• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT T E N T A N G PAJAK REKLAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT T E N T A N G PAJAK REKLAME"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT T E N T A N G

PAJAK REKLAME A. UMUM

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan baik diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang sah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perpajakan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi Daerah perlu menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka semua Peraturan Daerah yang mengatur pajak daerah harus menyesuaikan dengan undang-undang tersebut. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah ini akan menjadi pedoman dalam upaya penanganan dan pengelolaan pajak daerah guna meningkatkan penerimaan daerah. Pajak daerah mempunyai peranan penting untuk mendorong pembangunan daerah, meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Selain itu dengan Peraturan Daerah ini diharapkan ada peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

B. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 s/d 30 Cukup Jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Huruf a

Yang dimaksud reklame papan/billboard dan sejenisnya adalah reklame berbentuk bidang dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiber, glass/kaca, dan bahan lain yang sejenis sesuai dengan perkembangan jaman, yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel pada bangunan dengan konstruksi tetap dan reklame tersebut bersifat permanen.

(2)

Yang dimaksud reklame videotron/megatron dan sejenisnya adalah reklame berbentuk bidang dengan komponen elektronik yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan/di atas bangunan dengan konstruksi tetap dan bersifat permanen.

Huruf b

Yang dimaksud reklame kain adalah reklame berbentuk spanduk, umbul-umbul, bannner, dengan bahan kain dan sejenisnya, yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel pada bangunan/di atas bangunan, dengan konstruksi sementara dan bersifat semi permanen.

Huruf c

Yang dimaksud reklame melekat, stiker adalah reklame berbentuk bidang dengan bahan kertas, plastik, logam dan sejenisnya, yang pemasangannya dengan cara ditempelkan atau dipasang pada benda lain dan bersifat permanen. Huruf d

Yang dimaksud reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran/selebaran dengan bahan kertas, plastik dan sejenisnya, yang pemasangannya dengan cara ditempelkan atau disebarluaskan dan bersifat semi permanen.

Huruf e

Yang dimaksud reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara membawa keliling dengan atau tanpa menggunakan kendaraan, dan termasuk pada kendaraan yang ditulis atau ditempelkan (dipasang) pada kendaraan, antara lain kendaraan roda empat atau lebih, roda tiga, roda dua, atau kendaraan lain yang sejenis.

Huruf f

Yang dimaksud reklame udara adalah reklame dalam bentuk tertentu, dengan bahan plastik, kain, kertas, balon gas, dan sejenisnya sesuai perkembangan jaman, yang pemasangannya berdiri sendiri, dikaitkan di atas bangunan atau dikaitkan pada pesawat udara dan bersifat semi permanen.

Huruf g

Yang dimaksud reklame apung adalah reklame dalam bentuk tertentu, dengan bahan plastik, kain, kertas dan sejenisnya sesuai perkembangan jaman, yang pemasangannya dikaitkan pada kendaraan di atas air dan bersifat semi permanen Huruf h

Yang dimaksud reklame suara adalah reklame yang berbentuk penyiaran atau ucapan dengan suara baik tanpa dan/atau menggunakan alat audio elektronik yang bersifat semi permanen.

(3)

Huruf i

Yang dimaksud reklame film/slide adalah reklame berbentuk penayangan dengan bahan film/slide dan/atau kaca/film ataupun bahan-bahan lain yang sejenis dengan itu sebagai alat yang diproyeksikan dan atau dipragakan pada layar/benda lain atau dipancarkan, yang penyelenggaraannya di dalam gedung bioskop atau gedung pertunjukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan bersifat semi permanen.

Huruf j

Yang dimaksud reklame peragaan adalah reklame yang berbentuk pertunjukan dengan atau tanpa disertai suara, dengan bahan tertentu, yang penyelenggaraannya dengan dibawa, diperagakan atau dikenakan dan bersifat semi permanen. Ayat (4) Huruf a s/d huruf e Cukup Jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 4 Ayat (1)

Yang dimaksud Nilai Sewa Reklame adalah berdasarkan pemasangan, lama pemasangan, Nilai Strategis Lokasi dan Jenis Reklame,

Ayat (2)

Cukup Jelas Ayat (3)

Yang dimaksud dengan Faktor jenis yaitu penghitungan reklame berdasarkan besarnya Biaya pemasangan, pemeliharaan, lama pemasangan, Nilai strategis lokasi dan jenis reklame, termasuk bahan yang dipergunakan.

Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas.

(4)

Pasal 6 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 7 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak, yaitu ditetapkan oleh Bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Cara pertama, pajak dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh Bupati melalui SKPD atau Dokumen Lain yang dipersamakan.

Cara Kedua Pajak dibayar sendiri adalah pengenaan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan pembayaran dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SKPD.

Ayat (3)

Cukup Jelas Ayat (4)

Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara pembayaran sendiri. Diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD, Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dapat diterbitkan SKPDKB dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan.

Pasal 8 Ayat (1)

Huruf a angka 1) dan Angka 2) Cukup Jelas

Huruf a angka 3)

Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara Jabatan adalah penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Huruf b. Cukup Jelas . Huruf c.

Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada Bupati untuk dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, atau SKPDN. Hanya terhadap kasus tertentu dengan perkataan lain hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban materiil.

(5)

Contoh :

1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009 setelah ditegur dalam jangka waktu paling lama 5 tahun Bupati Dapat menerbitkan SKPDKB atau pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009 dalam jangka waktu paling lama 5 tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang yang kurang bayar tersebut, Bupati dapat menerbitkan SKPDKB ditambah sanksi administrasi.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 tahun sesudah pajak yang terutang ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang Bupati dapat menerbitkan SKPDKBT.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah keidit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, Bupati dapat menerbitkan SKPDN. Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan yaitu mengenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % dari pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan atas pajak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan terbitnya SKPD

Ayat (3)

Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu dengan ditemukannya data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan, sehingga pajak yang terutang bertambah, maka terhadap wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pajak.

Sanksi administrasi ini tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sebelum diadakan tindakan pemeriksaan. Ayat (4)

Cukup Jelas Ayat (5)

Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3), yaitu wajib pajak tidak mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25 % dari pokok pajak yang terutang. Dalam kasus ini, Bupati Menetapkan pajak yang terutang secara jabatan melalui penerbitan SKPDKB.

(6)

Selain sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 % dari pokok pajak yang terutang juga dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 Bulan sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.

Penjelasan :

Ketentuan Pasal ini mengatur penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan Ketetapan pajak ditujukan kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena ditemukannya data fiskal tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Pasal 9 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 10 Ayat (1) Huruf a s/d c Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 11 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas

(7)

Pasal 12 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 13 Ayat (1) Huruf a s/d huruf f Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas

(8)

Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) huruf a s/d huruf e Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 18 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Pasal 19 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Huruf a dan huruf b Cukup Jelas

(9)

Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) huruf a s/d huruf c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Huruf a s/d c Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas

(10)

Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup Jelas ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Huruf a s/d huruf k Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 25 Ayat (1)

Kealpaan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini berarti tidak sengaja, lalai, dan kurang hati-hati, sehingga perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah Daerah. Ayat (2)

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja merupakan tindak pidana kejahatan, karena itu diancam dengan pidana yang lebih berat.

Pasal 26

Cukup Jelas Pasal 27

Ayat (1)

Pengenaan Pidana Kurungan dan pidana denda kepada Pejabat tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dimaksudkan untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan daerah tidak akan diberitahukan kepada pihak lain, juga agar wajib pajak dalam memberikan keterangan kepada pejabat perpajakan daerah tidak ragu-ragu.

Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3)

(11)

Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sama dengan Penelitian yang telah dilakukan oleh (Masita dkk 2019) tentang Dagusibu obat (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang) merupakan salah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan teoretis dari penelitian ini menganalisis untuk mengungkapkan citra kehidupan kaum marginal, khususnya dalam

Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal

Semakin menipisnya sumberdaya hutan mangrove akibat pengaruh faktor alam dan faktor buatan manusia, seperti dieksploitasi untuk kebutuhan kayu bakar dan bahan bangunan,

Berdasarkan pada hasil uraian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; (a) Jumlah penerimaan usahatani singkong yang dihasilkan kelompok wanita

Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pati untuk meningkatkan pengembangan budidaya bawang merah dengan menggunakan

dilakukan oleh penulis, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam penerapan prinsip service excellence oleh customer service pada BRI Syariah KCP Sragen, bahwa

Salah satu faktor penurunan jumlah mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Matematika Unindra beberapa tahun terakhir, salah satunya adalah kepuasan mahasiswa