• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Atas Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perkebunan (Studi Kasus Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Atas Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perkebunan (Studi Kasus Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I) Chapter III V"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Pengertian Pajak Pusat

Pajak pusat atau Pajak Negara adalah semua jenis pajak yang lembaga

pemungutnya adalah pemerintah pusat sehingga nanti dana pajak yang ditarik

akan masuk ke kas negara, komponen utama penerimaan dalam APBN.

Aturan yang membuat hal ini ialah DPR yang berupa Undang-Undang, oleh

Presiden yang berupa Peraturan Pemerintah, oleh Menteri Keuangan yang

berupa Keputusan menteri keuangan (KMK), dan oleh Direktur Jendral Pajak

berupa Keputusan Dirjen Pajak.

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

1. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 Tentang

Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 49/PJ/2015

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi

(2)

2. Subjek Pajak PBB Sektor Perkebunan

Subjek pajak PBB Perkebunan adalah orang atau badan yang

secara nyata mempunyai suatu hak dan/ataumemperoleh manfaat atas

bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan, atas objek pajak PBB Perkebunan.Maka, yang menjadi subjek

Pajak tersebut adalah orang pribadi atau badan.

3. Objek Pajak PBB Sektor Perkebunan

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31 / PJ /

2014 Tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan Pasal 2, Objek Pajak PBB Sektor Perkebunan adalah

bumidan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan

untuk kegiatan usaha perkebunan.Kegiatan usaha perkebunan

sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang diberikan Izin Usaha

Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B); dan

b. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang terintergrasi dengan

usaha pengolahan hasil perkubunan yang diberikan Izin Usaha

Perkebunan (IUP).

Ada juga areal yang dikenakan PBB sektor perkebunan, menurut

(3)

Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

Pasal 3, berupa :

a. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami, meliputi Areal

tanaman belum menghasilkan dan Areal tanaman menghasilkan.

b. Areal Belum Produktif meliputi areal yang belum diolah, dan/atau

yang sudah diolah tetapi belum ditanami, dan Pembibitan;

c. Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya

bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan.

d. Areal Tidak Produktif, atau tidak dapat dimanfaatkan seperti rawa,

cadas, dan jurang, dan/atau jalan yang meliputi jalan utama yang

terletak di dalam dan/atau di luar areal perkebunan, jalan produksi

yang berfungsi untuk pengumpulan hasil, dan jalan control yang

berfungsi untuk pengawasan areal perkebunan.

4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).NJOP yang dimaksud merupakan

hasil penjumlahan antara NJOP bumi dan NJOP Bangunan. NJOP bumi

yang dimaksud ialah hasil perkalian antara total luas areal objek pajak

yang dikenakan dengan NJOP bumi per meter persegi yang merupakan

(4)

bumi. Sedangkan NJOP Bangunan merupakan hasil perkalian antara total

luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi, yang

merupakan hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam

klasifikasi NJOP bangunan.

C. Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan Atas Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

253/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian

Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan, adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan Keberatan

Keberatan diajukan dengan menyampaikan Surat Keberatan yang

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. satu Surat Keberatan untuk satu SPPT atau SKP PBB;

b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

c. ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan disampaikan

melalui KPP;

d. dilampiri dengan SPPT atau SKP PBB asli yang diajukam

keberatan;

e. dikemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan

(5)

f. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal

diterimanya SPPT atau SKP PBB, kecuali Wajib Pajak dapat

menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi

karena keadaan di luar kekuasaannya dengan disertai bukti

pendukung;

g. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal Surat Keberatan

tersebut harus di lampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana

diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP tidak

memenuhi persyaratan, WP dapat melakukan perbaikan atas surat

Keberatan tersebut dan menyampaikan nya kembali sebelum jangka

waktu 3 (tiga) bulan. Untuk mendukung alasan pengajuan keberatan,

Surat Keberatan dapat di lampiri dengan :

a. fotokopi identitas WP dan fotokopi identitas kuasa WP dalam hal

dikuasakan;

b. fotokopi izin pemanfaatan atas bumi atau kepemilikan hak atas

bumi;

c. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan/atau

(6)

Dalam hal tersebut terdapat penerbitan Surat Keputusan

Pembetulan secara jabatan dan Wajib Pajak belum mengajukan atas

SPPT atau SKP PBB. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas

SPPT atau SKP PBB dalam jangk waktu paling lama 3 (tiga) bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB hasil pembetulan

secara jabatan. Dan surat keberatan yang ditujukan kepada Direktur

Jenderal Pajak dapat di lakukan secara langsung, maupun melalui pos

atau jasa pengiriman.

Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tidak

dipertimbangkan dan tidak diterbitkan surat keputusan keberatan.

Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan diberitahu kan

secara tertulis kepada WP melalui penyampaian surat pemberitahuan

dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam

lampiran II. Sebelum mengajukan keberatan, Wajib Pajak dapat

meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar

pengenaan PBB pada direktur jenderal melalui kepala KPP.Pemberian

keterangan oleh direktur jenderal pajak atas permintaan Wajib Pajak

idak menambah jangka waktu pengaduan keberatan harus dipatuhi

(7)

2. Pencabutan Surat Keberatan

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan surat

keberatan sebelum tanggal diterimanya SPUH oleh Wajib Pajak.

Permohonan pencabutan surat keberatan harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia dan mencantumkan

alasan pencabutan ;

b. Ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan disampaikan

melalui KPP; dan

c. Ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau dalam hal yang ditanda

tangani oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan surat

kuasa khusus.

Surat jawaban atas permohonan pencabutan surat keberatan dapat

berupa persetujuan atau penolakan permohonan pencabutan surat

keberatan.

3. Penyelesaian Keberatan

Proses penyelesaian keberatan dilakukan melalui penelitian

keberatan. Dalam proses penyelesaian keberatan direktur jenderal

(8)

a. Meminta, mencatat atau meminjam data dan informasi dalam

bentuk Hard copy dan atau Soft Copy pad WP terkait dengan

materi yang diajukan keberatan melalui penyampaian surat

meminta, mencatat atau meminjam data dan informasi;

b. Meminta keterangan atau bukti terkait dengan materi yang

diajukan keberatan kepada pihak ketiga yang mempunyai

hubungan dengan Objek Pajak atau Wajib Pajak.

c. Melaksanakan peninjauan dilokasi objek pajak, tenpat kedudukan

Wajib Pajak, dan atau tempat lain yang dianggap perlu, yang

meliputi kegiatan identifikasi, pengukuran, pemetaan, dan atau

penghimpunan data, keterangan, dan atau bukti, mengenai objek

pajak yang diajukan keberatan;

d. Melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain di dalam rangka

keberatan untuk mendapatkan data dan informasi yang objektif

untuk dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan

keberatan.

Sebelum surat keputusan keberatan diterbitkan wajib pajak dapat

menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis untuk

melengkapi dan atau memperjelas surat keberatan yang telah

disampaikan. Sebelum menerbitakan surat keputusan keberatan,

(9)

memberikan keterangan dan atau memperoleh penjelasan mengenai

keberatan wajib pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan

Untuk Hadir (SPUH) yang dilampiri dengan Daftar hasil penelitian

keberatan dan formulir surat tanggapan hasil penelitian keberatan dan

dibuat dengan pemberian keterangan dari wajib pajak dan atau

pemberian penjelasan oleh direktur jenderal pajak. Daftar hasil

penelitian keberatan tidak bersifat final dan bukan merupakan

keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.

Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas

keberatan yang diajukan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua

belas) bulan terhitung sejak tanggal surat keberatan diterima.

Keputusan atas jeberatan tersebut diterbitkan berdasarkan laporan

penelitian keberatan.dan keputusan tersebut dapat berupa menerima

seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah

PBB tentang yang dituangkan dalam surat keputusan keberatan.

Apabila jangka waktu yang dimaksud telah terlampaui dan keputusan

atas keberatan belum diterbitkan maka keberatan yang diajukan oleh

Wajib Pajak di anggap di terima dan Direktur Jenderal Pajak

menerbitkan surat keputusan keberatan sesuai dengan pengajuan

keberatan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan

(10)

Surat keputusan tersebut disampaikan kepada WP secara

langsung dengan bukti tanda terima atau melalui pos atau jasa

pengiriman dengan bukti pengiriman surat. Dalam hal keputusan

keberatan menyebabkan perubahan data dan atau PBB terhutang

dalam SPPT atau SKP PBB, KPP menerbitkan kembali SPPT atau

SKP PBB berdasarkan surat keputusan keberatan tanpa mengubah

(11)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Faktor Penyebab Wajib Pajak Mengajukan Keberatan Atas Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

Adapun faktor yang menyebab kan Wajib Pajak mengajukan

keberatan yaitu :

a. Wajib Pajak merasa keberatan terhadap Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) nya yang di sangka terlalu tinggi. Beberapa Wajib Pajak

masih belum paham terhadap terbentuknya NJOP yang pasti akan

berubah nilai nya yang dikarenakan NJOP pasti berbeda setiap tahun

tanam nya, jadi bisa saja NJOP Wajib Pajak yang bersangkutan akan

naik; dan

b. Komposisi areal yang bisa mempengaruhi untuk terjadinya

pembentukan NJOP. Karena Objek pajak tersebut pasti mengalami

perubahan komposisi areal,dan bisa secara otomatis meningkatkan

nilai tersebut dari 2 (dua) hingga 3 (tiga) bahkan sampai 10 (sepuluh)

kelas, yang artinya jarak kenaikan kelas yang terlalu tinggi ini yang

membuat wajib pajak mengajukan keberatan.

Dua faktor diatas yang sering membuat kesalah pahaman antara Wajib

(12)

Nilai Jual Objek Pajak dan Wajib Pajak lalu mengajukan keberatan karena

dirasa pajak yang dikenakan kepada Wajib Pajak tersebut terlalu tinggi

atau meningkat dari tahun sebelum nya.

B. Upaya Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE –

49/PJ/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak

Bumi dan Bangunan Direktur Jenderal Pajak, yang bermaksud untuk

memberikan petunjuk pelaksanaan penyelesaian keberatan PBB, dan

tindak lanjut Surat Keputusan Keberatan PBB bagi KPP dan unit Kantor

DJP. Surat Edaran ini bertujuan untuk mendorong tertib administrasi

penyelesaian keberatan PBB, sehingga keberatan PBB dapat diselesaikan

dengan optimal sesuai batas waktu penyelesaian sebagaimana ditetapkan

dalam Undang – Undang Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam surat edaran

ini, yang dimaksud dengan :

a. Kantor Pelayangan Pajak (KPP) yang mengadministrasikan PBB

adalah KPP yang menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

(SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) PBB yang diajukan

(13)

b. Unit pelaksana penelitian keberata adalah unit kantor direktorat

Jenderal Pajak yang berwenang untuk menerbitkan keputusan atas

keberatan PBB yang diajukan oleh Wajib Pajak.

c. Surat Keberatan PBB adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak

mengenai keberatan atas SPPT atau SKP PBB.

Adapun hal lain yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

penyelesaian keberatan PBB ini adalah :

a. Dalam hal wajib pajak diwakili atau menunjuk kuasa, Tim peneliti

keberatan menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat jangka waktu yang tidak

dapat dipenuhi, unit kerja yang bersangkutan agar memberikan

penjelasan atau keterangan.

c. Apabila terdapat perubahan dalam pengaturan organisasi dan tata

kerja instansi vertical DJP, maka nomenklatur jabatan dan unit kerja

yang dimaksud adalah jabatan dan unit kerja.

d. Surat keberatan PBB yang diajukan sebelum berlakunya Surat Edaran

ini dan belum diterbitkan Surat Keputusan Keberatan, diselesaikan

dengan Prosedur yang berlaku pada surat keberatan PBB diajukan.

e. Dengan berlakunya Surat Edaran ini, maka Surat Edaran Direktur

(14)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2009 Tentang

Tata Cara Pengajuan dan Penyelesain Keberatan Pajak Bumi dan

Bangunan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor

SE-113/PJ/2009 tentang Penegasan Tata Cara Penyelesaian Keberatan

Pajak Bumi dan Bangunan dicabut dan dinyatan tidak berlaku.

f. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan para

Kepala Kantor Pelayanan Pajak agar melakukan koordinasi dengan

pihak-pihak terkait atas pelaksanaan Surat Edaran ini serta melakukan

sosialisasi dan pengawasan pelaksanaannya.

g. Surat edaran ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.

C. Data Wajib Pajak yang Mengajukan Keberatan

Data jumlah Pengajuan Keberatan atas Pajak Bumi dan Bangunan

pada sektor Perkebunan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara I Pada Tahun 2013 – 2015 tidak banyak, hanya ada satu

wajib pajak yang mengajukan keberatan yang terjadi di tahun 2013. Dan

jawaban dari pengajuan keberatan tersebut di tolak, karena Wajib Pajak

tidak dapat memberikan data pendukung atas apa yang wajib pajak

tersebut ajukan. Perhitungan NJOP dari fungsional PBB sendiri sudah

benar, tetapi pemahaman WP atas ketetapan tersebut yang salah sehingga

(15)

keberatan ini karena tidak terlalu banyak areal perkebunan di Wilayah

Sumatera Utara I, dan seperti nya Wajib Pajak juga sudah patuh akan hal

ini dan menerima atas NJOP nya, jadi sangat sedikit kasus pengajuan

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

sebelumnya, maka padabab ini penulis memberikan kesimpulan

sehubungan dengan apa yang telah diuraikan yaitu sebagai berikut :

1. Kurang Paham nya Wajib Pajak dalam penentuan Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) sehingga Wajib Pajak meminta pengurangan atas hal

diatas dengan mengajukan Keberatan.

2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalam waktu 12 bulan sejak

diterimanya surat pengajuan keberatan harus memberikan keputusan

atas surat pengajuan yang diajukan oleh Wajib Pajak, baik itu

menerima seluruhnya atau sebahagian, menolak atau menambah

besarnya pajak yang terhutang.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang penulis dapat kemukakan dalam

penulisan Tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut :

1. Agar lebih banyak memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada

Wajib Pajak PBB Sektor Perkebunan tentang bagaimana terbentuknya

(17)

dan Bangun, serta Fiskus harus lebih banyak membantu Wajib Pajak

dalam menghitung pajak tersebut.

2. Wajib Pajak harus menyertakan dokumen atau data yang lengkap

berkaitan dengan pengajuan keberatan yang akan diajukan ke Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, untuk lebih mempermudah pihak

yang berkaitan menangani berkas masuk dan untuk menimbang

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan pengumuman pascakualifikasi dari tanggal 14 April sampai dengan 17 April 2014, jumlah peserta yang mendaftar dan mendownload sebanyak 68 peserta,

Rujukan Berita Acara pembukaan penawaran Nomor: BA-EPROC/25/II/2017/LP Polda NTB tanggal 6 Februari 2017 tentang hasil pembukaan penawaran Paket pekerjaan Pelelangan

Penyedia jasa memiliki pengalaman pekerjaan minimal 1(satu) pekerjaan sejenis yang dibuktikan dengan kontrak kerja atau Berita Acara Serah Terima (BAST)

Dua hasil matematis representatif menggambarkan pola tersebut adalah hukum bilangan besar dan teorema limit pusat.Sebagai dasar matematika untuk statistik, teori

ANALISA KADAR SENG (Zn) DAN KROMIUM (Cr) DIDALAM AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL DENGAN METODE KOLORIMETRI..

Hubungan-hubungan yang ada dalam Model Persamaan Struktural (SEM), baik itu model peubah laten, maupun model peubah pengukuran dapat dengan baik digambarkan

Telah dilakukan analisa kadar seng (Zn) dan kromium (Cr) dari sampel air baku yang berasal dari sungai Belawan Sunggal dan air reservoir yang diproduksi sebagai air

Beberapa komponen yang sangat erat dalam kehidupan kita ialah udara yang kita.. hirup setiap saat dan dan air yang kita minum setiap