• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Diri Remaja yang Mempunyai Orang Tua Tunggal (Ibu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identitas Diri Remaja yang Mempunyai Orang Tua Tunggal (Ibu)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Kritis, salah satu di antara paham yang menyatakan bahwa

konstruktivisme merupakan paham yang masih belum menganalisis faktor-faktor

hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya

berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut

perilaku-perilakunya(Eriyanto, 2001:6). Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan

pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reporoduksi

makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang

berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun

strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana ini dipakai untuk

membongkar kuasa yang ada di dalam proses bahasa; batasan-batasan apa yang

diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai serta topik apa

yang dibicarakan (Hikam, 1996: 85).

Wacana digambarkan sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah

hubungan dialektis diantara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,

dan struktur sosial yang membentuknya (Eriyanto, 2001: 7). Praktik wacana bisa

jadi menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan memproduksi

hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosialm laki-laki dan wanita,

kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direporsentasikan

dalam posisi sosial uang ditampilkan (Fairclough, Norman & Wodak, 1997: 258).

Berikut adalah karakteristik penting dari analisis wacana kritis:

1. Tindakan

Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Wacana

bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Dengan pemahaman

semacam ini ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang.

Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk

mempengaruhi, membujuk, menyangga, bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana

(2)

sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto,

2001:10)

2. Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar,

situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti,

dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Analisis wacana juga memeriksa

konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan

mengapa, dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana

perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap

masing-masing pihak (Guy Cook, 1994:1). Ada beberapa konteks yang penting

karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar

siapa yang memproduksi wacana. Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial,

etnis, agama, dalam banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Kedua,

setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau

lingkungan fisik adakah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana

(Eriyanto, 2001: 8-9).

3. Historis

Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi

dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks

yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah

dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu (Eriyanto,

2001:9). Pemahaman mengenai wacana teks hanya akan diperoleh kalau kita bisa

memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial

politik, dan suasana pada saat itu.

4. Kekuasaan

Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam

analisisnya. Di sini, setiap wacana yang muncul , dalam bentuk teks, percakapan

atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral

tetapi merupakan bentuk pertarungan (Eriyanto, 2001:11). Pemakai bahasa bukan

(3)

masyarakat tertentu. Analisis wacana tidak membatasi dirinya pada detik teks atau

struktus wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi

sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu. Struktur wacana juga menjadi

wadah kekuasaan itu dikendalikan, misalnya dilihat dari penonjolan atau

pemakaian kata-kata tertentu yang dipakai (Eriyanto, 2001:12)

5. Ideologi

Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal

ini karena teks, percapakan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau

pencerminan dari ideologi tertentu. Wacana dalam pendekatan ini dipandang

sebagai medium dimana kelompok uang dominan mempersuasi dan

mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang

mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar (Van Dijk, 1997: 25). Dalam

perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi

secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan

share di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang

lainnya. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, namun ia digunakan secara

internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi

tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk

identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain (Eriyanto,

2001:13-14).

2.2 KAJIAN PUSTAKA

2.2.1. Teun A. Van Dijk

Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001:221), penelitian atas wacana tidak

cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil

dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Disini harus dilihat juga bagimana

suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks

bisa semacam itu. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas karena

melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Pendekatan yang

dikenal sebagai kognisi sosialini membantu memetakan bagaimana produksi teks

(4)

Teks bukan hanya yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa

yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu

praktik wacana (Eriyanto, 2001:22). Van Dijk membuat suatu jembatan yang

menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen

wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial.

Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan

bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/media, di sisi lain ia

menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat yang patriarkal itu menyebar

dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakannya untuk membuat

teks berita.

Berbagai masalah yang kompleks dan rumit mengenai sosial coba

digambarkan dalam model Van Dijk. Oleh karena itu, Van Dijk tidak hanya

mengeksklusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks semata (Eriyanto,

2001:224). Ia juga melihat bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang

membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh Van Dijk

digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial dan konteks

sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana

tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah

bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan

suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi berita

yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga

mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu

masalah. Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang

memusatkan perhatian kepada teks ke arah analisis yang komprehensif.

Bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu

wartawan maupun dari masyarakat. Model dari analisis Van Dijk ini dapat

(5)

Kognisi Sosial

Konteks

A. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang

masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan

(Eriyanto, 2001:226). Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna

global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau teman

yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan

strutur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana

bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah

makna wacana yang dapat diamanti dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata,

kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001:226), meskipun terdiri atas berbagai

elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan

mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks didukung oleh

kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut

Littlejohn, antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung,

mengandung arti koheren satu sama lain (Littlejohn, 1992: 93-94). Hal ini karena

semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat

sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat,

dan proposisi yang dipakai. Pernyataan/tema pada level umum didukung oleh

pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk

mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih

kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak

Cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk

teks beruta, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui

(6)

apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan

peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat

retorika tertentu (Eriyanto, 2001:226-227).

Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorikan tertentu oleh media dipahami

Van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan (Eriyanto, 2001:227). Pemakaian

kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai

cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi-suatu cara

untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat

legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara

yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika

seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk

mempertegas pilihan dan sipak, membentuk kesadaran politik, dan sebagainya.

B. Kognisi Sosial

Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,

tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Djik menawarkan suatu analisis

yang disebut sebagai kognisi sosial (Van Dijk, 1994: 107-108). Dalam wacana

Van Dijk, penelitian mengenai kognisi sosial: kesadaran mental wartawan yang

membentuk teks tersebut. Selain analisis atas teks berita, perlu dilakukan

penelitian atas kesadaran mental wartawan dalam memberitakan suatu kasus.

Kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk

memahami teks media (Eriyanto, 2001:259).

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada

struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan

sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna

tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial

(Eriyanto, 2001:260). Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks

tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau

lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam

(7)

sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai,

pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.

Van Dijk menyebut skema ini sebagai model (Eriyanto, 2001:261). Skema

dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup di dalamnya

bagaimana kita memandang manusia, peranana sosial, dan peristiwa. Skema

menunjukkan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan

memproses informasi yang datang dari lingkungan. Sebagai sebuah struktur

mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia yang kompleks. Skema

bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas-membantu kita memandu

apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Skema

menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan

dalam memorinya dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi baru yang

menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan

sebagai bahan dari pengetahuan kita tentang suaru realitas (Augoustinus Walker,

1995: 33). Karena realitas dunia itu begitu kompleksnya dan pemahaman tentang

realitas tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan memori yang dipunyainya,

implikasinya peristiwa selalu dibuat dalam bentuk kategori. Dengan cara ini,

peristiwa yang kompleks tersebut disederhanakan, dipahami, dibuat teratur,

koheren, dan mempunyai arti yang spesifik.

Jika suatu berita mempunyai bias atau kecenderungan pemberitaan

tertentu, umumnya karena model wartawan yang menggambarkan struktur kognisi

wartawan mempunyai kecenderungan atau perspektif tertentu ketika memandang

suatu peristiwa (Eriyanto, 2001:262). Model tersebut sangat berkaitan dengan

representasi sosial, yakni bagaimana pandangan, kepercayaan, dan prasangka

yang berkembang dalam masyarakat. Wartawan hidup di antara pandangan dan

keyakinan masyarakat (Van Dijk, 1997: 12). Meskipun demikian, bagaimana

pandangan dan keyakinan masyarakat tersebut mempengaruhi pandangan

wartawan sangat bergantung pada pengalaman, memori dan, intepretasi wartawan.

Ini berhubungan dengan proses psiologis individu wartawan. Kepercayaan yang

(8)

mempertimbangkan memori, pengalaman personal, pengetahuan, dan pendapat

individu atas suatu masalah.

Salah satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain

model adalah memori (Eriyanto, 2001:264). Lewat memori kita bisa berpikir

tentangn sesuatu dan mempunyai pengetahuan tentang sesuatu pula. Lewat

memori, misalnya, kita bisa mengerti suatu pesan dan mengkategorikannya suatu

pesan. Dalam setiap memori terkandung di dalamnya pemasukan dan

penyimpanan pesan-pesan, baik saat ini maupun dahulu yang terus-menerus yang

digunakan oleh seseorang dalam memandang suatu realitas.

Secara umum, memori terdiri atas dua bagian (Eysenck, 1993: 67-68).

Pertama, memori jangka pendek (short term memory), yakni memori yang dipakai

untuk mengingat peristiwa, kejadian, atau hal yang ingin kita acu yang terjadi

beberapa waktu lalu (durasi waktunya pendek). Karena durasi waktunya pendek,

short term memory ini umunya bisa mendekati kenyataan. Kedua, memori jangka

panjang (long term memory), yakni memori yang dipakai untuk mengingat atau

mengacu peristiwa, objek yang terjadi dalam kurun waktu yang sama. Karena

jangka waktunya yang panjang, seringkali ada perbedaan antara realitas dengan

long term memory tersebut. Perbedaan ini terjadi karena yang bisa dilakukan kita

adalah mengira-ngira dan umunya dilakukan dengan peristiwa yang berdekatan

dengan kita (Eriyanto, 2001:264-265).

Yang paling relevan dengan kognisi sosial adalah memori jangka panjang

(long term memory). Long term memory ini terdiri atas dua bagian besar.

Pertama, apa yang disebut sebagai memori episodik (episodic memory), yakni

memori yang berhubungan dengan diri kita sendiri(Eriyanto, 2001:265). Memori

menyediakan sarana dan bahan seperti layaknya sebuah otobiografi. Kedua,

memori semantik (semantic memory), yakni memori yang kita gunakan untuk

menjelaskan pengetahuan tentang dunia/realitas. Kadang-kadang antara memori

episodik dengan semantik ini saling berhubungan satu sama lain (Eriyanto,

(9)

C. Analisis Sosial

Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial (Eriyanto, 2001: 271).

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga

untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti

bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam

masyarakat. Dalam kerangka model Van Dijk, kita perlu melakukan penelitian

bagaimana suatu wacana diproduksi dalam masyarakat. Penelitian dilakukan

dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi atas

wacana, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, dan sebagainya. Titik penting

dari analisis ini adaah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayat

bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi

(Eriyanto, 2001: 271).

Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001: 272), dalam analisis mengenai

masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan (power), dan akses

(access). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor tersebut:

• Praktik Kekuasaan

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang

dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk

mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain Kekuasaan ini

umunya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai,

seperti uang, status, dan pengetahuan (Eriyanto, 2001: 272). Selain berupa

kontrol yang bersifat langsung, dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van

Dijk, juga berbentuk persuasif: tindakan seseorang yang secara tidak

langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti

kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberkan

perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi, Secara

umum kita juga dapat menganalisis bagaimana proses produksi itu secara

umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan konsensus (Van Dijk,

(10)

• Akses Mempengaruhi Wacana

Analisis wacana Van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses,

bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat.

Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok yang tidak berkuasa (Eriyanto, 2001: 272). Oleh karena itu,

mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk

mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk

mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya

memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar,

tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat

disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak (Van Dijk, 1999:84-102).

Khalayak yang tidak mempunyai akses bukan hanya akan menjadi

konsumen dari diskursus yang telah ditentukan, tetapi juga berperan dalam

memperbesar lewat reproduksi, apa yang mereka terima dari kelompok

tinggitersebut disebarkan lewat pembicaraan dengan keluarga, teman

sebaya, dan sebagainya.

2.2.2 Facebook

Dahulu berita hanya bersifat satu arah dari penerbit surat kabar untuk

pembacanya. Sekarang pembaca berita dapat memberikan tanggapan atas berita

yang dibaca. Media yang membuat beritanya pun bukan hanya media cetak

melainkan juga berbagai media informasi yang ada di internet. Perkembangan

internet telah memunculkan berbagai media sosial dan semua orang dapat

melakukan peliputan media kemudian menggugahnya di internet (Hakim, 2015:

106).

Internet adalah produk sampingan dari program advanced research project

agency department pertahanan yang diberi tugas membangun jaringan komunikasi

yang mampu bertahan terhadap serangan nuklir. Yang membedakan internet

dengan media cetak dan elektronik tradisional setidaknya dalam teori adalah

bahwa jaringan komunikasinya menawarkan kepada warga biasa akses tak

terbatas dan kemampuan untuk menyuarakan agenda politik mereka kepada

(11)

bagi calon politik dan organisasi politik adalah bahwa media ini menawarkan

bentuk komunikasi yang dikendalikan oleh sumber.

Meskipun iklan juga menyediakan pesan komunikasi yang dikendalikan

oleh sumber dan tanpa perantara, situs internet lebih murah daripada iklan. Selain

itu hamparan internet menawarkan kepada calon warga dan kelompok-kelompok

politik ruang tak terbatas untuk mengartikulasikan posisi kebijakan, informasi

biografis, teks pidato, siaran pers, dan berbagai informasi (Kaid, 2015: 66) yang

mampu memecahkan sebuah masalah serta konsekuensinya. Bennett dan Edmund

berpendapat bahwa ruang publik yang ideal yaitu semua warga negara memiliki

akses komunikasi yang sama dan bersifat independen.

Internet mempunyai manfaat yang dirasakan oleh banyak orang seperti

bisa berkomunikasi dengan menggunakan e-mail, internet mempunyai video dan

audio, kemajuan teknologi internet menyebabkan dunia bisnis tidak hanya

memanfaatkan internet untuk jual beli saja, tapi juga digunakan untuk

mengefisiensi proses manufaktur, internet juga menyediakan layanan secara

online untuk bergaul seperti facebook, twitter, dll( Zaki, 2015: 5).

Mark awalnya membuat program course match yang memungkinkan

mahasiswa di kelas yang sama bisa melihat daftar teman-teman di kelas. Proyek

selanjutnya adalah membuat Facemash.com. Lewat situs ini para pengguna bisa

membeli stempel keren atau jelek pada foto seorang siswa dan membuat

Zuckenberg dipanggil oleh badan administrasi universitas Harvard karena

dianggap membobol sistem keamanan kampus ( Hakim, 2015: 106).

Facebook adalah media paling populer di dunia. Kepopuleran domain

facebook.com hampir sama dengan search engine lainnya seperti google dan

yahoo. Facebook adalah sebuah sejaring sosial yang diluncurkan pada bulan

Februari 2004. Hingga septermber 2012 facebook memiliki lebih dari 1 miliar

pengguna aktif di mana separuh nya menggunakan telepon genggam. Setelah

mendaftar di facebook, pengguna dapat membuat profil pribadi, menambah

pengguna lain dan bertukar pesan. Selain itu penggunanya dapat bergabung

(12)

kali dikembangkan Mark Zuckenberg bersama 4 temannya sebagai cofounder

pertama Facebook (Zaki, 2015: 151-152)

Fitur yang dihadirkan oleh Facebook sendiri sangat beragam (Sumber:

id.wikipedia.org/wiki/Facebook). Dimulai dari adanya interaksi digital yang

terbilang baru ketika pertama kali muncul. Misalnya saja, setelah resmi

mendaftar, kita dapat mengutak-atik fitur berbagai kabar, catatan, undangan acara,

foto, video, musik dan ragam momen yang secara real time dapat disaksikan dan

dikomentari oleh teman-temannya di akunnya. Selain itu ada juga fitur chatting

yang dilengkapi dengan berbagai pilihan emoticon untuk mewakili isi hati

pembicara atau pesan nonverbal lainnya.

Penggunaan jejaring sosial di internet tentu saja bukan jaminan bahwa

kandidat politik akan sukses. Sebagai gambaran Bob Dole ada calon presiden

pertama didunia yang menggunakan situs internet dalam kampanye politik. Ia

terutama ingin mendapatkan dukungan dari pemilih muda lewat imbauannya,

“Saya meminta dukungan kalian. Saya meminta dukungan kalian. Dan jika kalian

ingin terlibat, buka saja laman saya

meletakkan tindik setelah org, alih-alih di antara 96 dan org). Meskipun Bob Dole

adalah kandidat presiden pertama di Amerika yang membuak website kepada

khalayak dalam kampanye politik dan pemilu Amerika tahun 1996, situsnya

dikunjungi oleh 2 juta orang, Dole kalah melawan Bill Clonton dalam pemilu

tersebut. Namun dikemukakan Castells (Mulyana, 2004: 23) salah satu jawaban

mengapa Barrack Obama yang merupakan seorang politisi junior keturunan

Afrika (Kenya) unggul atas politisi senior sekaliber Hillary Clinton terpilih

sebagai presiden Amerika padahal awalnya tanpa dukungan banyak orang di

partai Demokrat adalah orang yang mampu menggunakan strategi kampanye

inovatif yang melibatkan internet atau media sosial saat ia memasuki jantung

politik Amerika dengan membawa sejumlah besar warga negara politik Amerika

yang terpinggirkan oleh politik Amerika. Ia melakukan hal itu dengan kepribadian

yang karismatik dan wacana politik yang baru (Mulyana, 2004: 23).

Di Indonesia belum banyak penelitian serius mengenai peran internet

(13)

sosial dalam komunikasi politik di Indonesia berdasarkan teori konvergensi

simbolik dari Ernest Bormann, Heriyanto menelaah ruang publik baru dalam

komunikasi politik di situs jejaring sosial dan webblog interaktif pada era

pemerintahan SBY-Boediono (Mulyana, 2004: 22-25).

2.2.3 Pilkada

Salah satu karakteristik negara yang menganut sistem demokrasi adalah

terlaksananya pemilihan umum. Meskipun demikian sitem pemilihan umum

negara demokrasi tidaklah sama tergantung latar sosial, kulutural georgrafis setiap

negara dan model demokrasi yang diterapkan (Arifin, 2015: 109). Pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau sering disebut sebagai Pilkada,

adalah sebuah pemilihan pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di

Indonesia yang dilaksanakan secara langsung oleh penduduk setempat yang

memenuhi syarat. Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah adalah:

• Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi.,

• Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten

• Walikota dan Wakil Walikota untuk kota

Pilkada langsung disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselengarakan pada bulan

Juni 2005. Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh

Dewan Perwakilan Daerah. Penyelenggara Pilkada dilaksanakan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU). Pilkada merupakan mekanisme demokratis, yaitu

perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam rangka rekrutmen

pemimpin daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan

untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam

suatu medan permainan dengan aturan main yang sama (Prihatmoko, 2005:109).

Cara kerja sistem Pemilihan Kepala Daerah langsung terbagi atas lima

jenis(Prihatmoko 2005 : 116). “Pertama sistemFirst past the post, sistem ini

merupaka sistem yang paling sederhana. Calon Kepala Daerah yang memiliki

(14)

Langsung(Prihatmoko 2005 : 116). Kedua, model Approval Voting System yaitu

pemilih memberikan peringkat pada calon-calon Kepala Daerah yang ada pada

saat pamilihan. Pemenang ditentukan oleh peraih peringkat pertama(Prihatmoko

2005 : 117). Ketiga, Two Round System yaitu dengan menggunakan system dua

putaran, dengan catatan jika tidak ada calon yang meraih suara lebih atau 50 %

dari seluruh suara pada saat putaran pertama, selanjutnya dilaksanakan putaran

kedua yang diikuti oleh dua pasangan calon peraih suara terbanyak pada putaran

pertama(Prihatmoko 2005 : 118). Keempat, System Electoral College yaitu dibuat

beberapa daerah pemilihan, setiap daerah pemilihan diberi alokasi atau bobot

suara dewan pemilih sesuai dengan jumlah penduduk. Calon yang memperoleh

suara dewan pemilih terbesar akan memenangkan pemilihan Kepala

Daerah(Prihatmoko 2005 : 119). Kelima, Sistem Nigeria yaitu pemenang

Pemilihan Kepala Daerah Langsung jika calon meraih suara mayoritas sederhana.

Suara terbanyak diantara yang minimum 25% dari sedikitnya dua pertiga daerah

pemilihan” (Prihatmoko 2005 : 120).

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah langsung di Indonesia secara

fungsional dilaksanakan oleh 3 (tiga) institusi (Prihatmoko, 2005 : 213-215) yaitu:

1. DPRD merupakan pemegang otoritas politik, artinya DPRD merupakan

representasi rakyat yang memiliki kedaulatan dan member mandat

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung yang diwujudkan

dengan pemberitahuan berakhirnya masa jabatan kepada Kepala Daerah

dan Komisi Pemilihan Umum Daerah(Prihatmoko 2005 :213). Selanjutnya

DPRD menyelenggarakan Rapat Paripurna untuk mendengarkan

penyampaian visi dan misi serta program dari pasangan calon Kepala

Daerah.

2. KPU Daerah sebagai pelaksana teknis mendapat mandat untuk

menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Selanjutnya KPU

daerah bertugas menjalankan tahapan – tahapan pelaksanaan Pilkada

(Prihatmoko 2005 :214). KPU Daerah bertugas untuk membuat aturan,

kebijakan, dan keputusan yang diperlukan dan sesuai dengan peraturan

(15)

3. Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi sosialisasi, fungsi fasilitasi

diwujudkan untuk menunjang pelaksanaan tahapan Pilkada. Misalnya

penyediaan anggaran dan personalia untuk membantu panyelanggaraan

Pilkada(Prihatmoko 2005 : 214-215).

Sementara, tahap pelaksanaan Pilkada terdiri dari 6 tahapan

pelaksanaan(Prihatmoko, 2005 : 225)meliputi:

a. Penetapan daftar pemilih;

b. Pendaftaran dan penetapan Calon Kepala / Wakil Kepala Daerah;

c. Kampanye;

d. Pemungutan suara;

e. Penghitungan suara; dan

f. Penetapan pasangan calon Kepala/Wakil Kepala Daerah terpilih,

pengesahan dan pelantikan.

Secara umum, sistem dalam kampanye langsung baik. Paradigma yang

digunakan dalam kampanye Pilkada Langsung adalah paradigma baru, bahwa

kampanye dilakukan untuk meyakinkan para pemilihdengan menawarkan visi,

misi dan program para pasangan calon.Bentuk kampanye sering dikotonomikan

antara monologis dan dialogis. Bentuk-bentuk kampanye monologis cukup

dominan dalam pilkada, bentuk kampanye monologis dapat berupa pertemuan

terbatas, tatap muka dan dialog. Penyebaran melalui media cetak dan elektronik,

penyiaran melalui radio dan penyebaran bahan kampanye kepada umum,

pemasangan alat peraga di tempat umum, debat public / debat terbuka antar calon

dan atau kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

Bentuk kampanye ini diidentifikasikan sebagai paradigma lama. Sementara dalam

kampanye baru digunakan kampanye dialogis terbuka, kemungkinan adanya

interaksi antara calon dan rakyat, visi dan misi yang disampaikan pun dapat diuji

dan dikritisi oleh calon pemilih. Pengujian dan pengritisan itulah yang

memungkinkan terjadinya komunikasi dan pendidikan politik (Prihatmoko, 2005 :

(16)

2.2.4 Media Massa dan Rekonstruksi Realitas Politik

Media massa dan politik meski berasal dari disiplin ilmu yang berbeda,

dalam perkembangannya media massa dan politik adalah dua sisi yang tidak akan

pernah bisa dipisahkan. Media dengan kekuatannya melalui berita-berita yang

dihadirkan mampu mempengaruhi situasi politik dan proses demokrasi di sebuah

negara (Dan Nimmo, 2005: 8). Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan dan

bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang

kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau

memperluas tindakan lainnya

Media dalam kegiatannya sehari-hari adalah bagaimana

mengkonstruksikan realitas yang ada untuk dilaporkan atau disampaikan kepada

khalayak (Vivian, 2008: 499). Dalam proses itu bahasa tidak hanya menjadi alat

konseptualisasi dan alat narasi untuk menggambarkan realitas tetapi juga

menentukan gambaran (citra) mengenai suatu realitas kepada khalayak.

Melalui komunikasi politik (Syafiee, 2000: 15) membuat media dan politik

menjadi saling membutuhkan saling sama lain. Politik sebagai kegiatan yang

melibatkan orang banyak dalam proses penyampaian komunikasinya tentu

memilih saluran yang tepat dan dapat menjangkau masyarakat secara luas. Sebab,

siapapun komunikator politiknya tentu berharap pesan yang disampaikan dalam

proses komunikasi politik dapat menjangkau orang banyak guna mencapai tujuan

yang diinginkan.

Komunikasi politik sebagai bidang kajian pada mulanya berasal dari

beberapa studi, seperti studi retorika, analisis propaganda, studi perubahan sikap,

studi perilaku pemilih, studi hubungan pemerintah dan media, dan studi teknik

kampanye. Studi komunikasi politik menjadi studi yang bersifat ilmiah sekaligus

bisa diterapkan untuk kajian praktik yang berkait dengan strategi mempengaruhi

opini hingga voting behavior. Sebagai studi baru, komunikasi politik banyak

meminjam disiplin ilmu lain, baik teori maupun metodologi. Psikologi dan

psikologi sosial untuk memahami komunikasi pada individu seperti perubahan

(17)

digunakan dalam memahami sistem politik dan implikasinya pada sistem

komunikasi (Subiakto, 2012: 90)

2.3. Kerangka Pemikiran

Konstruksi

Berita

Media Sosial

Facebook Berita

Dukungan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya

Hal ini sesuai dengan pendapat Ariani dan Kristiana (2017) yang menyatakan bahwa jika seseorang memiliki regulasi emosi yang tinggi, maka ia akan mampu menjaga,

Jika mata terkena cairan metanol atau uap metanol dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi, mata berair, dan terbakar

Aturan pelaporan yang sama di seluruh dunia merupakan kebijakan yang besar, dan tidak ada yang meragukan bahwa setidaknya beberapa konvergensi standar tampaknya diinginkan dan

Dengan menggunakan teknologi J2ME, PHP dan MySQL perangkat telekomunikasi mobile berupa ponsel dapat digunakan sebagai media alternatif untuk memperoleh informasi jadwal penerbangan

Paket Pekerjaan ini terbuka untuk Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi persyaratan Kualifikasi Bidang Sipil Sub Jasa Nasehat/Pra-Desain dan Desain Enjinering Pekerjaan Teknik

[r]

Penganalisaan perbandingan kinerja kedua bahasa tersebut akan diimplementasikan melalui pembuatan program sederhana untuk perhitungan fibonacci dan faktorial dengan menggunakan