• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN MUSIK ANAK DI SANGGAR NAFS-I-GIRA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN MUSIK ANAK DI SANGGAR NAFS-I-GIRA YOGYAKARTA."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

 

ST

TRATEG

DI

Diajuk

Untu

G

M

JURU

FA

UNIVE

I PEMBE

I SANGGA

YOG

S

kan Kepada

Universitas

uk Memenu

Guna Memp

Melania Sep

NIM

USAN PEND

AKULTAS B

ERSITAS N

ELAJARA

AR NAFS

GYAKART

SKRIPSI

Fakultas Ba

Negeri Yog

uhi Sebagian

peroleh Gelar

Oleh

tian Desti S

1020824103

DIDIKAN S

BAHASA D

NEGERI YO

2015

AN MUSIK

S-I-GIRA

TA

(2)
(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Di dalam doamu, kau sebut namaku Di dalam harapmu, kau sebut namaku Di dalam segala hal, namaku di hatimu

Tak dapat kubalas cintamu ayahku Tak akan kulupakan nasehatmu ibu

Hormati orang tuamu Agar lanjut umurmu di bumi

Terima kasih ayah dan ibu Kasih sayangmu padaku

Pengorbananmu meneteskan peluh untuk kebahagiaanku Tuhan lindungi ayah ibuku, dalam doa kuberseru

Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia (Yulia Pardede, Doa Seorang Anak)

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua tercinta

Damascus Heri Purnomo, M.Pd dan Maria Goretti Widyastuti, M.Sn. Terima kasih atas kasih sayang dan doa, yang selalu memberikan semangat serta

kelancaran sampai terselesainya skripsi ini. Adikku tersayang

Christiana Adventera Heriastuti

Kepada teman-teman

mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik UNY angkatan 2009 dan 2010

Kepada sahabat dan kerabat

(6)

MOTTO

“Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu. Jangan berpikir tentang frustrasimu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi. Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan gagal, tapi dengan

apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan sesuatu.”

( Paus Yohanes XXIII )

“Teken – Tekun – Tekan”

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa arahan dan dorongan moril. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu membantu mengarahkan, memberi wejangan dan semangat dari awal studi hingga tugas akhir skripsi ini selesai;

2. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan semangat sampai skripsi ini terwujud;

3. Yulius Panon Pratomo, selaku pimpinan dan tutor Sanggar Nafs-i-gira yang telah bersedia meluangkan waktu dan bekerjasama dengan baik selama proses penelitian berlangsung;

4. Agatha Fabyan, selaku asisten tutor dan peserta didik Sanggar Nafs-i-gira atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik;

5. Bernadetta Emi Judarjanti, selaku orang tua peserta didik yang selalu memberikan dorongan semangat dan informasi mengenai partisipasi dalam Sanggar Nafs-i-gira selama proses penelitian berlangsung.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA   ...     10

A. Strategi Pembelajaran ... 10

B. Tujuan Pembelajaran ... 16

C. Materi Pembelajaran ... 17

D. Metode Pembelajaran ... 18

E. Media Pembelajaran ... 22

F. Karakteristik Usia Anak dan Remaja ... 24

G. Pembelajaran Musik Anak... 27

H. Penelitian yang Relevan ... 31

I. Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian Kualitatif ... 34

B. Tahap Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 37

D. Subjek Penelitian ... 38

E. Sumber Data ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Penelitian ... 43

H. Keabsahan Data ... 44

(10)

BAB IV STRATEGI PEMBELAJARAN MUSIK ANAK

DI SANGGAR NAFS-I-GIRA YOGYAKARTA ... 49

A. Strategi Pembelajaran ... 49

B. Tujuan Pembelajaran ... 60

C. Materi Pembelajaran ... 63

D. Metode Pembelajaran ... 80

E. Media Pembelajaran ... 84

F. Pembahasan Strategi Pembelajaran ... 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Simpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Tendensi Otak ……….. 26

Tabel 2 : Kisi-kisi Observasi Partisipasi Aktif ……….... 40

Tabel 3 : Kisi-kisi Wawancara untuk Tutor ……… 41

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Komponen Analisis Data ……….. 45

Gambar 2 : Tutor Mendemonstrasikan Materi Lagu ………... 54

Gambar 3 : Tutor Membimbing Peserta Didik ……… 55

Gambar 4 : Peserta Didik Tampil Berkelompok dengan Bernyanyi ... 56

Gambar 5 : Peserta Didik Bernyanyi di Tepi Sawah ……….. 57

Gambar 6 : Pertemuan Triwulan Sanggar Nafs-i-gira di SMP Aloysius Somohitan, Sleman ………. 59

Gambar 7 : Pertemuan Triwulan Sanggar Nafs-i-gira di Studio Plaosan, Sleman ……….. 59

Gambar 8 : Bakti Masyarakat, Welcome Concert UNY “Aku Bumi”… 62

Gambar 9 : Materi Gambar dan Nama Not Balok ………. 64

Gambar 10 : Materi Mengenal dan menyanyikan lima nada pertama ….. 65

Gambar 11 : Pola 1#-5# (kres) dan 1b-5b (mol) ………... 65

Gambar 12 : Pola “bunyi” kromatis ……….. 66

Gambar 13 : Materi Lingkaran Kuint ……….... 67

Gambar 14 : Materi Lingkaran Kuart ……… 67

Gambar 15 : Materi Lagu Kanon ……….. 68

Gambar 16 : Tanda Dinamik ………. 69

Gambar 17 : Tanda Tempo ……… 70

Gambar 18 : Materi Pengantar Rekorder ……….. 72

Gambar 19 : Materi Paduan Dua Nada ………. 76

Gambar 20 : Materi Membuat Suara ke Dua ……… 77

Gambar 21 : Materi Akor ………. 78

Gambar 22 : Materi Membuat Teks Kibor ………. 79

Gambar 23 : Tutor Berdiskusi Dengan Peserta Didik ……… 83

Gambar 24 : Media Gambar ……… 84

Gambar 25 : Media Buku ……… 85

Gambar 26 : Video Pertunjukkan Musik ……… 86

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Permohonan Ijin Observasi ... 95

Permohonan Ijin Penelitian ... 96

Hasil Observasi ... 97

Surat Keterangan Tutor ... 98

Surat Keterangan Assistant Tutor ... 99

Transkrip Wawancara Tutor ... 100

Transkrip Wawancara Assistant Tutor ... 106

(14)

STRATEGI PEMBELAJARAN MUSIK ANAK DI SANGGAR NAFS-I-GIRA

YOGYAKARTA

Oleh Melania Septian Desti Saraswati NIM. 10208241033

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta. Fokus penelitian ini adalah strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira dan mendeskripsikan tujuan, materi, metode serta media pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Yulius Panon Pratomo dan Agatha Fabyan. Data-data diperoleh melalui observasi partisipasi aktif, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang dalam proses pembelajaran adalah 1) Strategi pembelajaran langsung dan strategi pembelajaran interaktif; 2) Tujuan pembelajaran yaitu, ingin mewujudkan musik sebagai kemampuan milik semua orang, memberikan suasana bermusik yang mudah dan menyenangkan dan dapat dijadikan sebagai alat untuk berteman dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. 3) Materi pembelajaran terdiri dari 3 tahun ajaran yaitu, tahun I menyanyi, tahun II memainkan alat musik dan tahun III paduan nada. 4) Metode pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi dan metode drill. 5) Media pembelajaran yang digunakan adalah media visual berupa gambar, buku bacaan anak dan media audiovisual berupa video.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era modern saat ini kehadiran program pendidikan non formal terutama di negara-negara berkembang dipandang telah memberikan berbagai manfaat dan memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan tersebut antara lain program pendidikan yang dilakukan dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan belajar tertentu, program pendidikan non formal diarahkan untuk kepentingan peserta didik dan tujuan program berhubungan erat dengan kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu, pendidikan non formal memiliki bentuk, tujuan dan isi yang bervariasi. Bervariasi ini ditandai oleh adanya program yang bermacam ragam dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak yaitu dari pemerintah, perorangan, ataupun swasta. Pendidikan non formal tersebut memiliki peran dan berfungsi untuk membina serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 th 2003 pasal 26 ayat 1 yaitu, “pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”.

(16)

tutor, pelatih, dan fasilitator (Sudjana, 2000: 7). Adapun kegiatan pendidikan tersebut diselenggarakan oleh lembaga dan masyarakat.

Salah satu lembaga pendidikan non formal yang saat ini berkembang pesat khususnya di Yogyakarta adalah lembaga pendidikan musik dikarenakan sebagian masyarakat perlahan mulai menyadari pentingnya pengaruh musik pada perkembangan pribadi manusia. Djohan, (2005: 140) menyatakan tentang pengaruh musik, bahwa musik merupakan sesuatu hal yang baik, musik merupakan bagian dari kehidupan serta salah satu keindahan budaya manusia. Kegiatan latihan, mendengarkan, dan menghargai musik akan berdampak pada peningkatan perkembangan kognitif, fisik, emosi dan sosial. Terlebih pengaruh musik pada anak-anak kecil yang mendapatkan pelatihan musik secara teratur menunjukan keterampilan motorik, kemampuan matematika, dan kemampuan membaca lebih baik daripada kawan-kawan mereka yang tidak berlatih musik (Campbell, 2002: 19). Dari pengaruh dan manfaat musik tersebut, maka lembaga musik dan kursus musik menjadi semakin banyak diminati oleh kalangan masyarakat.

(17)

Dari berbagai macam sanggar yang ada, Sanggar Nafs-i-gira merupakan salah satu dari sanggar seni musik di Yogyakarta yang menyelenggarakan pembelajaran dan kegiatan seni musik bagi anak-anak. Nama Nafs-i-gira berasal dari bahasa Arab yang berarti pencerahan. Pengambilan nama ini dilatar belakangi oleh pencerahan dan semangat dalam Sanggar ini yaitu, pencerahan untuk berbagi ilmu pengetahuan dan pelayanan bermusik bagi sesama. Nafs-i-gira tercetus pada tahun 2006 didirikan oleh Yulius Panon Pratomo S.S atau bisa dipanggil Mas Yus. Beliau lulusan Fakultas Sastra dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(18)

Setelah peristiwa tersebut, pada tanggal 21 Juli 2008 didirikan pembelajaran musik bagi anak-anak dengan nama Sanggar Nafs-i-gira. Yulius Panon Pratomo sebagai tutor di Sanggar tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan musik namun, beliau memiliki berbagai pengalaman dan riwayat bermusik. Hal tersebut kemudian dijadikannya sebagai bekal untuk mengajar. Keterlibatannya dalam pembelajaran musik didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat dan anak-anak di lingkungan sekitar. Sanggar Nafs-i-gira melibatkan beberapa instruktur yaitu instruktur biola, cello, flute, klarinet dan vokal. Instruktur berasal dari perguruan tinggi maupun alumni Jurusan Pendidikan Seni Musik, antara lain mahasiswa ISI dan mahasiswa UNY.

(19)

materi-materi pembelajaran, partitur dan hasil pembelajaran peserta didik, serta ruang perpustakaan dengan buku-buku musik dan buku cerita bagi peserta didik maupun bagi tutor dan para instruktur. Semua itu didapatkan dari hasil perburuan Yulius Panon Pratomo pada penjual buku-buku bekas, acara pertunjukan musik maupun sumbangan dari para donatur. Studio Plaosan ini memiliki halaman yang cukup luas sehingga pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan. Setelah kegiatan pembelajaran musik selesai peserta didik dapat bermain dan beristirahat di halaman tersebut. Ketenangan dan keamanan di Sanggar Nafs-i-gira terjamin karena jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota, hal ini didukung lingkungan yang asri suasana pedesaan dipinggir persawahan dan sungai-sungai yang mengelilingi.

(20)

peserta didik juga memiliki pola perilaku yang berbeda, sehingga yang perlu dikembangkan adalah pendekatan, kemampuan saling menghargai, kerja sama dan berbagi melalui musik.

Kehadiran Sanggar Nafs-i-gira mendapat dukungan dan apresiasi dari orang tua peserta didik. Harapannya selain anak-anak dapat bermain musik juga dapat bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Peran serta orang tua ini menjadi salah satu pendukung pembelajaran musik di Sanggar Nafs-i-gira. Kegiatan yang melibatkan peran serta orang tua peserta didik yaitu dengan diadakan pertemuan dan evaluasi pembelajaran yang rutin dilakukan per tiga bulan atau sering disebut dengan pertemuan triwulan. Pada pertemuan triwulan peserta didik wajib menampilkan hasil belajar di depan orang tua ataupun masyarakat lingkungan sekitar. Dampaknya, orang tua merasa lebih terlibat dan sebagai ajang kumpul bersama sehingga terjalin komunikasi dan kerja sama yang baik antara peserta didik, orang tua, instruktur dan tutor Sanggar Nafs-i-gira.

(21)

Wawancara pendahuluan dengan Yulius Panon Pratomo selaku tutor Sanggar Nafs-i-gira, menjelaskan bahwa sanggar tersebut ingin mewujudkan musik sebagai kemampuan milik semua orang, memberikan suasana bermusik yang mudah dan menyenangkan dan dapat dijadikan sebagai alat untuk berteman serta terlibat dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, agar pembelajaran musik dapat berjalan sesuai dengan hasil pembelajaran yang akan dicapai, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan akhir pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di Sanggar Nafs-i-gira, ditemukan bahwa tutor tidak memiliki latar belakang pendidikan musik, pembelajaran musik bagi peserta didik usia SD-SMP dan adanya pendekatan yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Dari beberapa penemuan inilah yang menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk menjadi suatu penelitian yaitu kegiatan pembelajaran musik yang dilakukan oleh tutor tersebut perlu dikaji secara mendalam terkait dengan strategi pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta.

B. Fokus Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan fokus masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengungkapkan dan mendeskripsikan strategi pembelajaran musik anak di

Sanggar Nafs-i-gira.

2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 3. Mendeskripsikan materi pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 4. Mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 5. Mendeskripsikan media pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengembangan ilmu terhadap strategi pembelajaran musik anak pada program pendidikan non formal.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para tutor maupun pengajar dalam merancang strategi pembelajaran musik anak, sehingga pembelajaran musik semakin mudah dan menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

(23)
(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya strategi pembelajaran itu sendiri. Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian strategi pembelajaran (Uno, 2007: 1) antara lain.

a. Dick dan Carey menjelaskan strategi pembelajaran terdiri dari atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

b. Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Bagi Hamruni (2012: 3) strategi pembelajaran sebagai penyusun langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan belajar tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Majid (2013: 7) bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(25)

1. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Jenis-jenis strategi pembelajaran (Majid, 2013: 11) yaitu: strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tidak langsung, strategi pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran melalui pengalaman dan strategi pembelajaran mandiri. Jenis tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Strategi Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus agar dapat dipelajari selangkah demi selangkah untuk mengembangkan aktivitas belajar bagi peserta didik. Menurut Soekamto (1996: 2) bahwa dalam strategi pembelajaran langsung pengaturan materi serta bagaimana cara mengajarkannya ditentukan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan atau instruktur yang ditunjuk oleh tutor.

(26)

strategi pembelajaran ini sangat efektif untuk membangun keterampilan peserta didik tahap demi tahap.

Adapun tahap-tahap strategi pembelajaran langsung menurut Majid (2013: 76-78) sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. 2) Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. 3) Guru membimbing pelatihan.

4) Guru mengecek pemahaman dan memberi umpan balik.

5) Guru memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam strategi ini terdapat metode ceramah dan tanya jawab, demonstrasi, praktikum, diskusi dan presentasi, simulasi, permainan, seminar, dan studi banding.

b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung

Berbeda dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung merupakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered approach). Menurut Uno (2007: 18) peran guru dalam strategi ini adalah

(27)

mendorong kreativitas dan rasa keingintahuan, menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah.

Terkait dengan hal tersebut kekurangannya adalah memerlukan waktu yang panjang dan sulit diprediksi sehingga strategi ini tidak cocok apabila peserta didik diharapkan mengingat dan mengerjakan materi dengan cepat. Bentuk model pembelajaran yang terdapat pada strategi pembelajaran tidak langsung adalah model inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penemuan, investigasi, eksplorasi dan eksperimen (Lang dan Evan dalam Majid 2013: 82).

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa strategi pembelajaran tidak langsung merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam strategi pembelajaran tidak langsung peran guru beralih menjadi fasilitator dan motivator belajar. Dengan demikian peran peserta didik dituntut untuk lebih terlibat secara aktif dalam menemukan, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan menentukan kesimpulan sebagai suatu pengalaman belajar.

c. Strategi Pembelajaran Interaktif

(28)

sosial dan kemampuan-kemampuan. Selain itu, mengorganisasikan pemikiran dan dapat membangun argumen yang rasional (Ngalimun, 2014: 11). Dalam strategi pembelajaran ini memiliki tahapan pembelajaran tersendiri.

Adapun tahap-tahap strategi pembelajaran interaktif menurut Majid (2013: 88-90) sebagai berikut.

1) Tahap persiapan (preparation).

2) Tahap pengetahuan awal (before view). 3) Tahap kegiatan (exploratory).

4) Tahap pertanyaan peserta didik (children questions). 5) Tahap penyelidikan (investigation).

6) Tahap pengetahuan akhir (after views). 7) Tahap refleksi (reflection).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran interaktif merupakan cara guru membangun situasi peserta didik untuk berpikir dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif dapat berupa diskusi kelompok, pengerjaan tugas kelompok dan kerja sama peserta didik secara berpasangan.

d. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman

(29)

peserta didik, meningkatkan analisis dan menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran melalui pengalaman merupakan proses membangun pengetahuan dan memperluas keterampilan-keterampilan peserta didik melalui pengalaman dari hal yang telah mereka pelajari.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi pembelajaran mandiri memberikan kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Dari proses pembelajaran mandiri tersebut, diperoleh peran guru atau instruktur berubah menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Menurut Hamruni (2012: 10) strategi pembelajaran yang bertujuan membangun inisiatif individu, kemandirian serta peningkatan diri. Bagi Majid (2013: 102) dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing dan memaksa untuk belajar lebih aktif. Dikatakan pula untuk melakukan strategi pembelajaran tersebut peserta didik harus dirangsang supaya melakukan kegiatan belajar, sebagai contoh yaitu diberi tugas atau pertanyaan.

(30)

B. Tujuan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan peserta didik adalah kegiatan yang memiliki suatu tujuan. Sebagai kegiatan yang memiliki tujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2006: 131).

Tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru di awal pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan materi pelajaran, metode, atau strategi pembelajaran, alat, media, sumber belajar, dan rancangan evaluasi untuk mengukur keberhasilan belajar siswa (Sanjaya, 2009: 64). Hamalik (2014: 76) mengutarakan bahwa tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil yang diinginkan, yang di dalamnya terdapat target yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi Kosasih (2014: 13) merupakan pencapaian perubahan perilaku pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

(31)

C. Materi Pembelajaran

Materi atau bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Winkel (1991: 193) merupakan bahan yang digunakan untuk belajar peserta didik yang membantu untuk mencapai tujuan instruksional. Adapun kriteria materi tersebut antara lain (Winkel, 1991: 195): a. Materi atau bahan ajar harus sesuai terhadap tujuan intruksional yang harus

dicapai. Bloom dan Krathwohl dalam Irawan (1996: 12) tujuan instruksional menvakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dapat diartikan bahwa yang akan dituntut dari peserta didik yaitu jenis perilaku dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Materi atau bahan ajar disesuaikan. Uno (2007: 5) menjelaskan bahwa materi sangat bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Hal ini dimaksudkan bahwa taraf kesulitan dengan kemampuan disesuaikan agar peserta didik dengan mudah menerima dan mengolah bahan yang diajarkan oleh guru.

(32)

d. Materi atau bahan ajar dapat membantu untuk melibatkan peserta didik secara aktif, baik berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan. Terkait dengan hal tersebut peserta didik tidak hanya secara pasif menerima materi namun juga dituntut secara aktif untuk ikut terlibat agar peserta didik semakin percaya diri dan dapat bekerja sama dengan peserta didik lainnya melalui kegiatan pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

e. Materi atau bahan ajar harus sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia. Hal senada dikatakan oleh Majid (2013: 61) bahwa dipastikan pula peserta didik dapat mengakses materi sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa diharapkan guru mampu menghasilkan materi atau bahan ajar sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia atau memiliki akses kepada orang-orang yang dapat menyediakannya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa materi atau bahan ajar merupakan isi atau komponen penting dari bahan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Kriteria materi tersebut dibuat sedemikian rupa agar membantu memudahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

D. Metode Pembelajaran

(33)

Adapun macam-macam metode pembelajaran menurut Sanjaya (2006: 147-149) sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (Majid, 2013: 194). Dapat dikatakan guru menyampaikan materi pembelajaran tersebut secara verbal. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara lisan atau penjelasan langsung dari guru kepada peserta didik. Metode ini baik digunakan guru dalam mengajar dengan strategi pembelajaran ekspositori atau strategi pembelajaran langsung.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran dengan cara penuturan. Dapat dikatakan pula metode ini hanya mengandalkan suara guru sehingga guru dapat mengatur pokok materi yang perlu ditekankan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Metode Demonstrasi

(34)

terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata.

Sebagai metode pertunjukan, dikatakan pula metode demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh guru walaupun dalam setiap kesempatan peran peserta didik hanya menyimak dan memperhatikan, akan tetapi materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan jelas. Terkait dengan strategi pembelajaran, metode demostrasi tersebut dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori atau strategi pembelajaran langsung. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam memeragakan serta mempertunjukkan mengenai suatu proses yang dicontohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik.

3. Metode Diskusi

Diskusi berbeda dengan debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Menurut Sugihartono (2007: 83) bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada peserta didik dan diminta memecahkan masalah. Hal ini dapat mendorong peserta didik untuk mengungkapkan pendapat serta dapat bersikap toleran pada pendapat orang lain.

(35)

strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah yaitu strategi pembelajaran tidak langsung, strategi pembelajaran interaktif dan strategi belajar mandiri.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan kegiatan pembelajaran melalui pemberian masalah kepada peserta didik. Dalam hal ini peserta didik didorong untuk mengungkapkan, memecahkan suatu permasalahan serta menjawab pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah ditentukan.

4. Metode Simulasi

Metode simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya, sehingga dalam metode ini peserta didik dapat memupuk keberanian, rasa percaya diri dan mengembangkan kreativitas. Menurut Sanjaya (2006: 159) mengutarakan bahwa cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip dan keterampilan tertentu. Sebagai contoh, gladi resik peserta didik bermain musik di atas panggung dengan dihadiri orang tua peserta didik untuk persiapan sebelum pementasan yang sebenarnya. Terkait dengan hal tersebut, metode simulasi ini dapat digunakan pada strategi pembelajaran interaktif dan strategi pembelajaran berbasis belajar melalui pengalaman.

(36)

5. Metode Drill

Pembelajaran dengan menggunakan metode drill dapat dikatakan yakni berlatih membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode drill merupakan latihan yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari agar menjadi permanen dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan (Suryono,dkk. 1992: 112). Penerapan metode drill secara teratur, praktis, dan mudah dilakukan untuk membina peserta didik dalam meningkatkan penguasaan terhadap materi, dan meningkatkan keterampilan (Roestiyah, 2001: 127).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode drill merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berulang kali untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dengan demikian, terkait dengan beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan untuk menjalankan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru. Metode pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara berceramah, menyajikan materi dengan berdemonstrasi, berdiskusi, simulasi dan metode drill.

E. Media Pembelajaran

(37)

merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta didik.

Menurut Sanjaya (2006: 172) macam-macam media pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Media auditif, yaitu media yang dapat didengar atau media yang hanya memiliki unsur suara yaitu radio dan rekaman suara.

2. Media visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara yaitu film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentu bahan cetak seperti media grafis.

3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang mengandung unsur suara dan mengandung unsur gambar yang dapat dilihat yaitu rekaman video, berbagai ukuran film, dan slide suara.

Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian media pembelajaran (Kosasih, 2014: 50) sebagai berikut:

a. Berlach dan Ely mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

b. Heinich, dkk mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan dan mengandung maksud pembelajaran.

c. Martin dan Brigs mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Hal ini dapat berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras.

(38)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk membantu menyampaikan informasi pembelajaran kepada peserta didik. Selain itu, alat tersebut digunakan agar dapat merangsang perhatian, menarik minat dan menambah ilmu pengetahuan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

F. Karakteristik Usia Anak dan Remaja

Setiap perilaku anak perlu untuk didasarkan pada prinsip-prinsip tentang tujuan yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pemahaman tentang karakteristik anak harus dipertimbangkan sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran tertentu. Adapun karakteristik anak menurut Rousseau (Djaali, 2011: 25-26) terdapat lima tahap sebagai berikut: 1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir – usia 2 tahun)

Tahap ini perkembangan pribadi didominasi perasaan senang ataupun tidak senang. Hasilnya setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh perasaannya. Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang akibat dari reaksi bayi dengan lingkungannya. 2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (usia 2 tahun – usia 12 tahun)

(39)

3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (usia 12 tahun – usia 15 tahun) Tahap perkembangan ini fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Sunarto dan Hartono (2008: 104) mengutarakan bahwa pada masa ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan hipotesis sehingga dalam menyelesaikan masalah, remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Hal tersebut disebabkan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi pikirannya.

Anak mulai kritis menanggapi sesuatu atau suatu ilmu pengetahuan dari orang lain. Dari segi kekuatan intelektual kuat dan energi fisik anak juga kuat, sedangkan kemauannya kurang keras dengan pikirannya yang berkembang. Selain itu, dalam masa ini anak mulai belajar menemukan tujuan serta keinginan yang sesuai baginya.

4. Tahap perkembangan pada masa adolesen (usia 15 tahun – usia 20 tahun)

Tahap perkembangan ini orang mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Selain itu, mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadi. Dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang dominan, maka orang dalam masa ini sering mengalami keguncangan serta ketegangan dalam jiwa. Oleh karena itu, dengan kemauannya orang melatih diri untuk memilih keinginan yang akan direalisasi dalam tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga setelah masa ini diharapkan individu mulai mampu mengontrol diri sendiri dan mengembangkan diri kearah yang diinginkan.

(40)

salah satu dari dua belahan otaknya antara lain belahan kanan atau belahan kiri. Menurut Marianto (2011: 79) karya seni seperti musik klasik adalah sampel dari karya seni yang lebih didasarkan pada pendekatan rasionalitas dalam prosesnya dilakukan tahap demi tahap secara linear yang diolah melalui otak kiri. Dikatakan pula musik yang lebih berbasis rasa, feeling, intuisi dan visualisasi diproses oleh otak kanan.

[image:40.612.129.512.335.705.2]

Adapun perbedaan karakteristik mengenai perkembangan otak kiri dan otak kanan menurut Marianto (2011: 80) akan diuraikan dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1 : Tendensi Otak

Tendensi Otak Kiri Tendensi Otak Kanan

Verbal, memfokus pada kata-kata, simbol-simbol, dan angka-angka.

Visual, memfokus pada gambar-gambar dan pola-pola.

Analitikal, dipandu oleh pikiran. Intuitif, dipandu oleh perasaan. Memproses ide-ide secara sekuensial,

bergerak dari langkah yang satu ke langkah berikutnya secara linier dan berurutan.

Memproses ide-ide secara simultan, melompat dan mengait-ngaitkan ide-ide dari konteks berbeda.

Menggunakan kata-kata untuk mengingat benda-benda, hal-hal; lebih mengingat nama-nama daripada wajah-wajah.

Memakai “foto-foto pikiran” untuk mengingat benda dan hal-hal, mencatat dengan memvisualisasikan sebagai ilustrasi.

Membuat deduksi logis dari informasi. Membuat koneksi lateral dari informasi Membangun keseluruhan secara

berurutan, langkah demi langkah, memfokus pada detail, informasi diorganisir.

Mulai dengan melihat keseluruhannya, kemudian detailnya atau melihat dari keseluruhan dahulu kemudian dalam hal-hal khusus.

Sangat terorganisir. Tujuan-tujuan pengorganisasian tidak terlalu diutamakan.

Suka membuat daftar dan perencanaan. Asosiasi bebas. Cenderung mengikuti peraturan yang

ada tanpa mempertanyakannya.

Ingin mengetahui sesuatu dan melakukan sesuatu.

Pandai mengatur waktu. Tidak memperdulikan waktu. Cakap dalam menghafal rumus dan

mengeja.

Sering kesukaran dalam mengeja dan menemukan kata-kata guna mengekspresikan diri.

(41)

secara langsung merasakan objek-objek sebenarnya atau cenderung menggunakan indrawi.

Merencana ke depan. Kesulitan membuat prioritas, sehingga sering terlambat dan improvisatif. Cenderung lebih membaca manual

petunjuk terlebih dahulu sebelum mencoba.

Segan membaca manual petunjuk sebelum mencoba.

Mendengarkan ‘apa’ yang sedang dibicarakan.

Mendengarkan ‘bagaimana’ sesuatu dinyatakan.

Jarang memakai gerak tubuh ketika berbicara.

Berbicara tidak hanya dengan mulut tetapi juga dengan gerakan tangan. Cenderung tidak percaya bahwa dirinya

kreatif, perlu niat mencoba dan mengambil resiko untuk mengembangkan potensi diri.

Cenderung menganggap dirinya secara alamiah kreatif, tetapi perlu mengaplikasikan kreatifitasnya untuk mengembangkan diri.

G. Pembelajaran Musik Anak

Pembelajaran musik anak merupakan pembelajaran mengolah kemampuan yang ditujukkan kepada anak untuk bisa berkarya, menyanyi atau memainkan sebuah alat musik. Pembelajaran musik anak yang menyenangkan tentunya melalui proses pembelajaran yang berlangsung secara nyaman dan mampu membawa suasana untuk belatih dan berkarya. Selain itu, berdasarkan sifat anak-anak yang cenderung menyenangi kegiatan yang aktif, seorang guru yang akan mengajarkan pembelajaran musik diharapkan pula mampu merencanakan pembelajaran. Menurut Safrina (2002: 193) merencanakan pembelajaran musik dapat langsung dilakukan dengan cara melibatkan anak dengan kegiatan musik yang aktif, yang dapat memberikan sentuhan pribadi pada anak baik secara emosi maupun secara fisik.

(42)

tata kelola proses belajar mengajar (Kay, 2013: 18). Oleh sebab itu, saat pembelajaran musik berlangsung peran guru sangatlah penting, yaitu dengan memotivasi belajar anak-anak dan menyalurkan ilmunya untuk mencapai keterampilan dan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran musik anak menurut Pekerti (1999: 1.78-1.79) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh tutor maupun instruktur musik antara lain sebagai berikut:

1. Sifat musik anak sebaiknya tepat dengan kemampuan anak itu sendiri, kemampuan anak dapat ditinjau dari segi biologis, jiwa maupun daya pikir serta minat anak.

2. Musik anak sebaiknya dijumpai dalam semua aspek musik bahkan setiap elemen musik yang diperkenalkan kepada anak.

3. Musik anak memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

4. Musik anak sebaiknya memberikan kesempatan bagi perkembangan kreatifitas berpikir dan kreatifitas dalam kegiatan seni anak.

5. Musik anak sebaiknya memiliki melodi dan ritme yang pendek. 6. Kalimat tidak panjang, dan syair dapat dipahami anak.

(43)

Dalcroze dalam Jamalus (1992: 120) mengatakan bahwa pelajaran teori musik diberikan melalui bunyi musik itu sendiri, sehingga anak-anak mendengar alunan bunyi dengan menghayati apa yang dinamakan tangga nada, interval dan akornya. Pendapat lain, Safrina (2002: 193) bahwa pembelajaran musik yang baik harus selalu menampilkan bunyi musik itu sendiri, ungkapan-ungkapan yang ada di dalamnya, dan pada unsur-unsur musik yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi anak. Selain itu, memperkenalkan pembelajaran musik kepada anak melalui tahap demi tahap (Seefeldt dan Wasik, 2008: 305), hal tersebut dapat dimulai dengan menggunakan gagasan anak-anak itu sendiri serta dalam bentuk kegiatan pengalaman musik.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran musik anak adalah pembelajaran musik yang diperkenalkan kepada anak tahap demi tahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Pengalaman dan kegiatan bermusik tersebut diajarkan melalui pembelajaran yang telah disesuaikan dengan usia anak-anak.

(44)

Adapun karakteristik musik anak menurut Pekerti (1999: 1.79) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pola melodi dan ritme. Menurut Jamalus (1992: 114) mengutarakan bahwa pola iramanya mulai dari yang sederhana. Wilayah nadanya tidak terlalu luas, mulai dengan lagu yang hanya menggunakan lima nada atau enam nada, seperti do re mi fa sol la. Dalam hal ini dapat dikatakan pembelajaran musik bagi anak hendaknya menggunakan pola melodi dan ritme yang pendek serta mudah untuk diingat.

b. Unsur musik. Dalcroze dalam Jamalus (1992: 120) mengemukakan bahwa unsur musik haruslah diberikan melalui musik itu sendiri, sehingga anak dapat menghayati apa yang dinamakan tangga nada, interval dan akornya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan pengalaman musik seperti bernyanyi atau memainkan alat musik dengan kecepatan tinggi, rendah, memperkuat serta memperlembut.

c. Syair yang sesuai bagi anak. Syair yang dapat mengandung pesan yang sifatnya mendidik, bermanfaat, berisi kasih sayang serta cerita yang menarik sesuai dengan dunia anak-anak. Keindahan, rasa syukur, rasa gembira dan sedih, semua itu diajarkan dengan menggunakan bahasa atau syair yang dapat dipahami oleh anak (Pekerti, 1999: 1.79).

(45)

menggambarkan tokoh idola, karakter binatang, cerita sehari-hari atau cerita lucu.

e. Memberikan kesempatan bergerak melalui musik. Kegiatan bergerak melalui musik Safrina (2002: 244) menjelaskan bahwa untuk menanam, memupuk, meningkatkan serta memantapkan pemahaman dan penghayatan unsur-unsur musik kepada anak-anak. Hal tersebut dapat dilakukan sambil bernyanyi mereka dapat menari sesuai dengan irama.

H. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengkaji tentang strategi pembelajaran telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, namun strategi pembelajaran dalam pendidikan non formal tidak banyak dilakukan. Berikut adalah deskripsi dari penelitian tersebut antara lain.

1. Damascus Heri Purnomo (2005), dengan judul “Tutoran Seni Lukis Anak-anak di Sanggar Melati Suci Yogyakarta”. Peneliti ini mengemukakan pandangan

pengelola sanggar terhadap pembelajaran seni dan mendeskripsikan tahapan-tahapan proses pembelajaran anak terhadap potensi seni lukis yang dimiliki dengan caranya sendiri. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tutoran tema, tutoran teknik dan tutoran mental. Hasil penelitian ini membantu peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana proses pembelajaran di sanggar seni anak.

(46)

diperoleh menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan yaitu strategi persiapan pembelajaran, strategi pengelolaan kelas, strategi motivasi, strategi evaluasi dan pengambilan nilai. Hasil penelitian ini membantu peneliti mengetahui proses tahapan-tahapan dari strategi pembelajaran seni musik.

3. Afrizal Yudha (2015), dengan judul “Strategi Pembelajaran Ansambel Musik pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Bantul”. Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran langsung, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah, metode demonstrasi dan metode drill. Penelitian ini membantu peneliti mengenai tahapan penulisan yang digunakan dalam strategi pembelajaran.

(47)

I. Pertanyaan Penelitian

Untuk memberikan arahan bagi peneliti agar sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini disusun beberapa fokus pertanyaan. 1. Bagaimana strategi yang digunakan dalam pembelajaran musik anak di Sanggar

Nafs-i-gira?

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif menurut Nawawi (1983: 64) mempunyai dua ciri pokok sebagai berikut: (1) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual. (2) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interpretasi rasional. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001: 3) mengatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Berdasarkan hasil pendahuluan secara deskriptif diketahui bahwa Yulius Panon Pratomo selaku tutor Sanggar tidak memiliki latar belakang pendidikan musik serta data-data tertulis yang diperoleh peneliti di Sanggar Nafs-i-gira berupa kumpulan teori musik, materi dan tahapan-tahapan pembelajaran musik anak.

(49)

dengan tutor, instruktur dan mengenal karakteristik peserta didik serta lingkungan di Sanggar Nafs-i-gira.

Dengan demikian penelitian ini menghasilkan data deskriptif dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan strategi pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta.

B. Tahap Penelitian

Penelitian kualitatif menurut Moleong, (2001: 85) memiliki tiga tahapan penelitian yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Secara rinci ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pra lapangan

Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap pra lapangan adalah sebagai berikut.

a. Menyusun rancangan penelitian, yaitu berupa proposal penelitian yang berisikan masalah dan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan.

(50)

menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta.

c. Mengurus perizinan, yaitu berupa surat tertulis permohonan izin penelitian secara resmi dari UNY kepada Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta. Surat tertulis dengan nomor : 209m/UN.34.12/DT/II/2015, tanggal 17 Februari 2015 dengan lampiran satu buah berkas proposal. Waktu pelaksanaan bulan Februari – bulan April 2015. d. Menjajaki dan menilai keadaan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta, yaitu untuk

lebih mengenal lingkungan, kondisi pembelajaran, mengenal dengan para instruktur, peserta didik dan orang tua peserta didik.

e. Memilih dan memanfaatkan informan yang benar-benar menunjang kebutuhan informasi penelitian.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti: alat tulis untuk mencatat hasil penelitian, alat perekam untuk merekam kegiatan wawancara dan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian yang berada di Sanggar Nafs-i-gira. g. Persoalan etika penelitian, Sanggar Nafs-i-gira memiliki tiga studio pembelajaran

(51)

yang beralamat di Gandok Tegal RT 03/RW 24, Wedomartani, Ngemplak, Babadan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Oleh karena peneliti sudah mengenal baik dengan informan maka, peneliti dapat melakukan pendekatan dan menggali informasi dengan mudah.

b. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi partisipasi aktif, wawancara dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

a. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditentukan.

b. Selanjutnya menulis laporan penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

(52)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian atau responden merupakan orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana penjelasan oleh Arikunto (2006: 145) bahwa subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subyek penelitian ini dapat disimpulkan bahwa merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Terkait dengan penelitian kualitatif, yang dimaksud subjek penelitian adalah informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah Yulius Panon Pratomo selaku tutor dan Agatha Fabyan selaku assistant tutor dan peserta didik dari Sanggar Nafs-i-gira.

E. Sumber Data

(53)

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara dan observasi selama penelitian berlangsung. Data primer didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan para informan yaitu Yulius Panon Pratomo dan Agatha Fabyan.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu, dokumen-dokumen pembelajaran berupa materi dan bahan ajar pembelajaran musik anak, video proses pembelajaran, video dalam pelayanan sosial dan hasil belajar peserta didik di Sanggar Nafs-i-gira. Hal ini tersebut, dapat dikatakan data sekunder merupakan data-data yang mendukung data primer.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak terlepas dari fase terpenting sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah untuk mendapatkan standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2013: 224). Untuk mendapatkan data tersebut peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi partisipasi aktif, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi Partisipasi Aktif

(54)

menyeluruh. Menurut Sugiyono (2013: 227) dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. Satori dan Komariah (2014: 115) mengutarakan bahwa peneliti hadir dan melakukan objek serupa dengan objek penelitiannya. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan satu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok individu dan perilaku mereka melalui satu keterlibatan yang intensif.

[image:54.612.159.482.522.606.2]

Oleh karena peneliti menjalin kerja sama yang baik dengan Sanggar Nafs-i-gira maka, saat pengamatan serta pencatatan peneliti beberapa kali terlibat dalam pembelajaran yaitu beberapa kali berpartisipasi menjadi instruktur biola pada pertemuan triwulan, membantu persiapan pentas anak-anak Sanggar dan bermain musik bersama dalam pelayanan di masyarakat. Selain itu, peneliti turut membaur dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Sanggar baik di Studio Plaosan, Studio Murangan dan Studio Babadan. Kegiatan penelitian tersebut dilakukan hanya sebatas untuk memperoleh data-data penelitian. Adapun pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Partisipasi Aktif No. Aspek yang diamati Hasil pengamatan 1. Strategi pembelajaran

2. Tujuan pembelajaran 3. Materi pembelajaran 4. Metode pembelajaran 5. Media pembelajaran

2. Wawancara

(55)

dilakukan secara face-to-face (Creswell, 2012: 267). Esterberg dalam Sugiyono (2013: 231), menyatakan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara secara face-to-face memberikan kebebasan berkomunikasi sehingga data yang diperoleh melalui wawancara menjadi leluasa yaitu dalam hal memberikan informasi mengenai bagaimana strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira.

[image:55.612.127.502.548.716.2]

Hasil wawancara yang diperoleh dalam penelitian ini berupa rekaman suara yaitu merekam semua percakapan atau pembicaraan antara peneliti dengan nara sumber (Satori dan Komariah, 2014: 239). Terkait penelitian ini wawancara dilakukan dengan nara sumber Yulius Panon Pratomo selaku tutor dan Agatha Fabyan selaku assistant tutor dan peserta didik Sanggar Nafs-i-gira. Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam wawancara tersebut berkaitan dengan strategi pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta.

Tabel 3: Kisi-kisi Wawancara untuk Tutor

No. Aspek Wawancara Kisi-kisi pertanyaan

1. Strategi pembelajaran a. Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran.

b. Target pencapaian dalam setiap tahapan pertemuan.

c. Hambatan dalam penerapan pembelajaran tersebut.

2. Tujuan pembelajaran a. Tujuan pembelajaran musik anak. b. Target/sasaran dari kegiatan

pembelajaran musik.

(56)

menentukan materi pembelajaran. c. Sumber dalam menyusun materi. 4. Metode pembelajaran a. Metode pembelajaran yang

digunakanan.

b. Cara menentukan metode pembelajaran yang sesuai.

5. Media pembelajaran a. Media pembelajaran yang digunakan. b. Cara penggunaan media pembelajaran

[image:56.612.123.501.106.227.2]

tersebut.

Tabel 4: Kisi-kisi Wawancara untuk Peserta Didik

No. Aspek Wawancara Kisi-kisi pertanyaan

1. Proses pembelajaran a. Kegiatan pembelajaran musik.

b. Cara guru dalam menyampaikan materi. c. Motivasi yang diberikan oleh guru d. Interaksi antara guru dengan peserta

didik dalam proses pembelajaran. e. Media yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran.

2. Materi pembelajaran a. Materi yang diberikan oleh guru. b. Penguasaan materi pembelajaran. 3. Kesan dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira.

a. Motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran musik.

b. Kesan selama mengikuti kegiatan pembelajaran musik.

c. Pengalaman yang didapat dari mengikuti kegiatan pembelajaran musik

3. Dokumentasi

(57)

kegiatan belajar mengajar, video hasil pembelajaran, foto-foto ketika pelayanan masyarakat dan video pementasan Sanggar Nafs-i-gira di berbagai tempat.

G. Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian dan tergantung pada kualitas data yang diperoleh dari nara sumber melalui pengungkapan instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Sugiyono (2013: 222) mengatakan bahwa peneliti kualitatif yaitu sebagai human instrument. Dikatakan pula peneliti menetapkan fokus penelitian dan informan sebagai sumber data yaitu dengan menetapkan seseorang informan kunci. Sugiyono (2013: 253) menjelaskan bahwa informan kunci “key informant” merupakan yang dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian.

(58)

H. Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau uji kepercayaan terhadap data merupakan hasil akhir dari penelitian. Faktor yang dapat mempengaruhi peneliti yaitu pada waktu wawancara dan kondisi yang dialami maka, peneliti perlu melakukan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (Satori dan Komariah, 2014: 170). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik.

Triangulasi teknik yaitu cara meningkatkan kepercayaan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Satori dan Komariah, 2014: 170). Dari hasil penelitian ini data yang diperoleh melalui observasi partisipasi aktif, wawancara dan dokumentasi. Hasil observasi partisipasi aktif berupa hasil catatan-catatan lapangan kegiatan pembelajaran musik Sanggar Nafs-i-gira. Hasil wawancara berupa rekaman suara dengan dengan nara sumber yaitu tutor dan peserta didik Sanggar Nafs-i-gira. Hasil dokumentasi berupa catatan pembelajaran, bahan materi pengajaran, video kegiatan belajar mengajar, video hasil pembelajaran, dan foto-foto pementasan peserta didik Sanggar Nafs-i-gira.

(59)

diperoleh ditinjau kembali melalui wawancara dan diskusi lanjut dengan Yulius Panon Pratomo sebagai informan atau nara sumber. Peneliti kemudian melakukan pengamatan ulang dari hasil observasi dan hasil dokumentasi, hal tersebut dilakukan untuk memastikan data yang dianggap benar.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2013: 244). Pekerjaan analisis data dalam penelitian ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan merumuskan. Pekerjaan analisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan tenaga pikiran. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Selain itu, terdapat tiga aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.

   

[image:59.612.122.498.526.648.2]

       

Gambar 1. Komponen Analisis Data (Sugiyono, 2013: 247) 

  Data Collection

(Pengumpulan Data)

Data Display (Penyajian Data)

Data Reduction (Reduksi Data)

(60)

1. Reduksi data

Terkait dengan mereduksi data hasil dari melakukan penelitian tersebut, akan menghasilkan data yang relatif beragam dan bahkan sangat rumit. Oleh sebab itu, perlu dilakukan reduksi data (data reduction). Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting serta mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2013: 247). Satori dan Komariah (2014: 219) mengutarakan jika peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal atau belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

(61)

video rekaman atau data khusus seperti kegiatan pembelajaran, pentas peserta didik, pertemuan triwulan, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan tahapan pembelajaran Sanggar Nafs-i-gira.

Selanjutnya melakukan catatan tertulis dan menandainya dengan stabilo berwarna. Apabila menemukan data di luar tujuan penelitian maka, peneliti dapat membuang data yang tidak dipakai, sebagai contoh data yang diperoleh dari hasil wawancara sebagai berikut:

Rekaman 5 (03:53) pada tanggal 28 Februari 2015

“Di Sanggar Nafs-i-gira anaknya dipetakan menjadi dua hal, dia anak telinga atau anak mata…”(strg).

Berdasarkan kutipan dari wawancara tersebut, bahwa pembelajaran di Sanggar Nafs-i-gira menggunakan pendekatan berdasarkan anak telinga dan anak mata. Oleh karena itu, dalam pernyataan wawancara dengan nara sumber, peneliti membuktikan data tersebut dengan melakukan observasi di lapangan dan mencocokan data dengan teori yang ada. Hal tersebut kemudian dikelompokkan dalam pembahasan strategi pembelajaran dengan kode (strg) atau strategi.

2. Penyajian data

(62)

Dengan demikian pula dalam hal ini, penyajian data (data display) disajikan dalam bentuk narasi yang dapat memudahkan memahami hubungan terkait dengan langkah apa saja yang terjadi pada strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira. Penyajian data berupa teks naratif yaitu deskriptif dari tujuan penelitian ini antara lain, mendeskripsikan strategi pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Menurut Sugiyono (2013: 252) merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data yang luas, maka akan dapat menjadi teori. Langkah ini menarik kesimpulan atau verifikasi penelitian berupa deskripsi dari tujuan penelitian yang dilakukan yaitu deskripsi mengenai strategi pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira.

(63)

BAB IV

STRATEGI PEMBELAJARAN MUSIK ANAK DI SANGGAR NAFS-I-GIRA

YOGYAKARTA

A. Strategi Pembelajaran

Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2015 di Sanggar Nafs-i-gira, Dusun Plaosan RT 01/ RW 20, Tlogoadi, Sleman, Yogyakarta. Pelaksanaannya peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi partisipasi aktif, wawancara, dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh diuraikan sebagai berikut:

Strategi pembelajaran merupakan rencana pembelajaran yang berisi berbagai tahapan kegiatan belajar atau jenis latihan tertentu. Rencana dan rangkaian kegiatan pembelajaran tersebut digunakan agar memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dari penelitian yang dilakukan di Sanggar Nafs-i-gira, penggunaan strategi dalam sebuah pembelajaran disesuaikan dengan usia peserta didik dan pendekatan yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dengan strategi yang tepat peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

(64)

a. Anak dengan tendensi otak kiri.

Dikatakan oleh Yulius Panon Pratomo bahwa anak dengan tendensi otak kiri dalam skema membaca notasi angka, notasi balok dan menangkap nada begitu cepat namun dalam kekurangannya anak tersebut cenderung cepat bosan dan cenderung cepat jenuh. Untuk menangani masalah pembelajaran tersebut maka, tutor memulai dengan mengajarkan skema, perbandingan, nama-nama, simbol-simbol yang mudah dipahami dan dapat diserap melalui nalar peserta didik.

Peserta didik seperti ini dapat dikatakan cenderung skematis, fokus terhadap kata-kata, simbol dan angka-angka, sebagai contoh, anak dengan tendensi otak kiri belajar menyanyikan nada do-re-mi-fa-sol akan lebih mudah belajar dengan bantuan simbol yaitu “tangga nada”. Hal tersebut dirasakan lebih cepat ditangkap dan mudah dipahami oleh peserta didik daripada hanya mendengarkan nada do-re-mi-fa-sol dengan menggunakan alat musik keyboard saja.

(65)

b. Anak dengan tendensi otak kanan.

Diutarakan oleh Yulius Panon Pratomo bahwa anak dengan tendensi otak kanan dalam pembelajaran musik, peserta didik sering kesukaran menentukan ketukan berat dan ringan, sering terlambat dan gagap apabila dibuat nada cepat atau lambat. Dari hal tersebut maka, tutor memberikan pendekatan yang berbeda pada peserta didik yaitu apabila peserta didik dengan tendensi otak kanan, tutor lebih banyak mengajarkan untuk merasakan gerakan, ketukan berat, ringan, cepat dan lambat, karena peserta didik seperti ini cenderung statis.

“jadi anak ini cenderung lebih tahan atau lebih tekun tapi kalau bermain tidak terasa, tidak kelihatan naik turun, tidak kelihatan kapan harus cepat lambat”. (strg)

Terkait dengan penelitian ini, menurut Yulius Panon Pratomo bahwa masing-masing peserta didik mempunyai kecenderungan yang berbeda, hal tersebut sama dengan memilah kemampuan orang kuat dalam otak kiri atau otak kanan. Dikatakan pula bahwa terdapat peserta didik yang ketika mendengarkan musik langsung bisa menirukan, ketukannya sudah benar, bermain alat musik sudah benar tetapi ada pula peserta didik yang ketukan serta mendengar tidak bisa menirukan. Solusinya peserta didik tersebut lebih terbantu dengan membuat simbol-simbol visual dan bentuk notasi. Sehingga ketika diberikan notasi peserta didik bisa memainkan atau menyanyikan.

(66)

melakukan pendekatan mengenali karakteristik dan kemampuan peserta didik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Yulius Panon Pratomo.

“jadi gimana anak mata itu melatih rasa kapan cepat-lambat dan gimana anak telinga itu melatih ketekunan…hal itu dikenali dimana kekuatannya lalu diajari untuk menambahi unsur yang dia lemah, biasane begitu pendekatan personalnya”. (strg)

Pemetakan tendensi otak peserta didik tersebut dapat dikatakan bahwa merupakan bagian dari strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira. Tendensi otak kiri dan otak kanan merupakan cara tutor melakukan pendekatan dalam menghadapi perbedaan karakteristik peserta didik. Secara kongkrit cara tutor dalam pembelajaran musik yaitu mengajarkan skema, perbandingan, nama-nama, simbol-simbol, melakukan gerakan, merasakan cepat-lambat, berat-ringan suatu ketukan dan lagu. Selain itu, bahasa dan contoh-contoh yang digunakan dari kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga, pembelajaran musik dapat mudah dipahami dan dapat diserap dengan baik melalui nalar peserta didik baik itu tendensi otak kiri maupun tendensi otak kanan. Setelah mengetahui perbedaan karakteristik peserta didik lalu tutor membuat tahapan-tahapan pembelajaran. Tahapan-tahapan pembelajaran di Sanggar Nafs-i-gira diuraikan sebagai berikut: 1. Tahapan-Tahapan Pembelajaran

(67)

diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian strategi pembelajaran yang digunakan oleh tutor dalam kegiatan pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira ini sebagai berikut:

a. Pada awal tahap pembelajaran, tutor menarik perhatian peserta didik dengan memberi motivasi belajar. Motivasi belajar dilakukan dengan cara menceritakan sejarah mengenai lagu yang akan dimainkan, membuat perumpamaan atau contoh dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik terpacu dan tertarik untuk belajar bermusik. Tujuan langkah awal ini dilakukan tutor untuk menarik dan memusatkan perhatian peserta didik pada pokok pembelajaran.

b. Tahap kedua, materi pembelajaran dibagikan kepada masing-masing peserta didik berupa kertas yang di dalamnya berisikan penjelasan teori musik dan lagu dengan menggunakan notasi balok. Penggunaan notasi balok sudah menjadi kebiasaan tersendiri dalam kegiatan pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira, menurut tutor tujuan dari materi pembelajaran menggunakan notasi balok yaitu agar dapat dipakai di mana-mana alias “bahasa standar” musik. Dikatakan pula oleh Yulius Panon Pratomo bahwa manfaat memakai notasi balok tersebut dari segi pembelajaran dapat dilihat dari naik turunnya nada dan lebih memudahkan dalam permainan musik.

c. Tahap ketiga, tutor memperkenalkan dan memainkan materi lagu, kegiatan ini bertujuan agar peserta didik mengetahui terlebih dahulu lagu yang akan dipelajari. Tutor memeragakan dan mencontohkan dengan menggunakan alat musik keyboard atau gitar. Walaupun dengan materi lagu-lagu pendek dan sederhana

(68)

d. e. karena itu pembelaja pembelaja Tahap kee mengguna memudahk Tahap ke keterangan materi lag peserta did tahapan in

u, agar pes aran diwuj aran beserta Gam empat, tuto akan contoh kan peserta lima, setela n dan penje gu yang dib dik, praktis ni strategi ya

erta didik udkan den

penjelasan

mbar 2. Tuto

or menjelask h kegiatan d

didik mem ah peserta elasan langk bagikan. Tu , efisien da ang digunak memperole ngan mem dari tutor. or mendemo (dok. Desti kan materi dan bahasa s mahami serta didik men kah-langkah ujuannya a an dapat dik kan tutor se

eh gambara mbagikan k

onstrasikan m i 2015) teori musi sehari-hari. a menangka ngenal mate h mengerja agar materi kuasai dalam bagai berik

an yang jel kertas yang

materi lagu

ik dan baha Hal tersebu ap materi ya

eri lagu tu akan tugas d

dan tugas m waktu yan kut:

as setiap p g berisi m

an pembela ut bertujuan ang diberika utor membe di bawah tu

(69)

1) Per ber 2) Set pes me 3) Ke kem tek bir ma apa 4) Tu den dal ini kes hin rtama-tama rsama mem telah pema serta didik u enceritakan egiatan ber mudian tut knik dasar ramanya, m ateri lagu d a saja yang utor membim ngan meng lam materi bertujuan sulitan mak ngga peserta Ga

a tutor denga mainkan tang

anasan dira untuk bersa tentang apa rikutnya be tor menjela

dari lagu melodi dan ir engan baik terkandung mbing dan m

gunakan al belajar reko

jika terdap ka, tutor a a didik mem

ambar 3. Tu

an peserta d gga nada, va asa cukup ama-sama m a, bagaiman elajar mem askan dan m

tersebut b ramanya. Tu

peserta did g dalam lagu melatih mat

at musik ke order tutor m pat bagian akan melati mainkannya utor membi (dok. Desti didik tuning ariasi ritme kemudian, melihat kemb

na dan dari m mbaca nota

mendemons agaimana p ujuannya ag dik juga dap u tersebut. teri lagu ter

eyboard ata

menggunak lagu yang h hal terse dengan lan

mbing pese i 2015)

g alat musik dan ketuka

tutor beri bali judul la mana lagu t

si balok s strasikan m pengucapan gar selain d

pat memah

sebut secara au gitar. Se kan alat mus dirasa pese ebut secara ncar.

erta didik

k dan peman n. interaksi de agunya, sya tersebut bera secara perl mengenai te nnya, temp dapat mema hami unsur-u a berulang-u elain itu, ap

(70)

5) Tu tug dib ber kem me 6) Tu ata pes dil den 7) Tu Tuj ma utor membe gas dan ber berikan dap rtujuan aga mampuan enyelesaikan utor mengec au berkelom serta didik l

akukan den ngan pesert Pesert utor membe ujuannya ag ateri pembel erikan kesem latih sesuai pat secara ar tutor dap peserta did n tugas yan cek kemam mpok, meny

lainnya. Sel ngan cara u ta didik.

ta didik tam

erikan tugas ar peserta d lajaran yang

mpatan kep i dengan ma

individual pat memoni

dik dalam ng diberikan mpuan peser yanyikan a lain itu, me umpan balik

Gambar mpil berkelom

(dok. Desti s mandiri u didik lebih m

Gambar

Tabel 1 : Tendensi Otak
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Partisipasi Aktif
Tabel 3: Kisi-kisi Wawancara untuk Tutor
Tabel 4: Kisi-kisi Wawancara untuk Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat I Prodi D III Keperawatan Tentang Manajemen Stres di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) PKU Muhammadiyah Surakarta : Jurnal

Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan media kartun spongebob squarepants berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X di Madrasah

Upaya aparat penegak hukum dalam penanggulangan terjadinya kekerasan yang dilakukan bersama-sama di muka umum di Kabupaten Soppeng dapat dilakukan dengan cara,

Di bawah seksyen 12, Juvenile Courts Act 1947 (Revised 1972), Pesalah Juvana tidak boleh disabitkan dengan sesuatu kesalahan atau dijatuhkan hukuman. Oleh yang demikian,

Secara r ata-rata konsumsi garam beriodium dikedua wilayah lebih dari 30 ppm, dan konsumsi sumber iodium dari makanan lebih dari 2 kali seminggu, namun kejadian

Türkiye’de kaynaştırma uygulaması yürütülen sınıflarda eğitim alan özel gereksinimli öğrencilerin normal gelişim gösteren akranları tarafından sosyal kabul

Berdasarkan pasal 9 dari Konvensi Basel, disebutkan bahwa suatu perpindahan limbah berbahaya antarnegara bisa dikatakan ilegal jika berada dalam kondisi-kondisi