• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PDAM Tirtauli Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PDAM Tirtauli Pematangsiantar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

dengan perusahaan lain. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya tergantung

pada manajemen yang ada dalam perusahaan, tetapi juga pada tingkat keterlibatan

karyawan terhadap aktifitas pencapaian tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Setiap

perusahaan diharapkan dapat berhasil meningkatkan produktifitas kinerja dari

karyawannya agar mampu mencapai keberhasilan perusahaan yang diinginkan

(Munandar, 2001).

Perusahaan milik pemerintah maupun swasta akan berorientasi pada pencapaian

tujuan tertentu yaitu mampu bersaing dengan tetap mengembangkan perusahaan kearah

yang lebih baik untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun pada

kenyataannya perusahaan-perusahaan seringkali mengalami kendala-kendala. Salah satu

faktor penyebabnya adalah ketidakpuasaan kerja yang berdampak pada kinerja pegawai

yang kurang produktif sehingga hasil kerja menjadi tidak optimal. Oleh karena itu salah

satu langkah yang dipilih perusahaan adalah berupaya untuk menciptakan kepuasan kerja

pegawai sebagai motivasi pencapaian hasil kerja dan keuntungan perusahaan

(Fauzan,2014;Wijono,2010).

Gomes (2002) mengungkapkan terciptanya kepuasan kerja akan berdampak pada

keefektifan performance dan kesuksesan dalam bekerja. Kepuasan kerja karyawan

(2)

pekerjaannya, kedisiplinan kerja, prestasi kerja karyawan semakin meningkat sehingga

mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Seseorang yang merasakan kepuasan saat

bekerja akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaannya dan

meningkatkan produktifitas kinerjanya (Susanty, 2012).

Robbins (2003) juga menyatakan seseorang yang merasakan kepuasan kerja akan

menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya seperti produktifitas atau kinerja

yang tinggi, komitmen organisasi yang tinggi, tingkat stress kerja yang rendah, dan

cenderung memberikan respon yang baik terhadap perusahaan, dan hal-hal lainnya yang

akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Silverthorne (2005), kepuasan kerja memiliki kaitan positif dengan komitmen organisasi.

Karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi memberikan dampak positif

terhadap peningkatan komitmen organisasinya .

Sebaliknya, Robbins (2003) juga menyatakan ketika seseorang merasakan

ketidakpuasan kerja dapat memberikan dampak negatif terhadap pekerjaannya, seperti

meninggalkan pekerjaannya, mengeluh, burnout (Meeusen, 2011), turn over (Syafrizal,

2011), menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan (Clugston, 2000), menurunnya

produktivitas atau kinerja (Levy & William, 1998), absensi tinggi (Golberg & Waldman,

2000), stres kerja (Noor, 2002) dan masih banyak masalah lainnya yang mungkin

muncul.

Menurut As’ad (2004) penelitian mengenai kepuasan kerja sudah sering

dilakukan. Namun masalah kepuasan kerja tetap menjadi penting dikarenakan terbukti

bermanfaat dalam perbaikan sikap dan perilaku karyawan yang akan menguntungkan

perusahaan. Hal ini juga membuat perusahaan senantiasa memperhatikan lingkungan

(3)

hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan

tugasnya agar kepuasan kerja karyawan dapat terjaga secara konsisten. (Kreitner &

Kinicki, 2005). Selanjutnya, Luthans (2005) mengemukakan terdapat enam faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu work itself (pekerjaan itu sendiri), pay

(upah atau gaji) dan co-worker (rekan kerja), promotion opportunities (kesempatan untuk kenaikan jabatan), working condition(kondisi kerja), dan supervision (pengawasan).

Pekerjaan itu sendiri merupakan pandangan karyawan tentang pekerjaannya.

Dengan adanya kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan yang dimiliki karyawan dapat

mendorong karyawan menghasilkan kinerja yang baik dan meningkatkan kepuasan

kerjanya. Sistem penggajian juga disesuaikan dengan tingkat keterampilan karyawan,

ketika gaji yang diberikan perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan yang

diberlakukan pada perusahaan yang sejenis dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja

karyawan terhadap gaji. Begitu pula dengan rekan kerja yang merupakan sumber

kepuasan kerja bagi karyawan secara individual. Kelompok kerja dengan keeratan yang

tinggi cenderung menyebabkan karyawan lebih puas berada dalam kelompok kerja.

Dengan adanya promosi mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap kepuasan kerja.

Promosi akan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab

yang lebih banyak dan status sosial yang meningkat. Ketika promosi diberlakukan secara

adil diharapkan mampu memberikan kepuasan kerja kepada karyawan (Luthans, 2005).

Penelitian ini akan lebih berfokus pada dua faktor saja yaitu kondisi kerja (iklim

organisasi) dan supervisi (gaya kepemimpinan). Kondisi kerja meliputi iklim organisasi

dan lingkungan organisasi. Ketika kondisi kerja dipersepsikan baik akan membuat

pekerjaan dengan mudah dapat diselesaikan. Sebaliknya ketika kondisi kerja tidak

(4)

organisasi yang dipersepsikan baik akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan

kepuasan kerja karyawan (Luthans, 2005).

Iklim organisasi yang kondusif merupakan syarat utama untuk mencapai

kepuasan kerja karyawan (Adenike, 2011). Ketika karyawan mempersepsikan secara

positif iklim organisasinya maka dapat membuat suasana nyaman saat bekerja dan

perasaan-perasaan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan rasa puas dalam bekerja.

Sebaliknya, bagi karyawan yang mempersepsikan negatif iklim organisasinya, dapat

menyebabkan rasa bosan saat bekerja, menurunnya gairah bekerja, meningkatkan

kemangkiran saat bekerja, produktifitas menurun dan tingkat kepuasan kerja menjadi

rendah. Persepsi para pegawai dalam memaknai iklim organisasinya berpengaruh dalam

perilaku yang ditampilkan saat bekerja (Idrus, 2006).

Tingkat kepuasan kerja karyawan dipengaruhi iklim organisasi dengan hubungan

yang positif artinya dengan iklim organisasi yang menyenangkan, karyawan dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, serta adanya kerjasama yang baik antar

karyawan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan (Rismayani, 2006). Iklim

organisasi memiliki hubungan yang searah dan berpengaruh positif terhadap kepuasan

kerja pegawai demikian sebaiknya iklim organisasi yang buruk akan diikuti dengan

rendahnya kepuasaan kerja karyawan (Sulaida, 2010).

Menurut Litwin dan Stringer (2002) terdapat enam dimensi dari iklim organisasi

yaitu struktur, standar-standar, tanggung jawab, penghargaan, dukungan, dan komitmen.

Struktur merupakan pandangan anggotanya terhadap aturan dan prosedur organisasi.

Standar-standar dalam organisasi yang akan mengukur perasaan tekanan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kinerja anggota organisasi. Tanggung jawab merupakan

(5)

Penghargaan merupakan penerimaan terhadap perilaku dalam situasi kerja. Dukungan

merupakan hubungan yang baik antara sesama anggota dan pimpinan organisasi.

Komitmen merupakan perasaan bangga anggota organisasi dan derajat keloyalan anggota

organisasi terhadap organisasi.

Demikian juga dengan faktor supervisi atau pengawasan tidak dapat dipisahkan

dengan fungsi kepemimpinan, yaitu usaha memberikan pengaruh kepada bawahan

melalui proses komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Aktifitas karyawan di

perusahaan sangat tergantung dari gaya kepemimpinan yang diberlakukan serta situasi

lingkungan dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Pengarahan, perhatihan, serta

motivasi dari pemimpin diharapkan dapat memacu karyawan untuk mengerjakan

pekerjaannya dengan optimal. Gaya kepemimpinan yang diberlakukan diharapkan

mendorong gairah karyawan, kepuasan kerja dan produktifitas kerja karyawan yang

tinggi dalam pencapaian tujuan yang diinginkan (Luthans, 2005).

Persepsi terhadap supervisi dan lingkungan organisasi yang mendukung dapat

meningkatkan kepuasan kerja karyawan (Silverthorne, 2005). Hal yang sama juga

dikemukakan oleh As’ad (2004), selain iklim organisasi kepuasan kerja pegawai juga

dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan dalam memonitor dan mengelola sikap dari

bawahan. Sejalan dengan pernyataan ini, Jain (2007) juga menyatakan bahwa rasa puas

karyawan tercipta dikarenakan pimpinan secara berkala memberikan empowerment

kepada bawahannya untuk terus bekerja secara maksimal.

Robbins (2003) mengungkapkan, kepemimpinan merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan organisasi. Demikian juga dengan Luthans (2005), mengatakan

kepemimpinan memiliki peranan penting dalam memberikan pengarahan, motivasi, serta

(6)

diinginkan. Sejalan dengan pernyataan ini Berry (1998) juga menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan dapat mempengaruhi rasa puas dan tidak puas yang akan berdampak

langsung terhadap efektifitas kinerja dari para bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin

harus mampu membangun hubungan yang kondusif dengan bawahan agar kepuasan

kerja dapat tercapai yang juga mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Rivai (2003) pendekatan situasional merupakan salah satu pendekatan

gaya kepemimpinan yang berlaku universal untuk segala situasi dan lingkungan. Gaya

kepemimpinan situasional merupakan kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi

dan kondisi dari perusahaan dan para bawahannya. Dalam penelitian ini gaya

kepemimpinan yang akan diteliti lebih lanjut adalah gaya kepemimpinan situasional.

Dalam Kepemimpinan situasional terjadi hubungan saling mempengaruhi antara

jumlah petunjuk dan pengarahan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan

pemimpin, dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu (Hersey & Blanchard, 2002).

Kepemimpinan situasional terdiri dari empat jenis, yaitu mengarahkan (telling), menjual

(selling), menggalang parsitipasi (participation), dan mendelegasikan (delegating). Gaya kepemimpinan situasional memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat kepuasan kerja

karyawan (Purnamasari,2008; Maria,2012). Pemimpin memiliki pengaruh terhadap

motivasi dan persepsi para bawahan yang selanjutnya dapat mempengaruhi kepuasan

kerja para bawahan (Wirda, 2012).

Iklim organisasi dan gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan

kerja para karyawan. Menurut Robbins (2008), setiap perusahaan memiliki iklim

organisasi dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap

(7)

Wexley dan Yukl (2009) juga menyatakan hubungan akrab dan saling tolong menolong

dengan atasan langsung sangat penting dan memiliki pengaruh yang kuat dengan

kepuasan kerja.

Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan menyebabkan pegawai bersedia

untuk memberikan pengaruh positif dan mendukung keberhasilan tujuan organisasi

secara efektif dan efisien. Ketika terdapat perbedaan atau kesenjangan antara persepsi

karyawan dengan persepsi pimpinan mengenai iklim yang dirasakan maka akan

memungkinkan terciptanya ketidakpuasan kerja dari karyawan. Kepemimpinan juga

memiliki peranan yang besar dalam menciptakan kepuasan kerja karyawan, hal ini

dikarenakan kepemimpinan mampu mempengaruhi kepuasan karyawan saat bekerja

(Amiartuti, 2013).

Iklim organisasi memberikan pengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja, misalnya

pekerjaan yang menyenangkan dan memiliki tantangan, hubungan antara rekan kerja

yang harmonis, dan kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk maju dalam

pekerjaannya. Demikian juga dengan gaya kepemimpinan, dimana pimpinan yang bijak

dalam menentukan hubungan dengan karyawan, mampu menguraikan rinci pekerjaan

dengan baik, mempercayai karyawan dan memiliki nilai persahabatan yang baik dengan

karyawan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawannya (Plangiten, 2013).

Topik mengenai kepuasan kerja, iklim organisasi, dan gaya kepemimpinan

situasional merupakan topik yang sudah sering diteliti pada masa sebelumnya. Meskipun

demikian, saat ini topik ini masih akan tetap diteliti namun pada perusahaan yang

berbeda yaitu salah satu perusahaan milik daerah. Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtauli, merupakan salah satu perusahaan daerah yang bergerak dibidang jasa

(8)

Kota Pematangsiantar. PDAM Tirtauli memberikan pelayanan umum seperti

menyediakan air untuk fasilitas pemadam kebakaran, menyediakan kran-kran air untuk

penyaluran air, memperbaiki kebocoran, dan lain-lain.

Seperti Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) lainnya, PDAM Tirtauli juga telah

memiliki uraian tugas pokok untuk setiap posisi jabatan yang terdapat dalam struktur

organisasinya. PDAM Tirtauli dalam menjalankan perusahaannya juga mendapatkan

pengawasan dan dimonitor langsung oleh aparat eksekutif maupun legislatif daerah.

PDAM Tirtauli ini didirikan berdasarkan Peraturan Daerah, dimana modal dan sahamnya

merupakan milik daerah, oleh karena itu kebijakan yang berhubungan dengan

perusahaan diawasi oleh pemerintah Kota Pematangsiantar.

PDAM Tirtauli juga telah menambahkan debit air agar dapat memberikan

pelayanan 24 jam dalam rangka meningkatkan kepuasan para pelanggan. PDAM Tirtauli

telah berhasil melakukan penyesuaian tarif pada tahun 2013 setelah dua belas tahun tidak

mengadakan penyesuaian tarif. Hal ini memberikan pengaruh yang positif terhadap para

karyawan yang mendapatkan kenaikan jumlah pendapatan setiap karyawan (Bussiness

Plan 2013-2017). Namun sebaliknya, berbicara mengenai lingkungan organisasi di PDAM Tirtauli terdapat beberapa fakta yang dapat dilihat dari laporan hasil kinerja

bagian Sumber Daya Manusia pada tahun 2013. Adapun beberapa laporannya adalah

masih ditemukan tingginya tingkat absensi setiap bulannya, tingginya tingkat

kemangkiran pada jam kerja, karyawan yang ijin keluar untuk kegiatan diluar kantor

tidak kembali lagi ke kantor, dan minimalnya kehadiran waktu diadakannya apel pagi

dan sore. Ada juga beberapa keluhan yang disampaikan diantaranya, kurangnya

pendapatan yang diterima oleh pegawai, suasana kerja yang kurang kondusif, para

pimpinan yang dianggap belum mampu membuat suatu perubahan dalam perusahaan,

(9)

Keluhan-keluhan tersebut membuat hasil kerja para pegawai menjadi kurang optimal (Laporan

Bag. SDM).

Masalah – masalah yang dirasakan oleh para pegawai di PDAM Tirtauli seharusnya dijadikan perhatian yang serius dalam Manajemen Sumber Daya

Manusianya. Oleh karena itu berdasarkan uraian singkat yang dipaparkan diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Iklim Organisasi dan

Gaya Kepemimpinan Situasional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PDAM

Tirtauli”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dijabarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh antara iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan

PDAM Tirtauli?

2. Apakah terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan situasional terhadap kepuasan

kerja karyawan PDAM Tirtauli?

3. Apakah terdapat pengaruh antara iklim organisasi dan gaya kepemimpinan situasional

terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirtauli?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari dilakukannya

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

(10)

2. Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan situasional berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirtauli?

3. Untuk mengetahui apakah iklim organisasi dan gaya kepemimpinan situasional

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirtauli?

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi disiplin ilmu psikologi,

khususnya bidang psikologi industri dan organisasi yang mengkaji tentang

kepuasan kerja, iklim organisasi dan gaya kepemimpinan situasional.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan atau

sebagai referensi ilmiah bagi peneliti lain bilamana ingin meneliti dengan

permasalahan yang sama.

2. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan informasi

mengenai gambaran iklim organisasi, gaya kepemimpinan situasional, dan

kepuasan kerja para pegawai di PDAM Tirtauli.

2. Informasi-informasi yang didapatkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi

bahan pertimbangan bagi pihak sumber daya manusia perusahaan untuk

menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menciptakan iklim

organisasi yang kondusif, memilih gaya kepemimpinan yang tepat dan

meningkatkan kepuasan kerja para pegawai di PDAM Tirtauli.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(11)

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah

yang menjadi objek penelitian. Landasan teori yang diuraikan adalah

kepuasan kerja, iklim organisasi, dan kepemimpinan situasional. Bab

ini juga mengemukakan hipotesa penelitian sebagai jawaban

sementara terhadap masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional

variabel, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode

pengumpulan data, validitas, uji daya beda item dan reliabilitas alat

ukur, prosedur penelitian serta metode analisa data yang digunakan

untuk mengolah hasil data penelitian.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian

yang disertai analisa data dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahanyang

diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

Banyak teknologi-teknologi baru di manfaatkan, khususnya pada sistem EFI (Elektronik Fuel Injection) yang telah di kembangkan oleh pihak Toyota Astra Motor, dimana dalam

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Konvensi beserta Protokol dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI FREKUENSI RADIO.

Kompresor yang digunakan dengan tipe rotari bertingkat, yang terdiri atas tekanan rendah dan tekanan tinggi.Prinsip dari pneumatik adalah karena sifatnya yang sangat sederhana.

Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan, jika harga jual perunit suatu pesanan khusus lebih besar dari pada biaya variabel perunit pesanan khusus,maka suatu

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Muara Angke serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

guru, baik dalam uji coba terbatas maupun uji coba luas menggunakan observasi. Kegiatan observasi ditujukan untuk menghimpun data dan menilai semua. kegiatan yang dilakukan