47
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa komodifikasi tubuh wanita benar terjadi di aplikasi media sosial Bigo Live. Pengguna (perempuan) menggunakan aplikasi tersebut untuk mempromosikan dirinya sekaligus menjual konten dalam bentuk
video call sex dan komunikasi antar pribadi. Adapun efek lanjutan dari hal tersebut adalah, viewersdapat melakukan booking out pada host. Sehingga tubuh perempuan dikomodifikasikan kedalam video call, akses komunikasi antar pribadi dan booking out. Untuk menarik minat viewers, penampilan host baik make up, pakaian, pencahayaan dan latar ruang sangat diperhatikan. Bahkan host menggunakan pemilihan kalimat yang tepat untuk membujuk serta sesekali memperlihatkan aksi vulgar seperti memperlihatkan puting dan selangkangan. Semua hal itu dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan uang tambahan. Selain itu, host juga melihat bahwa minat viewers akan konten seksual cukup diminati. Meskipun demikian, tidak semua pengguna berperilaku vulgar dalam penggunaan aplikasi Bigo Live. Sebagian besar menggunakannya untuk mengisi waktu luang dan menambah relasi.
Jika pada pemaparan sebelumnya, peneliti memiliki anggapan bahwa pengguna (perempuan) melakukan aksi vulgar untuk mencapai posisi top rank.
48
narasumber kunci berpendapat bahwa aksi vulgar yang mereka lakukan tidak begitu menimbulkan efek yang negatif. Apalagi sampai menjadi penyebab terjadinya tindak pemerkosaan. Walaupun di tahun yang sama aplikasi Bigo Live hadir setelah ramainya kasus pemerkosaan anak dibawah umur. Narasumber kunci memiliki anggapan bahwa tindak pemerkosaan terjadi bukan semata-mata karena pornografi, melainkan dipengaruhi oleh akal sehatnya.
5.2. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian mengenai komodifikasi tubuh wanita benar terjadi di aplikasi media sosial Bigo Live. Peneliti memberikan saran-saran seperti berikut :
a) Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi di UKSW Salatiga, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi studi mengenai seksualitas tubuh perempuan dalam penggunaan media sosial.
b) Saran untuk penyedia layanan media sosial, dapat menjadikan kasus-kasus seperti pornografi dan kejahatan seksual sebagai refleksi agar kehadiran aplikasi media sosial itu sendiri dapat menjadi sarana yang positif serta dapat menjadi media komunikasi yang tepat guna.
c) Saran untuk pemerintah adalah ditingkatkannya perhatian khusus terhadap masyarakat menanggapi kasus-kasus pornografi di media sosial. Bukan hanya memblokir aplikasi nya saja, melainkan memberikan literasi pada masyarakat terkait penggunaan media sosial.