• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLO (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLO (4)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA

GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

OLEH:

HARTIA MAULIDA

105331108916

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Banyak berkat yang Ia

berikan tetapi sering kita lupakan.karya tulis ilmiah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu,

sehingga penulis bersyukur karena dapat menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan.

Bahasa adalah alat komunikasi manusia dan keberadaannya sangat penting, maka penulis

membuat karya tulis ilmiah yang membahas perkembangan bahasa, terutama bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus dipertahankan eksistensinya pada era

globalisasi ini. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini berjudul “Perkembangan Bahasa Indonesia

di Era Elobalisasi Dalam Kehidupan Sehari-hari.”

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Mereka telah memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi

penulis. Tanpa mereka, karya tulis ilmiah ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis

mendapatkan banyak pengetahuan baru dan bimbingan dengan menulis karya tulis ilmiah ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Muh.arief muhsin selaku Dosen.

2. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih

banyak kekurangan. Karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang konstrukstif dari para pembaca dan pengguna karya tulis

ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang

berkepentingan.

Makassar , 30 september 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAK………..iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 2

C. Tujuan karya ilmiah... 2

D .Manfaat karya ilmiah... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

A.Sejarah lahirnya bahasa indonesia...4

B. Perkembangan bahasa indonesia...6

C.Perubahan bahasa indonesia... 6

D.Pengaruh bahasa asing terhadap bahasa indonesia... .7

E.Sikap kita terhadap bahasa Indonesia………. ...10

BAB III PENUTUP ... 13

A. Kesimpulan ... 13

B. Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

ABSTRAK

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antar negara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang disiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Seiap warga negara Indonesia sebagai warga masyarakat pada dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1) sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan.

Sikap kebanggaan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing.

(6)

kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing dengan bangsa lain.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhanaan dan ketidakrumitan tersebut tidak mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah lahirnya bahasa Indonesia ?

2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini?

3. Bagaimana perubahan bahasa Indonesia di era globalisasi ?

4. Bagaimana pengaruh bahasa asing terhadap perubahan bahasa Indonesia ?

5. Bagaimana sikap kita terhadap bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini?

C.TUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

1. Mengetahui peerkembangan bahasa Indonesia populer hingga ada saat ini.

2. Mengetahui eksistensi bahasa Indonesia populer dikalangan masyarakat.

3. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari adanya pengaruh globalisasi

terhadap bahasa Indoneia.

(7)

D.MANFAAT KARYA TULIS ILMIAH

1. Dapat mengetahui perkembangan bahasa Indonesia popular hingga saat ini.

2. Dapat mengetahui sejarah lahirnya bahasa Indonesia.

3. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari pengaruh globalisasi terhadap

bahasa Indonesia.

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia

Sejarah telah memberikan kepada kita, bangsa Indonesia, satu bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, karena terpilihnya bahasa Melayu menjadi bahsa persatuan kita dengan nama baru Bahasa Indonesia. Peristiwa itu terjadi menurut perputaran roda sejarah. Sampai pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, saat diikrarkannya satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang semuanya dengan nama Indonesia, sejarah perkembangan bahasa Melayu berjalan dengan mulus.

Sesudah pertengahan abad ke-19, Gubernur Jenderal Rochussen melihat bahwa bahasa Melayu digunakan orang di mana-mana sebagai bahasa penghubung. Oleh karena itu, kemudian pemerintah Belanda menetapkan bahwa bahasa Melayu hendaklah dijadikan bahasa pengantar di sekolah-sekolah Melayu untuk memperoleh tenaga-tenaga administrasi yang murah dalam pemerintah. Tindakan yang diambil oleh pemerintah Belanda itu tanpa mereka sadari telah menguntungkan bagi perkembangan bahasa Melayu kelak, cikal-bakal bahasa Indonesia, yang akan menjadi bahasa nasional dan bahasa pemersatu bagi seluruh penduduk yang mendiami wilayah Hindia-Belanda, wilayah yang kemudian dituntut oleh bangsa Indonesia menjadi wilayah Republik Indonesia.

Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan suatu badan penerbit dengan nama

Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat) yang kemudian pada tahun 1917 diubah namanya menjadi

Balai Pustaka. Walaupun pendirian lembaga penerbitan itu tidak luput dari latar belakang

politik, adanya Balai Pustaka ini dengan cepat telah memperluas daerah penyebaran bahasa Melayu ke seluruh pelosok tanah air melalui tulisan-tulisan yang diterbitkannya.

Saat yang paling penting dalam kehidupan bangsa Indonesia ialah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. peristiwa itu kemudian merupakan tonggak sejarah bagi terwujudnya sebuah bangsa yang kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. ikrar pertama satu tanah air dan ikrar kedua satu bangsa, dikuatkan oleh ikrar ketiga “menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” yang sungguh-sungguh berperanan secara riel sebagai alat pemersatu, karena bahasa itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa baru yang terdiri atas beratus-ratus suku bangsa.

Peranan politik dalam mengukuhkan kedudukan bahasa Indonesia sangatlah besar. Dalam berbagai pertemuan gerakan politik, bahasa Indonesialah yang mereka gunakan. Demikian juga bantuan surat-surat kabar bahasa Indonesia yang terbit di mana-mana, yang menggunakan bahasa Indonesia, tidaklah kecil artinya.

(9)

bahasa Indonesia. Perkumpulan ini diwakili oleh majalah mereka yang juga bernama Pujangga

Baru, sebagai terompet bagi pernyataan ide, pikiran, dan perasaaan mereka. Pelopornya adalah

Sutan Takdir Alisjahbana. Bukan hanya tulisan dalam bahasa Indonesia yang semakin tersebar, melainkan corak bahasa iru sendiri mulai berubah. Pujangga-pujangga muda yang tidak hanya terdiri atas orang-orang yang berasal dari Belanda tak pernah mau menggunakan kata Indonesia,

tetapi menggunakan kata Nederlandsch Indie atau Hindia-Belanda, atau kata Insulinde, dan

menggunakan kata Inlander yang berarti “pribumi” atau “penduduk asli”.

Roda sejarah berputar terus dan apa yang akan terjadi sering di luar dugaan orang. Tahun 1941 Perang Dunia ke-2 meluas ke kawasan Asia. Jepang menyerang Pearl Harbour (Hawai) dan pada awal tahun 1942 balatentara Jepang mendarat di wilayah Hindia-Belanda dan langsung mendudukinya. Masa pendudukan Jepang ini mempunyai arti besar bagi perkembangan dan kedudukan bahasa Indonesia. Belanda, Inggris, dan Amerika adalah musuh Jepang, karena itu, bahasa mereka adalah bahasa musuh yang tidak boleh digunakan lagi. Bahasa Jepang belum dikuasai dan oleh karenanya, tentulah bahasa Indonesia yang harus digunakan dalam semua kegiatan kehidupan sehari-hari. Kedudukan bahasa Indonesia makin kokoh, daerah penyebarannya makin luas karena sekarang ini seluruh wilayah yang dahulu bernama Hindia-Belanda harus menggunakan bahasa Indonesia. Rakyat Indonesia menjadi lebih dekat dengan bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia adalah alat komunikasi utama dan terpenting.

Walaupun dalam masa perang, pujangga-pujangga muda muncul juga dengan karya-karya sastra mereka. Muncul karangan-karangan, baik puisi maupun prosa, yang dihasilkan oleh pujangga muda seperti Chairil Anwar dan Idrus yang kemudian disebut sebagai pelopor

angkatan ’45. Bahasa yang mereka gunakan bergaya lain dari bahasa Pujangga Baru. Pada masa

pergolakan itu mereka masih juga sempat mengeluarkan manifest yang menyatakan jatidiri mereka.

Perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan Jepang. bangsa Indonesia, diwakili Bung Karno dan Bung Hatta, memproklamasikan Negara Republik Indonesia merdeka. Proklamasi kemerdekaan Indonesia itu dituliskan dan diumumkan dalam bahasa Indonesia dan kemudian dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 dalam Bab XV, Pasal 36, dinyatakan bahwa ‘Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia’. Lengkaplah sudah sejarah perkembangan bahasa Indonesia dalam menentukan kedudukannya di tengah-tengah bangsa baru yang menamakan dirinya Bangsa Indonesia.

(10)

B.

Perkembangan Bahasa Indonesia

Banyak dipertanyakan apakah bahasa Indonesia kelak dapat menjadi bahasa dunia seperti bahasa Inggris atau bahasa asing lain yang dapat menembus gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya terpulang kepada kita sendiri. Bahasa itu sendiri tidak dapat menentukan apakah ia akan menjadi bahasa dunia atau tidak. Yang menentukannya adalah kita sendiri, bangsa Indonesia, sebagai pemilik dan pemakai bahasa itu. Ada tiga faktor penting yang mendasari kemungkinan itu.

Pertama, adalah kewibawaan politik Republik Indonesia sebagai negara. Sampai sejauh mana Republik Indonesia memainkan peranan dalam percaturan politik dunia? Kalau peranan kita dalam politik percaturan dunia terus-menerus menonjol dan menentukan, pastilah Republik Indonesia akan mempunyai kewibawaan politik yang menimbulkan perhatian dunia. Kedua, adalah kehidupan ilmiah dan daya cipta bangsa Indonesia dalam menghadapi kebudayaan baru yaitu kebudayaan modern, kebudayaan dunia. Ketiga, adalah segi-segi keuntungan yang dapat diperoleh bangsa-bangsa lain karena perkenalannya dengan bahasa Indonesia. Jelas, jika penguasaan atas bahasa Indonesia dianggap oleh mereka dapat memberikan keuntungan baik material maupun spiritual, pastilah mereka, bangsa asing, akan berlomba-lomba mempelajari bahasa Indonesia. Dewasa ini, memang banyak universitas di luar negeri mengajarkan bahasa Indonesia kepada mahasiswanya, bahkan ada yang memiliki jurusan bahasa Indonesia, tetapi jumlah dan perhatian itu belumlah berarti benar.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang lentur, yang terbuka untuk penyempurnaan dan pengayaan. Normanya tidak tertutup sehingga pengembangannya melalui penumbuhan swadayanya selalu terbuka. Penyerapan dari bahasa-bahasa daerah dan asing masih saja mungkin. Jika kita melihat banyak perubahan yang sering menimbulkan keriasauan bagi orang yang terlalu ingin berpegang pada aturan-aturan bahasa yang kaku. Sikap yang terlalu ketat berpegang pada aturan lama (bersifat puris), akan menghambat pertumbuhan bahasa Indonesia.

Kita harus mengikuti perkembangan bahasa dengan kesadaran. Kita harus dapat mengarahkannya kea rah pertumbuhan yang tepat. Bahasa yang hidup akan terus berkembang dan berubah sampai pada suatu ketika ia tiba pada suatu titik puncak perkembangannya, lalu seakan-akan berhenti, tetapi tidak dalam arti yang nyata dan mutlak.

C.

Perubahan Bahasa Indonesia

Perubahan bahasa terjadi karena “persentuhan” bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Terjadi kontak antara dua bahasa dan kontak ini berpengaruh secara timbal balik. Begitu juga dengan bahasa Indonesia. Di mana-mana bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa daerah dan asing.

Pengaruh itu ada yang positif namun ada juga yang negatif. Positif, kalau tidak “mengganggu” bahasa yang dipengaruhinya, dan dalam bahasa, yang seperti itu terutama penyerapan kata dengan makna tertentu yang memperkaya bahasa penyerap. Contohnya ahíla

(11)

berfoya-foya, baku hantam, baku tembak (dari dialek Manado), heboh (dari Sumatra Utara), dan masih banyak lagi contoh yang lain. Pengaruh disebut negatif kalau tidak sesuai dengan jalan

bahasa Indonesia sebagai bahasa penyerap. Contohnya, unsur morfem ke- dari bahasa Jawa

seperti pada kata ketangkap, kepukul, kebawa, tidak dibutuhkan dalam bahasa Indonesia karena

dalam bahasa Indonesia ada morfem ke- dengan fungsi yang lain dan morfem ke- yang

dimasukkan ini ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu ter-, seperti pada kata tertangkap,

terbawa, terpukul.

Karena bahasa Indonesia masih terus tumbuh, kita masih akan melihat banyak bentuk kembar yang bersaing dan mana yang “menang” dalam pemakaiannya akan ditentukan oleh

waktu. Dahulu kata mendapatkan berarti ‘menemui’, ‘menjumpai’; sekarang dipakai sama

dengan mendapat, memperoleh. Kata berada dahulu berarti ‘mampu, kaya, berharta’; sekarang

disamakan dengan kata ada.

Melihat contoh-contoh di atas, orang mungkin akan berpikir, bagaimana jadinya bahasa Indonesia kita ini nanti, yang tampaknya seperti kacau saja. Memang tampaknya begitu, namun sebenarnya tidak. Bahasa Indonesia sedang mencari bentuknya dan bentuk itu ditentukan oleh pemakai bahasa.

Kita menyadari bahwa bahasa Indonesia itu tumbuh dan berubah, namun itu tidak berarti bahwa kita dapat memperlakukannya sekehendak hati kita tanpa dasar pengetahuan kebahasaan. Kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan dasar bahasa Indonesia, baik penguasaan kata maupun pengetahuan mengenai strukturnya. Dengan demikian, apa yang kita buat sebagai sumbangsih bagi perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi ini, benar-benar menjadi sesuatu yang sangat berharga karena diletakkan di atas dasar kerja yang benar.

D.

Pengaruh Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia

Yang disebut pengaruh adalah segala sesuatu yang menjadi penyebab sehingga sesuatu yang lain (benda, orang, dan sebagainya) berubah dari yang aslinya. Jadi, bahasa Indonesia berubah, tidak lagi seperti bentuk asalnya, karena pengaruh yang datang dari luar. Pengaruh dalam bahasa dapat kita perinci antara lain sebagai berikut:

1. pengambilan/pemungutan/peminjaman kata (kosa kata); kata yang diambil dari bahasa lain itu

biasa disebut kata pungut atau kata pinjaman (dalam istilah Inggrisnya dinamakan loand word);

2. pengambilan unsur bahasa seperti afiks (imbuhan: awalan, akhiran, sisipan);

3. peniruan bentuk bahasa berupa struktur kata dan kalimat;

4. penerjemahan, pemadanan, atau pengindonesiaan istilah.

(12)

mengecap pendidikan Belanda dan menguasai bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia yang digunakan oleh mereka tidaklah kecil. Mereka berpikir dengan bahasa Belanda dan melahirkan pikirannya dalam bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Belanda.

Pengaruh Bahasa Arab

Kita dapat berbicara mengenai peminjaman kata-kata Arab oleh bahasa Indonesia. Peminjaman kata-kata Arab itu telah berlangsung sangat lama, yaitu sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Bukan hanya kata yang digunakan dalam bidang agama yang kita pungut dari bahasa Arab itu melainkan juga kata-kata lain.

Dari bidang agama terlihat contoh seperti di bawah ini:

Allah salat wudu batal haji

ayat malaikat rasul Quran surat

sahabat takbir akhirat lafal kubur

kafan khalifah sedekah kalimat rakaat

Kata-kata umum:

abad awal badan pikir insaf

adab akhir jasad umur ikhtiar

adat akal jasmani kabar unsur

Senin Kamis hewan ikhlas adil

Kalau diteliti dengan seksama, sebagian kata umum yang diberikan sebagai contoh di atas ini masih dapat dihubungkan dengan hal yang menyangkut agama.

Pengambilan unsur bahasa yang juga menyangkut struktur kata kita lihat pada pembentukan

kata-kata dengan akhiran –i/-wi dan akhiran –iah.

Kata-kata seperti badaniyyun dan badaniyyah dalam bahasa Arab, jika diterjemahkan dalam

bahasa Indonesisa menjadi badani dan badaniah. Demikian juga dengan kata-kata lain, seperti

rohani-rohaniah, jasmani-jasmaniah, alami-alamiah. Imbuhan ini makin produktif dalam bahasa

Indonesia dan tidak kecil kemungkinannya kelak kita akan menetapkannya sebagai akhiran bahasa Indonesia karena akhiran ini mulai dilekatkan pada kata asal yang bukan bahasa Arab,

misalnya gerejawi, agamawi, surgawi, tatabahasawi, katawi. Kecuali kata gereja yang berasal

dari bahasa Portugis, kata-kata asal yang lain itu berasal dari bahasa Sansekerta.

Akhiran –in dan –at masih terbatas pada kata pinjaman utuh dari bahasa Arab; itupun tidak

banyak contohnya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, muslimin-muslimat, mukminin-mukminat.

Pengaruh Bahasa Inggris

Tak bisa kita sangkal bahwa dewasa ini kita lebih banyak mengambil kata dari bahasa Inggris daripada bahasa yang lain. Tetapi sebagian besar kata yang bentuknya diIndonesiakan itu (ejaannya) juga bukan diambil dari bahasa Inggris, melainkan dari bahasa Belanda. Hanya kebetulan kata asalnya dalam bahasa Belanda mirip dengan bahasa Inggris sehingga disangka orang kata itu dipungut dari bahasa Inggris. Contohnya:

(13)

structuur structure struktur

coordinatie coordination koordinasi

standardisatie standardization standardisasi

experiment experiment eksperimen

Harus diperhatikan bahwa kata Indonesia pinjaman dari bahasa Belanda atau Inggris yang

berakhiran –er, -or, -ur, -if, -si, -asi, -sasi, -ik, -is, -ein, -al, -isme, -il, -log, -oid, -oar, -tas, tidak

dapat kita anggap sebagai kata bentukan bahasa Indonesia. Akhiran yang bermacam-macam itu bukan merupakan akhiran dari bahasa Indonesia karena kata-kata asing itu kita pungut secara utuh (kata asal dan imbuhannya), lalu ejaannya kita sesuaikan dengan ejaan kita.

Pengaruh struktur kalimat bahsa Inggris tidak banyak, tetapi bentuk kalimat yang

dipengaruhi kekerapan pemakaiannya tinggi. Pengaruh kata kerja gabung adalah sebagai

pengaruh to be dalam kalimat nominal bahasa Inggris. Namun bentuk kalimat seperti ini juga

sejalan dengan struktur kalimat bahasa Belanda. Contohnya, she is my wife (dia adalah istri

saya). Penggunaan kata adalah seperti kalimat contoh tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia. Dalam bahasa Inggris tidak ada satupun kalimat tanpa kata kerja. Itu sebabnya kalimat nominal (kalimat isim) pun haruslah diberi kata kerja. Dalam bahasa Indonesia kita dapat membuat kalimat dengan predikat kata benda, kata sifat, kata ganti, kata bilangan, atau kata

Selain itu penggunaan kata ganti penghubung di mana, dengan siapa, kepada siapa, yang

mana, dan lain-lain sebagai penghubung antara induk dan anak kalimat muncul dalam bahasa

Indonesia karena pengaruh Bahasa Inggris. Contohnya:

Somebody to whom the civil law is applicable . . . .

’Seorang kepada siapa undang-undang sipil berlaku . . . .’ (struktur yang dipengaruhi)

‘Seorang yang atasnya berlaku undang-undang sipil . . . .’ (struktur asli bahasa Indonesia)

Pengaruh Bahasa Sansekerta

Pengaruh bahasa Sansekerta hanya kita lihat dari segi peminjaman kata, beberapa unsur bahasa pembentuk kata, dan frasa yang susunannya bersifat MD (Menerangkan-Diterangkan). Kata-kata pinjaman dari bahasa Sansekerta, misalnya:

agama neraka dewa budaya budi

puasa pahala putra bahasa darma

Dari segi bentukan kita lihat pengambilan akhir kata pembeda pria dan wanita yaitu –a dan

(14)

saudara-saudari, siswa-siswi, dan lain sebagainya. Demikian pula akhiran –wan,--man, dan

wati yang sudah bisa dianggap sebagai akhiran bahasa Indonesia karena luasnya pemakaian

akhiran ini. Kata-kata seperti usahawan, negarawan, sejarawan, dan lain sebagainya semuanya

kata bentukan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dahulu.

Frasa seperti perdana menteri, purbakala, adikuasa bersusunan MD. Bahasa Sansekerta

tergolong pada kelompok bahasa Indonesia-German yang sifat susunan frasanya Menerangkan-Diterangkan. Kalau frasa di atas dibentuk sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, maka

susunannya harus dibalik, seperti menteri perdanakala purba, kuasaadi.

E.

Sikap Kita terhadap Bahasa Indonesia

Di era globalisasi saat ini, sebagai bangsa Indonesia kita harus mencintai bahasa Indonesia karena ia milik nasional kita. Adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa Indonesia membuat kita merasa sebangsa dan setanah air. Bahasa Indonesia adalah identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia kita menyatakan kepada dunia: ”Ini kami, bangsa Indonesia”.

Karena bahasa Indonesia milik nasional kita, janganlah kita bersikap negatif terhadapnya. Janganlah meremehkannya dan menganggapnya tidak penting sehingga tidak ada usaha kita untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam menggunakannya. Sikap negatif inilah yang kebanyakan terdapat pada bagsa Indonesia di era globalisasi saat ini. Bila kita membuat banyak kesalahan dalam bertutur atau dalam menulis bahasa Indonesia, kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah saja. Tetapi sebaliknya, tidak begitu sikap kita terhadap bahasa asing. Membuat kesalahan bila berbahasa asing adalah sesuatu yang memalukan.

Kesadaran nasional, termasuk kesadaran bahasa-dalam hal ini bahasa nasional-perlulah kita tingkatkan. Cintailah bahasa Indonesia bukan hanya dengan ucapan, melainkan dengan prbuatan yang nyata, yaitu selalu ingin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Secara garis besar, sikap yang dapat ditunjukkan oleh bangsa Indonesia guna melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia ialah sebagai berikut:

Disiplin Berbahasa Indonesia

(15)

lain, gengsi pemakai akan bertambah. Padahal, di dalam bahasa Indonesia sudah ada padanan kata atau istilah asing itu.

Untuk jelasnya, ada beberapa kutipan contoh pengguanaan istilah asing itu. Misalnya, (1)

Kita perlu memeriahkan orang yang ber-scientific based dan professional based untuk duduk di

dalam komisi itu; (2) Hal itu bergantung pada bargainning position kita; (3) Jadi, improvement

dan development sangat penting di sini.

Ketiga kalimat yang diambil secara acak itu menggambarkan kepada kita betapa jelas sikap negatif penggunaannya dalam berbahasa Indonesia. Ada bebrapa alasan menggunakan istilah asing dalam mengungkapkan gagasan dan pendapatnya. Ada kemungkinan padanan istilah asing yang digunakan itu belum ditemukannya dalam bahasa Indonesia. Mungkin juga pembicara belum mampu mencariakn padanannya dalam bahasa Indonesia. Dapat juga terjadi, anggapan bahwa bahasa Indonesia itu miskin untuk emngungkapkan konsep istilah seperti itu.

Sikap bahasa berkaitan dengan kesadaran berbahasa seseorang. Seseorang akan memiliki sikap positif manakala ia sadar akan kedudukannya dan fungsi bahasa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia menyandang dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional.

Jika dikaitkan dengan fungsi kebanggaan, hal ini berarti bahwa seseorang harus bangga berbahasa Indonesia. Kebanggan itu harus dipahami bahwa bahasa Indonesia menempati posisi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan bahasa lain, termasuk bahasa Inggris. Apalagi, bahasa Indonesia juga merupakan identitas nasional.

Ada anggapan bukankah bahasa Inggris itu merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan strategis di Indonesia, bahkan di dunia internasional. Memang betul anggapan demikian. Namun, kedudukannya tetap sebagai bahasa asing, yang tntu menduduki posisi yang paling utama dan urgen di antara bahasa asing lain. Walaupun begitu, kedudukannya tidak dapat disejajarkan dengan kedudukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan yang strategis itu bukanlah diungkapkan dalam berbahasa dengan membumbui sebagian istilah asing dalam berbahasa Indonesia.

Anggapan yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu miskin tidak beralasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga memuat sekita 80.000-an kata. Di samping itu, terdapat pula sekitar 340.000-an istilah berbagai bidang ilmu.

Pengindonesiaan itu sampai saat ini masih berlangsung. Kegiatan itu dilakukan oleh Pusat Bahasa untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pentingnya padanan istilah dalam berbagai aspek kehidupan dan keilmuan. Hasilnya dapat dilihat dalam buku Pengindonesiaan Kata dan Istilah Asing.

Apabila kita kembali pada contoh di atas, istilah asing itu dapat diungkapkan dalam bahasa

Indonesia. Istilah scientific based, professional based, dan bargaining position dapat dipadankan

(16)

melalui penerjemahan, sementara yang kedua dan ketiga melalui gabungan penerjemahan dan

penyerapan. Demikian pula istilah improvement dan development. Kedua istilah itu

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi perbaikan dan pengembangan. Jadi, bukan

karena gengsi dengan pengguanaan istilah asing dalam konteks bahasa Indonesia, sikap bahasa cenderung ke sikap negatif.

Semangat Menggunakan Bahasa Sendiri

Dalam salah satu seminar Forum Bahasa Media Massa di sebuah televisi swasta, timbul kerisauan pemakalah tentang penggunaaan bahasa asing di tempat umum. Menurut pembicara, nilai-nilai Sumpah Pemuda sudah tidak lagi meresap dari jiwa bangsa. Di Perancis, menurutnya, yang Sumpah Pemuda tidak pernah dicetuskan di sana, justru kebanggaan bahasanya begitu tinggi. Penggunaan bahasa asing tidak akan kita jumpai di sana. Bahkan, menurut Remy Silado (salah satu pembicara), jangan Anda ’coba-coba’ berbahasa Inggris di Perancis. Anda tidak akan dilayani. Bahasa Perancis di sana menjadi tuan di negaranya.

(17)

BAB III

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur tidaknya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan mampu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan berbahasa Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran. Akibatnya bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia "akan ditelan" oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti ini harus dapat dihindarkan pada era globalisasi. Apalagi, keadaan seperti ini bukan merupakan keinginan bangsa Indonesia.

B.

Saran

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama.

Sagajin, Poula. (2013, 14 April). Menulis dengan Bahasa Populer.[Online]. Tersedia :

http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/14/menulis-dengan-bahasa-populer-551111.html [2 Januari].

Nurhayati, Rokhmah. (2013, 28 September). Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Bahasa

Indonesia. [Online]. Tersedia :http://sosbud. kompasiana.com/2012/09/25/

pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-496325.html [3Januari 2013].

Angsar, Aunur. (2013, 30 Mei).Bahasa Indonesia Dan PerkembangannyaDi Era Globalisasi.

[Online]. Tersedia :http://aunurangsar.blogspot.com/2013/05/bahasa-indonesia-dan-perkembangannya-di.html [4 Januari 2013].

Chandra, Riskia. (2012, 21 April). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Eksistensi Bahasa

Indonesia. [Online]. Tersedia :

http://www.slideshare.net/riskia_chandra/makalah-penggunaan-bahasa-gaul-mempengaruhi-eksistensi-bahasa-indonesia [4Januari 2013].

Agus, Hardiasyah. (2012, 4 April). Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia. [Online].

Tersedia : http:

(20)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 Nama : Hartia Maulida

 Tempat, tanggal lahir : Camba,01,juli,1998

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Agama : Islam

 Status : Belum menikah

 Kewarganegaraan : Indonesia

 Alamat : dusun campulili,desa sawaru,kec.camba,kab.maros

 Telepon : 085255508432

 Email : Hartia.Maulida@gmail.com

 Pendidikan:

2002-2004 : TK Aisyiah bustanul

2004-2010 : SDN 78 Tajo

2010-2013 : SMPN 3 camba maros

2013-2016 : SMAN 2 camba maros

2016 – sekarang:Mahasiswa Universitas muhammadiyah makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Pendidikan S1 pendidikan bahasa dan sastra indonesia

 Hobi : Membaca dan mendengarkan musik

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hormat saya,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk lebih memahami kesadaran hukum Ibu terhadap kewajiban pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Sampang dan untuk memahami tentang upaya apa saja yang

Selain dapat membuka wacana diskusi dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan prestasi mahasiswa, Untuk jangka panjangnya saat institusi melakukan suatu kesalahan mereka

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

Hal ini dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu diawali dengan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang menyebabkan kepayahan otot jantung dalam memompa, maupun

Meskipun terdapat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dislipidemia berhubungan erat dengan angka mortalitas pada penyakit jantung koroner, ternyata hal ini tidak

Tujuan dari program pengabdian ini adalah menjawab dari permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, yaitu membangun star up usaha kemplang tunu dengan

Daya tawar konsumen di industri ini relatif kuat, disebabkan oleh banyaknya perusahaan provider telekomunikasi selular yang beroperasi di Bandung yang dapat

Masalah Segiempat dan Segitiga Ditinjau dari Kemampuan Matematika pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VII SMP YPM 4 Bahar Sidoarjo”, Surabaya, UNESA, 2014, 21..