• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS 2.1 Dampak

2.1.2 Pengertian dampak

Dampak secara sederhana dapat di artikan adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik sosial,

ekonomi, fisik, kimia maupun biologo. Menurut KBBI dampak adalah benturan,

pengaruh yang mendatangkan akibat baik dampak positif maupun negatif.

2.1.3 Dampak langsung dan dampak tidak langsung

Dampak langsung ialah dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang

terlibat. Adapun dampak secara langsung adalah sebagai berikut:

a. Menimbulkan keretakan hubungan antar individu atau kelompok dengan

individu atau kelompok lain.

b. Adanyha perubahan kepribadian seseorang. Seperti selalu muncul rasa

curiga, rasa benci dan akhirnya bisa berubah menjadi tindak kekerasan.

c. Hancurnya harta benda dan korban jiwa.

d. Kemiskinan bertambah akibat dari konflik yang terjadi.

Sementara itu dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh

pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam proses tersebut (Ardi, 2013).

2.2 Revitalisasi

2.2.1 Pengertian revitalisasi

Revitalisasi berarti proses, cara dan perbuatan menghidupkan kembali suatu

(2)

adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkunagn atau benda atau benda cagar

budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik dapat meningkatkan kondisi fisik

termasuk juga ruang-ruang publik kota. Akan tetapi tetap diperlukan perbaikan

dan peningkatan aktivitas ekonomi yang merujuk kepada aspek sosial-budaya

serta aspek lingkungan.

Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah

kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenai dan memanfaatkan potensi

lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada

penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan

ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.

Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.

Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek

formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat. Ada beberapa aspek

lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran

teknologi informasi khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk

menunjang kegiatan revitalisasi (Dewi, 2011, chap. 8).

2.2.2 Indikator revitalisasi

Revitalisasi memiliki indikator sebagai berikut: 1. Intervensi fisik

Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara

(3)

bangunan, tata hijau, sistem penghubung dan ruang terbuka kawasan.

Perencanaan fisik tetap harus dilandasi perencanaan jangka panjang.

2. Rehabilitasi ekonomi

Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus

mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan

yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan

ekonomi informal dan formal.

3. Revitalisasi sosial dan institusional

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu

menciptakan lingkungan yang menarik. Kegiatan tersebut harus bedrampak

positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat

ataupun warga.

2.3 Jalur Ganda

2.3.1 Pengertian jalur ganda

Jalur ganda atau dalam bahasa Inggris disebut double track adalah jalur kereta api yang jumlahnya dua atau lebih dengan tujuan agar masing-masing jalur

digunakan untuk menghindari kecelakaan kepala dengan kepala (head on) serta

untuk meningkatkan kapasitas lintas dan di samping itu juga bisa meningkatkan

aksesbilitas bila terjadi gangguan terhadap salah satu jalur.

2.3.2 Pengoperasian di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Mengenai Perkeretaapian, Bab X tentang Lalu Lintas Kereta Api, bagian 1 tentang

(4)

kereta api menggunakan prinsip berlalu lintas satu arah pada jalur tunggal dan

jalur ganda atau lebih dengan ketentuan: setiap jalur pada satu petak blok

hanya di izinkan dilewati oleh satu kereta api dan jalur kanan digunakan oleh

kereta api untuk jalur ganda atau lebih.

Pengoperasian kereta api yang dimulai dari stasiun keberangkatan, bersilang, bersusun dan berhenti distasiun tujuan diatur berdasarkan grafik

perjalanan kereta api (Wikipedia, 2010).

2.4 Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian sosial ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan. Dalam hal ini kawan adalah orang-orang yang ada disekitar kita dan tinggal dalam satu

lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling memperngaruhi satu sama

lain. Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti

keluarga, maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga

atau manajemen rumah tangga.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur

sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Melly G. Tan mengatakan

untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat

melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.

Tiga tingkatan golongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonomi,

yaitu:

(5)

1. Golongan berpenghasilan rendah. Masyarakat yang menerima pendapatan

lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal,

mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan hidup

yang keras. Perkembangan anak dari keluarga itu pun menjadi agresif.

Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawan terhadap perilaku

anaknya.

2. Golongan berpenghasilan sedang. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan berpenghasilan tinggi. Masyarakat yang dapat memenuhi

kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan

digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulan bahwa sosial

ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan

lain-lain. Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem yaitu satu

keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu

kesatuan.

2.4.2 Indikator sosial ekonomi

Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, dapat

diklasifikasikan keadaan sosial ekonomi dapat dijabarkan sesuai dengan

indikator sebagai berikut:

a. Pendapatan

(6)

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan ditemui

dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial

ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Biro pusat statistik (BPS) merinci

pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

1. Pendapatan berupa uang yaitu:

a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan,

kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Dari hasil usaha sendiri berupa hasil bersih dan penjualan dari kerajinan

rumah.

c) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik

tanah.

d) Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja

sosial.

2. Pendapatan berupa barang yaitu:

a) Bagian pembayaran upah dan gaji berbentuk beras, pengobatan,

transportasi, perumahan dan rekreasi.

b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian

barang yang diproduksi dirumah dan sewa yang seharusnya dikeluarkan

terhadap rumah yang ditinggali.

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk

menjadi 4 golongan yaitu:

1. Golongan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.

3.500.000,00 per bulan.

(7)

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.

3.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah

antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 1.500.000,00 per bulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000,00 per bulan.

Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki

pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya juga

tinggi.

b. Perumahan

Perumaham adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana yaitu kelengkapan

dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah,

tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana

mestinya.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar yaitu:

1. Perumahan dan kawasan pemukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri

dari pembinaan, penyelenggaraan perumahaan, penyelenggaraan kawasan

pemukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan pemukiman kumuh, penyediaan tanah,

pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran masyarakat.

(8)

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik

perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi denga prasarana, sarana dan

fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

3. Kawasan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan

yang mendukung kehidupan dan penghidupan.

4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan pemukiman yang terdiri atas

lebih dari satu satuan pemukiman.

5. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, prasarana, fasilitas umum

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan maupun

pedesaan.

6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman adalah kegiatan

perencanaan, pembangunan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan

serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang

layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya serta asset bagi pemiliknya.

8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan

mendapatkan keuntungan

9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya

masyarakat.

(9)

10.Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakn untuk memenuhi kebutuhan

rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

11.Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakn untuk memenuhi kebutuhan

khusus.

c. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya

kesehatan ialah setiap kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan pemerintah ataupun masyarakat

(Telaumbanua, 2015).

d. Sandang dan pangan

Sandang dan pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Manusia adalah

makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang

penting. Pangan adalah sumber tenaga bagi manusia agar dapat melakukan

aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan.

e. Interaksi sosial

Interaksi sosial merupakan proses sosial mengenai cara-cara berhubungan

yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu

serta menentukan sistem hubungan sosial.

f. Aktivitas sosial

Dalam psikologi, aktivitas sosial adalah sebuah konsep yang mengandung arti

(10)

2.5 Keluarga

2.5.1 Pengertian keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari stuan yang merupakan

organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak

yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap

merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang

secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya

mereka ke arah pendewasaan (Khairuddin, 1997:4).

Terdapat beberapa defenisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran

dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari

tiap anggota keluarga.

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.5.2 Ciri-ciri keluarga

Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver

and Page:

(11)

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan;

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara;

3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan

garis keturunan;

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang di bentuk oleh anggota-anggota kelompok

yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi

yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak;

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Burgess dan Locke juga mengemukakan terdapat 4 karakteristik keluarga yang

terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari

kelompok-kelompok sosial lainnya:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan

perkawinan, darah atau adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap

dan merupakan susunan satu rumah tangga; atau jika mereka bertempat

tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan si

istri, ayah dan ibu, putra dan putrid, saudara laki-laki dan saudara perempuan.

4. Keluarga adalah pemeliharaan satu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada

(12)

kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan

keluarga lainnya (Khairuddin, 1997:6-7).

2.5.3 Fungsi-fungsi keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang

sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain seperti

fungsi-fungsi sosial relative lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.

1. Fungsi biologik

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua

ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup

masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena keluarga

sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada

jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota

b. Makin sulitnya fasilitas perumahan

c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material

keluarga

d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan

keluarga

e. Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya

f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak

g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah

h. Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

2. Fungsi afeksi

(13)

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan

afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang

menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan

persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan

mengenai nilai-nilai.

Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing pribadi sangat

membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, susunan

afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.

3. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk

kepribadian anak. Melalui interaksia sosial dalam keluarga anak mempelajari

pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam

masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian (Khairuddin, 1997:25-26).

2.5.4 Peran keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar

untuk menciptakan suasana keluarga kuat. Hubungan antar pribadi dalam keluarga

sangat dipengaruhi oleh peranan-peranan suami istri, sebagai ayah ibu dalam

pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.

Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga

kuat sekali. Gunarso dan Gunarsa (2007) membagi peranan keluarga sebagai

berikut:

(14)

a) Peran ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

b) Peran ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

c) Peran anak. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.5.5 Keluarga dan perubahan sosial

Perubahan sosial adalah suatu gejala yang pasti dialami oleh setiap

masyarakat. Jadi, pada hakekatnya tidak ada satu masyarakat pun yang tidak

berubah, walaupun masyarakat sesederhana apapun. Masyarakat yang sederhana

sering dicirikan sebagai masyarakat yang statis, tetapi pengertian statis di sini

sangat relatif sekali. Tetapi, statis tidak berarti tidak mengalami perubahan sama

sekali. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya masing-masing.

Menurut Ankie M. Hoogvelt yang dikutip oleh Soeryono Sukanto, salah satu dari

ciri perubahan sosial yang terjadi dapat diketahui karena:

“Tidak ada masyarakat yang stagnat (tetap), oleh karena setiap masyarakat

mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat”

(Khairuddin, 1997:71).

(15)

2.6Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,

kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang yang

sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram baik lahir maupun

batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman dan

kerja sama (Fahrudin, 2012:8).

Yang dimaksud dengan kesejahteraan bukan hanya sekedar terpenuhinya

“kebutuhan pokok” yang terdiri dari pangan, sandang dan perumahan atau

pemukiman, tetapi Goulet (Todaro, 1981) mengemukakan sedikitnya dua

nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu:

a. Tercapainya swasembada, dalam arti kemampuan masyarakat yang

bersangkutan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar

yang mencakup: pangan, sandang, perumahan/pemukiman, kesehatan,

pendidikan dasar, keamanan, rekreasi dan lain-lain.

b. Diperolehnya suasana kebebasan, dalam arti adanya kesempatan dan

kemampuan untuk mengembangkan dan untuk memilih alternatif-alternatif

yang dapat dan boleh dilakukan untuk mewujudkan perbaikan mutu-hidup

atau kesejahteraan yang terus menerus bagi setiap individu sebagai warga

masyarakat yang sedang membangun itu, tanpa adanya rasa takut dan tekanan

dari pihak-pihak lain (Theresia, Andini, Nugraha & Mardikanto, 2014:2).

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

(16)

material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam

pendapat lain menyimpulkan bahwa kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang

ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, sosial, intelektual dan

spiritual dan kemampuan mengembangkan diri sehingga dapat menunjang

pencapaian hidup yang berkualitas dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma dalam kehidupan kemasyarakatan. Sementara itu menurut Compton

(1980) kesejahteraan sosial merupakan sebuah lapangan kerja/kegiatan dan usaha

kebijakan secara langsung untuk memecahkan masalah sosial. Defenisi ini lebih

menekankan kesejahteraan sosial sebagai setting/bidang kegiatan yang diarahkan

untuk pemecahan masalah sosial dalam berbagai kebijakan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

sosial adalah pelayanan sosial yang ditujukan kepada warga negara (khususnya

warga miskin) berupa penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan

dan jaminan sosial. Pelayanan sosial bertujuan untuk membantu individu dan

kelompok agar dapat mengembangkan kapasitas diri dan meningkatkan

peran-peran sosialnya. Kesejahteraan sosial sebagai proses atau usaha terencana

merupakan kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas kehidupan, pemberian

layanan sosial dan tujuan sosial. Program kesejahteraan sosial sebagai salah satu

dari berbagai program pemerintah yang dirancang untuk melindungi warga negara

dari resiko ekonomi dan ketidakamanan hidup. Jenis yang paling umum dari

program kesejahteraan sosial adalah pemberian manfaat bagi individu, seperti

(17)

dan rentan masalah sosial, pengangguran, korban kecelakaan kerja dan keluarga

(Pujilaksono, 2016:25-27).

Taraf kehidupan yang lebih baik tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik

saja, tetapi juga ikut memerhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan

spiritual. Kata kesejahteraan sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

antara lain sebagai berikut:

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi

Sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan masyarakat antara lain dapat

dilihat dari rumusan Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 1: “Kesejahteraan sosial

ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual

yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin

yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang

sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak

asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila “. Defenisi lain tentang

kesejahteraan sosial yang melihat kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi

tergambar dari defenisi yang dikemukakan Midgley (1975), yaitu: “Suatu

keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai

permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik; ketika kebutuhan manusia

dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan”.

2. Kesejahteraan sosial dalam kaitan dengan pembangunan sektoral

Pendefenisian kesejahteraan sosial berdasarkan sektor pembangunan ini, antara

(18)

sosial dalam arti sempit itulah yang dengan disiplin pekerjaan sosial (social

work) yang menjadi cikal bakal berkembangnya ilmu kesejahteraan sosial. 3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat dari

defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander (1980). Menurut Friedlander

kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari berbagai

institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu

individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan

yang lebih memuaskan (Isbandi, 2008:45-47).

Kesejahteraan sosial memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar

kehidupan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan

relasi-relasi yang harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di

lingkungannya dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan (Fahrudin,

2012:10).

Friedlander & Apte menyatakan bahwa adapun fungsi-fungsi kesejahteraan

sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang

diakibatkan terjadinya perubahan0perubahan sosial-ekonomi, menghindarkan

terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta

menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Fungsi-fungsi kesehateraan tersebut antara lain:

1. Fungsi pencegahan (Preventive)

(19)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga dan

masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru.

2. Fungsi penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi

ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami

masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.

3. Fungsi pengembangan (Development)

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung

ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan

tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi penunjang (Supportive)

Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan

sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain (Fahrudin,

2012:12).

2.7 Kemiskinan

2.7.1 Pengertian kemiskinan

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah

pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Kemiskinan identik dengan

suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah

kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai masalah. Secara manajemen,

memahami suatu masalah berarti telah menapaki 50% jalan penyelesaian masalah

(20)

atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih lebih rendah dari kondisi hidup

layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang

sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memahami

kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang

dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian,

2012;1-3).

Kemiskinan dapat dilihat sebagai fenomena yang kompleks, dapat ditelusuri

dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi. Indonesia telah

mengalami peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di

masyarakat. Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan

dan meratakan pendapatan melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat khususnya pangan, sandang

dan perumahan.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. Pemerataan kesempatan kerja.

5. Pemerataan kesempatan berusaha.

6. Pemerataan berpasrtisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda

dan wanita.

7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

8. Pemerataan memperoleh keadilan (Sumardi, 1982:7).

(21)

2.7.2 Ciri-ciri kemiskinan

Pemahaman lebuh mendalam dan komperehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan.

Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor

produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang tidak memadai

ataupun keterampilan yang tidak memadai untuk melakukan suatu aktivitas

ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk

memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD

atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini berpengaruh terhadap wawasan

mereka. Anak-anak tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus

membantu orang tua mencari tambahan pendapatan.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori

setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah

mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal

tertutup rapat. Jadi, pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun

musiman.

5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda tetapi tidak

memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai (Siagian, 2012:20-13).

2.7.3 Jenis-jenis kemiskinan

Sebagai konsep yang multi dimensi, satu fakta tentang kemiskinan dapat diidentifikasikan dalam berbagai jenis kemiskinan. Hal ini dapat terjadi jika kita

(22)

melakukan tinjauan dari berbagai aspek atau sudut pandang atas suatu fakta

tentang kemiskinan itu (Siagian, 2012:46).

1. Kemiskinan alamiah

Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan

atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan

alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekuensi dari

kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim. Dalam

konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara alamiah dimana

seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak cukup menopang

kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok orang tersebut

akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin

Sebagai contoh, daerah dimana mereka tinggal adalah daerah yang lahannya

tandus, berbatu-batu, tidak memiliki bahan-bahan mineral atau barang tambang,

tidak luas dan tidak pula memiliki perairan yang menjadi tempat hidupnya

berbagai jenis ikan (Siagian:56).

2. Kemiskinan terinvolusi

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian

parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Ada dua

kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan

terinvolusi ini, yaitu:

a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri dapat

menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang

esensial dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang

jauh dari standar.

(23)

b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu

menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun

mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari

kondisi tersebut. Mereka menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir.

Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dari kondisi khusus dari kemiskinan

kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya

nilai-nilai negative dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri

dan kehidupannya. Kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang

sudah demikian parah, sehingga sulit dirancang untuk mendapatkan cara

menangani kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan

perubahan mental yang telah demikian kental (Siagian, 2012:59-61).

c. Kemiskinan situasional

Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi

kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.

Hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat dalam perumusan

kemiskinan situasional.

1. Pendapat pertama cenderung merumuskan kemiskinan situasional sebagai

kondisi kehidupan yang tidak layak, yang dihadapi atau dialami seseorang

ataupun sekelompok orang yang tinggal di daerah-daerah yang kurang

menguntungkan. Pendapat ini justru menunjukkan adanya persamaan

kemiskinan situasional dengan kemiskinan alamiah.

2. Pendapat kedua cenderung merumuskan kemiskinan situasional sebagai

kondisi kehidupan yang tidak layak yang dihadapi atau dialami seseorang atau

(24)

cenderung menganggap kemiskinan situasional akan berlalu jika situasi yang

demikian bisa terlewati (Siagian, 2012:63-64).

2.8 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Doni Siregar yang berjudul “Dampak

Kehadiran PT. Sumatera Specialty Coffee (SSC) Terhadap Sosial Ekonomi

Masyarakat Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli

Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah kehadiran PT. SSC

keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Pohan Tonga berkembang. Karena

masyarakat Desa Pohan Tonga mayoritas bekerja sebagai petani maka dengan

hadirnya PT. SSC memudahkan masyarakat dalam memasarkan hasil

pertaniannya.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti teliti saat ini terletak

pada tujuan penelitian yang ingin melihat bagaimana dampak sosial ekonomi yang

terjadi setelah adanya suatu pembangunan dalam lingkungan mereka.

Perbedaanya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya menggambarkan

bagaimana dampak sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat sekitar setelah

hadirnya PT. SSC sedangkan penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana

dampak sosial ekonomi yang terjadi pada keluarga pinggiran rel terhadap

kebijakan revitalisasi dari pihak PT. Kereta Api Indonesia.

(25)

2.9 Pengajuan Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang menegaskan

hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan

jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu hipotesis

adalah arahan sementara untukn menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian,

2011). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai

terbukti benar melalui data yang dikumpulkan.

Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+) atau bisa juga tidak

mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesis tidak

diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut dengan hipotesis nol (Ho).

Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan dengan adanya revitalisasi jalur

ganda yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia terhadap kondisi

sosial ekonomi keluarga pinggiran rel.

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan adanya revitalisasi jalur

ganda yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia terhadap kondisi sosial

ekonomi keluarga pinggiran rel.

2.10 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelompok orang hidup

dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan

ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rumah merupakan

(26)

pelindung terhadap gangguan alam dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki

peran sebagai pusat pendidikan keluarga.

Revitalisasi jalur kereta api yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia

memberikan dampak bagi keluarga yang tinggal di pinggiran rel. Mereka harus

rela rumahnya di robohkan tanpa adanya relokasi. Beberapa warga masih ada

yang menetap di tempat tersebut karna merasa rumahnya masih bisa ditinggali

walaupun sudah terpotong karena di robohkan oleh pihak PT. Kereta Api. Mereka

yang tinggal dipinggiran rel adalah orang-orang perantauan yang datang kekota

dengan niat untuk mencari pekerjaan namun tidak memiliki tempat tinggal,

dengan kondisi ekonomi yang tidak memadai mereka memilih membangun rumah

dipinggiran rel dan bertahan ditempat tersebut.

Keluarga yang tinggal dipinggiran rel rata-rata bekerja sebagai pemulung,

tukang cuci dan setrika pakaian dan tukang parkir liar. Mereka hidup dengan

kondisi ekonomi pas-pasan. Pendidikan anak-anak disana kurang terpenuhi karena

banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dibuat dalam skema yang menggambarkan sebuah bagan alur pikir, yaitu sebagai

berikut:

(27)

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Revitalisasi:

1. Intervensi fisik; meningkatkan kondisi fisik ruang-ruang kota, peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau. 2. Rehabilitasi ekonomi; mendukung proses rehabilitasi

kegiatan ekonomi (informal dan formal), perubahan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek.

3. Revitalisasi sosial dan institusional; sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik dan dapat meningkatkan dinamika kehidupan sosial.

Indikator sosial ekonomi:

1. Pendapatan 4. Pangan dan sandang 2. Perumahan 5. Interaksi sosial 3. Pekerjaan 6. Aktivitas sosial

Dampak Tidak Langsung Dampak Langsung

(28)

2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.11.1 Defenisi konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Dan konsep

merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam

suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang

diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil

penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan

oleh peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu

konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138).

Batasan konsep dalam penelitian ini:

d. Dampak

Yang dimaksud dengan dampak dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang

ditimbulkan oleh suatu objek terhadap objek lain. Dalam hal ini adalah akibat

yang ditimbulkan PT. Kereta Api Indonesia terhadap sosial ekonomi keluarga

pinggiran rel Kelurahan Glugur Darat II kecamatan Medan Timur.

e. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di

Kelurahan Glugur Darat II kecamatan Medan Timur yang berada di pinggiran

rel yang telah terkena dampak dari revitalisasi jalur ganda yang dilakukan oleh

PT. Kereta Api Indonesia.

f. Sosial Ekonomi

(29)

Sosial ekonomi suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan

menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

Dalam hal ini adalah keadaan sosial ekonomi keluarga pinggiran rel Kelurahan

Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur.

g. Revitalisasi jalur ganda PT. Kereta Api Indonesia, yang dimaksud revitalisasi

fisik dalam meningkatkan kondisi fisik jalur ganda kereta api diperlukan

perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi, sosial dan isntitusional.

2.11.2Defenisi operasional

Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan

defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai

keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa

maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan untuk

mentransformasikan konsep ke dalam dunia nyata sehingga konsep-konsep

penelitian dapat di ukur (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (x)

Variabel bebas adalah revitalisasi jalur ganda Kereta Api, adapun

indikatornya:

a. intervensi fisik

b. rehabilitasi ekonomi

c. revitalisasi sosial dan institusional

2. Variabel terikat (y)

Variabel terikat adalah indikator sosial ekonomi:

a. Pendapatan

(30)

b. Perumahan

c. Pangan sandang

d. Interaksi sosial

e. Aktivitas sosial

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya

Kadar lemak di dalam pati dapat mengganggu proses gelatinisasi karena lemak dapat membentuk kompleks dengan amilosa sehingga dapat menghambat keluarnya amilosa dari

 Berdasarkan data servis dan pelanggan, sistem akan secara otomatis mengirim SMS sebagai pengingat jadwal servis ke pelanggan dengan memanfaatkan event scheduler dan SMS

Setelah dilakukan pemeriksaan darah rutin dan PT/ APTT , pada tanggal 19 Maret 2012 pasien dirawat dengan diagnosis kerja suspek TB laring + radang kronis paru

Bertanggung jawab menerima pembayaran uang dari penjualan unit mobil, jasa servis dan penjualan sparepart.. Membuat laporan keluar dan masuk kas

Hasil uji mekanik selanjutnya didukung oleh analisa scanning electron microscopy (SEM) yang menunjukkan pati biji alpukat memiliki ukuran granula besar dan pada

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik

Metode konvensional yang umumnya untuk menyelesaiakan operasi ekonomis adalah menggunakan metode Lagrange.Dalam sistem tenaga listrik, penyelesaian operasi ekonomis