BAB II
PROFIL KABUPATEN MOJOKERTO
2.1 Wilayah Administrasi
Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 kecamatan, dan 304 desa.
Luas wilayah secara keseluruhan adalah 692,15 km2. Di samping itu wilayah Kabupaten Mojokerto
juga mengitari wilayah Kota Mojokerto.
Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 111020’13”– 111040’47” Bujur
Timur dan 7018’35”– 7047” Lintang Selatan. Wilayah geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan
dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya, sebagaimana berikut inl: Batas Utara : Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik
Batas Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan Batas Selatan : Kabupaten Malang, Kota Batu
Batas Barat : Kabupaten Jombang
Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan, 304 Desa/Kelurahan, 1.171 Dusun, 2.208
Rukun Warga (RW), dan 6.975 Rukun Tetangga (RT). Jumlah desa/kelurahan, dusun, Rukun Warga
(RW), dan Rukun Tetangga (RT) pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Mojokerto dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Jumlah Desa/Kelurahan, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT) pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Dusun Rukun Warga (RW)
Rukun Tetangga (RT)
12 Puri 16 68 128 407
13 Trowulan 16 60 102 394
14 Sooko 15 42 50 403
15 Gedeg 14 46 106 374
16 Kemlagi 20 74 134 393
17 Jetis 16 80 126 469
18 Dawarblandong 18 75 173 348
Jumlah 304 1.171 2.208 6.975
Sumber: Kabupaten Mojokerto dalam Angka Tahun 2016
Gambar 2.1
2.2 Potensi Wilayah kabupaten Mojokerto 2.2.1 Potensi Sumber Daya Alam
Kawasan pelestarian alam di Kabupaten Mojokerto merupakan kawasan yang mempunyai
keanekaragaman dan mempunyai ciri khas tertentu atau bernilai budaya tinggi baik itu secara alami
maupun buatan manusia yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi. Kawasan ini berada
pada wilayah selatan seperti di Kecamatan Pacet, Gondang, Trawas, Jatirejo, dan Trowulan. Dengan
luas hutan lindung terdapat di Kecamatan Ngoro dan Kecamatan Trawas seluas 1420,694 Ha.
Selain itu, di Kabupaten Mojokerto juga terdapat Taman Hutan Raya (Tahura). Taman Hutan
Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang
alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman
Hutan Raya (Tahura) yang berada di wilayah Kabupaten Mojokerto adalah merupakan bagian dari
Tahura R. Suryo. Tahura ini meliputi sebagian wilayah Kecamatan Pacet, Gondang, Trawas, dan
Jatirejo. Kawasan Taman Hutan Raya R. Suryo ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 1128/Kpts-II/1992 tanggal 19 Desember 1992, selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kehutanan No. 80/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 dan merupakan bagian dari luas Taman Hutan
Raya di Jawa Timur dengan luas total 24.877,7 Ha yang tersebar di Kabupaten Mojokerto, Pasuruan,
Malang, dan Jombang. Secara administrasi Tahura R. Suryo berada di 4 (empat) Kabupaten yaitu: Sebelah Utara seluas 1.141,18 Ha masuk wilayah Kecamatan Pacet dan Trawas Kabupaten
Mojokerto
Sebelah Timur seluas 3.600 Ha masuk wilayah Kecamatan Prigen, Purwosari, Purwodadi, dan Sukorejo Kabupaten Pasuruan
Sebelah selatan seluas 7.900,50 Ha masuk wilayah Kecamatan Ngantang, Pujon, Batu, Singosari, dan Karangploso Kabupaten Malang.
Sebelah barat seluas 2.864,7 Ha masuk wilayah Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.
2.2.2 Potensi Pertanian A. Pertanian Lahan Basah
Pada kawasan ini diusahakan untuk ditanami padi dengan pola tanam yang sesuai. Penggunaan
jenis tanaman lain diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan
pertanian lahan basah tersebar di Kecamatan Gedeg, Jetis Dlanggu, Kutorejo, Pungging, Mojosari,
Bangsal, Puri, Trowulan, Sooko, dan Mojoanyar serta sebagian kecil wilayah Kecamatan Pacet,
Trawas, dan Gondang bagian utara serta sebagian wilayah Kecamatan Kemlagi.
B. Pertanian Lahan Kering
Kawasan Pertanian lahan kering di Kabupaten Mojokerto memiliki potensi khususnya komoditas
perkebunan. Kebutuhan pertanian lahan kering khususnya dengan komoditas non pangan
dipengaruhi oleh kegiatan pengolahan dan kebutuhan barang-barang sekunder. Sejauh ini terdapat
sektor unggulan dan prospektif pada kawasan-kawasan lahan pertanian kering, yakni komoditas
perkebunan berupa tembakau, tebu, dan pandan di Kecamatan Kemlagi, Dawarblandong, Jetis,
Gedeg, Jatirejo, Gondang, Pacet dan Ngoro. Adanya kebutuhan pengembangan lahan perkotaan
khususnya industri yang diarahkan mengkonversi lahan ini pada akhirnya mengarahkan alokasi
untuk pengembangan lahan pertanian tanaman kering.
C. Holtikultura
Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan
florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran,
bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. Usaha hortikultura adalah semua kegiatan untuk
menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa yang berkaitan dengan
hortikultura.Kawasan hortikultura terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto dengan luas
kurang lebih 10.510 Ha. (Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto Tahun 2016)
D. Perkebunan
Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Mojokerto dikembangkan berdasarkan fungsi
kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang
dimiliki. Selain itu, pada kawasan ini juga dapat dikembangkan kegiatan agroindustri dan
agrowisata. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dapat dibagi dalam dua
kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti: cengkeh, kopi, coklat, karet dan perkebunan
tanaman semusim antara lain berupa : tebu, panili, dan tembakau. Pengembangan kawasan
perkebunan di Kabupaten Mojokerto yaitu di Kecamatan Pacet, Jatirejo,Trawas, Gondang,
Dawarblandong dan Kemlagi serta Kecamatan Jetis sebagai kawasan sentra pengembangan
kacang mete. Kawasan perkebunan ini merupakan kawasan perkebunan tanaman tahunan dengan
E. Peternakan
Beberapa komoditas peternakan seperti ayam potong, itik dan unggas lainnya yang diusahakan
oleh masyarakat tersebar secara acak dengan menempati kawasan-kawasan pertanian.
Berdasarkan perkembangan sektor peternakan, hampir seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto
berpeluang untuk dikembangkan kegiatan peternakan. Bagi pemenuhan kebutuhan internal
Mojokerto dan ekspor, maka pengembangan kegiatan peternakan yang ada saat ini dapat
dipertahankan. Kebutuhan Pengembangan ke depan yang dapat diatur pemanfaatan lahannya
atau kawasannya diatur sebagai berikut:
Pengembangan ternak besar jenis sapi potong di Jatirejo, Sooko Gedeg,dan Kutorejo Peternakan ternak besar tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto
Peternakan ternak kecil terletak di Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pungging, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Sooko, Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet,
dan Kecamatan Kemlagi
Peternakan unggas terletak di Kecamatan Trawas, Kecamatan Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Jetis, Kecamatan Gedeg. dan Kecamatan Dawarblandong
2.2.3 Potensi Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan Kabupaten Mojokerto terbagi atas:
a. Kawasan perikanan tangkap terletak di:
Waduk/situ/danau/telaga seluas 98,58 Ha lokasinya meliputi Kecamatan Dawarblandong, Kemlagi, Jetis, Sooko, Mojoanyar, Trowulan jatirejo, Puri, Dlanggu, Pacet, Bangsal, Mojosari,
Kutorejo dan Pungging
Sungai dengan panjang 330 km
b. Kawasan perikanan budidaya air tawar, terletak di:
Perairan umum berupa sungai, waduk, telaga dan embung lokasinya meliputi: Segaran Trowulan, Waduk Tanjungan, Cinandang
Kolam dengan luas 0,25 km2 lokasinya untuk ikan lele/patin komunitasnya ada di Kecamatan Dlanggu, Puri, Mojoanyar, Mojosari, Pungging, dan Bangsal. Untuk gurami berada di Desa
Modongan dan Klinterjo Kecamatan Sooko, Desa Panggih Kecamatan Trowulan, Kecamatan
Sawah dengan sebaran lokasi meliputi Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Gondang, Pacet,
Trawas, Ngoro, Pungging, Kutorejo, Mojosari, Bangsal, Mojoanyar, Dlanggu, Puri, Trowulan,
Sooko, Gedeg, Kemlagi, Jetis, dan Dawarblandong.
Budidaya perikanan air tawar yang dikembangkan adalah meliputi:
Ikan lele/patin terdapat di Kecamatan Dlanggu, Puri, Mojoanyar, Bangsal, Mojosari,
Pungging
Ikan nila/mas terdapat di Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, Ngoro Ikan gurame terdapat di Kecamatan Sooko dan Trowulan
c. Kawasan pemasaran hasil perikanan terdapat di Desa Tunggalpager Kecamatan Pungging,
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Mojosari, Desa Sadar Tengah Kecamatan Mojoanyar,
Kecamatan Puri, Kecamatan Gondang, dan Kecamatan Sooko.
2.2.4 Potensi Pertambangan
Kawasan pertambangan yang memiliki kegiatan dan dukungan spesifik di Kabupaten
Mojokerto berdasarkan jenis bahan tambang maupun potensi belum perlu untuk dikembangkan. Untuk
kegiatan pertambangan batuan di Kecamatan Ngoro, Gondang, dan Jatirejo perkembangannya
dibatasi, dan perlu dilakukan komitmen tegas untuk melakukan reklamasi bekas penggalian. Saat ini
terdapat kegatan penambangan sirtu di Kecamatan Ngoro, hal ini merupakan potensi bagi kawasan
pertambangan namun untuk pengembangan dalam bentuk kawasan yang terstruktur dalam pola ruang
tidak dapat ditentukan dengan spesifik hingga adanya kajian dan ekplorasi lebih lanjut yang
menghasilkan rencana pengembangan.
Pertambangan mineral bukan logam terdapat di Kecamatan Mojoanyar, Sooko, Bangsal,
Gedeg, Jetis, Kemlagi, dan Dawarblandong. Pertambangan batuan terdapat di Kecamatan Ngoro,
Jetis, Dawarblandong, Kutorejo, dan Dlanggu. Pertambangan minyak dan gas bumi di seluruh wilayah
Kabupaten Mojokerto. Pertambangan panas bumi terdapat di Gunung Arjuno Welirang.
2.2.5 Potensi Industri
Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Mojokerto dikembangkan berdasarkan
ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, permintaan pasar, ketersediaan infrastruktur, dan
perkembangan wilayah. Rencana pengembangan kawasan industri di kabupaten Mojokerto didasarkan
kawasan yang dimana letak Kabupaten Mojokerto berdekatan dengan kawasan industri Lamongan
Integreated Shore base (LIS) dan Kabupaten Lamongan serta Gresik. Kabupaten Mojokerto sebagai
salah satu kabupaten di wilayah Gerbangkertosusilo Plus yang mampu menampung perkembangan
kawasan industri di Provinsi Jawa Timur.
Pengembangan Kawasan industri di Kabupaten Mojokerto diarahkan akan terdiri dari :
a. Kawasan industri yang menimbulkan polutan (Ngoro Industrial Estate, Mojoanyar Industrial Estate,
dan Jetis Industrial Estate) terdapat di Kecamatan Ngoro dan Mojoanyar, Jetis, Kemlagi, dan
Dawarblandong.
b. Kawasan industri besar dikembangkan berupa Kawasan Industrial Estate adalah:
a. Kawasan Industri Kecamatan Ngoro
Dimiliki oleh PT. Dharmala RSSEA (PMA) tahap pertama seluas 200 Ha di Desa Ngoro
dan Lolawang Kecamatan Ngoro
Telah dimulai pembebasan lahan tahap kedua 80-150 Ha di Desa Kutogirang Kecamatan Ngoro
b. Kawasan Industri Kecamatan Mojoanyar meliputi Desa Kepuhanyar, Sadartengah, dan
Lengkong
c. Kawasan Industri Kecamatan Jetis, Kemlagi, dan Dawarblandong yang telah berkembang
secara individual di Desa Mojolebak, Parengan, dan Permong Kecamatan Jetis. Perluasan
diarahkan di Desa Sidorejo dan Lakardowo Kecamatan Jetis.
c. Kawasan industri menengah antara lain sebagai berikut:
a. Sepanjang ruas Jalan By Pass Mojokerto terletak di Desa Kenanten Kecamatan Sooko dan
Desa Balongmojo Kecamatan Puri
b. Sepanjang ruas Jalan Raya Pacing-Dlanggu di Kecamatan Bangsal dan Kecamatan Dlanggu
c. Sepanjang ruas Jalan Raya Mojosari-Pacet Kecamatan Kutorejo
d. Sepanjang ruas Jalan Raya Mojosari-Trawas Kecamatan Pungging
e. Sepanjang ruas Jalan Raya Purwojati Kecamatan Ngoro-Kalipuro Kecamatan Pungging
f. Desa Sukoanyar Kecamatan Ngoro
g. Desa Pungging Kecamatan Pungging
h. Sepanjang ruas Jalan Raya Jasem-Ngoro Kecamatan Ngoro
j. Sepanjang ruas Jalan Raya Jasem-Ngoro yang terletak di Desa Jasem, Desa Kembangsri,
Desa Sedati dan Desa Ngoro Kecamatan Ngoro
k. Sepanjang ruas Jalan Pekukuhan-Sumbertanggul yang terletak di Desa Sumbertanggul
Kecamatan Mojosari
l. Sepanjang ruas Jalan Belahantengah-Awang-awang yang terletak di Desa Belahantengah
Kecamatan Mojosari
m. Sepanjang ruas Jalan Lingkar Utara Kota Mojosari yang terletak di Desa Bangun, Desa
Ngrame dan Desa Tunggalpager Kecamatan Punggingi
n. Sepanjang ruas Jalan Raya Ngoro-Watukosek yang terletak di Desa Wotanmasjedong, Desa
Watesnegoro, Desa Manduromanggunggajah dan Desa Wonosari Kecamatan Ngoro
o. Sepanjang ruas Jalan Domas-Jambuwok di Desa Domas dan Desa Jambuwok Kecamatan
Trowulan
d. Sentra industri kecil
Lokasi sentra industri kecil ini tersebar di Kabupaten Mojokerto sesuai dengan potensi
masing-masing wilayah. Sentra industri kecil ini pada umumnya merupakan permukiman industri dengan
tenaga kerja dari penduduk lokal dan dikerjakan tiap rumah. Sentra industri kecil diarahkan
pengembangannya melalui pengendalian terhadap pemanfataan lahannya agar tidak terlalu padat
dan dapat menarik pengunjung, serta limbahnya dikelola secara bersama sehingga dapat
menciptakan lingkungan yang nyaman. Kawasan sentra industri kecil ini di kembangkan pada tiap
wilayah kabupaten/kota, dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, dan pengembangan
agroindustri di Pacet dan Gondang.
2.2.6 Potensi Pariwisata
Kawasan wisata di Kabupaten Mojokerto akan dikembangkan sebagai berikut ini.
a. Wisata alam berada di Kecamatan Trawas, Pacet, Ngoro, Jatirejo, dan Gondang yang berupa
wisata alam pegunungan
b. Wisata budaya dan peninggalan sejarah, dimana terdapat situs bersejarah yang memiliki nilai
kultural yang tinggi yang lokasinya terdapat di Kecamatan Trowulan, yaitu situs bekas kerajaan
Majapahit (cagar budaya) yang dikembangkan menjadi Mojopahit Park. Selain itu terdapat pula
di Kecamatan Puri, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Pacet.
Tabel 2.2
Jenis dan Lokasi Wisata Di Kabupaten Mojokerto
Jenis Pariwisata Lokasi Pariwisata
Wisata Alam/Wana Wisata 1. Kawasan Pemandian Ubalan 2. Kawasan Pemandian Air Panas 3. Kawasan Petirtaan Jolotundo 4. Kawasan Air Tejun Dlundung 5. Kawasan Wana Wisata Kupang 6. Air terjun Cuban Canggu 7. Wisata air sungai Brantas
1. Desa Pacet, Kecamatan Pacet Ubalan 2. Desa Padusan, Kecamatan Pacet 3. Desa Seloliman, Kecamatan Trawas 4. Desa Dlundung, Kecamatan Trawas 5. Desa Kupang, Kecamatan Jetis 6. Kecamatan Pacet
7. Kecamatan Jetis Wisata Budaya
1. Kawasan Candi Bajang Ratu 2. Kawasan Candi Tikus 3. Kawasan Candi Brahu 4. Kawasan Situs Centong
5. Kawasan Candi Wringin Lawang 6. Kawasan Kolam Segaran 7. Kawasan Makam Putri Cempo 8. Kawasan Candi Minakjinggo 9. Kawasan Situs Majapahit 10.Kawasan Candi Sumur Upas 11.Kawasan Makam Troloyo 12.Kawasan Situs Lantai Enam 13.Kawasan Yoni Klintorejo
14.Kawasan Candi Kesiman Tengah 15.Kawasan Prasasti Kembang Sore 16.Kawasan Situs Kutogirang 17.Kawasan Candi Brangkal 18.Kawasan Candi Pasentran 19.Kawasan Candi Lurah dan Carik 20.Kawasan Kekunoan Kendali Sodo 21.Candi Brangkal
22.Dam Tanjungan 23.Makam Siti Hinggil
1. Desa Temon, Kecamatan Trowulan 2. Desa Temon, Kecamatan Trowulan 3. Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan 4. Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan 5. Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan 6. Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan 7. Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan 8. Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan 9. Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan 10.Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan 11.Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan 12.Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan 13.Desa Klintorejo, Klintorejo, Kecamatan Sooko 14.Desa Kesiman Tengah, Kecamatan Trawas 15.Desa Petak, Kecamatan Pacet
16.Desa Kutogirang, Kecamatan Ngoro 17.Desa Jedong, Kecamatan Ngoro 18.Desa Jedong, Kecamatan Ngoro 19.Desa Kedungudi, Kecamatan Trawas 20.Desa Seloliman, Kecamatan Trawas 21.Kecamatan Pacet
22.Kecamatan Kemlagi
23.Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Wisata Buatan
1. Kecamatan Kemlagi 2. Kecamatan Kambengan 3. Kecamatan Pacet
Sumber : RTRW Kabuapten Mojokerto Tahun 2012-2032
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama yang
mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu, data penduduk sangat dibutuhkan
dalam perencanaan pembangunan. Jumlah penduduk serta kepadatan penduduk Kabupaten
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Mojokerto Tahun 2014
No. Kecamatan Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk tahun 2015 (Jiwa)
Sumber: Kabupaten Mojokerto dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah terluas di Kabupaten Mojokerto
adalah Kecamatan Dawarblandong yaitu 58,93 km2 sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan
Gedeg yaitu 22,98 km2. Jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Jetis yaitu 84.551 jiwa
sedangkan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Trawas yaitu 30.055 jiwa. Wilayah yang
memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Sooko yaitu 3.114 jiwa/km2 sedangkan
kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Dawarblandong yaitu 876 jiwa/km2.
Gambar 2.2
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Ratio Laki-Laki Perempuan Total
1 Jatirejo 21.954 21.338 43.292 102,89
2 Gondang 21.557 21.280 42.837 101,30
3 Pacet 29.190 28.903 58.093 100,99
4 Trawas 15.040 15.015 30.055 100,17
5 Ngoro 40.018 40.327 80.345 99,23
6 Pungging 38.352 37.918 76.270 101,14
7 Kutorejo 32.399 31.626 64.025 102,44
8 Mojosari 39.260 38.636 77.896 101,62
9 Bangsal 25.844 25.367 51.211 101,88
10 Mojoanyar 24.809 24.433 49.242 101,54
11 Dlanggu 27.992 27.760 55.752 100,84
12 Puri 37.736 37.167 74.903 101,53
13 Trowulan 37.985 37.118 75.103 102,34
14 Sooko 36.882 36.180 73.062 101,94
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Ratio Laki-Laki Perempuan Total
16 Kemlagi 29.247 29.192 58.439 100,19
17 Jetis 42.829 41.722 84.551 102,65
18 Dawarblandong 25.563 26.055 51.618 98,11 Jumlah 555.736 548.786 1.104.512 101,27 Sumber: Kabupaten Mojokerto dalam Angka Tahun 2016
Gambar 2.3
Sex Ratio Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
jumlah penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu. Sex ratio
Kabupaten Mojokerto adalah sebesar 101,27, hal ini berarti dalam 100 penduduk perempuan di
Kabupaten Mojokerto terdapat 101 penduduk laki-laki.
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2012-2014
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5
Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Mojokerto No Tahun Jumlah Keluarga Miskin
1 2012 25.502
2 2013 42.714
3 2014 52.552
Sumber: Kabupaten Mojokerto dalam Angka Tahun 2015 Laki-Laki
50% Perempuan
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang
berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi. Manfaat proyeksi penduduk yaitu
mengetahui keadaan penduduk pada masa kini yaitu berkaitan dengan penentuan kebijakan
kependudukan serta perbandingan tingkat pelayanan yang diterima penduduk saat ini dengan tingkat
pelayanan yang ideal, mengetahui dinamika dan karakteristik kependudukan di masa mendatang yaitu
berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana, serta mengetahui pengaruh berbagai kejadian
tehadap keadaan penduduk di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Proyeksi penduduk
Kabupaten Mojokerto tahun 2016-2021 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6
Proyeksi Penduduk Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2021
No. Kecamatan Proyeksi Penduduk (Jiwa)
2.4 Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Mojokerto
2.4.1 Kondisi Fisik Dasar
Secara umum, Kabupaten Mojokerto dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu
satuan pegunungan pada bagian selatan, satuan perbukitan struktural di bagian utara dan satuan
dataran yang meliputi wilayah tengah dan utara Kabupaten dan Kota Mojokerto. Karakteristik
wilayah kabupaten Mojokerto sangat dipengaruhi kondisi batuan penyusunnya. Kawasan bagian
selatan berupa morfologi pegunungan dengan tingkat kesuburan tinggi, bagian utara dikontrol oleh
perbukitan kapur yang tidak begitu subur, sedangkn di bagian tengah berupa dataran.
Berdasarkan relief dan bentuk lerengnya, wilayah penelitian ini dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) kelas lereng, yaitu:
1. Kemiringan lereng rendah (0-2 %)
Daerah dengan luas 409,885 km2 dengan tingkat kelerengan rendah berada di sebelah utara
dan tengah wilayah penelitian seperti Dawar Blandong, Kemlagi, Jetis, Puri, Mojosari, Kutorejo,
Trowulan, Ngoro, dan sekitarnya. Kemiringan lereng berkisar antara 0-2 % atau 00-20 dengan
ketinggian antara 0-23 m di atas permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan ini
diantaranya adalah Sungai Brantas dengan pola meander, lembah sungai tua, lembah sungai
menyerupai huruf U, dengan tingkat erosi dominan ke arah lateral. Namun dalam
perkembangannya, Sungai Brantas mengalami pendangkalan dikarenakan pasokan material
sedimentasi yang melimpah dan proses sedimentasi yang dominan.
2. Kemiringan lereng sedang (2-15%)
Daerah dengan luas 454,795 km2 dengan tingkat kelerengan sedang berada utara dan melampar
hingga ke beberapa lokasi di sebelah selatan seperti daerah Jetis, Jatirejo, Dlanggu, Gondang,
Pacet, Ngoro dan sekitarnya. Kemiringan lerengnya berkisar antara 2-15 % atau 20-80 dengan
ketinggian hingga mencapai 150 m di atas permukaan laut. Pada beberapa tempat merupakan
wilayah dengan ancaman gerakan tanah sedang.
3. Kemiringan lereng tinggi (15 – < 40 %)
Daerah dengan luas 2.290,6574 km2 mempunyai tingkat kemiringan lereng tinggi terdapat di
sebelah selatan daerah penelitian seperti di Pacet, Trawas, Ngoro, dan sekitarnya. Satuan
kemiringan lereng tinggi merupakan bagian dari rangkaian pegunungan yang tersebar di bagian
Penanggungan. Kemiringan lerengnya berkisar antara 15 – > 40 % atau 80 - > 220 dengan
ketinggian sekitar 150 m hingga 3.156 m di atas permukaan laut. Pada daerah dengan dengan
kemiringan lereng tinggi, akan mengalami gejala longsor di beberapa tempat dikarenakan
beberapa faktor lain diantaranya derajat pelapukan yang sedang hingga tinggi, pembentukan
tanah yang tebal, serta bentuk orientasi lereng tersusun oleh bahan material letusan gunungapi
yang kurang kompak. Analisa pola penyaluran memperlihatkan penyebaran pola umum
dendritik dengan lembah membentuk huruf V di sepanjang tebing terjal di bagian hulu
sungai. Proses erosi yang bekerja juga sangat dominan.
Tabel 2.7
Tinggi dan Luas Menurut Kecamatan Di Kabupaten Mojokerto
No Kecamatan Letak Ketinggian (m) Jumlah
0 - 500 500 - 1.000 > 1.000
Gambar 2.4
Jenis tanah wilayah kabupaten Mojokerto tersusun oleh kompleks regosol dan lithosol
karena mayoritas dari hasil endapan material gunung berapi dan teriri dari 13 (tiga belas) lelompok,
yaitu:
1. Aluvial
Terletak di sepanjang tepian kanan - kiri sungai, umumnya merupakan bagian tepian sungai
yang masih sering terkena proses dinamis seperti banjir dan sedimentasi, sehingga proses
permbentukan perkembangan tanah belum tampak.
2. Regosol
Persebaran tanah jenis ini terletak pada pegunungan-pegunungan daerah antar sungai,
biasanya ditempati sebagai daerah pemukiman. Drainase baik, permebilitas tinggi dan stabil
serta kandungan bahan organik tinggi. Mineral pada umumnya masih dalam bentuk segar
dan belum siap dimanfaatkan oleh tanaman.
3. Grumusol
Tanah berwarna hitam ini merupakan tanah yang memiliki karakteristik khas, berupa
kandungan lempung montmorillonit. Tekstur lempung yang bersifat montmorillonit mempunyai
kemampuan mengembang yang tinggi bila berkontak dengan air dan konsistensi sangat lekat
dalam keadaaan basah. Struktur tanah umumnya gumpal hingga gumpal bersudut.
4. Mediteran
Tanah ini berkembang dari bahan induk batugamping dengan perkembangan profil solum
tanah sedang hingga dangkal. Sifat tanah ini bertekstur lempung dengan struktur granuler gempal. Konsistensi dalam keadaan lembab dan basah sanga lekat, pH antara 6,5 – 7,5. Warna tanah merah sampai coklat kemerahan.
5. Latosol
Jenis tanah ini berkembang dari batuan induk batupasir dan batuan diorit, terdapat pada satuan
lahan perbukitan. Sifat fisik diantaranya adalah solum tanah sedang dalam, tekstur geluh
berlempung, struktur gumpal, konsistensi dalam keadaan lembab, teguh dan dalam keadaan basah lekat, dengan pH antara 5,5 – 6.
6. Andosol
Tanah ini berkembang baik di daerah sekitar vulkan, bertekstur tanah dan bahan penyusunnya
adalah debu yang berasal dari gunungapi. Konsistensinya bersifat lepas-lepas dengan struktur
Tabel 2.8
Komposisi Jenis Tanah di wilayah Kabupaten Mojokerto (LPTI. Th 1983)
No Jenis Tanah Luas (Ha) %
1. Alluvial Kelabu Tua 525 0,53
2. Alluvial Kelabu 225 0,24
3. Assosiasi Alluvial Kelabu dan Alluvial Coklat Kekuningan 3.032 3,13
4. Regosol Kelabu 450 0,46
5. Kompleks Regosol dan Lithosol 82.288 96.00
6. Grumosol Kelabu 537 0.44
7. Assosiasi Andosol Coklat Kekuningan dan Regosol Coklat 438 0,44 Kekuningan
8. Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan 1.712 1,75
9. Lithosol 2.735 2,82
10. Grumosol Kelabu Tua 113 0,14
11. Grumosol Kelabu 2.237 2,28
12. Assosiasi Mediteran Coklat & Grumosol 1.875 1,91
13. Lithosol 888 0,91
Gambar 2.5
2.4.2 Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian regional Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan salah satu
indikator ekonomi makro yang paling umum yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk
Domestik Regional Bruto yang kerap menjadi indikator atas model ekonomi makro merupakan kalkulasi
yang dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi daerah melalui aspek produksi, pendapatan,
dan pengeluaran.
Setiap pendekatan memiliki pengertian dan pola kalkulasi yang berbeda. Sedangkan berdasarkan
data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mojokerto yang dikeluarkan
melalui publikasi Kabupaten Mojokerto dalam Angka Tahun 2015 PDRB yang disampaikan
menggunakan pendekatan produksi. Salah satu indikator laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
adalah PDRB. Oleh sebab itu PDRB dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat kemakmuran, tingkat inflasi dan deflasi, struktur perekonomian serta
potensi suatu daerah. Berikut PDRB Kabupaten Mojokerto dari tahun 2012 sampai 2014:
Tabel 2.9
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto
Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2012 – 2014 (Jutaan Rupiah)
Kategori Uraian 2012 2013 2014
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
4.028.695,1 4.458.618,3 4.965.068,0
B Pertambangan dan Penggalian
459.433,2 481.927,2 548.228,0
C Industri Pengolahan 22.813.763,7 24.860.898,7 27.823.077,7 D Pengadaan Listrik dan Gas 26.936,0 26.423,4 27.314,6 E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
31.349,5 33.423,5 34.883,0
F Konstruksi 4.059.101,9 4.664.500,5 5.368.205,4
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.656.350,7 5.059.752,3 5.408.064,9
H Transportasi dan Pergudangan
457.392,9 537.870,8 646.799,3
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
764.590,5 888.232,2 1.071.299,7
J Informasi dan Komunikasi 2.383.736,7 2.653.104,0 2.893.411,5 K Jasa Keuangan dan Asuransi 608.284,1 718.761,2 827.175,0
M,N Jasa Perusahaan 65.396,2 75.753,8 84.274,0
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.210.990,2 1.270.806,8 1.297.528,1
P Jasa Pendidikan 578.027,6 658.088,7 746.460,2
Kategori Uraian 2012 2013 2014 Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 411.928,7 433.425,5 474.609,3
PDRB 43.397.428,8 47.746.984,6 53.241.345,4
PDRB Tanpa Migas 43.396.092,8 47.745.475,8 53.239.796,1 Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Tabel 2.10
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto
Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2012 – 2014 (Jutaan Rupiah)
Kategori Uraian 2012 2013 2014
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
3.457.151,7 3.532.285,0 3.599.519,0
B Pertambangan dan Penggalian
418.637,8 422.888,7 431.802,6
C Industri Pengolahan 20.592.045,1 21.905.696,0 23.451.004,9 D Pengadaan Listrik dan Gas 29.347,8 30.696,2 31.662,5 E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
29.686,6 30.647,7 31.229,9
F Konstruksi 3.503.881,0 3.829.826,1 4.111.685,8
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.266.124,8 4.510.202,6 4.715.267,1
H Transportasi dan Pergudangan
426.045,1 471.114,5 522.268,7
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
679.719,5 736.193,4 809.107,9
J Informasi dan Komunikasi 2.344.789,0 2.605.610,6 2.838.896,4 K Jasa Keuangan dan Asuransi 535.013,5 600.510,5 648,665,7
M,N Jasa Perusahaan 58.776,8 63.740,6 69.252,5
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.046.492,5 1.059.875,4 1.064.672,6
P Jasa Pendidikan 509.501,1 546.419,6 584.578,4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
142.340,1 154.890,4 169.749,7
R,S,T,U Jasa Lainnya 395.555,1 411.974,5 429.977,2
PDRB 39.047.316,6 41.579.240,6 44.225.146,7
PDRB Tanpa Migas 39.046.061,3 41.577.887,3 44.2223.778,2 Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Angka PDRB Kabupaten Mojokerto atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu tiga
tahun terakhir masing-masing adalah Rp. 43.397.428,8 juta (2012), Rp. 47.746.984,6 juta (2013) dan
Rp. 53.241.345,4 Juta (2014). Angka PDRB Kabupaten Mojokerto atas dasar harga konstan ( ADHK)
2010 selama kurun waktu tiga tahun terakhir masing-masing Rp. 39.047.316,6 juta (2012), Rp.
41.579.240,6 juta (2013) dan Rp. 44.225.146,7 juta (2014). Peranan sektoral terhadap pembentukan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (10,16%) dan Sektor Konstruksi
(10,08%). Sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 0,05%.
Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 terlihat selama kurun waktu tiga tahun
terakhir kondisi perekonomian Kaupaten Mojokerto mengalami penurunan, Pertumbuhan Kabupaten
Mojokerto sebesar 7,26 (2012); 6,48 (2013) dan 6,36 (2014). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Mojokerto tahun 2014 mengalami pelambatan karena 17 kategori sebagian besar mengalami
penurunan. Tahun 2014, peningkatan pertumbuhan terbesar adalah pada kategori Industri Pengolahan
(7,05%) dan Penyediaan akomodasi dan kebutuhan pangan (9,90%).
2.4.3 Isu-Isu Strategis Kabupaten Mojokerto
Isu strategis Kabupaten Mojokerto berdasarkan RPJMD Kabupaten Mojokerto tahun
2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Isu Internasional
a. Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
b. Pembangunan Berkelanjutan
c. Gejolak Perekonomian Global
d. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penanganan Perubahan
Iklim
2. Isu Nasional
a. Universal Access 100% layanan air minum, 0% kawasan kumuh, 100% layanan sanitasi
b. Jaminan Kesehatan Nasional
c. Kedaulatan Pangan
d. Pengarusutamaan Gender
3. Isu Regional
a. Gerbangkertosusila
b. Kerjasama Sistem penyediaan air minum (SPAM) regional dan pengembangan TPA regional
c. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
d. Infrastruktur
4. Isu Kabupaten
a. Pendidikan dan Kesehatan
c. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana air minum, air limbah, drainase, persampahan,
penanganan kawasan kumuh dan RTLH
d. Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
e. Kualitas keimanan dan ketaqwaan yang selaras dengan semangat revolusi mental
f. Tata kelola pemerintahan yang baik
g. Pengelolaan infrastruktur Sumber Daya Air
h. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
i. Pembangunan infrastruktur pengairan
j. Penataan Ruang
k. Pertumbuhan ekonomi melambat
l. Ketertiban dan Keamanan
m. Pelayanan Prima
n. Potensi pariwisata belum optimal
o. Harmonisasi hubungan Pemerintah, swasta dan masyarakat
p. Lahan Pertanian dan Pangan Berkelanjutan (LP2B)
q. Disparitas Wilayah
Isu strategis Kabupaten Mojokerto berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2032
adalah sebagai berikut:
1. Adanya pengembangan wilayah Kabupaten Mojokerto terkait dengan rencana pembangunan jalan
bebas hambatan ruas Surabaya-Mojokerto dan ruas Mojokerto-Kertosono. Rencana pembangunan
ruas ini akan semakin meningkatkan aksesbilitas Kabupaten Mojokerto sehingga semakin terbuka
terhadap investasi.
2. Perlunya pengembangan sentra-sentra produksi untuk menampung produksi yang dihasilkan dan
meningkatkan kualitas produknya
3. Adanya masalah-masalah lingkungan di wilayah Kabupaten Mojokerto yang memerlukan
penanganan prioritas agar tidak menjadi kendala dalam upaya pengembangan wilayah yaitu
Gambar 2.6
Isu strategis Kabupaten Mojokerto berdasarkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman (RP2KP) Kabupaten Mojokerto tahun 2015-2034, isu strategis dalam
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang diimbangi dengan pengembangan
permukiman baru di kawasan interchange Desa Canggu (Kecamatan Canggu) dan Desa Gedeg
(Kecamatan Gedeg)
2. Pengembangan permukiman baru untuk mendukung kegiatan ekonomi potensial di Ngoro, Pacet,
dan Trawas
3. Penetapan Pusat Pelayanan di Jetis, Sooko, Mojosari, dan Pacet
4. Pengembangan Kawasan Industrial Estate Di Ngoro, Jetis, dan Mojoanyar
5. Penetapan Kawasan Cagar Budaya Nasional di Trowulan (Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Nomor 260/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan
Gambar 2.7
Isu strategis Kabupaten Mojokerto berdasarkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten
Mojokerto adalah sebagai berikut:
1. Infrastruktur
a. Tata guna dan tata kelola air belum optimal
b. Timbulnya limbah padat domestik yang berasal dari aktivitas pasar dan permukiman
c. Timbulnya permasalahan drainase di sekitar pasar dan permukiman yang sering mengalami
gangguan aliran
d. Masih kumuhnya kondisi fisik pasar tradisional dan permukiman
2. Pertanian dan Ketahanan Pangan
a. Tidak sebandingnya luas areal sawah di Kabupaten Mojokerto dengan alsintan yang dimiliki
Poktan/Gapoktan/UPJA
b. Kurangnya fasilitas (kuantitas dan kualitas) jaringan irigasi secara menyeluruh
c. Kurangnya pengendalian serangan hama dan bencana banjir
d. Lahan semakin menyempit, irigasi mengalami banyak kendala, pupuk dan benih sulit diperoeh,
dan harga mahal
e. Menurunnya mutu konsumsi pangan
f. Penurunan kualitas lahan dengan degradasi sumber daya pertanian (antara lain unsur hara)
3. Peternakan
a. Penurunan jumlah peternak dan ternak
4. Perubahan Iklim
a. Meningkatnya polusi lingkungan (air, udara, tanah)
5. Bencana Alam
a. Sering terjadinya bencana alam (banjir, tanah longsor, kekeringan)
b. Sering terjadinya kebakaran
6. Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
a. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatnya jumlah penduduk miskin
c. Meningkatnya jumlah pencari kerja
7. Kesehatan
a. Masih tingginya angka kematian ibu, bayi, penyakit menular, dan tidak menular
c. Kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
8. Sumber Daya Alam
a. Penurunan kualitas dan kuantitas air
b. Menurunnya debit sumber mata air
9. Pariwisata
Gambar 2.8
2.5 Gambaran Kawasan Prioritas Kabupaten Mojokerto
Kawasan prioritas di Kabupaten Mojokerto berdasarkan kedudukan strategisnya adalah
sebagai berikut:
Kecamatan Mojosari (PKLp, Kawasan Agropolitan, Kawasan Kumuh) Kecamatan Sooko (PKLp, Kawasan Agropolitan, Kawasan Kumuh) Kecamatan Gedeg (PKLp, Kawasan Agropolitan, Kawasan Kumuh) Kecamatan Pacet (PKLp, Kawasan Agropolitan)
Kecamatan Trowulan (Kawasan Mojopahit Park/ Kawasan Cagar Budaya) Kecamatan Jetis (Kawasan Perkotaan Interchange Mlirip)
Kecamatan Dawarblandong (Pendukung Kawasan Industri Jetis) Kecamatan Ngoro (Kawasan Perkotaan Airlangga City)
Kecamatan Bangsal (Calon Ibukota Kabupaten)
Gambaran kondisi infrastruktur Bidang Cipta Karya di masing-masing kawasan tersebut adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.9
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Mojosari
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Merupakan karakteristik dataran rendah (kemiringan 0-2%)
Terindikasi berpotensi rawan genangan
Iklim Kondisi iklim mendukung sektor pertanian dan peternakan
-
Ada 14 desa pertanian dengan komoditas pertanian tanaman pangan (padi dan palawija)
Terdapat desa rawan banjir (Desa Modopuro, Kebondalem, Jotangan, Randubango, Kedunggempol) yang setiap tahun banjir dan merusak lahan pertanian
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
Peternakan itik (penetasan itik) di Desa Modopuro (tingkat nasional)
Air limbah masih dibuang di saluran air limbah rumah tangga
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
Industri genteng dan batu bata di Desa Menanggal, Belahan Tengah, Pekukuhan; Industri rengginang di Desa Sawahan; Industri telur asin di Desa Modopuro
Belum ada inovasi; limbah merusak lingkungan
Pariwisata Tidak ada pariwisata Tidak ada pariwisata Pertambangan Tidak ada pertambangan Tidak ada pertambangan 3 Infrastruktur
Permukiman
Perumahan Perumahan developer di Desa Sawahan, Pekukuhan, Belahan Tengah, Menanggal
Terdapat rumah tidak layak huni di kawasan kumuh
No. Variabel Potensi Permasalahan
sepanjang 5.050 meter rusak sepanjang 47.115 meter Air Minum Terlayani PDAM dan sumber air
warga
Tidak ada kawasan rawan air
Air Limbah Sebagian besar sudah memiliki jamban dan septic tank; Terdapat Pembangunan MCK++ di Desa Leminggir tahun 2014
Membutuhkan MCK++ di kawasan padat penduduk/prioritas kumuh
Persampahan TPS 3R di Desa Awang-Awang Terkendala masalah penjualan sampah yang telah dipilah di bank sampah dan TPS 3R
Drainase Tahun ini sedang disusun masterplan drainase perkotaan Mojosari
Terdapat desa rawan banjir (Desa Modopuro, Kebondalem, Jotangan, Randubango, Kedunggempol) yang setiap tahun banjir
RTH RTH yang telah ditetapkan dengan SK Bupati adalah 19 taman kota seluas 1,7 Ha dan hutan kota Stadion Gajah Mada seluas 3 Ha
Luas RTH hanya sebesar 1,19% dari luas wilayah Kecamatan Mojosari
Proteksi Kebakaran Ada hidran umum di RSUD dan Dinas PU CK, armada PMK
Belum mempunyai dok.RISPK
4 Bangunan Gedung (cagar Budaya & heritage)
Legalitas Gedung pemerintah dan swasta Belum ada Perda BG Fungsi Bangunan Sebagai hunian, perdagangan dan
perkantoran
Belum maksimal dalam
pengaplikasian RTBL Kec. Mojosari Karakter/Keunikan
Arsitektural (bentuk, umur, langgam)
- -
5 Pemberdayaan masyarakat Adanya pembinaan bank sampah Pembinaan bank sampah kurang berkelanjutan
6 CSR - -
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Mojosari, 2016
Tabel 2.10
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Sooko
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Profil Kecamatan sejak tahun 2013 sudah tidak ada dan semuanya tertuang dalam Kecamatan Sooko Dalam Angka 2016.
Profil Kecamatan sejak tahun 2013 sudah tidak ada dan semuanya tertuang dalam Kecamatan Sooko Dalam Angka 2016.
Iklim
2 Ekonomi Basis Pertanian (pertanian pangan, perkebunan, holtikultura)
Padi : Desa Modongan, Mojolangu, Karangkedawung, Tempuran, Puringrejo, Klinterejo. Perkebunan (Tebu) : Desa Mblimbingsari, Kedungaling, Ngingas, Tembinyong, Mdongan, Puringrejo
No. Variabel Potensi Permasalahan
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
- -
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
Sepatu, Sandal, Topi : Desa Sambiroto, Puringrejo,
Karangkedawung, Belimbingsari
-
Pariwisata - -
Pertambangan - -
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan Sebagai kawasan strategis untuk permukiman
Kumuh di Desa Sooko Gang I – Gang VIII, ada program bantuan KOTAKU di Gang I – Gang IV MASALAH : Drainase, tidak ada TPS, PHBS, RTLH dan jarak MCK dengan sumur resapan
Jalan Lingkungan Sebagai akses penghubung antar desa
Jalan Lingkungan Rusak : 1. Desa Mojorangu Dusun Mojorangu
2. Desa Karangkedawung Dusun Mrume
3. Desa Kedungmaling Dusun Kedungmaling I-II
4. Desa Sooko (Perumahan Sooko Indah)
Air Minum Tercover semua. PDAM dan Sumur Bor
-
Tidak ada keluhan limbah rumah tangga
-
Persampahan - 1. Warga membuang sampah di
Jalan Kabupaten.
2. Banyak yang tidak punya TPS dan petugas kebersihan. 3. Desa sangat memerlukan TPS di
Desa Sambiroto, Wringinrejo dan Modongan.
4. Belum ada TPS dan pembinaa TPS 3R
Drainase - 1. Rawan Genangan : 1. Desa
Sooko Gang VII – Gang VIII 2 Desa Tempuran Dusun Mbekucuk yang merupakan Pertemuan 2 Sungai (kali sadar dan sungai Jombang)
2. Belum ada masterplan drainase RTH RTH terdapat di perumahan BSP
dan rata-rata di perumahan
Belum ada RTH publik
No. Variabel Potensi Permasalahan
Gedung (cagar Budaya & heritage)
Fungsi Bangunan Sebagai hunian, perdagangan dan perkantoran
5 Pemberdayaan masyarakat Ada Anggaran Desa pelatihan bidang pertanian dan kerajinan.
-
6 CSR Perbaikan RTLH dari Bank Jatim -
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Sooko, 2016
Tabel 2.11
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Gedeg
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Merupakan karakteristik dataran rendah
Terindikasi berpotensi rawan genangan
Iklim Kondisi iklim mendukung sektor pertanian dan peternakan
lahan pertanian tebu yang cukup luas
terdapat beberapa ruas jalan usaha tani dengan kualitas yang masih buruk
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
- -
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
adanya beberapa pabrik/kegiatan industri berskala besar seperti Pabrik Gula Gempolkerep dan pabrik bioetanol
air berwarna kuning sat kondisi tertentu karena adanya kegiatan industri
Pariwisata - -
Pertambangan - -
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan Sebagai kawasan strategis untuk permukiman
adanya rumah tidak layak huni (RTLH)
Jalan Lingkungan Sebagai penghubung akses antar desa
jalan sebagai akses utama menuju lokasi matapencaharian maupun fasilitas umum rusak
erosi akibat sungai di sekitar jalan yang menyebabkan rusaknya tepi jalan
Air Minum Terlayani PDAM dan sumber air warga
air berwarna kuning sat kondisi tertentu karena adanya kegiatan industri
Air Limbah - -
Persampahan - banyak sampah yang dibuang ke
sungai
Drainase Muncul kawasan rawan genangan Belum ada masterplan drainase
No. Variabel Potensi Permasalahan
Proteksi Kebakaran Potensi tinggi kebakaran pada area padat penduduk Arsitektural (bentuk, umur, langgam)
- -
5 Pemberdayaan masyarakat - -
6 CSR adanya beberapa pabrik/kegiatan
industri berskala besar seperti Pabrik Gula Gempolkerep dan pabrik bioetanol
CSR yang masuk wilayah kecamatan dinilai masih minim dan kurang
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Gedeg, 2016
Tabel 2.12
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Pacet
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Terletak pada ketinggian antara 205-900 meter di atas permukaan air laut
Kelerengan lahan yang curam menyebabkan Kecamatan Pacet berpotensi sebagai kawasan rawan bencana longsor
Iklim Kondisi iklim mendukung sektor
pertanian dan peternakan -
Jenis Tanah Jenis tanah grumosol yaitu dapat dimanfaatkan untuk tanaman padi, jagung, kapas, dan kedelai
-
Kawasan agropolitan: Desa Cepokolimo, Claket, Kemiri, Pacet, Padusan, Petak, Sajen dengan komoditas pertanian tanaman pangan (padi dan palawija)
Pemasaran antara petani dan tengkulak sehingga Pemerintah tidak dapat mengontrol harga
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
Terdapat peternakan sapi dan kambing di Desa Sajen dan Kemiri
-
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
Industri rumah tangga: batik, es puter, dan krupuk ikan di Desa Pacet, serta kripik di Desa Kemiri
-
Pariwisata Banyak pariwisata di Kecamatan Pacet (tidak ada data rinci)
Terindikasi muncul perubahan tata guna lahan pertanian menjadi permukiman (villa)
Pertambangan Saat ini sudah tidak ada, dahulu ada tambang pasir di Desa Wiyu
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan Terdapat 2.300 KK dengan kondisi rumah sebagian besar dalam kondisi baik di Desa Pacet
Terdapat 15 rumah tidak layak huni di Desa Pacet (Hasil Wawancara Kecamatan Pacet, 2016). Jalan Lingkungan Jalan lingkungan dalam kondisi baik
sepanjang 36.000 meter
No. Variabel Potensi Permasalahan
Air Minum 855 KK terlayani HIPPAM (sumber makmur di Dusun Pacet Made, tirto langgeng di Dusun Pacet Utara, dan tirto langgeng di Dusun Pacet Selatan) Desa Pacet
10 % penduduk Desa Pacet tidak terlayani HIPPAM dan PDAM, serta tidak ada sumur gali, debit sumber air yang diambil untuk HIPPAM besar tetapi pipa untuk distribusi kecil (3 dim) sehingga masih ada idle yang cukup besar (perlu pipa 6 dim)
Air Limbah 90 % masyarakat punya jamban pribadi Septic tank abadi (tidak disedot) Persampahan Ada TPS 3R baru (belum beroperasi)
dan ada TPS lama yang sistemnya dengan dibakar di Desa Pacet
-
Drainase -
-
Drainase lingkungan sepanjang 1.900 meter di Desa Pacet dalam keadaan rusak, terlalu dangkal dan kecil sehingga jika hujan meluap; Terdapat masalah berupa saluran irigasi yang melalui permukiman (Dinas Pengairan tidak mengakui bahwa saluran tersebut adalah saluran irigasi) yang membangun dahulu adalah Dinas PU CK, sekarang kondisinya rusak
RTH - Tidak ada RTH karena harga tanah
sudah mahal (Rp 4juta/m2) Proteksi Kebakaran Potensi tinggi kebakaran pada area
padat penduduk
Belum ada dok.RISPK
4 Bangunan
Fungsi Bangunan Terindikasi sebagai bangunan wisata (villa)
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Pacet, 2016
Tabel 2.13
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Trowulan
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Profil Kecamatan tertuang dalam Kecamatan Trowulan Dalam Angka 2016.
Profil Kecamatan tertuang dalam Kecamatan Trowulan Dalam Angka 2016.
No. Variabel Potensi Permasalahan
Hampir menyebar di Semua desa sawah padi
-
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
Unggas Di Desa Tawangsari; Sapi di Desa Pakis, kotorannya untuk Biogas.
-
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
Batik di desa Bejijong dan Desa Sentonorejo, Patung di Desa Watesumpak dan jatipasar ; pabrik pecah batu, penyuplay LPG, Industri Patung (Desa Watesumpak, Jatipasar); Cor Kuningan di Desa Bejijong;
-
Pariwisata Sejarah (Kolam Segaran, Candi Menak Jinggo, Makam Putri Campa, Kubur Panjang, Pemukiman Nginguk, Kubur Panggung) di Desa Trowulan; Candi Tikus, Gapura Bajang Ratu di Desa Trowulan; Candi Kedaton, Komplek Makam troloyo di Desa Sentonorejo; Candi Brahu, Candi Gentong, Siti Hinggil di Desa Bejijong; Gapura Waringin Lawang di Desa Jatipasar; PPST Trowulan
Wisata sejarah tersebut belum terkelola dengan baik
Pertambangan - -
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan terdapat pengembangan rumah mojopahit yakni yang telah selesai dibangun (oleh disparbud) sebanyak 3 desa (Desa Jatipasar, Bejijong dan Sentonorejo) kemudian yang saat ini sedang dikerjakan (pu Ciptakarya) sebanyak 3 desa (Desa Trowulon, Temon dan Watesumpak)
Kumuh di Desa Kejagan mayoritas bermata pencaharian sebagai pemasok barang bekas (sampah/rosokan)
Jalan Lingkungan jalan lingkungan sudah baik karena sedang ada perbaikan ,
Jalan Kabupaten di Desa Tawangsari Rusak Parah, mau di cor warga tidak mau karena minta ganti rugi di kanan-kiri jalan yang mau dibangun saluran air. Sehingga ditinggal aoleh Pemda.
Air Minum Air bersih sebagian besar sumur, bagus dan tidak ada yang rawan air serta dan kualitas air yang ada adalah baik
-
Air Limbah sudah terdapat jamban pribadi namun belum semuanya yakni pelayanan yang ada sekitar 80%. Masih terdapat perilaku masyarakat yang buang air di
No. Variabel Potensi Permasalahan
sungai
Persampahan TPS ada di Bejijong tapi tidak semua desa ada TPS, sehingga sangat diperlukan
untuk persampahan belum terdapat penanganan khusus karena belum tersistem sehingga pengolahan sampah saat ini masih secara konveksional yakni dibakar atau dibuang di pekarangan sehingga menimbulkan masalah
Drainase sudah terdapat saluran karena sedang ada perbaikan jalan beserta saluran
Genangan hanya jika ada kalau hujan lebat di Desa Bicak dan cepat surut.
RTH belum terdapat RTH secara khusus
Proteksi Kebakaran Tidak ada pernah terdapat kebakaran namun dalam skala kecil di Desa Kajagan (rumah)
Fungsi Bangunan Karakter/Keunikan Arsitektural (bentuk, umur, langgam)
5 Pemberdayaan masyarakat PKK -
6 CSR Bedah rumah RTLH dari bank jatim -
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Trowulan, 2016
Tabel 2.14
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Jetis
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Merupakan karakteristik dataran rendah (kemiringan 0-2%)
Terindikasi berpotensi rawan genangan
Iklim Kondisi iklim mendukung sektor pertanian dan peternakan
-
lahan pertanian tebu yang cukup luas terdapat beberapa ruas jalan usaha tani dengan kualitas yang masih buruk
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
- -
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
adanya arahan sebagai kawasan pengembangan industri berat (logam, konstruksi, kimia)
lahan pengembangan industri berada pada lahan pertanian berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Pariwisata - -
No. Variabel Potensi Permasalahan
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan berkembangnya perumahan formal terdapat rumah tidak layak huni Jalan Lingkungan jalan lingkungan rata-rata dalam
kondisi baik muapun sudah diperkeras, baik aspal, paving, maupun cor
jalan lingkungan pada perumahan formal yang masih belum diserahkan statusnya kepada pemerintah daerah
Air Minum - air berwarna kuning sat kondisi
tertentu karena adanya kegiatan industri
Air Limbah Limbah dari industri berat -
Persampahan adanya lahan kas desa di sekitar kawasan perkotaan Kecamatan Jetis (Desa Kupang)
sampah dibuang dan dikumpulkan di pinggir jalan
tidak adanya sistem pengelolaan sampah
Drainase - 1. banjir kiriman saat hujan deras
akibat dimenasi saluran yang kurang besar
2. belum ada masterplan drainase
RTH - Belum ada RTH publik
Proteksi Kebakaran Potensi tinggi kebakaran pada area padat penduduk
Belum ada dok.RISPK
4 Bangunan
Fungsi Bangunan Sebagai kawasan permukiman Diindikasikan muncul pemukiman padat di sekitar kawasan industri Karakter/Keunikan
Arsitektural (bentuk, umur, langgam)
-
5 Pemberdayaan masyarakat adanya kegiatan gotong royong rutin seperti pembersihan saluran air, kegiatan PKK dalam sosialisasi pola hidup bersih
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang belum rutin dan terbatasnya dana
6 CSR adanya kegiatan industri/pabrik seiring arahan Kecamatan Jetis sebagai kawasan pengembangan industri
CSR yang masuk wilayah kecamatan dinilai masih minim dan kurang
Tabel 2.15
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Dawarblandong
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Karakteristik perbukitan dan dataran rendah
Rawan air untuk kawasan tertentu
Iklim Kondisi iklim mendukung sektor pertanian dan peternakan
-
lahan pertanian yang cukup luas kekurangan air saat musim kemarau
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
- -
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
- -
Pariwisata - -
Pertambangan - -
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan - -
Jalan Lingkungan jalan lingkunga kebanyakan dalam kondisi sudah baik
merupakan kawasan 'tanah gerak', sehingga jalan mudah bergelombang maupun rusak
Air Minum saluran perpipaan SPAM regional melewati Kecamatan Dawarblandong
sulitnya koordinasi dengan pihak pengelola SPAM
Air Limbah - -
Persampahan - -
Drainase - -
RTH - Belum ada RTH publik
Proteksi Kebakaran - Belum ada dokumen RISPK
4 Bangunan
Fungsi Bangunan Didominasi bangunan untuk hunian - Karakter/Keunikan
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Dawarblandong, 2016
Tabel 2.16
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Ngoro
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi
Topografi Karakteristik perbukitan dan dataran rendah
No. Variabel Potensi Permasalahan
Fisik Dasar) Iklim Kondisi iklim mendukung sektor pertanian dan peternakan
-
Jenis Tanah - Terdapat wilayah yang memiliki tanah
yang berlumpur 2 Ekonomi
Basis
Pertanian (pertanian pangan, perkebunan, holtikultura)
Terdapat LP2B di Desa Kutogirang dan Srigading; Desa dengan produktivitas padi: Kembangsri, Ngoro, Wates, Jasem, Purwojati, Sukoanyar, Bantarasem, Candiharjo, Wonoasri, Tambakrejo
-
Peternakan (hewan besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
Sapi dan kambing diternak secara liar di Desa Kunjorowesi
Metode masih tradisional
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
Kawasan Ngoro Industrial Park di Desa Ngoro, Sedati, Lolawang, Kutogirang, Wotamasjedong; industri rumah tangga: rotan di Desa Ngoro, industri pengolahan limbah (kertas, kayu, stainless) di Desa Lolawang, Jasem, Wates
-
Pariwisata Candi Jedong di Desa
Wotamasjedong (dikelola BPCP Trowulan)
-
Pertambangan Tambang sirtu di Desa Kunjorowesi (terbesar), Wotamasjedong, Kutogirang
Merusak lingkungan
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan berkembangnya perumahan formal -
Jalan Lingkungan Sebagian besar jalan sudah dicor 2% jalan yang rusak; 50% jalan poros tani yang belum dicor Air Minum PDAM hanya di Desa Ngoro Kawasan rawan air: Desa
Kunjorowesi, Manduro,
Wotamasjedong, Kutogirang; Sumur gali > 100 meter; Terdapat Kegiatan pipanisasi dari trawas (tahun 2016) Air Limbah 90% punya septic tank; Ada MCK
umum di Kawasan rawan air dan wilayah dengan kedalaman air tanah dangkal (Desa Candi dan
Tambakrejo)
Septic tank abadi
Persampahan Tiap desa ada bank sampah Masih banyak yang mengelola sampah secara tradisional (dibakar)
Drainase - Drainase bermasalah di daerah utara
(Desa Kembangsri) --> pintu air rusak RTH Hutan lindung di kawasan selatan (7
desa)
-
Proteksi Kebakaran Hidran umum di pasar dan
permukiman dekat Kawasan Ngoro
No. Variabel Potensi Permasalahan
Legalitas Candi Jedong di Desa
Wotamasjedong (dikelola BPCP Trowulan)
-
Fungsi Bangunan Sebagai hunian dan bangunan industri
5 Pemberdayaan masyarakat Bank sampah dikelola PKK; MCK++ di Desa Kutogirang dikelola
masyarakat
-
6 CSR Bedah rumah dari Bank Jatim CSR dari Kawasan Ngoro Industrial Park tidak terdeteksi
Sumber: Hasil Wawancara Kecamatan Ngoro, 2016
Tabel 2.17
Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kecamatan Bangsal
No. Variabel Potensi Permasalahan
1 Umum (Kondisi Fisik Dasar)
Topografi Kecamatan Bangsal Dalam Angka 2016.
Kecamatan Bangsal Dalam Angka 2016.
Komoditas utama pertanian sawah berupa padi
Pergeseran perekonomian masyarakat dari pertanian ke perdagangan dan jasa menyebabkan berubahnya kebutuhan infrastruktur dasar Peternakan (hewan
besar, hewan kecil, unggas) dan Perikanan
- -
Industri (Ringan, berat, rumah tangga)
kerajinan genteng Desa Mojotamping; Pabrik Kayu di Desa Sumberwono; Home Industri Rambak di Desa Bangsal Dusun Kauman
-
Pariwisata - -
Pertambangan - -
3 Infrastruktur Permukiman
Perumahan sudah baik, namun perlu untuk penanganan kondisi RTLH yang setiap tahunnya diajukan
terdapat kerajianan genteng yang memiliki indikasi menjadi kawasan kumuh di Desa Mojotamping Jalan Lingkungan Jalan lingkungan sudah baik 85%
sudah terdapat perbaikan
No. Variabel Potensi Permasalahan
Air Minum Air Sumur, PDAM, HIPAM sudah terlayani dan kualitas baik
Air Limbah sudah ada MCK di Desa Bangsal, namun masih terdapat peilaku masyarakat yang membuang kotoran disungai
Persampahan saat ini sudah ada program bank sampah yang rencananya berada di Desa Ngrowo yang digerakkan oleh PKK, saat ini sudah dilaksanakan pelatihan dan sementara untuk pelaksanaannya masih dilingkup Desa Ngrowo
belum ada pengolahan sampah secara khusus, sampah yang ada dikumpul kemudian dibakar,
Drainase sudah terdapat saluran primer dan sekunder
namun masih sesekali terjadi banjir khususnya didaerah yang
berdekatan dengan Sungai Brantas dimana ketinggian tanggul sama dengan rumah yakni Desa Tinggerbuntut, Merjoyo dan Salen. Untuk lokasi yang paling parah terdapat di Merjoyo dengan ketinggian air sampai lutut orang dewasa dan berlangsung selama 2 hari
RTH tidak ada RTH khusus Belum ada RTH publik Proteksi Kebakaran Rawan kebakaran pada kawasan
permukiman padat
Fungsi Bangunan Sebagai hunian dan perdagangan jasa - Karakter/Keunikan
Arsitektural (bentuk, umur, langgam)
- -
5 Pemberdayaan masyarakat pemberdayaan wanita dijalankan oleh PKK dan aktif dalam berkeiatan yg berpusat di kecamatan dan sedang menjalankan program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)
-
6 CSR belum ada CSR yang masuk -
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Gambar 2.20
Gambar 2.21
Gambar 2.22
Gambar 2.23
Gambar 2.24
Gambar 2.25
Gambar 2.26