• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Alat Permainan Edukatif pada Kelompok B TK El. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah | Bagia | Bungamputi 2992 9167 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Alat Permainan Edukatif pada Kelompok B TK El. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah | Bagia | Bungamputi 2992 9167 1 PB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT

PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY

BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

Verlis Bagia1

ABSTRAK

Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan motorik halus anak pada kelompok B TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. Penelitian dilaksanakan di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah, melibatkan 20 orang anak terdiri atas 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui teknik obsevasi, dan pemberian tugas kemudian dianalisis secara deskriptif dari data kualitatif dan kuantitatif.

Data yang dikumpulkan sebelum tindakan pengamatan motorik halus anak dalam bermain balok kategori Berkembang Sangat Baik 10%, Berkembang Sesuai Harapan 25%, Mulai Berkembang 30%, dan Belum Berkembang 35%, kemudian motorik halus anak dalam mengikat tali sepatu dengan kategori Berkembang Sangat Baik 5%, Berkembang Sesuai Harapan 25%, Mulai Berkembang 30%, Belum Berkembang 40%, dan pengamatan bermain puzzle dengan kategori Berkembang Sangat Baik 10%, Berkembang Sesuai Harapan 30%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 40%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui alat permainan edukuatif dapat meningkatkan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II Hal ini terlihat pada tindakan siklus I dalam pengamatan anak yang bermain balok, mengikat tali sepatu, dan bermain puzzle, setelah dirata-ratakan ketiga hasil pengamatan ketiga aspek tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, (31,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Namun pada tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik (43,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah.

Kata Kunci: Peningkatan Motorik Halus Anak, Alat Permainan Edukatif

1

(2)

PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk Tuhan yang jika dipandang dari aspek penciptaan merupakan

mahluk yang memiliki kelengkapan dan kemampuan untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan dirinya. Kemampuan untuk meningkatkan kualitas diri ini

diperoleh manusia dengan belajar. Karenanya manusia adalah mahluk belajar, mahluk yang

dapat dididik sekaligus dan mendidik. sehingga manusia berhak memperoleh pendidikan

sejak manusia dilahirkan, dan ketika mamasuki usia dini, manusia mesti memperoleh

pendidikan dasar untuk mengembangangkan kemampuan yang dimilikinya, dengan

pendidikan sejak usia dini inilah, manusia dapat dipersiapkan memasuki jenjang pendidikan

tingkat selanjutnya.

Pendidikan pada usia dini adalah menjadi penentu bagi keberhasilan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi, dimana pada pendidikan usia dinia akan diletakkan dasar-dasar pendidikan

bagai anak, untuk pengembangan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan

dengan aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 19

ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.

Berdasarkan Undang-undang diatas, maka anak-anak pada periode usia berhak

memperoleh Pendidikan yang membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

secara optimal aspek jasmani (fisik bemotorik halus/halus), sosial, emosional, kognitif,

maupun rohani yang dimilikinya. Sehingga Taman Kanak-Kanak sebagai pendidikan formal

memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan pendidikan yang berkualitas

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Pendidikan yang diselenggarakan di TK

adalah bentuk kegiatan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sehingga

dimasa akan datang akan menjadi sumber daya manusia Indonesia yang berkualutas.

Penyelenggaraan Pendidikan di TK padsa dasarnya merupakan suatu kegiatan belajar

yang diberikan oleh guru sebagai pendidik kepada anak didik untuk mencapai kematangan

perkembangan diri. Sehingga aspek kognitf, sosial emosianal, moral agama, berbagai

ketrampilan dan kemampuan fisik bemotorik halus dan halus anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Upaya untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan

(3)

keseimbangan anak, sehingga membuat anak semakin percaya pada kemampuan sendiri dan

memiliki keberanian untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang positif.

Upaya untuk semakin menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan motorik halus

anak, menuntut tanggung jawab dan kemampuan guru TK dalam mengajar. Guru harus

memiliki kemampuan untuk mengatahui fungsi dan tujuan serta dapat memanfaatkan secara

efisien dan efektif setiap alat permainan edukatif, Dengan kemampuan guru memanfaatkan

secara optimal alat permainan edukatif, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik

halus anak.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai tenaga pendidik di TK EI Roy Baleura Kec.

Lore Tengah pada kelompok B, terdapat suatu masalah yaitu masih rendah kemampuan

motorik halus anak, yuang salah satu sebabnya adalah guru masih belum efektif dalam

memanfaatkan alat permainan edukatif. Maka penulis tertarik untuk mengungkap masalah ini dalam suatu penelitian. Dengan judul “Meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui penggunaan alat permainan edukatif pada kelompok B di TK EI Roy Baleura Kec.

Lore Tengah.

Aisyah dkk. (2008:4.42) mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah perkembangan

pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan syaraf, otot,

otak dan spinal cord. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot

halus atau sebagian anggota tubuh tertentu. Seperti memindahkan benmda dari tangan,

mencoret-coret, menyusun balok dsb. Menurut Rusli Lutan (dalam Yuni, 2010:12)

kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot kecil seperti jari

tangan, lengan, yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan,

contohnya seperti menulis dengan tangan.

Menurut Piaget (1992) Rani Yulianty (2011:8) melihat bahwa “permainan sebagi media

yang meningkatkan perkembangan kognitif anak. Permainan Imajiner dan permainan kreatif

juga mampu meningkatkan hasil belajar anak. Permainan merupakan suatu alat bai anak

untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang mereka tidak lakukan jika tidak bermain dan tidak melakukan permainan.” Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui penggunaan alat

permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK

EI Roy Baleura Kec. Lore Tengah ? Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang

diajukan yaitu dengan menerapkan alat permainan edukatif, dapat meningkatkan kemampuan

(4)

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus.

Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc

Taggart dalam Dahlia (2012:132). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1)

Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Tahap-tahap

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram alur desain penelitian diadaptasi dari model Kemmis & Mc. Taggart

(Dahlia, 2012:132).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK El-Roy Baleura Lore Tengah. Sedangkan

subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 11

orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan

dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah

dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan.

Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c).

Observasi, dan d). Refleksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas partisipasi, artinya peneliti terlibat

langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian

ini, untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak maka digunakan

penelitian secara kuantitatif dan untuk melengkapi analisis data digunakan pendekatan

penelitian secara kualitatif. Kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersama-sama,

namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan

pengenalan agama anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi

siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil Keterangan

(5)

pengamatan. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk merekam

seluruh aktivitas baik yang dilkukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan.

Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan

dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi

data. 1) Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan memfokuskan dan

menyederhanakan data mulai dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan.

Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengolahan selanjutnya. 2) Paparan data: dala tahap ini dilakukan penyusunan

informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan penggambaran tindakan. 3) Pada kegiatan ini dilakukan

pembuatan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dalam bentuk kalimat

atau infomasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan.

Data kuantitatif yang merupakan hasil belajar anak dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78).

= BSB = Berkembang Sangat Baik

= BHS = Berkembang Sesuai Harapan

= MB = Mulai Berkembang

= BB = Belum Berkembang

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi

kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis

kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut

(Suryanto, 2009:4.32) :

Keterangan :

P = Hasil yang dicapai

f = Jumlah anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan

n = Jumlah sampel

(6)

Prosedur Penelitian 1) Perencanaan

Kegiatan ini dilakukan dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan kegiatan dengan

menggunakan alat permainan edukatif

a. Menyiapkan alat permainan edukatif

b. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru

c. Menyiapkan lembar observasi aktivitas anak didik.

2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rencana yang telah dirancang dan sesuai dengan skema pelaksanaan tindakan.

a. Guru berusaha untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui alat

permainan edukatif. Yaitu anak mampu bermain balok dengan menyusun

macam-macam bentuk bangunan dari balok, mampu mengikat tali sepatu dan anak mampu

bermain puzzle.

b. Observasi

Kegiatan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan mengamati

pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran melalui penggunaan alat permainan

edukatif.

c. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis hasil pengamatan tentang

sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran peningkatan kemampuan motorik halus

pada anak TK melalui alat permainan edukatif.

HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan (TK

Ei Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan

memberikan tes pra tindakan untuk menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan

(7)

Adapun rekapitulasi hasil pengamatan pra tindakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan

No Kategori

Aspek yang Diamati

Jumlah % Bermain Balok Mengikat Tali

Sepatu Bermain Puzzle

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

2 10 1 5 2 10 5 8,33

2.

Berkembang Sesuai Harapan

5 25 5 25 6 30 16 26,67

3. Mulai Berkembang

6 30 6 30 4 20 16 26,67

4.

Belum Berkembang

7 35 8 40 8 40 23 38,33

Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100

Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui

dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1,67 orang anak (8,33%) yang masuk

kategori berkembang sangat baik, 5,33 orang anak (26,67%) yang masuk kategori

berkembang sesuai harapan, 5,33 orang anak (26,67%) yang masuk kategori mulai

berkembang dan 7,67 orang anak (38,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Dari

hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan

bemotorik halus, karena masih banyak anak yang belum mampu bermain balok, mengikat

tali sepatu dan bermain puzzle. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti

melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan

(8)

2. Tindakan Siklus I

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus I dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I

No Kategori

Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut

diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 5,33 anak (26,67%) yang

masuk kategori berkembang sangat baik, 6,33 orang anak (23,33%) yang masuk kategori

berkembang sesuai harapan, 4,67 orang anak (23,33%) yang masuk kategori mulai

berkembang dan 3,67 (18,33%) masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat

persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa

persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik

halus anak yaitu bermain balok, melompat, dan bermain puzzle belum mencapai

persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori

berkembang sesuai harapan yaitu 26,67% + 23,33% = 50%. Oleh karena itu perlu

(9)

3. Tindakan Siklus II

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus II dapat dilihat dari

tabel di bawah ini:

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II

No Kategori

Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut

diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 7,67 anak (38,33%) yang

masuk kategori berkembang sangat baik, 8,67 anak (43,33%) yang masuk kategori

berkembang sesuai harapan, 2,33 anak (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang

dan 1,33 anak (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat

persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa

persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik

halus anak yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle telah mencapai

persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori

berkembang sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak yang masuk

kategori berkembang sangat baik 38,33% dan masuk kategori berkembang sesuai harapan

43,33% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 81,67% dengan kategori

berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada

(10)

PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan

semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan awal yang

dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui metode demonstrasi, dimana guru

menyuruh anak membiasakan anak membaca doa sebelum memulai pelajaran. Tidak lupa

pula guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan

kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut di maksudkan agar anak mempunyai harapan

keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan

termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Motivasi belajar

anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak

terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar

dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar

secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik.

Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok

sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk

bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran

dilaksanakan dan guru menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus tiga kali tindakan. Pelaksanaan tindakan pertama,

guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yaitu alat permainan edukatif di

antaranya bermain balok, setiap kelompok diperintahkan untuk berlari dan guru memberi

pujian kepada anak yang menang dalam kelompoknya sedangkan yang belum mampu

bermain balok diberi motivasi untuk bermain balok dan meyakinkan anak bahwa mereka pasti

bisa.

Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk

mengikat tali sepatu sendiri, seperti pada kegaiatan pertama anak diperintahkan untuk

mengikat tali sepatu secara berkelompok dan anak yang bisa mengikat tali sepatu sendiri

diberi pujian sedangkan anak yang kurang bisa mengikat tali sepatu dan tidak bisa mengikat

tali sepatu sama sekali diberi motivasi. Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga guru memberi

motivasi kepada anak didik terlebih dahulu dan memberi penguatan sehingga mereka tidak

takut-takut untuk bermain puzzle karena pada kegiatan pembelajaran ini yang menggunakan

alat permainan edukatif. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bermain puzzle dan anak

yang bermain puzzle dengan baik diberi pujian sedangkan yang kurang mampu diberi

(11)

1) Hasil pengamatan Pra Tindakan

Berdasarkan hasil pra tindakan, setelah dirata-ratakan hasil dari ketiga aspek yang

diamati yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle, dari 20 anak yang

menjadi subjek penelitian terdapat 1,67 anak (8,33%) yang masuk kategori berkembang

sangat baik, 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 5,33

anak (26,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 7,67 anak (38,33%) yang

masuk kategori belum berkembang. Hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit

anak yang memiliki kemampuan motorik halus, karena sebagian besar anak belum paham

memainkan alat permainan edukatif kegiatan pembelejaran. Sehingga dari permasalahan

tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2) Hasil Pengamatan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, setelah dirata-ratakan ketiga aspek

yang diamati yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle, diketahui dari

20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori

berkembang sangat baik, 6,33 anak (31,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai

harapan, 4,67 orang anak (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 3,67

orang anak (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase

yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase

yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada yang mencapai

persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori

berkembang sesuai harapan. Melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan

tindakan siklus I, ada peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan dengan

hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada peningkatan kemampuan motorik halus

anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase

keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang

sesuai harapan untuk 3 aspek penilaian yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu, dan

bermain puzzle.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus

anak pada kegaiatan pembelajaran melalui alat permainan edukatif, karena anak

termotivasi mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan alat permainan edukatif

untuk melakukan suatu kegiatan serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian

(12)

menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga

menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran.

Disisi lain dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan

hasil yang maksimal atau baik peningkatan kemampuan motorik halusnya pada kegiatan

pembelajaran. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang

belum mampu melakukan suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan

faktor dari dalam diri anak. Dengan alat permainan edukatif belum meningkatkan

kemampuan motorik halusnya, kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru,

bisa pula disebabkan ada guru lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga

mempengaruhi aktivitas anak yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian.

Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan

kepada anak-anak sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat dicerna dengan baik

oleh anak. Disamping itu guru akan lebih memberikan motivasi berupa penguatan,

dorongan serta semangat dan juga menceritakan sesuatu yang menarik sehingga

memunculkan semangat kepada anak didik agar memiliki kemampuan motorik halus.

3) Hasil Pengamatan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek

yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 7,67 anak

(38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 8,67 anak (43,33) yang masuk

kategori berkembang sesuai harapan, 2,33 anak (11,67%) yang masuk kategori mulai

berkembang dan 1,33 anak (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan

melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat

bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan

motorik halus anak yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle sudah

mencapai persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65%

dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan

perbaikan pada tindakan selanjutnya.

Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang

masuk dalam kategori mulai berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria

keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan

pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang

sesuai harapan. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan

(13)

tidak terbebani dalam melakukan kegiatan permainan edukatif sehingga dengan

penggunaan alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak

di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa melalui alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak

di kelompok B TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. Hal tersebut ditandai dengan

ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dengan adanya peningkatan

dari tindakan siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat pada tindakan siklus I dalam pengamatan

anak yang bermain balok, mengikat tali sepatu, dan bermain puzzle, setelah dirata-ratakan

ketiga hasil pengamatan ketiga aspek tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek

penelitian terdapat (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, (31,67%) yang

masuk kategori berkembang sesuai harapan, (23,33%) yang masuk kategori mulai

berkembang dan (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang.

Namun pada tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati

diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (38,33%) yang masuk kategori

berkembang sangat baik (43,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan,

(11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (6,67%) yang masuk kategori belum

berkembang. Dengan demikian aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran sudah terlihat

baik, untuk 3 aspek penilaian dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak semuanya

telah berada dalam kategori berkembang sesuai harapan. Begitu pula dengan aktivitas

kegiatan guru semakin meningkat mengelola proses pembelajaran di kelas menjadi lebih

aktif, efektif, dan menyenangkan.

Adapun saran dari peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Kiranya penggunaan alat permainan edukatif dapat diterapkan mengingat alat permainan

ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan

motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik

halus anak.

2) Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat,

sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat

memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.

3) Sebaiknya dalam hal menerapkan metode atau model pembelajaran harus selalu

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dahlia, Syuaib. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika.

Rani, Yulianty I. (2011). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak (Modern dan

Tradisional). Jakarta: Niaga Swadaya.

Sudjiono. (1991). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.

Gambar

Gambar 1 Diagram alur desain penelitian diadaptasi dari model Kemmis & Mc.       Taggart (Dahlia, 2012:132)
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Plat pengekang ini terbuat dari baja, fungsinya untuk pengekang baja ringan profil C yang digunakan sebagai tumpuan benda uji reng baja ringan agar tidak geser saat

Adanya indikator yang dikurangi, sehingga anak dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuannya, adanya pendampingan bagi anak, namun pendampingnya diacak maupun disilang atau tidak

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses isolasi α -selulosa dari serbuk tandan kosong kelapa sawit, dan proses sintesis selulosa dengan penambahan

Para peserta seleksi dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis kepada Kelompok Kerja Jasa Konsultansi ULP Pemerintah Kabupaten Tuban dalam waktu 3 (tiga) hari

Sebagai makhluk individu, setiap peserta didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, dalam minat ( interest ), kemampuan ( ability ), kesenangan ( preference ),

Akan tetapi tantangan terberat dari semua keuntungan tersebut di atas adalah bagaimana keadaan tersebut juga dibarengi dengan peningkatan kualitas mutu dari guru

Jumlah penyedia barang/jasa yang mendaftar melalui LPSE sebanyak 53 (Lima Puluh. Tiga)

Pada hari tersebut LP3A UMM kembali akan menggelar kegiatan bertaraf nasional yakni Simposium Nasional dengan tema “ Pengarusutamaan Hak Anak Dalam Mewujudkan Generasi Sehat