• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan

perkebunan terluas dan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.Secara umum kondisi

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara cukup berkembang dengan baik, hal ini

terbukti dengan terus bertambahnya areal perkebunan baik perkebunan rakyat, swasta asing,

maupun nasional dan perkebunan negara (PTPN). Berdasarkan buku statistik komoditas

kelapa sawit terbitan Ditjen Perkebunan, pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai

10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya

milik rakyat (kebun rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas areal, milik

negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta

asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal. Untuk wilayah Provinsi Sumatera

Utara memiliki luas lahan perkebunan yaitu 1,52 juta Ha, sedangkan luas perkebunan kelapa

sawit di wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki

sejarah panjang sejak zaman belanda. Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan

milik maskapai Belanda yang dinasionalisasikan pada tahun 1959 dan selanjutnya

berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi

sebelum akhirnya menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).Pada tahun 1985 sesuai

Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958, perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan

RCMMA dinasionalisasikan oleh Pemerintah R.I, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan

milik Pemerintah melalui peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada

(2)

dengan nama resmi PT Perkebunan I s.d. IX (Persero). Pada tahun 1994 PTP VI, dan VIII,

digabung dalam kelompok PTP Sumut-III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

9 Tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokan kembali melalui

penggabungan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT Perkebunan Nusantara

(PTPN-I s.d. PTPN-XIV). Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTPN VI, VII dan VIII

diberi nama PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend

Soeprapto No. 2 Medan.

Di wilayah Provinsi Sumatera Utara saat ini terdapat 3 Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) perkebunan yakni PTPN II, PTPN III dan.PTPN IV mengelola areal Plasma milik

petani seluas 9.158,56 Ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 8.996,56 Ha dan tanaman teh

162 Ha. PTPN IV memiliki 27 unit usaha kebun yaitu Bah Jambi, Marihat, Dolok Ilir, Laras,

Dolok Sinumbah, Tonduhan, Gunung Bayu, Mayang, Bukit Lima, Pasir Mandoge, Sungai

Kopas, PIR Trans Sosa, Adolina, Ajamu I – II, Air Batu, Bangun Purba, Berangir, Pabatu,

Pulu Raja, Tanah Itam Ulu, Tinjowan (Tinjowan, Aek Nauli, Padang Matinggi), Sidamanik,

Bah Butong, Tobasari, Balimbingan, Sibosur, PS Langkat. PTPN IV dilengkapi dengan

sarana pengelolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS). 1 unit Pabrik Pemurnian

Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengelolahan inti Sawit, 4 Unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao,

6 unit Pabrik Pengelolahan Teh, 1 unit Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Padang Matinggi Kabupaten

Simalungun Provinsi Sumatera Utara merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan perkebunan yaitu 2.000

Ha.Kebun Padang Matinggi merupakan bagian dari unit usaha Kebun Tinjowan yang

didirikan pada tahun 1917 oleh Pemerintah Belanda, sejak tahun 1928 areal konsesi Kebun

(3)

II, Afdeling III, afdeling IV dan Afdeling V. Berdasarkan data dari Kantor SDM Unit Usaha

Padang Matinggi, jumlah karyawan yang tercatat pada tahun 2014 yaitu berjumlah 493 orang,

jumlah karyawan laki-laki sebanyak 406 orang dan jumlah karyawan perempuan sebanyak 87

orang.Di Afdeling V memiliki pekerja perkebunan yaitu Asisten Afdeling, Mandor I, mandor

panen berjumlah 3 orang, mandor pemeliharaan berjumlah 5 orang, karyawan panen

berjumlah 25 orang, karyawan pemeliharaan berjumlah 51 orang, buruh pemanen

berjumlah52 orang dan buruh nyerep perempuan berjumlah 10 orang.

Para pekerja diperkebunan merupakan karyawan tetap yang memiliki hubungan kerja

secara permanen dan mendapatkan gaji pokok, catuan beras satu bulan sekali, bonusan

setahun sekali, tunjangan, jaminan hari tua, pelayanan kesehatan termasuk untuk anak

karyawan dan fasilitas seperti kompleks perumahan karyawan yang disebut Afdeling, tetapi

tidak semua karyawan tinggal di perumahan itu, ada yang tinggal di desanya yang dekat

dengan perkebunan. Selain itu karyawan yang sudah lama bekerja selama 25 tahun sampai 30

tahun akan mendapatkan hadiah sebagai ucapan terima kasih berupa emas logam dan uang

tunai. Untuk melakukan tugasnya, perkebunan menyediakan peralatan kerja seperti alat

penyemprotan, ember pupuk, cangkul, ganco, kampak, gala (spik), alat pemanen kelapa sawit

(egrek), angkong, selain itu karyawan juga diberikan perlengkapan kerja seperti baju/celana,

sepatu bot, helm, kacamata, sarung tangan dan masker. Pekerja di perkebunan tidak hanya

karyawan tetap saja tetapi juga terdapat buruh harian lepas (BHL), buruh ini merupakan

buruh yang bekerja sebagai pemanen kelapa sawit dan pada umumnya adalah pekerja

laki-laki. Buruh-buruh ini tidak memiliki hubungan kerja secara permanen, mereka hanya bekerja

sebagai pemanen kelapa sawit dengan sistem borongan yang artinya upah yang mereka

terima berdasarkan berapa banyak target yang ia capai atau berapa banyak kelapa sawit yang

(4)

Selain karyawan tetap dan buruh harian lepas (BHL), ada juga buruh nyerep yang

bekerja di perkebunan.Buruh nyerep bekerja menggantikan pekerjaan karyawan, mereka

bekerja atas perintah dari karyawan tersebut.Buruh nyerep dapat bekerja ketika karyawan

tidak dapat mendapatkan cuti dari perkebunan sehingga karyawan memerintahkan buruh

nyerep untuk bekerja menggantikannya. Karyawan yang memakai jasa buruh nyerep ini

mempunyai alasan tertentu seperti malas bekerja, tidak mampu lagi bekerja atau membuka

usaha lain. Menjadi buruh nyerep adalah sebuah pilihan bagi mereka, dimana buruh nyerep

adalah para pekerja perempuan atau ibu rumah tangga yang berpendidikan rendah dan tidak

memiliki perkerjaan.

Buruh nyerep perempuan bekerja selama 7 jam, mulai dari pukul 07.00 WIB sampai

pukul 14.00 WIB, istirahat pukul 09.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Pekerjaan buruh

nyerep diawasi oleh mandor, setiap mandor membawa sekitar 10 orang anggotanya untuk

melakukan pekerjaan, jenis pekerjaan dan luas lahan setiap jenisnya yang dikerjakan oleh

buruh nyerep perempuan di perkebunan yaitu penyemprotan rumput seluas 1 Ha, chemis

piringan seluas 2 Ha, chemis galangan seluas 2 Ha, garuk (membersihkan rumput) piringan

(khusus rendahan) yaitu 60 pokok, pemupukan seluas 1½ Ha, dongkel kayu-kayuan dan

pangkas (tunas).Dalam melakukan perkerjaannya tersebut, buruh tidak diberikan peralatan

dan perlindungan kerja sehingga mereka harus menyediakannya sendiri.Mereka juga harus

menyediakan transportasi sendiri untuk menuju tempat pekerjaannya.Dalam sistem

pengupahan, upah buruh ditentukan oleh karyawan dan disepakati bersama.Upah yang

diterima buruh perharinya yaitu sebesar Rp. 30.000 dan upah tersebut diberikan karyawan

setelah gajian besar atau awal bulan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menganalisis dan ingin

(5)

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi buruh nyerep perempuan di Afdeling V Unit

Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten

Simalungun?

2. Bagaimana hubungan kerja antara karyawan dengan buruh nyerep perempuan di

Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Kabupaten Simalungun?

3. Bagaimana keberlangsungan buruh nyerep perempuan di Afdeling V Unit Usaha

Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih

mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun tujuan

yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh nyerep perempuan di

Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui hubungan kerja antara karyawan dengan buruh nyerep perempuan

di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui keberlangsungan buruh nyerep perempuan di Afdeling V Unit

Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten

(6)

1.3Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan berupa:

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan

dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata

kuliah Masyarakat Perkebunan dan Sosiologi Perburuhan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan informasi

kepada peneliti lain sebagai bahan referensi dalam meneliti masalah yang sama.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada buruh

nyerepperempuanagar dapat mencari pekerjaan lai jika tidak ada peluar untuk

masuk menjadi karyawan perkebunan karena jika terjadi kecelakaan kerja pada

buruh nyerep maka tidak ada yang akan bertanggung jawab.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT Perkebunan

Nusantara IV Unit Usaha Padang Matinggi Kabupaten Simalungun agar dapat

mematuhi aturan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan lebih tegas

kepada karyawan yang tidak mampu untuk bekerja lagi agar sebaiknya pensiun

mudah.

1.5 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu pemaknaan di dalam intelektual manusia yang merujuk ke

kenyataan nyata dan bukan merupakan refleksi sempurna.Dalam sosiologis, konsep

menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (Suyanto, 2005:49). Definisi konsep

adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Konsep

(7)

1. Karyawan

Karyawan yaitu orang yang bekerja disuatu perusahaan tertentu yang satatusnya ialah

sebagai pekerja tetap dan memiliki hak dan kewajiban.

2. BHL (buruh harian lepas)

BHL (buruh harian lepas) adalah pekerja yang bekerja pada batas waktu yang tidak

ditentukan dan tidak memiliki ikatan kerja yang permanen.

3. Buruh nyerep

Buruh nyerepadalah buruhyang bekerja sebagai pengganti karyawan dengan batas

waktu yang tidak ditentukan dan sistem penggajiannya disepakati bersama antara

karyawan dan buruh nyerep. Buruh nyerep bekerja dalam bidang pemeliharaan, yaitu

seperti “menggaruk” (membersihkan rumput), menyemprot dan memupuk.Buruh

nyerep bekerja sesuai dengan perintah karyawan, buruh nyerep ada yang bekerja

selama 1 hari, bulanan bahkan sampai tahunan.

4. Pekerja Perempuan

Pekerja perempuan atau wanita karier adalah mereka yang memiliki aktifitas diluar

kodratnya sebagai wanita, ibu rumah tangga atau lajang, diluar rumah mereka

menghabiskan waktu melakukan aktifitas lebih besar daripada waktu mereka dirumah.

5. Hubungan Kerja

Hubungan kerja yang dimaksud disini yaitu hubungan kerja antar sesama karyawan

dengan buruh nyerep yang terkait perjanjian kerja secara sembunyi-sembunyi karena

tidak sesuai dengan peraturan UU ketenagakerjaan dan tidak diketahui oleh pimpinan

perkebunan. Menurut UU Ketenagakerjaan, hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur

(8)

6. Masyarakat Perkebunan

Masyarakat perkebunan yaitu orang-orang yang tinggal dan bekerja sebagai karyawan

atau BHL( Buruh Harian Lepas) di perkebunan.

7. Kapitalis Perkebunan

Kapitalis perkebunan yaitu pemilik modal yang menguasai lahan perkebunan serta

mempekerjakan buruh dengan upah yang rendah untuk mendapatkan keuntungan

Referensi

Dokumen terkait

Mereka yang bekerja sebagai buruh (tidak memiliki kebun kelapa sawit) mengalami mobilitas horizontal, sedangkan petani yang berhasil dalam usaha kebun kelapa sawit (toke kelapa

Selain itu, perubahan peran buruh perempuan memiliki peranan yang sangat besar dalam kesejahteraan keluarga baik ekonomi, pendidikan, sosial, ataupun politik... ii

aspek perlindungan Hak Jaminan Sosial yang belum terlaksana dengan baik bagi. pekerja/buruh yang telah bekerja lama atau tidak lama yang berada di

• Implementasi pada buruh perkebunan banyak yang tidak sesuai sehingga hak- hak buruh terabaikan karena adanya perbedaan dilihat dari sistem kerja, bagian kerja, status kerja,

Setiap organisasi baik dalam berbentuk perusahaan maupun lainnya akan selalu berupaya agar para anggota atau pekerja yang terlibat dalam kegiatan organisasi agar dapat

15 Adapun tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi di perkebunan sawit di Sumber Mulya adalah para buruh baik buruh harian maupun buruh borongan / kontrak yang

Gambaran pola konsumsi pangan rumah tangga buruh harian lepas perkebunan sawit rakyat di Desa Perdagangan II perbulannya berdasarkan total pengeluaran dari rincian

Scoring digunakan untuk kuantifikasi data kualitatif, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi wanita bekerja sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) di PT. Inti Indosawit