• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektifitas Program Penanggulangan Malaria Di Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektifitas Program Penanggulangan Malaria Di Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tahapan Upaya Penanggulangan Malaria di Indonesia 2.1.1. Periode 1959 – 1968 (Pembasmian Malaria)

Upaya pengendalian penyakit malaria dimulai sejak tahun 1959 dengan adanya KOPEM (Komando Pembasmian Malaria) di pusat dan di daerah didirikan Dinas Pembasmian Malaria yang merupakan integrasi institut Malaria, serta untuk pelatihan didirikan Pusat Latihan Malaria di Ciloto dan 4 pusat latihan lapangan di luar Jawa. Pada periode ini pengendalian malaria disebut sebagai periode pembasmian, dimana fokus pembasmian dilaksanakan di pulau Jawa, Bali dan Lampung. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah dengan penyemprotan insektisida, pengobatan dengan Klorokuin dan profilaksis. Baru pada tahun1961 -1964 penyemprotan insektisida dilakukan juga di luar wilayah Jawa dan Bali. Upaya ini cukup berhasil di daerah Jawa dan Bali dengan adanya penurunan parasite rate (Kemenkes RI,2011).

Tahun 1966, upaya pemberantasan malaria menghadapi berbagai kendala, yang disebabkan karena pembiayaan menurun baik dari pemerintah maupun dari bantuan luar, meluasnya resistensi Anopheles aconitus terhadap DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) dan Dieldrin di Jawa Tengah dan Jawa Timur, adanya

(2)

dan Proguanil serta meningkatnya toleransi Plasmodium falciparum terhadap Primakuin di Irian Jaya (Kemenkes RI, 2011).

Selanjutnya tahun 1968, KOPEM diintegrasikan ke dalam Ditjen P4M (Pencegahan Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular), sehingga tidak lagi menggunakan istilah pembasmian melainkan pemberantasan (Kemenkes RI, 2011). 2.1.2. Periode 1969 – 2000 (Pemberantasan Malaria)

Dengan terintegrasinya upaya pengendalian malaria dengan sistim pelayanan kesehatan, maka kegiatan malaria dilaksanakan oleh Puskesmas, RS maupun sarana Pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan perubahan ekologi, tahun 1973 mulai dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparumdi Yogyakarta, bahkan tahun 1975 di seluruh provinsi di Indonesia, disertai dengan kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) dibeberapa tempat di Indonesia. Tahun 1973 ditemukan penderita import dari Kalimantan Timur di Yogyakarta. Tahun 1991 dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium vivax terhadap Klorokuin di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara (Kemenkes RI, 2011).

2.1.3. Periode 2000-Sekarang

(3)

Pada tahun 2000 dilahirkan penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan “Ayo BerantasMalaria”. Selanjutnya tahun 2004 dibentuk Pos Malaria Desa Sebagai bentukUpaya Kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) (Kemenkes RI, 2011).

Mengingat malaria masih menjadi masalah di tingkatan global, dalam pertemuan WHO tanggal 18 Mei 2007 telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang berkomitmen untuk meng- Eliminasi malaria di Indonesia. Eliminasi Malaria sangat mungkin dilaksanakan mengingat telah tersedia 3 kunci utama yaitu:

a. Ada obat ACT

b. Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test)

c. Ada teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN (Long Lasting Insectized Net), yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemda setempat.

2.1.4. Kebijakan Eliminasi

a. Eliminasi Malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat.

(4)

menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia.

2.1.5. Strategi Program Menurut Kemenkes RI (2011)

a. Diagnossis Malaria: Semua kasus malaria dikonfirmasi dengan mikroskop atau RDT.

b. Pengobatan: ACT c. Pencegahan:

Pendistribusian kelambu, Indoor Residual Spraying/IRS, dan lain-lain Kelambu LLIN efektif sampai 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan sekali. d. Kemitraan dalam Menuju Eliminasi Malaria

Mitra Potensial Pengendalian Malaria yaitu: 1. DPRD:

- Legislatif bersama eksekutif contoh : penyusunan Perda “Pengawasan Lingkungan dari Tempat Perindukan Nyamuk” pada sektor wisata. - Penganggaran

2. BAPPEDA:

- Perencanaan program - Penganggaran

3. Sektor Pariwisata:

(5)

4. Sektor Informasi/Humas:

- Penyebarluasan upaya penghindaran diri dari gigitan nyamuk - Penyebarluasan upaya pencarian pengobatan.

5. Sektor Kimpraswil:

- Penyediaan air bersih dan pembangunan MCK (mandi, cuci, kakus). - Program sungai bersih.

6. Sektor Peternakan:

Penyuluhan penempatan kandang yang berfungsi sebagai “cattle barier”. 7. Sektor Pertanian:

Dalam rangka tanam padi serempak dan sanitasi kebun. 8. Sektor Perikanan & Kelautan:

- Budi daya ikan (ikan pemakan jentik) ditebarkan di kolam, badan air. - Penanaman kembali pohon bakau.

9. Sektor Pendidikan Nasional:

Menjadikan pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran Muatan Lokal.

10. Sektor Agama:

- Bersama sektor pendidikan nasional upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran muatan lokal.

(6)

11. PKK : Penggerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan nyamuk dan upaya pencarian pengobatan.

12. LSM-LSM : Penggerakan masyarakat dalam pencegahan dan KIE, serta penemuan dan pengobatan malaria.

Lintas Sektor/Lintas Program dan Lembaga Swadaya Masyarakat berperan sesuai peran masing-masing yangberdampak positif terhadap pengendalian malaria

2.2. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan (Kemenkes RI, 2011).

(7)

penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.

2.3. Cara Penularan

Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dari orang sakit kepada orang tidak sakit. Orang yang sakit malaria dapat menjadi sumber penularan penyakit malaria.

2.4. Pos Malaria Desa

Pos Malaria Desa (PMD) adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Tujuan dibentuknya PMD adalah:

a. Meningkatkan jangkauan penemuan kasus malaria melalui peran aktif masyarakat dan dirujuk kefasilitas kesehatan terdekat.

(8)

2.5. Kebijakan dan Program

a. Komitmen International, Pencegahan malaria akan diintensifkan melalui pendekatan Roll Back Malaria (RBM), suatu komitmen internasional dengan strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria, dan perbaikan kualitas dari pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel kesehatan yang terlibat. Yang juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari pembasmian malaria dengan kegiatan-kegiatan kesehatan lainnya, seperti Manajemen Terpadu Balita Sakit dan promosi kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

b. Strategi dalam Pemberantasan Malaria antara lain adalah dengan sistem kewaspadaan dini dan upaya penanggulangan epidemi agar tidak semakin menyebar, intensifikasi pengawasan, diagnosis awal dan pengobatan yang tepat, dan kontrol vektor secara selektif. Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pemberantasan malaria antara lain penekanan pada desentralisasi, keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan malaria, dan membangun kerja sama antarsektor, dan lembaga donor. Gerakan Berantas Kembali Malaria atau GEBRAK Malaria yang dimulai pada 2000 adalah bentuk operasional dari Roll Back Malaria (RBM). GEBRAK Malaria memprioritaskan kemitraan antara

pemerintah, swasta/sektor bisnis, dan masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit malaria (Kemenkes RI, 2011).

(9)

kelambu dengan insektisida, penyemprotan, pengawasan deteksi aktif dan pasif, survei demam dan pengawasan migrant, deteksi dan kontrol epidemic, langkah-langkah lain seperti larvaciding, dan peningkatan kemampuan (capacity building). Untuk menanggulangi galur yang resisten terhadap klorokuin, pemerintah pusat dan daerah akan menggunakan kombinasi baru obat-obatan malaria untuk memperbaiki kesuksesan pengobatan. Karena kombinasi obat-obatan itu sangat mahal, penggunaannya akan ditargetkan di daerah dengan prevalensi resistensi yang tinggi.

d. Pengawasan Penyakit, Memastikan pelaporan data yang tepat waktu dari fasilitas kesehatan di lapangan, termasuk rumah sakit, untuk memonitor insiden malaria, untuk mendeteksi dan membatasi wabah ledakan malaria, serta melaksanakan survei untuk menghitung prevalensi malaria yang diperlukan merupakan bagian yang esensial dari pengawasan malaria. Dalam pemilihan intervensi yang akurat seperti penyemprotan insektisida diperlukan penelitian lebih dulu untuk menentukan jenis populasi nyamuk dan habitatnya. Idealnya tiap propinsi perlu melakukan survei secara teratur untuk memonitor daerah-daerah dengan parasit yang resisten terhadap obat-obatan malaria.

2.6. Landasan Teori

(10)

masalah sosial masyarakat yang memberikan dampak luas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Berarti juga permasalahan malaria tidak dapat dipikul oleh sektor kesehatan saja tetapi seluruh lintas sektor pemerintah bahkan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, diperlukan wadah untuk menghimpun dan menggerakkan, mengkoordinasikan serta mensinergiskan segenap potensi, sumber daya yang dibutuhkan untuk menanggulangi malaria. Landasan pemikiran tersebutlah yang mengilhami ide pembentukan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal.

Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal adalah lembaga koordinatif dibawah koordinasi Kepala Daerah/Bupati untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan masyarakat yang terbebas dari penularan malaria.

Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Nomor 443.41/ 240/ KPPM/ 2012 tentang Penetapan Rencana Strategis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016. Berdasarkan rencana strategis tersebut, target pencapaian API pada tahun 2016 adalah 3 per 1.000 penderita. Dalam rencana strategis tersebut telah ditetapkan visi “Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang Sehat dan Bebas Malaria Tahun 2020”. Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan beberapa misi sebagai berikut :

(11)

b. Menciptakan sistem dan organisasi kerja yang solid, efektif, dan efisien di setiap jaringan kerja.

c. Menciptakan sumber daya yang bermutu yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat pengguna.

d. Menumbuhkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan lintas sektor dalam penanggulangan dan pemberantasan malaria.

e. Menonjolkan potensi daerah yang khas sebagai local specific characteristic dalam percepatan pemberantasan dan pembebasan dari daerah endemis malaria.

Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 diketahui bahwa Tugas Pokok Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah:

a. Melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dalam menanggulangi penyakit malaria di Kabupaten Mandailing Natal.

b. Melaksanakan tugas dalam hal pengembangan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 diketahui bahwa fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah:

a. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama terhadap berbagai stakeholder untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menanggulangi malaria.

(12)

c. Sebagai pusat aktifitas dalam pengendalian malaria di Kabupaten Mandailing Natal.

d. Menjalankan fungsi sekretariat dari Pusat Pengendalian Malaria (Kantor Pusat Penanggulangan Malaria) Kabupaten Mandailing Natal dalam hal ini Gedung Kantor Pusat Penanggulangan Malaria.

Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal dapat diketahui tentang visi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria yaitu : Menuju Kabupaten Mandailing Natal Bebas Malaria, sedangkan misi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah:

a. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi diri dari penularan malaria.

b. Menggalang kemitraan seluas-luasnya dalam pemberantasan malaria.

c. Menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencegah dan menangani penyakit malaria.

(13)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal

Bagian Ketiga Seksi Pencegahan Malaria

Pasal 5

(1) Seksi Pencegahan Malaria mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan dan program serta penyelenggaraan urusan dibidang pencegahan malaria.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pencegahan Malaria menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan dan program dibidang pencegahan malaria;

b. penyelenggaraan upaya-upaya pencegahan malaria;

c. pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi dibidang pencegahan malaria;

(14)

d. pelaksanaan pengasapan/fogging di lingkungan dan perumusan masyarakat serta pada darah-daerah yang memerlukan.

e. penyediaan sarana dan perlengkapan dibidang pencegahan malaria;

f. koordinasi dan penyiapan bahan perumusan ketentuan/peraturan dibidang pencegahan malaria;

g. pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya pencegahan malaria;

h. pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan fungsinya;

i. pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan; j. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

Bagian Keempat

Seksi Penanggulangan dan Pemberantasan Malaria Pasal 6

(1) Seksi Penanggulangan dan pemberantasan Malaria mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan dan program serta penyelenggaraan urusan dibidang penanggulangan dan pemberantasan malaria.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Penanggulangan dan Pemberantasan Malaria menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan dan program dibidang penanggulangan dan pemberantasan malaria;

(15)

c. pelaksanaan penyediaan sarana prasarana serta perlengkapan dan peralatan dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan malaria;

d. pengendalian dan penanganan wabah malaria;

e. penyelenggaraan upaya-upaya pemberantasan malaria secara terpadu;

f. pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan malaria;

g. pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan fungsinya;

h. pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan; i. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

Bagian Keenam

Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 8

(1) Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Pencegahan Malaria, dapat dibentuk unit Fungsional berupa Unit Pelayanan Promosi Kesehatan, yang terdiri dari :

a. Tenaga Fungsional Penyuluh Kesehatan;

b. Tenaga Fungsional Penyehatan Lingkungan Pemukiman/SPPH.

(16)

Pasal 9

(1) Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Penanggulangan dan Pemberantasan Malaria dapat dibentuk beberapa Unit Fungsional berupa :

a. Unit Pelayanan Pengobatan, terdiri dari : 1. Tenaga Fungsional Dokter;

2. Tenaga Fungsioanal Paramedis. b. Unit Pelayanan Penunjang, terdiri dari :

1. Tenaga Fungsional Analis/Laboratorium;

2. Tenaga Fungsioanal Apoteker/Asisten Apoteker.

(2) Unit Pelayanan Pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, melaksanakan tugas dibidang pelayanan pengobatan malaria.

(3) Unit Pelayanan Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, melaksanakan tugas dibidang pengujian dan penanganan kebutuhan obat.

Pasal 10

Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Penelitian dan Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dan Lembaga lainnya dapat dibentuk beberapa Unit Fungsional berupa :

a. Unit Penelitian, terdiri dari :

(17)

b. Unit Sistem Informasi Kesehatan dan Pengembangan, terdiri dari Tenaga Fungsional Programmer Komputer Jenjang S1.

Ide pembentukan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dicetuskan oleh Program Malaria Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Ide langsung ditindaklanjuti dengan dukungan Instruksi Gubernur Tahun 2007 tentang Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria di wilayah Propinsi Sumatera Utara. Dinkes Propinsi Sumatera Utara selanjutnya melakukan advokasi ke Bupati/Walikota se-Propinsi Sumatera Utara untuk setiap Kabupaten/Kota dapat membentuk Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dalam upaya memperkuat sistem pengendalian malaria di Sumatera Utara.

Di Kabupaten Mandailing, setelah kunjungan advokasi Tim Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dibentuk dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Mandailing Natal Tahun 2007. Sejak dikeluarkannya SK Bupati sampai tahun 2013 fungsi keberadaan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria di Kabupaten Mandailing Natal tidak berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat pada LAKIP Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dari tahun 2009 – 2013, dimana terdapat beberapa program yang tidak mencapai target yaitu:

1. Pada tahun 2009: komunikasi, sarana/prasarana dan strategi penyediaan obat dan perbekalan kesehatan tidak mencapai target 100 %.

(18)

3. Pada tahun 2011: penyemprotan di daerah endemis malaria tidak mencapai target 100%.

4. Pada tahun 2012 dan 2013: penurunan angka kesakitan malaria, penurunan daerah endemis malaria, dan pendeteksian jenis dan tempat hidup nyamuk malaria serta pengetahuan masyarakat terhadap malaria tidak mencapai target 100 %.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa program-program di Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kab. Mandailing Natal dari tahun 2009 – 2013 belum mencapai target 100 %. Hal ini karena unsur komunikasi, strategi dan sarana/prasarana belum berjalan dengan efektif.

Dibawah ini akan dijelaskan tentang unsur komunikasi, strategis dan sarana / prasarana sebagai berikut :

1. Unsur Komunikasi

(19)

individu atau kelompok, melainkan perubahan masyarakat atau perubahan sosial (social change).

Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.

Agar pesan yang disampaikan kepada sasaran (public) menjadi efektif, Arifin (1982), menawarkan strategi-strategi komunikasi sebagai berikut:

a. Mengenal Khalayak.

Mengenal khalayak haruslah langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Khalayak itu harus aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan kemudian tercapainya hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode, dan media.

c. Seleksi dan Penggunaan Media.

(20)

sebagai alat komunikasi massa yang sejati yang selain berfungsi sebagai alat penyalur, juga mempunyai fungsi sosial yang kompleks.

d. Menyusun Pesan.

Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

e. Menetapkan Metode.

Efektivitas dari suatu komunikasi selain tergantung dari kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada sasaran.

Model proses komunikasi oleh Philip Kotler dalam Effendy (2009), berdasarkan paradigma Harold Lasswell, yaitu:

Gambar 2.2. Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut: - Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah

(21)

- Encoding:Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. - Message:Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

- Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

- Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver: Komunikasi yang menerima pesan dari komunikator.

- Response:Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

2. Unsur Strategi

(22)

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu: 1) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut, 2) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya, 3) Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya, 4) Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi, 5) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan panjang (Salusu,2010).

(23)

3. Unsur Sarana dan Prasarana

Menurut Amirin (2011), secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan, misalnya: kenderaan roda dua, kenderaan roda empat. Sarana berarti segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan; alat, media misalnya; Buku tentang Malaria, Ruang Perpustakaan, Ruang Laboratorium, tape recorder, kamera. Administrasi sarana dan prasarana dalam penemuan dan kasus malaria itu adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses penemuan dan pengobatan kasus malaria di wilayah kerja Kantor Kantor Pusat Penanggulangan Malaria.

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 dalam penanggulangan kasus malaria sebagai berikut:

a. Upaya Kesehatan Secara Promotif (Promosi Malaria)

(24)

b. Upaya Kesehatan secara Preventif (Pencegahan Malaria)

Upaya pencegahan malaria merupakan hal yang mutlak harus dapat dilaksanakan oleh segenap masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan penyakit malaria. Upaya pencegahan (preventif) yang telah dilaksanakan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan Kelambu Berinsektisida.

Vektor malaria (nyamuk Anopheles), berdasarkan beberapa penelitian, menggigit pada malam hari. Penggunaan kelambu berinsektisida pada saat tidur dinilai sangat efektif dalam pencegahan malaria. Manfaat pemakaian kelambu juga tidak hanya pencegahan malaria, tetapi juga dapat mencegah penularan penyakit demam berdarah dan filariasis (kaki gajah). Keterbatasan dana yang ada menyebabkan pengadaan kelambu belum merata bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal. Bagi masyarakat yang telah mendapatkan kelambu diharapkan dapat dipakai dan dirawat untuk pemakaian yang lebih lama.

2. Penyemprotan Sarang Nyamuk.

(25)

c. Upaya Kesehatan Secara Kuratif (Pelayanan Kesehatan bagi Penderita Malaria). Upaya pengobatan yang dilakukan adalah bagi penderita positif malaria setelah menjalani pemeriksaan laboratorium. Upaya kesehatan secara kuratif ini dilaksanakan dengan pengoperasian klinik malaria dan pengobatan ke beberapa desa/kelurahan.

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (1989), efektivitas adalah komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yangditentukan. Menurut Hadayaningrat (2011), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program atau kegiatan tercapai dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat.

(26)

cara pengukuran terhadap efektivitas, yaitu: keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output, pencapaian tujuan menyeluruh.

2.7. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dan kerangka teori diatas, maka peneliti membuat kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Pikir Penelitian Input & Proses

1. Pendanaan dalam Penanggulangan Penyakit Malaria

2. Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan Penyakit Malaria 3. Sumber Daya Manusia dalam

Penanggulangan Penyakit Malaria 4. Strategi dalam Penanggulangan

Penyakit Malaria

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria  Kabupaten Mandailing Natal
Gambar 2.2. Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi
Gambar 2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan data-data dan perhitungan yang telah dilakukan penulis mengenai analisa biaya pemasaran menurut daerah pemasaran, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa terdapat perbedaan di dalam perhitungan HPP yang di lakukan perusahaan selama ini dengan metode yang di terapkan oleh penulis.Perbedaan

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat perhitungan harga pokok produksi pesanan, dengan tujuan agar dalam setiap penentuan harga barang tetap dapat mencakup semua biaya

[r]

Persediaan barang dagang harus selalu disediakan setiap periode tertentu ataupun pada keadaan tertentu yang telah ditentukan sebuah perusahaan agar dapat melakukan kegiatannya

[r]

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non- derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam

Penentuan harga jual yang dilakukan dengan benar akan membantu pihak manajemen untuk menghindari kerugian yang mungkin akan diderita apabila penentuan harga yang dilakukan