• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Legal Pemungutan BPHTB Berdasarkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010 Tentang BPHTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Legal Pemungutan BPHTB Berdasarkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010 Tentang BPHTB"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Setelah di berlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sejak tahun 2011 pemungutan BPHTB yang dulunya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dialihkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 telah mengatur bahwa untuk memungut pajak BPHTB di suatu daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) atau Qanun, maka Pemerintah Kota Lhokseumawe menerbitkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010junctoPeraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah menyatakan bahwa sistem pemungutan BPHTB terhutang menggunakan self assessment system akan tetapi Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010 junctoPeraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013 sistem pemungutan BPHTB di kota itu berupa sistem pemungutan official assessment system. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pemungutan BPHTB di Kota Lhokseumawe menurut Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010, bagaimana kedudukan hukum Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013, dan serta kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pemungutan BPHTB berdasarkan Qanun Nomor 04 Tahun 2010 di Kota Lhokseumawe.

Penelitian ini menggunakan teori stufenbou dari Hans Kelsen dan metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dianalisis secara deduktif dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antar berbagai jenis data sehingga permasalahan dalam penelitian ini dapat dipecahkan.

Dari hasil penelitian dan analisis diketahui bahwa sistem pemungutan BPHTB di Kota Lhokseumawe adalah official assessment system, sementara kedudukan Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013 tersebut bertentang dengan aturan hukum diatasnya secara berturut UU PDRD, PP Nomor 91 Tahun 2010, dan Qanun Nomor 04 Tahun 2010. Sementara kendala-kendala dalam penelitian ini berupa kendala yuridis adalah adanya ketidaksesuaian antara Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013 dengan aturan di atasnya, sedangkan kendala sosilogis dan kendala ekonomi adanya ketidaktransparan pembayaran yang berujung kurangnya pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Sementara saran dalam penelitian ini adalah, mempertahankan sistem pemungutan tetap self assessment system, Peraturan Walikota sebagaimana tersebut diatas direvisi atau ditinjau ulang, dan kendala-kendala yang telah dihadapi dicarikan solusi pemecahannya.

(2)

ii ABSTRACT

After Law No. 28/2009 on State and Local Tax and Retribution was in effect, since 2011 BPHTB levying, which used to be the authority of the Central Government, has been shifted to Local Government of Districts/Towns. The law states that levying BPHTB tax in certain area should be stipulated in Perda (Regional Regulation) or Qanun. Based on this condition, Lhokseumawe City Administration issued Lhokseumawe Qanun No. 4/2010 in conjunction with the Mayor Regulation No. 30/2013. Law No. 28/2009 on State and Local Tax states that the levying system of payable BPHTB at Lhokseumawe should use self assessment system, but Qanun No. 4/2010 in conjunction with the Mayor Regulation No. 30/2013 states that the levying system of BPHTB uses official assessment system. The problems of the research were as follows: how about levying system of BPHTB at Lhokseumawe according to Qanun No. 4/2010, how about legal domicile of the Mayor Regulation No. 30/2013, and what obstacles occurred in levying BPHTB, based on Qanun No. 4/2010 at Lhokseumawe.

The research used stufenbou theory of Hans Kelsen and judicial normative with descriptive analytic methods. The gathered data were processed and analyzed deductively and systematically by explaining the correlation among the various types of data so that the problems could be solved.

The result of the research showed that the levying system of BPHTB at Lhokseumawe used official assessment system, while the position of the Mayor Regulation No. 30/2013 was contradictory to the regulations above it such as PDRD Law, Government Regulation No. 91/2010, and Qanun No. 4/2010 consecutively. Meanwhile, the obstacles found in the research were judicial obstacle which dealt with the incompatibility between the Mayor Regulation No. 30/2013 and the regulations above it and socio-economic obstacle which dealt with the lack of transparency in payment which caused the service to public to be not maximal. It is recommended that self assessment system of levying tax should be maintained, the Mayor Regulation No. 30/2013 should be revised, and the solution for the obstacles should be found.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diatur oleh Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :”(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang perempuan

Bimas Hingga Kredit Usaha Rakyat , Bab V dalam buku Saptia, Yeni dan Nugroho,A,E 2017, Penguatan Peran Program Kredit Mikro dalam Mendorong Pengembangan UMKM Di Sektor

 Menurut Loudon (1998) E-Commerce ialah suatu proses yang dilakukan konsumen dalam membeli dan menjual berbagai produk secara elektronik dari

Hasil interpretasi citra landsat tahun 2014, Kabupaten Lampung Barat tetap menjadi wilayah dengan tutupan lahan hutan negara tertinggi dengan 50,564% dari luas

Jika jam bisnis normal dari pelanggan anda adalah dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore, akan lebih sesuai jika pelayanan yang diberikan dapat mendukung proses- proses bisnis juga

Konsentrasi tween 80 berpengaruh terhadap respon kimia yaitu analisis kadar air dan analisis total antosianin dimana semakin meningkat konsentrasi tween 80 maka kadar air

Simpulan: Frekuensi konsumsi western fast food, total energi fast food, total lemak western fast food, dan total natrium fast food merupakan faktor risiko kejadian overweight

Tujuan dari prosedur seleksi adalah untuk memberikan kepada kandidat solusi yang ‘terlayak’ mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terpilih menghasilkan keturunan,