• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Wisata perairan Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Google Earth, 2016).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk sistem informasi geografis, pH meter digunakan untuk mengukur pH perairan,

thermometer untuk mengukur suhu perairan, meteran dan papan skala untuk mengukur kedalaman perairan, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, DO meter untuk mengukur DO perairan, bola duga untuk mengukur kecepatan arus perairan, kamera untuk dokumentasi di lapangan, alat tulis menulis untuk

Jembatan Bukit Lawang

Penginapan/Hotel

Restoran/ Rumah Makan

Hulu Sungai

Souvenir shop

Hilir Sungai Lahan Pertanian

Sungai Wisata Tirta

Stasiun 1

Stasiun 2

(2)

mencatat data yang diperoleh, dan seperangkat komputer untuk penulisan draft

hasil penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat di sekitar Desa Bukit Lawang. Rincian biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Deskripsi Area Penelitian

Stasiun 1

Stasiun ini terletak pada Koordinat 03º034’037” LU dan 098º021’015” BTLokasi ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata (Kontrol). Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

(3)

Stasiun 2

Stasiun ini terletak pada koordinat 03º033’014” LU dan 098º014’046” BT. Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata. Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun ini terletak pada koordinat 03º046’037”LU dan 098º015’030”BT. Lokasi ini merupakan daerah bendungan dari aliran aktivitas pertanian. Stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

(4)

Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan dengan interval waktu 10 hari sebanyak 3 kali. Data yang diteliti meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kesesuaian lahan, daya dukung kawasan dan keadaan umum lokasi Desa Bukit Lawang. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai suhu, arus, kecerahan, pH, oksigen terlarut (Dissolved oxygen), kedalaman serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan masyarakat sekitar. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari instansi terkait, penelusuran literatur dan bahan-bahan yang terkait dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan cara langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter kedalaman, kecerahan, suhu,oksigen terlarut (Dissolved oxygen),dan pH. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis

Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi

(5)

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

purposive sampling (sesuai dengan tujuan penelitian). Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata desa Bukit Lawang dalam jangka waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel.

Dengan rumus Slovin diacu dalam Nugraha (2007)

n = N

1 + N (e)2

Keterangan :

n : Ukuran sampel yang dibutuhkan N : Ukuran populasi

e : Margin error yang diperkenankan (10%-15%)

Indeks Kesesuaian Wisata

Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi adalah modifikasi dari (Yulianda, 2007):

IKW = ∑� Ni

N max�x 100%

(6)

IKW : Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat: 55,56% -<77,78%, Tidak Sesuai: <55,56).

Ni : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks : Nilai maksimum dari kategori wisata

Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan kelas-kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata. Dalam penelitian ini,kelas-kelas kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai(S2) dan tidak sesuai (S3).

Analisis Daya Dukung

Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :

DDK = K x ( Lp/Lt) x ( Wt/Wp) Keterangan :

DDK : Daya Dukung Kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu

(7)

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

Analisis Ekonomi

Pengukuran pendapatan masyarakat disana dilakukan dengan cara langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan dengan mewawancarai masyarakat disana terkait dengan beberapa parameter atau kegiatan yang mempengaruhi nilai ekonomi masyarakat Bukit Lawang. Parameter dan kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter dan kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang

No. Parameter/Kegiatan Keterangan

1. Rumah Makan Suatu tempat atau bangunan yang dibuat secara komersial,yang memberikan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman.

2. Penginapan Suatu bangunan yang menyediakan

pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua jasa itu diperuntukkan bagi semua pengunjung baik yang bermalam maupun pengunjung yang hanya menggunakan fasilitas tertentu ditempat tersebut.

3. Souvenir shop Suatu bangunan atau toko yang

menyediakan barang-barang kerajinan tangan yang merupakan hasil kreativitas para pengrajin.

4. PemanduRafting Seseorang yang dibayar ataupun disewa untuk menemani wisatawan dalam kegiaatan rafting dan dapat memberikan informasi daerah wisata tersebut.

5. Penyewaan Ban Suatu aktivitas pemakaian ban sebagai alat bantu berenang yang dipinjam dengan membayar sesuai denga harga yang ditentukan.

(8)

untuk bersantai maupun beristirahat disuatu daerah wisata.

Dari beberapa parameter atau kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang tersedia berikut:

Penerimaan

Menurut Ashari (2011), untuk mencari total penerimaan dapat digunakan rumus :

TR = P. Q Keterangan:

TR : Total revenue (Total penerimaan) P : Harga jual

Q : Jumlah komoditi yang dijual

Total Biaya

Menurut Yesi dan Hidayah (2014), untuk mencari total biaya (total cost) dapat digunakan rumus :

TC = FC + VC Keterangan :

TC : Total Cost (Total biaya) (Rp) FC : Fixed Cost ( Biaya tetap) (Rp)

VC : Variable Cost (Biaya variable/Biaya Tidak Tetap) (Rp) Dengan kriteria usaha sebagai berikut :

(9)

TR = TC maka usaha dalam keadaan impas

Pendapatan

Menurut Wiyono dan Baksh (2015), analisis pendapatan dapat digunakan dengan persamaan berikut :

π = TR – TC

Keterangan: Π : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total penerimaan) (Rp) TC : Total Cost (Total biaya) (Rp)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)

Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Menurut Wardany (2007), rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah:

B/C =

B/C > 1 : Manfaatnya positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkansecara ekonomi.

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Indeks Kesesuaian Wisata

Nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) Sungai Desa Bukit Lawang disajikan pada Tabel 3 dan perhitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 3. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Lokasi

Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K sungai sepanjang 60 m x 10 m

2. Duduk Santai 1 10 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 10 m 3. Rafting

1 40875 m

2

1 orang aksi d sungai sepanjang 1500 m x 27,25

Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

(11)

berbeda-beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap Kegiatan Wisata No. Jenis Kegiatan Waktu yang dibutuhkan

Wp–(jam)

Total waktu 1 hari Wt-(jam) 1. Pemandian

Alam

4 11

2. Duduk Santai 10 24

3. Rafting 0,28 11

Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

Analisis Parameter Kualitas Air

Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di Sungai Desa Bukit Lawang ini terdiri atas enam (6) parameter, yang meliputi pengukuran suhu, arus, kedalaman, kecerahan, pH, dan DO.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Rata-rata hasil analisis parameter kua litas air

No. Parameter Satuan

Stasiun

1 2 3

1. Suhu 0C 23,66 28,16 24,16

2. Arus m/s 0,7 0,8 0,59

3. Kedalaman Cm 65,16 64 55

4. Kecerahan m 0,65 0,64 0,55

5. pH - 7,1 7,36 6,96

(12)

Responden Pengunjung

Hasil tabulasi kuisioner responden pengunjung meliputi tujuan pengunjung, sarana dan prasarana, aktivitas, kualitas ekologi dapat dilihat sebagai berikut.

Tujuan Kedatangan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui tujuan kedatangan wisatawan kedaerah wisata Bukit Lawang adalah untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk pendidikan sebesar 11,11% dan untuk penelitian sebesar 5,55%. Tujuan kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Hitungan Tujuan Kedatangan Penginapan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui penginapan yang terdapat didaerah wisata Bukit Lawang adalah tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong cukup sebesar 55,55% dan tergolong kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 7.

(13)

Gambar 7. Grafik Hitungan Penginapan Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 33,33%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 21,11% kegiatan memancing sebesar 10% dan kegiatan Rafting sebesar 35,55%. Kegiatan di lokasisungai Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang Keindahan Alam Sungai

(14)

Gambar 9. Keindahan Alam Sungai

Analisis Ekonomi

Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga obyeknya yang berlaku pada saat dilakukannya penelitian.Analisi usaha yang berada di daerah wisata Bukit Lawang meliputi, Rumah Makan, Penginapan,Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan Analisi usaha yang meliputi, Rumah Makan, Penginapan, Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, 12 13, 14, dan 15.

Tabel 7. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi

Keterangan Produksi Harga Satuan Jumlah (Rp)

Rumah Makan 84 12.500 1.050.000

Penginapan 7 150.000 1.070.000

Souvenir Shop 57 3.000-70.000 1.076.267

(15)

Penyewaan Lapak 8 60.000 496.000

Total Biaya

Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dipergunakan dalam suatu usaha, dimana didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variable dari suatu usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Perhitungan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) dari setiap analisis usaha dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 16, 17,18, 19, 20, dan 21.

Tabel 8. Total Biaya dari setiap hasil analisis ekonomi

Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah (Rp)

Rumah Makan - 11.731.000 782.066,667

Penginapan - 4.815.00 321.000

Souvenir Shop - 4.290.000 286.000

Penyewaan Ban 4.350.000 - 290.000

Pemandu - - -

Penyewaan Lapak - 2.980.000 198.666

Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari suatu usaha yaitu pengurangan dari hasil penerimaan dengan total biaya suatu usaha. Pendapatan usaha didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan pendapat dari setiap analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran 22.

(16)

Keterangan Pendapatan (Rp)/Hari

Rumah Makan 267.933

Penginapan 749.000

Souvenir Shop 790.267

Penyewaan Ban 870.000

Pemandu 666.667

Penyewaan Lapak 297.334

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)

Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) adalah hasil analisi untuk mengetahui kelayakan suatu usaha yang didapatkan dari nilai pendapatan yang dibagikan dengan total biaya suatu usaha. Hasil analisis Benefit Cost Ratio(B/C) didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dapat dilihat pada Lampiran 23.

Tabel 10. Analisi Benefit Cost Ratio(B/C)

Keterangan B/C (Rp)

Rumah Makan 0,342

Penginapan 2,473

Souvenir Shop 2,763

Penyewaan Ban 3

Pemandu ∞

Penyewaan Lapak 1,496

Pembahasan

(17)

Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) memperhatikan beberapa parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe sungai, lebar sungai, material dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan sungai, biota berbahaya, Ph dan DO (Modifikasi Yulianda 2007). Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dapat dilihat pada Tabel 3 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 6.

(18)

Daya Dukung Kawasan (DDK)

(19)

ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya dapat tetap terwujud dan pada saat yang bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya tetap dalam kondisi sejahtera dan tidak dirugikan. Perhitungan daya dukung kawasan dimaksudkan untuk membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan mencegah kerusakan ekosistem.

Analisis Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran suhu air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan suhupada stasiun 1 yaitu sebesar 23,66 ºC, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 28,16 ºC dan stasiun 3 yaitu sebesar 24, 16 ºC.Dari hasil pengukuran suhu di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai suhu yang bervariasi sesuai dengan ketinggian dan topografi disepanjang sungai tersebut dengan nilai yang tertinggi pada stasiun 2 dengan pengambilan sampel pada jam 12 siang dan yang terendah pada stasiun 1 dengan pengambilan sampel jam 9.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Roulia (2014) yang menyatakan suhu akan bervariasi tidak hanya di sepanjang sungai tetapi juga melalui periode musim. Ketinggian, iklim lokal, dan sejauh mana vegetasi di sisi sungai juga akan mempengaruhi suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Hal ini sangat bervariasi antar spesies, terutama ambang batas kemampuan mereka bertahan hidup.

(20)

yaitu sebesar 0,8 m/s dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,59m/s.Dari hasil pengukuran arus di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai arus yang saling tidak jauh berbeda karena pada perairan Bukit Lawang arusnya bergerak sama kesegala arah dari badan sungai. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Purba (2016) yang menyatakan arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotikumumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut.

Hasil pengukuran kedalaman air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan kedalamanpada stasiun 1 yaitu sebesar 65,16 cm, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 64 cm dan stasiun 3 yaitu sebesar 55 cm. Kedalaman perairan pada umumnya berhubungan dengan kecerahan pada perairan. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Effendi (2013) menyatakan kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan.

(21)

Pengukuran kecerahan perairan ini menggunakan keping secchi (Secchi disk) dengan melihat batas pandangan terhadap warna putih yang terdapat pada keping secchi (Secchi disk). Hal ini sesuai dengan Libertyta (2014) yang menyatakan kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritusmaupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada didalam air.

(22)

dengan tingkat pH yang lebih kecil daripada 4,8 dan lebih besar daripada 9,2 sudah dapat dianggap tercemar.

Hasil pengukuran DO air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan DO pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,43 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 7mg/l dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,8 mg/l. Nilai DO dapat dipengaruhi oleh arus air karena dari difusi air yang dapat menyumbangkan oksigen sehingga di sungai Bukit Lawang ini nilai DO dapat tergolong baik.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Telaumbanua (2013) yang menyatakan bahwa oksigen terlarut akan berpengaruh langsung pada kemampuan organisme air untuk bertahan di perairan tercemar.Bagi organisme-organisme akuatik, biasanya membutuhkan oksigen pada konsentrasi 5 – 8 mg/l untuk dapat hidup secara normal. Kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan kandungan karbondioksida bebas yang rendah umumnya terdapat pada sistem perairan mengalir. Hal ini disebabkan oleh peran arus yang membantu dalam memberikan sumbangan oksigen.

Responden Pengunjung

(23)

Gambar 7. Kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 72,22%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 17,77% dan kegiatan memancing sebesar 10%. Kegiatan di lokasi sungai Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 8. Keindahan alam sungai Bukit Lawang yaitu tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan tergolong kurang indah sebesar 3,33. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada Gambar 9.Dari semua hasil responden pengunjung diatas dipengaruhi dari faktor daya tarik yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat wisata Bukit Lawang baik daya tarik berupa keindaham alamnya, sarana dan prasarana maupun yang lainnya. Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2003) daya tarik adalah modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Kriteria daya tarik ini yaitu: keunikan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, keamanan dan kenyamanan.

Keterkaitan Wisata Perairan dengan Sosial Ekonomi

Sosial

(24)

Keterkaitan antara keberadaan obyek wisata perairan di Bukit Lawang : pemandian alam, duduk santai dan rafting dengan menghubungkan pendapatan masyarakat sangat erat sekali.

Keberadaan obyek wisata perairan didesa Bukit Lawang memiliki dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari banyak berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar obyek wisata perairan, sebelum adanya obyek wisata perairan masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh petani ataupun pengangguran. Namun saat ini dengan makin berkembangnya objek wisata perairan maka banyak yang mengikuti dan menyokong wisata tersebut dengan beralih membuka usaha rumah makan, usaha penginapan, usaha souvenir shop, usaha penyewaan ban, usaha pemandu, usaha penyewaan lapak wisata dan ada juga yang beralih menjadi tukang parkir disekitar objek wisata perairan Bukit Lawang.

Ekonomi

(25)

Total biaya pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada rumah makan Rp782.0667, penginapan Rp321.000, Souvenir Shop Rp286.000, Penyewaan Ban Rp290.000, Pemandu Rp 0 (Nol Rupiah), Penyewaan Lapak Rp 198.666. Total biaya ini dapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dari masing-masing usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Menurut Utomo dan Utomo (2014) harga adalah jumlah dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertakan dengan pemberian jasa. Penetapan harga ditentukan oleh biaya-biaya yaitu biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi dan biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung terhadap volume produksi. Dari kedua biaya tersebut kemudian dijumlahkan menjadi biaya total. Biaya total produksi merupakan harga yang mempengaruhi harga jual.

(26)

akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja dan kondisi alam yang baik juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha.

Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada rumah makan 0,342, penginapan 2,473, Souvenir Shop 2,763 Penyewaan Ban 3, Pemandu ∞, Penyewaan Lapak 1,496. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) ini dapatkan dari pembagian total pendapatan dengan total biaya dari masing-masing usaha. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang bernilai kurang dari 1 artinya suatu usaha itu tidal layak untuk dilanjutkan sedangkan Analisis benefit ratio (B/C) yang nilainya lebih dari 1 artinya usaha tersebut layak unyuk dilanjutkan. Dari hasil Analisis Nilai Benefit Cost Ratio

(B/C) yang didapatkan didaerah wisata Bukit Lawang setiap usaha yang ada bernilai diatas 1, kecuali usaha rumah makan yang nilai Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) berada kurang dari 1. Rumah makan yang nilai Analisis Nilai

Benefit Cost Ratio (B/C) kurang dari 1 itu dianggap biasa karena peran rumah makan dalam konteks ekowisata hanya sebagai pelengkap atau sampingan yang berarti dapat tetap dilanjutkan.Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 10. Berdasarkan Kordi (2009) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut memiliki manfaat positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi.

(27)

Sebagai contoh nilai Benefit Cost RatioB/C pada pendapatan masyarakat sekitar seperti Penginapan, Penyewaan ban, Souvenir shop, Pemandu dan Penyewaan Lapak yang menunjukkan angka > 1.Meskipun untuk usaha Rumah Makan menunjukkan angka < 1 hal ini dikarenakan Rumah makan didaerah wisata hanyalah sebagai sampingan bukan menjadi fokus dalam pendapatan ekonomi masyarakat, dimana pada daerah wisata perairan desa Bukit Lawang, banyak yang membawa bekal sehingga tidak memfokuskan untuk membeli makanan ditempat wisata sekitar.

(28)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Peranan ekowisata terkait sosial ekonomi masyarakat Bukit Lawang sangat berpengaruh , dimana dapat dilihat hasil pendapatan yang dari setiap usahanya menguntungkan dan analisis benefit cost ratio (B/C) dimana nilainya rata-rata ≥ 1 berarti positif yang artinya suatu usaha tersebut layak dilakukan, kecuali

usaha rumah makan yang nilai benefit cost ratio (B/C) ≤ 1.

2. Kualitas Perairan Bukit Lawang tergolong baik dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan hasil Indeks Kesesuaian Wisata pada setiap stasiunnya berturut-turut bernilai S2 (Sesuai) untuk dijadikan daerah ekowisata, dan hasil Daya Dukung Kawasan untuk aktivitas pemandian alam, duduk santai serta rafting yang juga sesuai dengan parameter-parameter kualitas air didaerah wisata Bukit Lawang.

3. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan perairan Bukit Lawang dengan memperhatikan kaidah-kaidah dari setiap parameter lingkungan baik kualitas air maupun sosial ekonominya.

Saran

(29)

2. Perlu dilakukan pengkajian tentang cara memanajemen setiap kegiatan baik melalui indeks keseuaiannya maupun daya dukung kawasan yang ada didaerah wisata Bukit Lawang guna untuk tetap menjaga daerah wisata tersebut agar dapat berkelanjutan.

Gambar

Gambar 2.  Lokasi Penelitian Wisata perairan Desa Bukit Lawang Kecamatan     Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Google Earth, 2016)
Gambar 3. Stasiun 1
Gambar 4. Stasiun 2
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai PBKB yang diharapkan: Rasa Ingin Tahu. Siswa menentukan garis besar laporan prakerin yang akan dibuat dalam naskah pidato.A. b. Guru menjelaskan cara

Pemuliaan telah dilakukan pada bebagai tanaman hortikultura (tanaman penghasil bahan pangan pokok, buah, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat), tanaman pakan ternak dan

Menyatakan bahwa naskah Karya Tulis Ilmah ini dengan judul Ekstrak Bunga Kamboja ( Plumeria acuminata ) Pada Larva Aedes aegypti (Studi Di Wilayah Kecamatan

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau

yang terdiri dari tampilan yang mudah untuk dipahami dan kekurangannya yaitu beberapa objek. yang dikelola tidak dapat digunakan secara maksimal, tidak memiliki data yang

umur 6-24 bulan tersebut termasuk dalam periode 1000 HPK yang merupakan.

[r]

Bayi pada umur 9-12 bulan diperkenalkan dengan makanan keluarga yang.. berbentuk lunak secara bertahap dengan takaran yang cukup,