• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghapusan Merek Terdaftar pada Kasus Hengki Arifin Melawan PT. CAkra Eka Mulia dalam Perfektif Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghapusan Merek Terdaftar pada Kasus Hengki Arifin Melawan PT. CAkra Eka Mulia dalam Perfektif Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merek telah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat

modern.2 Merek dijumpai dalam beraneka ragam aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial budaya,olahraga,pendidikan,dan bahkan politik. 3 Praktik branding telah berlangsung berabad-abad, namun makna merek (brand meaning) mengalami

perubahan signifikan. Pada mulanya,istilah brand (bahasa inggris) yang diambil dari

kata brand (bahasa Old Norse) mengandung makna “to burn”, sementara dalam

komunitas Skotlandia kuno, istilah merek bermakna “keep your hands off”, hal ini

mengacu pada praktik pengidentifikasian ternak pada zaman dahulu yang sejatinya

telah dimulai sejak tahun 2000 SM.4

Dengan demikian, pada mulanya merek dipakai sebagai semacam pernyataan

kepemilikan dan properti, yang hingga kini masih dipraktikkan dalam berbagai

2

Casavera (1), 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta:2009), hlm. 2.

3

Ibid

4

(2)

konteks, misalnya perternakan,industri balap kuda, karya seni (seperti dalam seni

lukis dan seni rupa), dan bahkan bisnis.5

Di Indonesia, merek mulai berkembang pesat sejak peralihan antara abad 19

dan abad 20, pada masa penjajahan belanda sudah banyak produk Indonesia seperti

jamu, rokok, kecap, kopi, teh, dan batik menggunakan logo atau gambar sebagai

merek hanya saja, tujuan pemakain merek pada saat itu lebih difokuskan sebagai

tanda untuk mengidentifikasi produsen, perancangan dan/atau penyedia jasa spesifik.6 Fokus branding pada masa itu belum dipusatkan pada identitas dan difrensiasi

masing-masing merek individual,apalagi pada aspek ekuitas merek7.

Merek sebagai salah satu bagian dari HKI memiliki peranan yang sangat

penting karena dengan menggunakan merek atas barang-barang yang diproduksi,

dapat membedakan asal-usul mengenai produk barang dan jasa.8 Merek juga digunakan dalam dunia periklanan dan pemasaran karena menurut Eddy Damian,

publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan

merek tertentu dimana merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara

komersial, dan karena adanya merek tersebut, dapat membuat harga-harga suatu

5

Ibid

6

Ibid

7

Ibid

8

(3)

produk menjadi mahal bahkan lebih bernilai dibandingkan dengan perusahaan yang

memproduksinya9.

Beragamnya merek-merek produk yang ditawarkan produsen kepada

konsumen menjadikan konsumen fanatik terhadap merek-merek tertentu.10 Sebab merek seringkali menjadi identitas sebuah produk atau perusahaan dalam

mengeluarkan produknya.11 Dimana masyarakat menengah ke bawah menggunakan barang-barang merek terkenal dengan cara membeli barang palsunya. Walaupun

barangnya palsu, imitasi, dan bermutu rendah, tidak menjadi masalah asalkan dapat

membeli barang yang mirip dengan merek barang terkenal.12

Dalam dunia perdagangan, merek berperan penting untuk kelancaran dan

peningkatan perdagangan barang atau jasa.13 Merek menggambarkan jaminan atas kualitas dan reputasi suatu barang dan jasa atas hasil usaha sewaktu

diperdagangkan.14 Merek juga dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau daya pembeda yang merupakan jaminan kualitas produk atau jasa

9

Ibid

10

Julius Rizaldi, Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap persaingan Curang, (Bandung: Alumni, 2009), hlm. 2.

11

Agus Iswara, Kasus-kasus Sengketa Merek Terkenal di Indonesia, (Jakarta : Kawah Media, 2012), hlm. 35.

12

Julius Rizaldi, op.cit., hlm. 2.

13

Abdulkadir Muhammad, Kajian Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2001), hlm. 12.

14

Muhhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, “Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan

(4)

dalam era persaingan bebas, atau dapat dikatakan kualitas tingginya suatu produk

ditandai oleh merek terkenal yang melekat pada barang dagangan.15

Tujuan bagi pemilik merek dalam menggunakan merek atas barang-barang

produksinya adalah untuk memantapkan pertanggungjawaban pihak produsen atas

kualitas barang yang diperdagangkan selain itu dimaksudkan untuk mengawasi

batas-batas teritorial perdagangan suatu jenis barang tertentu dengan merek tersebut, nilai

suatu barang menjadi penting di mata konsumen.16Seiring dengan berkembangnya wacana dan praktik manajemen ekuitas merek yang memandang merek sebagai salah

satu intangible asset terpenting setiap organisasi, merek kemudian mencuat sebagai

„komoditas‟ yang banyak diburu.17

Merek yang bercitra positif dan dikenal luas

diyakini memeberikan sejumlah maanfaat, diantaranya kepuasan dan loyalitas

konsumen yang lebih tinggi, kesediaan pelanggan untuk mengrekomendasikan merek

bersangkutan kepada orang lain, tingkat pembelian ulang yang lebih besar, sumber

arus kas potensial masa depan (lewat peluang eksensi merek dan lisensi merek),dan

seterusnya18

Terhadap merek tersebut harus didaftarkan untuk memperoleh landasan dan

kekuatan hukum suatu merek yang beredar di pasaran.19 Merek dapat dilindungi apabila merek tersebut di daftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

(5)

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Dirjen HKI).20 Pendaftaran atas merek merupakan suatu keharusan bagi pemilik merek, akan tetapi

hak atas merek hanya akan diberikan oleh Direktorat Merek jika permintaan

pendaftaran merek oleh pemohon merek dilakukan dengan itikad baik.21

UU MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis, disamping memberikan hak

eksklusif kepada pemilik merek untuk mempergunakannya secara pribadi atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya, terdapat juga

pembatasan terhadap hak-hak eksklusif pemilik merek tersebut.22 Pembatasan hak eksklusif pemegang merek dapat dilihat pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) yang

mengatur bahwa apabila merek tidak dipergunakan selama 3 (tiga) tahun

berturut-turut dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran

atau pemakaian terakhir, kecuali adanya alas an-alasan yang ditentukan dalam Pasal

74 ayat (2), yaitu :

(a) larangan impor

(b) larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang

menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang

berwenang yang bersifat sementara

20

Ibid

21

Agus Mardianto, Penghapusan Pendaftaran Merek Berdasarkan Gugatan Pihak Ketiga,

fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/.../agus%20mardianto.pdf , (diakses pada tanggal 17 maret 2017, pada pukul 20.23 wib)

22

Perlindungan Hukum Atas Hak Eksklusif Pemilik Merek di Indonesia Terhadap

(6)

(c) larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.23

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan (2) tersebut merupakan suatu

kewajiban bagi pemegang merek terdaftar harus menggunakan sendiri atau

memberikan ijin kepada orang lain untuk menggunakan merek yang telah didaftarkan

paling lambat 3 tahun sejak pendaftaran atau sejak pemakaian terakhir.24

Atas merek yang terdafatar dalam Daftar Umum Merek,dapat dimintakan

penghapusan pendaftaran merek tersebut.25 Penghapusan merek terdaftar dapat dilakukan atas Prakarsa Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Menteri,

berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan atau berdasarkan gugatan

penghapusan pendaftaran merek yang diajukan oleh pihak ketiga. 26 Gugatan penghapusan merek oleh pihak ketiga menurut Henry Soelistyo harus dilihat siapa

sebenarnya yang beritikad baik, karena filosofi dari pendaftaran merek adalah

perlawanan terhadap itikad baik. Itikad baik tersebut antara lain dalam atau

pemakaian.27

Dalam sengketa antara Hengki Arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia, dan

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual dapat dilihat penerapan Pasal 61 ayat

(2) UU Merek 2001 Tentang Merek dimana dalam putusannya hakim memenangkan

23

(7)

pihak Tergugat dan memerintahkan pihak Penggugat Kasasi untuk menghapuskan

merek yang telah Pihak Penggugat daftarkan, tetapi dengan dikeluarkannya peraturan

baru tentang Merek dalam UU MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis apakah

putusan hakim akan sama atau apakah ada perbedaan akibat hukum yang timbul

apabila terhadap kasus yang serupa diterapkan UU MIG tentang Merek dan Indikasi

Geografis.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penulisan skripsi

dengan judul PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR PADA KASUS

HENGKI ARIFIN MELAWAN PT. CAKRA EKA MULIA DALAM

PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan pokok

yang dapat dirumuskan, yaitu :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk penghapusan merek di Indonesia ?

2. Apakah latar belakang pengahapusan merek terdaftar dalam kasus Hengki

Arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia?

3. Bagaimanakah penghapusan merek terdaftar pada kasus Hengki Arifin

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Penulisan ini bertujuan :

a. Mengetahui bentuk-bentuk penghapusan merek di Indonesia

b. Mengetahui latar belakang pengahapusan merek terdaftar dalam kasus

Hengki Arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia

c. Mengetahui Penghapusan Merek Terdaftar pada kasus Hengki Arifin

melawan PT. Cakra Eka Mulia dalam Perspektif UU MIG tentang Merek dan

Indikasi Geografis

2. Manfaat penulisan :

a. Manfaat teoritis

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya terhadap

pengetahuan tentang Penghapusan Merek Terdaftar pada kasus Hengki Arifin

melawan PT. Cakra Eka Mulia dalam Perspektif UU MIG tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

b. Manfaat secara praktis

Manfaat secara praktis diharapkan memberikan pengetahuan mengenai,

(9)

Eka Mulia dalam Perspektif UU MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis

seperti :

1. Penjabaran tentang perlindungan hukum terhadap merek dagang di

Indonesia.

2. Penjabaran tentang pengahapusan merek terdaftar di Indonesia.

3. Penjabaran tentang aspek yuridis Penghapusan Merek Terdaftar pada

kasus Hengki Arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia dalam Perspektif UU

MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang didapat dari penelusuran kepustakan di

lingkungan Universitas Sumatera Utara, ternyata penelitian tentang Penghapusan

Merek Terdaftar pada kasus Hengki Arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia dalam

Perspektif UU MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis belum pernah ditemukan

judul atau penelitian tentang judul di atas sebelumnya, dan berdasarkan pencarian

yang dilakukan, ditemukan beberapa judul penelitian yang membahas seputar tentang

pembahasan Penghapusan Merek Terdaftar , yaitu :

1) Mia Iriandini, 07200027, Tinjauan Yuridis Terhadap Penghapusan

Pendaftaran Merek Akibat Merek Tidak Dipergunakan Dalam Kegiatan

(10)

2) Yuliyono, Gugatan Penghapusan Pendaftaran Merek (Studi Kasus Gugatan

Penghapusan Pendaftaran Merek Top) (Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Diponogoro Semarang).

Meskipun memiliki beberapa persamaan, tetapi didalam penelitian ini meneliti

Penghapusan Merek Terdaftar pada kasus Hengki Arifin melawan PT. Cakra Eka

Mulia dalam Perspektif UU MIG tentang Merek dan Indikasi Geografis, sehingga

penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan apabila dikemudian hari terdapat bukti bahwa hasil dari

penelitian ini merupakan tindakan plagiat atau duplikasi.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Merek

Dalam UU MIG Tentang Merek dan Indikasi Geografis (selanjut nya akan

disebut dengan UU MIG) pada ayat 1 angka 1 menyatakan bahwa Merek adalah

tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf,

angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,

hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan

barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan

perdagangan barang dan/atau jasa.28 2. Pendaftaran merek

28

(11)

Pendaftaran merek adalah suatu usaha bagi pemegang merek untuk

mendapatkan perlindungan hukum.29 Merek yang terdaftar mendapat perlindungan hukum dari pihak lain yang menggunakan merek serupa.30

3. Pemeriksaan Substantif merupakan pemeriksaan yang dilakukan pemerintah

terhadap permohonan merek.31 4. Penghapusan merek

Penghapusan merek di lakukan kepada merek yang telah didaftarkan tetapi

dipergunakan dalam kegiatan perdagangan.32 Hal tersebut dapat dilakukan apabila terpenuhinya Pasal 74 ayat (1) yang mengatur bahwa apabila merek tidak

dipergunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam kegiatan perdagangan

barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali

adanya alas an-alasan yang ditentukan dalam Pasal 74 ayat (2), yaitu :

a) larangan impor

b) larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang

menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak

yang berwenang yang bersifat sementara; atau

c) larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.33

29

Muhammad Djhumhana,Hak Milik Intelektual :Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia,

(Bandung: PT.Citra Aditya Bhakti,1997), hlm. 155.

30

Yusran Isnaini, Buku Pintar HAKI, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 34.

31

UU MIG, op. cit., Pasal 23

32

Muhammad Djhumhana, op. cit,hlm. 165.

33

(12)

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode,sistematika,dan pemikiran tertentu,yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu,dengan cara melakukan analisis. 34Selain itu,diadakan pada pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum yang

relevan,untuk kemudian mengupayakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan35. Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, maka metode yang digunakan antara lain

1. Jenis penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian normatif yang

bersifat deskriptif dimana dalam penelitian normatif dikonsepsikan sebagai sesuatu

yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepsikan

sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap

apa yang dianggap pantas.36Penelitian hukum normatif hanya meneliti peraturan perundang-undangan,dan mempunyai beberapa konsekuensi,dan sumber data yang

digunakan berasal data data sekunder.37

2. Data penelitian

34

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : Universitas Indonesia, 2007,)hlm.3.

35

Ibid

36

Penelitian Hukum Normatif, http://www.informasi – pendidikan.com/2013/08/penelitian-hukum-normatif.html (diakses pada tanggal 27 Maret 2017,pukul 16.29 WIB).

37

(13)

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum premier, sekunder, dan tersier.

a. Bahan hukum premier adalah bahan hukum yang otoritas nya adalah

peraturan perundang-undangan.38 Dalam penulisan skripsi ini bahan hukum primer yang digunakan adalah UU MIG Tentang merek dan

Indikasi Geografis (UU MIG), Undang-Undang Nomor 21 Tahun

1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek

1961), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek (UU

Merek 1992), Undang-Undang Nomor 1997 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek (UU Merek

1997), Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (UU

Merek 2001), dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis (UU MIG).

b. Bahan hukum sekunder berupa berupa buku-buku, artikel-artikel,

tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, yang terkait dengan judul

skripsi yang berkaitan dengan materi penelitian.

c. Bahan hukum tersier merupakan petunjuk dan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier

dapat berupa kamus hukum, jurnal ilmiah, ensklopedia, majalah, surat

kabar yang relevan dan dapat di gunakan dalam penulisan skripsi ini.

38

(14)

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan dengan cara studi kepustakaan yaitu

dengan mencari data dengan cara membaca, menelaah, mengklarifikasi,

mengidentifikasi, dan melakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum.39Hasil dari kajian tersebut kemudian diringkas secara sistematis sebagai dari inti sari hasil

pengkajian studi dokumen.40 Tujuan dari teknik dokumentasi adalah untuk mencari konsepi, teori-teori, pendapat-pendapat, atau penemuan-penemuan yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian.41

4. Analisis data

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang

mengacu pada norma hukum perundang-undangan serta norma-norma yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat. 42 Data yang didapat dari penelitan akan disampaikan dalam uraian secara sistematis agar membentuk deskripsi yang

mendukung kualifikasi kajian penelitian ini sehingga dapat menemukan jawaban dari

objek permasalahn yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

39

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar I (Medan : Fakultas Hukum USU, 2009), hlm.24.

40

Ibid

41

Ibid

42

(15)

Penulisan skripsi ini dibuat secara sitematis, agar mudah untuk dimengerti,

maka akan diberikan gambaran secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, Adapun sistematika penulisan ini

dibuat sebagai berikut :

BAB I berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan

sistematika penulisan, yang berkaitan dengan Penghapus Merek Terdaftar di

Indonesia (Studi kasus antara HENGKY ARIFIN melawan PT.CAKRA EKA

MULIA).

BABII memuat tentang pengertian merek dan bentuk-bentuk penghapusan

merek didalam peraturan perundang-undangan yang pernah berlaku di Indonesia.

BAB III memuat tentang latar belakang kasus antara Hengky Arifin melawan

PT. Cakra Eka Mulia, bukti-bukti yang diajukan dalam kasus antara Hengky Arifin

melawan PT. Cakra Eka Mulia, serta analisis antara Hengky Arifin melawan PT.

Cakra Eka Mulia

BAB IV memuat tentang penghapusan merek berdasarkan UUMIG, dan

analisis kasus antara hengky arifin melawan PT. Cakra Eka Mulia dalam perfektif

Referensi

Dokumen terkait

- Menganalisis keterkaitan antara struktur sel pada jaringan tumbuhan dengan fungsi organ pada tumbuhan - Menyajikan data hasil pengamatan. struktur jaringan dan organ pada

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Wibisono (2010) menunjukkan bahwa semua variabel independend

menyelesaikan studi S1 Pendidikan Ekonomi di Universitas Indraprasta PGRI tahun 2010 dan S2 Pendidikan IPS Universitas Indraprasta PGRI 2013 Aktif sebagai mengajar dan

Dalam rangka pembinaan terhadap GPAI, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam akan melaksanakan program

Langkah-langkah penggerakan yang dilakukan bapak Durochman selaku pimpinan yang mengurusi kegiatan dakwah, yang pertama adalah memotivasi para pelaksana dakwah agar

Upgrading skill pada pertemuan institusi ini akan diadakan pada pertemuan institusi yang kedua. Upgrading skill ini dengan cara net meeting yaitu mengundang

ANALISA FORAMINIFERA PLANKTON  Satuan Batuan  : Batulempung Karbonatan  Lokasi  : Quarry di sebelah utara perumahan Kota Damai  Conto Batuan  : K­05­A