• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, pada Pasal 164 tertulis bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan

serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan dimana hal tersebut wajib

diselenggarakan kesehatan kerja setiap tempat kerja. Rumah sakit merupakan

tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, dan mudah terjangkit

penyakit.

Rumah sakit adalah industri yang bergerak dibidang pelayanan jasa

kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat

sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam

setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, terlihat adanya faktor-faktor

penting sebagai pendukung pelayanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu

dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi pasien, tenaga kerja, mesin,

lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu

sendiri. Di samping memberikan dampak positif, faktor tersebut juga memberikan

nilai negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan

kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM

2000).

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Andarnita (2012), sampah medis

(2)

pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan

gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang

menanganinya.

Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja,

baik yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis

seperti petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit. Petugas cleaning

service mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard).

Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum

suntik bekas maupun selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di

rumah sakit dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi

petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit (Anies, 2005).

Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap

petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan

persyaratan yang telah diatur dalam Kepmenkes RI tentang kesehatan lingkungan

rumah sakit. Risiko tersebut seperti terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi

karena terkontaminasinya limbah padat medis yang mengandung berbagai macam

bahan kimia beracun dan buangan yang terkena benda-benda tajam terhadap

petugas pengelola limbah padat medis di rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul

seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan C, Dermatitis Iritan Kronik serta

gangguan pernafasan (Depkes, 2010).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Kementerian Kesehatan RI – Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan (2014), diungkapkan seluruh rumah sakit di

(3)

nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 835.350 ton/hari. Dari gambaran

tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari

lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan

penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat yang

berada di sekitar rumah sakit.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup yang dikutip oleh Febrina

(2012), hasil kajian terhadap rumah sakit yang ada di Bandung pada tahun 2005

menunjukkan jumlah sampah rumah sakit yang dihasilkan di Bandung sebesar

3.493 ton per tahun. Komposisi sampah padat rumah sakit terdiri atas 85% limbah

domestik, 15% limbah medis terdiri atas 11% limbah infeksius dan 4% limbah

berbahaya, dan limbah domestik yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 19%.

Dalam upaya pengelolaan sampah, setiap rumah sakit diharapkan

mempunyai petugas kebersihan yang akan mengelola sampah. Karena begitu

besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan sampah medis ini, maka

perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat

kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas

penanganan sampah medis yaitu berupa helm, masker, sarung tangan, pakaian

kerja khusus, sepatu khusus (Bungawati, 2009).

Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit, (preventif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

(4)

derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Soeaidy, 1996). Menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Alat Pelindung Diri (APD)

(2010) pasal 2 pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di

tempat kerja sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara

cuma-cuma.

Menurut Mackenbach et al, dalam Achmadi (2007), bahwa ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan angka kematian dimana kelompok yang tingkat

pendidikannya rendah cendrung angka kematiannya tinggi. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang tinggi cenderung memiliki tingkat kematian yang rendah.

Menurut Budiono (2003), salah satu cara yang efektif agar para pekerja

menggunakan APD yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

kesadaran akan pentingnya penggunaan APD yang benar serta tepat dalam

pemeliharaan dan penyimpanan.

Hasil penelitian Evryanti (2012) dari identifikasi dan penilaian resiko yang

dilakukan di klinik X menyimpulkan bahwa petugas kebersihan di klinik X

mempunyai resiko tertular penyakit dari pekerjaannya melakukan pembersihan

limbah, baik limbah tajam maupun limbah medis yang kesemuanya merupakan

kontak dengan alat bekas pasien. Penyakit yang dapat menularkan seperti

Hepatitis, HIV/AIDS.

Hasil penelitian Tombili dan Mardewi (2010) menunjukkan petugas

pengumpul sampah Dinas Kebersihan Kota Kendari yang diteliti pengetahuannya

tentang alat pelindung diri kurang berjumlah 12 orang (11,7%), cukup berjumlah

(5)

pengumpul sampah yang sikapnya tentang alat pelindung diri kurang berjumlah

13 orang (12,6%), cukup berjumlah 66 orang (64,1%) dan sikapnya baik

berjumlah 24 orang (23.3%). Tindakannya tentang alat pelindung diri kurang

berjumlah 50 orang (48.5%), cukup berjumlah 40 orang (38.8%) dan baik

berjumlah 13 orang (12.6%).

Hasil penelitian Bungawati (2009) menunjukkan penggunaan alat

pelindung diri bagi petugas penanganan sampah rumah sakit di kota Palu, hanya

sebagian kecil (25 %). Sebanyak 27 % responden bekerja dengan keamanan kerja

yang kurang aman dan 11% responden pernah mengalami penyakit umum.

Keselamatan kerja responden, 19% kurang baik dan 5% responden pernah

mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam.

Petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi Medan keseluruhannya

berjumlah 116 orang. Secara khusus, petugas cleaning service yang menangani

sampah medis dan non medis hanya berjumlah 11 orang di RSUD Dr. Pirngadi

Medan dan memiliki tugas mengangkut sampah medis rumah sakit ke Incinerator

dan sampah non medis ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) .

Setiap harinya petugas cleaning service memulai pekerjaannya pada pukul

07.00-15.00 WIB untuk shift 1 dan pada pukul 14.00-22.00 WIB untuk shift 2.

Untuk shift pagi, istirahat pada pukul 12.00-13.00 sedangkan shift sore waktu

istirahat dimulai pada pukul 18.30-19.30 WIB. Pihak manajemen rumah sakit juga

menyediakan alat pelindung diri bagi petugas cleaning service berupa sarung

(6)

Dari hasil survey pendahuluan, terlihat bahwa petugas cleaning service

yang menangani sampah medis jarang memakai Alat Pelindung Diri (APD)

berupa masker, sarung tangan, dan sepatu boot pada saat bekerja dan pernah

mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam. Hal tersebut

disebabkan oleh pemanfaatan APD yang kurang maksimal dari petugas cleaning

service.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui gambaran

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2015.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin

mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap

pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas

cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku terhadap pemakaian alat pelindung

diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di

(7)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning

service.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap terhadap pemakaian alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan terhadap pemakaian alat pelindung

diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

4. Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, tingkat pendidikan dan

masa kerja petugas cleaning service.

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan tentang gambaran

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis dan uji laboratorium di perairan perencanaan pembangunan Pelabuhan Marunda, Jakarta

Delivery NA =1 if retailer can’t quote an acquisition time (time to get book from distributor) First Offer Dummy variable for the first offer listed in the price comparison

Hasil Belajar; Mengenal klasifikasi sederhana Hasil Belajar: Dapat mengenal bilangan Hasil Belajar: Dapat mengenal bentuk geometri Hasil Belajar: Dapat memecahkan masalah

The concept of land waqf is muzara'ah , there is an agreement between the local governance (as the manager of land waqf) and farmers (as the workers) to cultivate

Kemauan berbagai individu yang terkait dengan sistem CG untuk taat asas dan taat hukum serta berpedoman pada etika bisnis di dalam melaksanakan aktivitasnya,

Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan kontraktual dikalikan

Dalam penelitian ini dari masalah-masalah yang telah diuraikan dilatar belakang masalah maka peneliti dapat membuat kerangka pemecahan masalah tersebut dengan

Memanipulasi gambar tidak hanya dapat menampilkan bingkai gambar atau menambahkan kata kata saja tetapi juga dapat membuat gambar dua dimensi buatan sendiri atau mengedit bagian