• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi peningkatan penduduk sebesar satu triliun penduduk pada tahun 2030.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi peningkatan penduduk sebesar satu triliun penduduk pada tahun 2030."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Total populasi penduduk dunia semakin meningkat, bahkan diperkirakan akan terjadi peningkatan penduduk sebesar satu triliun penduduk pada tahun 2030. Mayoritas peningkatan ini akan terjadi di negara-negara berkembang. (Population Matters, 2015). Saat ini, jumlah populasi dunia sebanyak tujuh trilyun jiwa. Negara dengan populasi terbesar adalah China dengan total penduduk 18,8% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah populasi sekitar 3,5% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Central Intelligence Agency, 2015).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa yang terdiri dari 119.630.923 laki-laki dan 118.010.413 perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 2000 sampai 2010 adalah 1,49% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2010a). Provinsi DI Yogyakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.457.491 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,04% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2010b). Laju pertumbuhan yang cukup besar ini menjadi penyebab utama ledakan penduduk.

Pertumbuhan penduduk mempengaruhi hampir semua tujuan pembangunan global dan nasional. Pertumbuhan penduduk mempengaruhi ketersediaan pangan, distribusi pendapatan, kemiskinan dan perlindungan sosial, akses universal terhadap pendidikan, perumahan, sanitasi, air, pangan, energi dan kesehatan

(2)

(United Nations Population Fund, 2013). Tujuan pembangunan kesehatan secara global tercakup dalam Sustainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala usia (World Health Organization, 2016).

Tujuan pembangunan kesehatan tersebut diharapkan dapat tercapai jika diselaraskan dengan peningkatan cakupan pengguna kontrasepsi atau program Keluarga Berencana (KB). Meskipun akses universal terhadap program KB dan kesehatan reproduksi bukan menjadi satu-satunya cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, namun tanpa mengatasi permasalahan ini maka dampak dan efektifitas intervensi lainnya akan berkurang (Starbird, 2015).

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1957. Dalam UU No 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Program Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program ini mencegah kematian dan kesakitan ibu melalui pencegahan kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan (Affandi et al, 2014) serta mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal atau kontrasepsi mantap (Gustikawati, 2014).

Perencanaan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2015 – 2019 menjelaskan bahwa perkembangan penggunaan kontrasepsi dalam 10 tahun terakhir tidak mengalami kenaikan yang signifikan meskipun dalam

(3)

perkembangannya terus mengalami peningkatan. Tren penggunaan kontrasepsi jangka panjang cenderung menurun, sementara metode kontrasepsi jangka pendek meningkat. Selain itu, penggunaan kontrasepsi pun masih didominasi oleh wanita. (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016). Berdasarkan data cakupan peserta KB di Indonesia oleh Departemen Kesehatan tahun 2015, jumlah pengguna aktif kontrasepsi suntik 47,54%, pil 29,58%, implan 10,46%, IUD (Intra Uterine Device) 11,07%, tubektomi 3,52%, kondom 3,15% dan vasektomi 0,69%.

Penggunaan kontrasepsi vasektomi di D.I Yogyakarta bervariasi pada setiap kabupaten. Data BKKBN D.I Yogyakarta Tahun 2015 menunjukkan bahwa kabupaten dengan pengguna aktif vasektomi tertinggi adalah Bantul (1.183 orang; 0,98%) dibandingkan dengan Sleman (788 orang; 0,65%), Kulonprogo (712 orang; 1,33%), Gunung Kidul (512 orang; 0,51%) dan yang terendah adalah Kota Yogyakarta (217 orang; 0,62%) (BKKBN, 2016). Data Kabupaten Bantul hingga April 2016, ada sebanyak 186 orang yang menjadi peserta KB baru MOP. Sehingga total jumlah peserta vasektomi aktif di Kabupaten Bantul menjadi 1.249 orang (BKKPPKB, 2016).

Kabupaten Bantul merupakan Kabupaten dengan Angka Kematian Ibu yang tertinggi di Provinsi D.I Yogyakarta. Pada tahun 2014, terdapat 14 kasus kematian ibu dan 11 kasus di sepanjang tahun 2015 (DINKES, 2015). Angka pernikahan anak di Kabupaten Bantul juga cukup tinggi. Pada tahun 2011 sebanyak 145 kasus, tahun 2012 sebanyak 151 kasus (Ariyanti, 2015). Isu-isu ini perlu menjadi perhatian untuk peningkatan sosialisasi kesehatan reproduksi dan pelayanan

(4)

kontrasepsi, termasuk peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi di Kabupaten Bantul.

Metode vasektomi dianggap paling efektif dalam mengontrol kelahiran dengan efek samping yang lebih rendah (Filshie & Guillebaud, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Hofmeyr & Greeff (2002), tentang efek vasektomi pada fungsi seksual melaporkan bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam kepuasan dan seksual hubungan seksual sebelum dan sesudah vasektomi. Penelitian lain yang dilakukan di Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa pria merasa lebih bebas melepaskan emosi seksual tanpa khawatir terjadi kehamilan bahkan intensitas berhubungan seksual menjadi lebih sering (Maunah & Warsiti, 2012).

Vasektomi tidak mengganggu fungsi seksual, namun mayoritas pria memiliki kesalahpahaman bahwa vasektomi mempengaruhi fungsi seksual mereka. Hasil-hasil penelitian melaporkan bahwa alasan utama pria menentang penggunaan kontrasepsi vasektomi adalah karena masih ada asumsi tentang vasektomi sama dengan kebiri dan takut kehilangan kejantanannya serta kehilangan otoritas dalam keluarga setelah melakukan vasektomi. (Hoga, Rodolpho, Sato, Nunes, & Borges, 2014). Hasil penelitian di Iran juga menunjukkan bahwa pria mengalami kekhawatiran tentang hasil serta komplikasi setelah dilakukan prosedur vasektomi. (Hosseini & Abdi, 2012).

Kesulitan yang dihadapi oleh pria adalah dalam hal memutuskan untuk akan atau tidak akan menggunakan alat kontrasepsi (Dudgeon & Inhorn, 2004). Kesulitan-kesulitan ini dapat muncul dari konstruksi sosial budaya tentang maskulinitas dan rasa hormat pria dengan norma-norma gender yang

(5)

mengecualikan mereka dari masalah kesehatan reproduksi (Mullany et al. 2007; Mumtaz & Salway 2009; Hoga et al., 2014). Mayoritas masyarakat beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu terlibat. Hal ini menjadi salah satu faktor sosial budaya yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pria dalam program KB di Indonesia (BKKBN, 2007).

Tanggung jawab penggunaan kontrasepsi diberikan kepada perempuan, namun laki-laki mendominasi dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi (Hoga et al., 2014; Tsui et al., 2014). Pria membuat keputusan melakukan vasektomi tanpa meminta pendapat pasangan mereka, menentukan kontrasepsi dan menentukan jumlah anak dalam keluarganya (Ian Kering & Ward, 1997 cit Hoga et al., 2014). Dominasi pria dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi dikaitkan dengan paham dan ideologi patriarki yaitu menempatkan kedudukan laki-laki lebih tinggi dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara budaya patriarki dengan keputusan pasangan dalam penggunaan kontrasepsi.

Penelitian mengenai penggunaan alat kontrasepsi vasektomi pada masyarakat suku Using di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan hal yang berbeda. Meskipun masyarakat memiliki paham patriarki, perempuan tidak berada pada kondisi subordinasi yang diwajibkan untuk menggunakan kontrasepsi. Masyarakat suku Using justru mewajibkan para pria yang menggunakan kontrasepsi vasektomi bahkan menjadi budaya turun temurun. Masyarakat suku Using juga membentuk

(6)

paguyuban pria vasektomi sebagai media untuk mengunggulkan manfaat dan membudayakan vasektomi (Chomsatun & Legowo, 2015).

Fenomena pemilihan dan penggunaan metode kontrasepsi vasektomi merupakan pengalaman yang kompleks. Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman pria dalam menggunakan metode kontrasepsi vasektomi di Kabupaten Bantul untuk mempelajari tentang persepsi, pengalaman, tindakan dan relasinya dengan sosial budaya. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pemberi layanan kesehatan dalam melakukan interaksi interpersonal dan komunikasi terapeutik, khususnya pada calon akseptor vasektomi.

B. Rumusan Masalah

Partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi, khususnya vasektomi masih sangat rendah di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kondisi lingkungan sosial dan budaya yang membatasi pria dari keterlibatan dalam penggunaan kontrasepsi, anggapan yang salah mengenai vasektomi, serta pengetahuan dan kesadaran pria yang rendah. Masing-masing daerah atau kelompok masyarakat memiliki keunikan budaya yang membentuk perspektif pria dalam memilih dan menggunakan metode kontrasepsi, khususnya vasektomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi pengalaman pria dalam menggunakan metode kontrasepsi vasektomi sebagai bentuk pendekatan terhadap latar belakang sosiokultural. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman pria menggunakan metode kontrasepsi vasektomi di Kabupaten Bantul ?”

(7)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pria menggunakan metode kontrasepsi vasektomi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan untuk menentukan pendekatan dan strategi edukasi dan konseling kesehatan terkait pemilihan kontrasepsi

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat atau calon akseptor vasektomi sebagai sumber informasi terkait pengalaman pria dalam menggunakan metode kontrasepsi vasektomi.

3. Pemerintah dan Instansi Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan dan program promosi kesehatan Program Keluarga Berencana oleh pemerintah dan instansi terkait.

(8)

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait metode kontrasepsi vasektomi yang pernah dilakukan dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti/ Tahun Publikasi Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

1. Hosseini H, Abdi F/ 2012 Experiences of vasectomy: A phenomenol ogical study

Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Iran. Sampel dalam penelitian ini adalah 14 pria yang telah melakukan

vasektomi dalam rentang waktu 1 minggu hingga 10 tahun setelah prosedur vasektomi.

Hasil penelitian ini menunjukkan empat tema yaitu: (1) motif utama pemilihan vasektomi adalah faktor personal dan faktor sosioekonomi (2) persepsi pria terhadap vasektomi berasal dari perasaan dan opini individual sebagai bentuk evaluasi terhadap informasi yang didengar (3) pengalaman menjalani prosedur vasektomi yaitu ketakutan mengalami

komplikasi dan hasil prosedur (4) para pria merekomendasi-kan metode ini pada orang lain

1. Subjek pada penelitian yang akan dilakukan adalah pria yang menggunakan metode vasektomi di Kab.Bantul 2. Lokasi penelitian yang akan

dilakukan adalah di Kab.Bantul dimana memiliki latar belakang budaya yang khas dibanding dengan negara lain.

(9)

Tabel 1. Lanjutan No Nama Peneliti/ Tahun Publikasi Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

2. Maunah/ 2012 Pengalaman Seksual pada Akseptor Keluarga berencana Vasektomi di Kabupaten Sleman

Metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan

fenomenologi. Tujuan penelitian adalah untuk menggali pengalaman seksual pasangan suami istri pasca operasi vasektomi.

Teknik sampling yang digunakan adalah Purpossive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 pasangan akseptor KB di wilayah penelitian

Hasil penelitian menunjukkan lima tema, yaitu:

(1) beban ekonomi menjadi alasan utama dalam pemilihan vasektomi

(2) perubahan fisik suami pasca vasektomi; secara keseluruhan tidak mengalami perubahan

(3) lebih nyaman dalam berhubungan seksual

(4) dampak psikologis vasektomi; pasangan merasa khawatir dengan kecemburuan dan perselingkuhan

(5) harapan pada program KB vasektomi; perlu peningkatan fasilitas pelayanan KB vasektomi

1. Subjek pada penelitian yang akan dilakukan adalah pria yang menggunakan metode vasektomi di Kab.Bantul 2. Tujuan penelitian adalah

untuk mengeksplorasi perspektif dan pengalaman pria dalam menggunakan metode kontrasepsi vasektomi, tidak spesifik menggali pengalaman seksual.

(10)

Tabel 1. Lanjutan No Nama Peneliti/ Tahun Publikasi Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

3. Chomsatun, H; Legowo,M/ 2015 Vasektomi Sebagai ‘Counter Gender Inequality’

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi Tujuan penelitian adalah untuk mengungkap bagaimana konstruksi masyarakat Using Tentang Program Keluarga Berencana (pemakaian alat kontrasepsi) di Desa Kemiren, Kec.Glagah Kab.Banyuwangi.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa masyarakat

suku Using mampu

menyeimbangkan penggunaan alat kontrasepsi wanita dan pria sebagai bentuk counter gender inequality. Masyarakt ini dapat membudayakan vasektomi dalam lingkungan dan mengunggulkan berbagai bentuk manfaatnya hingga membentuk suatu paguyuban. Cara ini dinilai cukup ampuh untuk menyetarakan gender dalam penggunaan kontrasepsi. Masyarakat suku Using mampu mengkonstruksi vasektomi sebagai alat kontrasepsi yang paling aman dan terpercaya.

1. Tujuan penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pengalaman pria dalam menggunakan metode vasektomi

2. Metode penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi.

3. Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Kab.Bantul, kabupaten ini memiliki latar belakang sosio-kultural yang berbeda.

Gambar

Tabel 1.  Lanjutan   No  Nama  Peneliti/  Tahun  Publikasi  Judul  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, taufik hidayat, dan lindungannya, serta limpahan rahmat dan salam

Abstrak Penelitian ini membahas persepsi pegawai Inspektorat Provinsi DKI Jakarta tentang pedoman pelaksanaan SPIP pada BPKP yang dimandatkan oleh Gubernur didalam Pergub Provinsi

Tapi tiba-tiba, tanpa ada sebab, datang satu tahap skeptic dan ketidakperdulian (semuanya terjadi secara bertahap pada diriku), lalu aku mentertawakan kesempatan hatiku

Secara tertulis, apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan akan dapat

Beberapa hasil penelitian ini menurut peneliti dimungkinkan karena sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

[r]

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Komputer, Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika,