomor seri,pabrik pembuatan,kapasitas)

d. Pemilik

21 Apakah operator operator alat alat/pesawat angkat telah memiliki sertifikat atau SIO sesuai Permenaker 01/1989 : a. Jumlah orang b. Nama Klas : Nama Klas : Nama Klas : 22 Lain lain

Diterima oleh :.……….. Diperiksa tanggal ………. Pihak Kontraktor : Diperiksa Oleh :

(54)

DATA LENGKAP SUB KONTRAKTOR MASING MASING JENIS PEKERJAAN

No Data Subkontraktor Keterangan

1 Nama Sub Kontraktor Jenis Pekerjaan

Nama Penanggung Jawab

2 Data Tenaga Kerja / Pekerja WNI WNA Jumlah Kualifikasi L P L P

 Management dan Staf

 Supervisor/Pengawas

 Foreman/Mandor

 Petugas K3/Safety Egineer

 Operator Crane/Forklift

 Juru Las

 Pekerja/tenaga kerja 3 Data Pesawat , alat alat mesin

mesin , perlengkapan kerja

Jumlah Sertifikat Nomor Kondisi

 Genset  Mobile Crane  Tower Crane  Hoisting Lift  Power Shovel  Excavator  Mesin Pancang  Perancah/Scafolding Catatan :

Dapat diisi sesuai jenis pekerjaan 4 Unit K3/safety Committee

 Nama

 Jabatan

 Angota anggota 5 Fasilitas K3 yang tersedia

Jenis Fasilitas K3 Jumlah Sertifikat Nomor Kondisi

 Safety Helmet

 Safety Shoes

 Safety Belt

 Safety Net

 Ear Plug/Ear Muff

 Geogles Mengetahui Kontraktor Utama (Main Kontraktor) ……….. …………..2009 Sub Kontraktor ………

(55)

Laporan laporan yang harus dibuat terkait dengan penerapan Sistem Manajemen K3 pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi :

1. Laporan & pendaftaran tentang adanya aktifitas Proyek ke Sudin Nakertrans setempat oleh Direktur Perusahaan .

2. Laporan Harian (pertemuan pagi 10 menit; Inspeksi mulainya kerja; cek,bimbing & supervisi;pembersihan tempat kerja, cek akhir) oleh Safety Engineer.

3. Laporan Mingguan (evaluasi grup kerja oleh manajemen proyek;Informasi dari manajemen Proyek kepada grup kerja;adanya interaksi) oleh Safety Engineer.

4. Laporan Bulanan (Informasi dari Manajemen Proyek kepada personil kunci proyek;evaluasi selama 1 bulan oleh Manajemen Proyek; penentuan program kerja yang strategis) oleh Site Manager.

5. Laporan 3 bulanan oleh Pusat Perusahaan ( Direktur Perusahaan ) ke Kanwil DisNakertrans Propinsi tentang keberadaan P2K3 dan semua aktifitas yang ada di Perusahaannya

(56)

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. Sumber Daya Manusia

Pelatih

Pelatih Anda dipilih karena dia telah berpengalaman Peran Pelatih adalah untuk : a. Membantu Anda untuk merencanakan proses belajar

b. Membimbing Anda melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar

c. Membantu Anda untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan Anda mengenai prses belajar Anda.

d. Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang Anda perlukan untuk belajar Anda .

e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan .

Penilai

Penilai Anda melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan :

a. Melaksanakan penilaian apabila Anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan Anda.

b. Menjelaskan kepada Anda mengenai bagian yang perlu untuk deperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan Anda.

c. Mencatat pencapaian / perolehan Anda.

Teman kerja/sesama peserta pelatihan

Teman kerja Anda/sesama beserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.

Gambar

Gambar 4.1  Alat Pelindung Kepala (Helm) :
Gambar 4.2  alat pelindung tangan (sarung tangan) :
Gambar 4.5  Alat pelindung ikat pinggang pengaman :
Gambar  4.6  Aalat pelindung tali pengaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di

Kondisi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya ditempat

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau