• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB

KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.)

Oleh:

RIF’A MUAFIA

NIM: 111 14 271

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ُرُكْشَي اَمَّنِإَف ْرُكْشَي ْنَمَو ِوَّلِل ْرُكْشا ِفَأ َةَمْكِحْلا َفاَمْقُل اَنْػيَػتآ ْدَقَلَو

ٌديِمَح ٌّيِنَغ َوَّللا َّفِإَف َرَفَك ْنَمَو ِوِسْفَػنِل

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada

Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa

yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia

bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak

bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt, maka

skripsi yang telah penulis susun ini dipersembahkan untuk:

Allah swt yang telah memberikan kesempatan umur sampai detik

ini sebagai wujud kasih sayang Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Bapak ( Nasori), Mamak ( Mariyatun) yang selalu membimbingku,

memberikan do’a, nasihat dalam kehidupanku,

yang telah begitu

ikhlas dan sabar membesarkan, mendidik, memberikan kasih

sayang kepadaku sampai saat ini.

Suamiku, mas Nur Khamim yang selalu memberikan semangat

sampai terselesainya skripsi ini, dan adekku ( Muhammad Ilham

Nadhir) saudaraku satu-satunya, yang menjadi semangatku.

Romo Kyai As’ad Haris Nasution d

an Ibunda Nyai Fatihah Ulfah,

dan seluruh keluarga besar Pengasuh pp. Al-Manar yang dengan

sabar dan tulus mendidikku.

Pengurus Putra Putri Al-Manar khususnya Ning Latif (Mbg Umi,

Ummah, Dek Anggi, Dek Yeyen, Dek Mia, Dek Robi’ah, Eva

).

Terima kasih telah memberikan banyak hal, meberikan dukungan,

Umumnya kepada keluarga Al-Manar.

Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan motivasi

kepadaku dan membantu memberikan semangat menyelesaikan

skripsi ini.

Teruntuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 dan

khususnya Jurusan PAI.

Teman-teman PPL dan KKN yang telah memberikan banyak

pelajaran tentang arti kebersamaan.

Semua yang telah mendo’akan aku yang tidak dapat penulis

(8)

KATA PENGANTAR

Bismiahirrahmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Rukhayati, M.Ag. selauku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Pd. selaku pembiming akademik

5. Bapak Rovi‟in, M.Ag. Selaku pembimbig dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang selalu memberikan Ilmu kepada penulis.

(9)
(10)

ABSTRAK

Rif‟a Muafia. 2014. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah wa Targhib

Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.

Kata kunci: Nilai Pendidika Akhlak, Sayyid Muhammad Al-Maliki.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki dan bagaimana relevansi nilai Pendidikan Akhlak kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam kehidupan zaman sekarang.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research). Sumber data primer adalah kitab Tahliyah Wa Targhib, sumber

sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode induktif, content analysis dan reflektif thinking.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki yang tercantum di dalamnya sangat relevan apa bila diterapkan dalam pendidikan akhlak sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk membenahi perilaku para pelajar yang saat ini masih berakhlak buruk, menjadi pribadi yang mempunyai pekerti yang baik. Pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan Al-Qur‟an dan Hadis. Diantara nilai-niali pendidikan akhlak yang dapat diterapkan untuk para pelajar dalam kitab Tahliyah

Wa Targhib penulis kelompokkan menjadi tiga yakni akhlak terhadap individu,

(11)

DAFTAR ISI

1. JUDUL ... i

2. LOGO IAIN ... ii

3. NOTA PEMBIMBING ... iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

6. MOTTO ... vi

7. PERSEMBAHAN ... vii

8. KATA PENGANTAR ... viii

9. ABSTRAK ... ix

10. DAFTAR ISI ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelilitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Nilai Pendidikan Akhlak ... 12

1. Pengertian Nilai ... 12

2. Pengertian Pendidikan ... 13

(12)

B. Dasar Pendidikan Akhlak ... 21

C. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 24

B. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1. Sumber Primer ... 24

2. Sumber Sekunder ... 25

3. Sumber Tersier ... 25

C. Metode Pengumpulan Data ... 25

D. Teknik Analisis Data ... 25

1. Metode Induktif ... 25

2. Metode Content Analysis ... 25

3. Metode Reflektif Thinking ... 26

BAB IV. NILAI PENDIDIKAN MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI A. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki ... 27

B. Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki ... 31

C. Murid dan Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki ... 32

D. Gambaran Umum Kitab Tahliyah Wa Targhib ... 35

1. Latar Belakang Kitab Tahliyah Wa Targhib ... 35

2. Karakteristik Kitab Tahliyah Wa Targhib ... 36

3. Urgensi Kitab Tahliyah Wa Targhib ... 39

(13)

BAB V. RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA TARGHIB TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ZAMAN SEKARANG

A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah

Wa Targhib ... 58

1. Akhlak terhadap Individu ... 59

2. Akhlak terhadap Diri Sendiri ... 62

3. Akhlak terhadap Masyarakat ... 65

B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Tahliyah Wa Targhib dalam Kehidupan Sekarang ... 68

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73 11.DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pengaruh globalisasi tidak dapat dihindari, hal ini tentunya membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Dampak positifnya mempermudah kehidupan manusia dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan transportasi, memperpendek jarak yang jauh. Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi serta globalisasi, ialah munculnya pola hidup hedonisme, yang berpandangan bahwa tujuan kehidupan adalah untuk mencapai segala kenikmatan fisik setinggi mungkin dengan cara apapun tanpa memperhitungkan konsekuensi yang dialami ( team penulis rosda, 1995:135)

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Karena dengan suatu pendidikan yang telah diberikan dapat membantu mengembangkan pengetahuan dan perilaku seorang anak. Sejarah menunjukkan bahwa kebahagian yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat agama yang dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Akhlak bukanlah sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu.

(15)

buruk yang dilakukan remaja, bahkan anak-anak kecil di zaman sekarang lebih menyukai gagdet (dewasa sebelum waktunya).

Pendidikan akhlak dalam ajaran agama Islam merupakan kaidah untuk mengerjakan perbuatan baik yang tertera dalam al-Qur‟an dan al -Hadits. Abuddin Nata mengatakan bahwa “inti dari ajaran Islam adalah akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Demikian ajaran yang dibawa Rasulullah saw, pada intinya adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.

( Abudin Nata, 2003:8)

Agama Islam yang diperkenalkan Rasulullah berhasil dianut oleh bermilyar orang hingga hari ini karena Rasulullah mengerti bagaimana cara memperkenalkannya agar dapat meluluhkan hati yang membatu. Selain karena campur tangan dari Allah, peran akhlak terpuji yang selalu ditunjukkan Nabi dalam segenap sisi kehidupannya membuat agama ini lebih mudah dan cepat menyebar memasuki hati manusia dari ufuk timur sampai ufuk barat. (Irham Sya‟roni, 2010: 42)

(16)

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al-qur‟an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).

Dengan demikian setiap orang tua berharap dan berkeinginan agar anak-anak mereka menjadi anak shalih dan berakhlak mulia. Tetapi untuk terwujudnya harapan tersebut hanya bisa dicapai apabila diterapkan cara yang benar dan lingkungan yang mendukung yang diciptakan semenjak dini. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa pendidikan ruhaniyah jauh lebih penting dari pada pendidikan jasmaniyah. (Maulana Musa, 2015: 83)

Menurut Damanhuri (2014:4-5) ajaran akhlak dalam Islam lahir sejalan dengan lahirnya agama ini, yang diketahui bahwa misi utama diutusnya nabi Muhammad adalah untuk membina manusia dengan akhlak mulia, Islam sangat menjunjung tinggi aspek akhlak ini yang pada prinsipnya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, menjaga hak-hak sesama dan menjaga batasan-batasannya, meraih ketenangan lahir dan batin.

(17)

(

اًحِلاَص اَمُىوُبَأ َفاَكَو ا

َمُهَل ٌزْػنَك ُوَتْحَت َفاَكَو

(

Artinya:“ Dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka

berdua, sedang ayah keduanya adalah seorang yang shalih.” (Q.S.

Al-Khahfi:82)

Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan umum maupun pendidikan agama, terutama dalam pendidikan akhlak. Supaya anak-anak tidak terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang kurang baik. Karena pada masa yang akan datang, mereka akan menjadi penerus-penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku yang baik, menjadi penerus bangsa dan negara, dan juga Agama.

Akhlak dimaknai sebagai sifat yang dilakukan dengan kesadaran, tanpa pemaksaan, tanpa berfikir panjang, karena sudah tertanam dalam diri seseorang, seperti yang diungkapkan oleh al-Jurjani, berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang terlahir dari perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung.

(Mahmud, 2004:81)

(18)

Islam. Dengan demikian maka pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai pendidikan moral dalam kursus pendidikan Islam.

Dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh pertolongan dan petunjuk sehingga dapat bahagia dunia akhirat. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah swt, dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007:18)

Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan

akhlak secara mendalam adalah Sayyid Muhammad Al-Maliki. Beliau juga berkecimpung lasun menjadi praktisi pendidikan. Ia akti mengajar di beberapa Madrasah-madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa Ia merupakan ulama yang juga praktisi. Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak di atas, Sayyid Muhammad Al-Maliki dengan ilmu dan pengalamannya melalui kitab Tahliyah Wa Targhib ingin memberi bimbingan kepada segenap muslim agar menjadi indivdu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap menhadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya.

(19)

membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada akhlak yang baik. Bahasa dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan dengan watak dan sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan mengenai menghargai manusia, berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan pondasi sikap yng diperbolehkan dan tidak dalam ajaran islam yang telah disandarkan pada

Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

Salah satu alasan kenapa penulis mengambil penelitian dalam kitab ini. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan,yang diharapkan akan adanya nilai/ sifat yang tertanam dalam diri sang pembaca. Harapan selanjutnya, dapat mengetahui nilai-nilai yang diperlukan dalam bermasyarakat dan menjalin hubungan yang sebagaiamn ketika di masyarakat.

Karna pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena pendidikan akhlak jiwa yang bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Di dalam kitab ini juga dicantumkan bagaimana ketika harus berhadapan dengan orang yang lebih rendah dan tinggi drajatnya, bagaimana ketika saat makan, dan bagaimana seharusnya dalam berpakaian, dan lain sebagainya.

(20)

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA TARGHIB KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki?

2. Bagaimana relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan

akhlak di zaman sekarang?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah Wa-Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki.

2. Mengetahui relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa-Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan

akhlak di zaman sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

(21)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan akhlak yang sangat dibutuhkan.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah pahaman dalam mengartikan atau memahami tujuan, maka penulis mengemukakan pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akhlak

Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedia Pendidikan, 2009: 106).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).

(22)

sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al-Jaza‟iri, tt: 223).

Dengan demikian Nilai Pendidikan Akhlak adalah adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai suatu kondisi jiwa (akhlak) yang baik, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kitab Tahliyah Wa-Targhib

Kitab ini ditulis oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki Tahliyah Wa-Targhib merupakan kitab yang berisikan bab-bab, pada bagian bab nya

terdapat beberapa subab didalamnya. Seperti pada romawi pertama dan kedua yang mana saling berkaitan, bab pertama mengenai pergaulan manusia dengan orang yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah.

(23)

Dalam bab sepuluh sampai dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian. Tata cara mengunjungi teman. Tata cara menjenguk orang sakit dan ta‟ziyah.

Walimah atau pesta, sehingga dalam bab ini dapat memahami mengenai tata cara berkehidupan dalam bermasyarakat.

3. Sayyid Muhammad Al-Maliki

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang tokoh ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber Internasional. Beliau merupakan pewaris

keluarga al-Maliki al-Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah keturunan Rasulullah saw, melalui cucu baginda Rasulullah al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Keturunan al-Imam Hasan termasuk keturunan yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib di Tanah Air. (Abdul Qadir Umar, 2013:280).

Beliau dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al Mukarramah pada tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Bebus Salam tempat kediaman ayahnya. Ayah beliau As-sayyid Alawi Al- Maliki adalah sosok tokoh yang populer dari sekian banyak ulama yang mengajar di halaqah Masjid Haram.

(24)

berbagai penjuru dunia, namun kebanyakan dari mereka berasal dari Indonesia. (Abdul Qadir Umar, 2013:279)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini yang penulis maksudkan adalah sistematika penyususnan secara terinci dari bab ke bab yang lain. Sehingga skripsi ini dapat dipahami secara baik dan benar serta memahamkan bagi pembacanya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, menguraikan tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

Bab II: Landasan Teori, menguraikan tentang: pengertian nilai pendidikan akhlak.

Bab III: Metode Penelitian, menguraikan tentang: Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV: Nilai Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki, menguraikan tentang: biografi pengarang, pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki, gambaran tentang kitab Tahliyah wa Targib, Nilai Pendidikan Akhlak di Dalam Kitab Tahliyah wa Targib.

Bab V: Pembahasan, menguraikan relevansi pemikiran dengan pendidikan akhlak sekarang.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Nilai

Nilai berasal dari bahasa Latin Vale‟re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atas kelompok orang. Nilai adalah kualitas sesuatu hal yang itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayati menjadi bermartabat.

Menurut Steeman ( Eka Darmaputera, 1987:65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. ( Adisusilo, 2013: 56)

Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya sesuatu kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya. ( Adisusilo, 2013: 57)

(26)

berbeda secara sosio-ekonomis, politik, agamis, budaya, di mana masing-masing kelompok sering memiliki sistem nilai yang berbeda-beda. Konflik dapat muncul antara pribadi, atau antarkelompok karena sistem nilai yang tidak sama berbenturan satu sama lain. Oleh karena itu, jika terjadi konflik, dialog merupakan salah satu solusi terbaik sebab dalam dialog terjadi usaha untuk saling mengerti, memahami dan menghargai. ( Adisusilo, 2013: 57)

2. Pengertian Pendidikan

Dalam buku kapita selekta pendidikan Islam, bahwa untuk memahami pengertian pendidikan dengan benar, pendidikan dapat dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat filosofis dan pengertian yang bersifat pendidikan dalam arti praktis. ( Nata, 3003:210)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14)

Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyususn teori-teori baru dengan mendasakan pada pemikiran normatif.

( Nata, 2003: 14)

(27)

optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama. ( Nata, 2003: 211)

Pendidikan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata rabba. ( Raqib, 2009:14). Dalam bahasa

Arab, kata tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan yaitu rabba, yarubbu, tarbiyah yang memiliki makna memperbaiki, menguasai

urusan, memelihara, merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. ( Mujib dan Mudzakkir, 2010:11). Pengertian ini juga didasarkan

QS. Asy-Syuara: 18, yaitu:

ِلَو اَنيِف َكِّبَرُػن ْمَلَأ َؿاَق

َنيِنِس َؾِرُمُع ْنِم اَنيِف َتْثِبَلَو اًدي

“Firaun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu”. (QS. Asy-Syuara: 18)

Artinya, pendidikan ( tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peseta didik, agar ia dapat survice lebih baik dalam kehidupannya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:11)

(28)

diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pembinaan

dan pengembangan akhlak dan agama manusia untuk kelestarian rohaninya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:17)

Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.

( Abdullah, 2007: 21-23)

Pendidik merupakan kunci kesuksesan dalam menjelaskan kehidupan, baik berkeluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Jadi, pendidikan itu merupakan suatu yang mendasar bagi manusia yang harus diberikan.

3. Pengertian Akhlak

Akhlak dari sudut kebahasaan berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi‟at ( kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau

kelaziman dan peradaban yang baik. Kata akhlak merupakan jamak dari

khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak

sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata akhlak dan khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam QS. Al-Qalam: 4. ( Yusuf, 2003:174)

(29)

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tetanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. ( Al-Ghazali,tt.:99)

Dari beberapa definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa Akhlak adalah satu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembaannya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek.

Bila bentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga manjdi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik. ( Al-Jaza‟iri, tt: 223)

Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa paksaan itu disebut Akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, mulia, berani, adil, dan akhlak-akhlak mulia serta kesempurnaan jiwa lainnya. (Al-Jaza‟iri, tt: 223)

(30)

perbuatan-perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan atau rayuan. ( Assegaf, 2014:42)

Kedudukan akhlak dalam pendidikan Islam amat penting,

sebagaimana disebutkan dalam Hadits Rasulullah saw: “ Sesungguhnya

aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” ( HR. Bukhari).

Bahkan, dikatakan bahwa definisi agama adalah berakhlak mulia, sebagaiamana Hadits Rasulullah saw: “ Rasulullah ditanya: “Apakah

agama itu? Beliau menjawab: „Agama adalah akhlak mulia”. ( A

l-Hadis). Berakhlak mulia adalah bukti kesempurnaan iman, sebagaimana Hadits Rasulullah saw,: “ Sesungguhnya orang Mukmin yang paling

mulia adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya”. ( Al-Hadis). Berakhlak mulia menjadi penyebab masuk surga dan selamat dari api neraka, sebagaimana Hadist Rasulullah saw: “ Sesungguhnya Rasulullah saw,

ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk surga, beliau

menjawab:” Bertaqwalah kepada Allah swt, danberakhlak mulia”. Dan

beliau ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk neraka, beliau menjawab: “mulut dan kemaluan akhlak tercela.”

( HR. Tirmidzi). (Assegaf, 2014:43)

(31)

kapan dan dimanapun sikapnya akan dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bathil, maka si A tersebut belum dapat dikatakan sebagai orang yang dermawa. Demikian juga jika si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.

Dari beberapa pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak ada dorongan dari luar. Jadi pada hakekatnya akhlaka adalah sutu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah swt. pendidikan akhlak juga menumbuhkan kepribadian dan menanamkan tanggung jawab. ( Abdullah, 2007: 22)

(32)

yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim. ( FIP-UPI, 2007: 39)

Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan akhlak menanamkan pada anak antara lain: pertama, pendidikan akhlak mewujudkan kemajuan rohani. Kedua, pendidikan akhlak menuntun kebaikan. Ketiga, pendidikan akhlak mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, pendidikan akhlak memberikan keutamaan hidup di dunia

dan kebahagiaan di hari kemudian. Kelima, pendidikan akhlak akan membawa kepada kerukunan rumah tangga, pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.

Jadi, pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri sesuai kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorantg atau kelompok sehingga menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian akan tercapailah tatanan kehidupan dunia yang damai dan sejahtera antara penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi serta mengajak ke arah perilaku yang diridhoi Allah dan utusannya.

(33)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam karena nila-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan. Pendidikan akhlak berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan kepada ajaran-ajaran Islam.

(34)

B. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak dalam Islam bersumber pada Al-Qur‟an dan hadits karena akhlak merupkan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam (Ahmad dan Salimi, 1994:199). Al-qur‟an merupakan dasar utama dalam Islam yang memberikan petunjuk di jalan kebenaran dan mengantarkan pada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dasar pendidikan akhlak terdapat dalam surat Ali Imron ayar 104:

َكِئَلوُأَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َفْوَهْػنَػيَو ِؼوُرْعَمْلاِب َفوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َفوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْلَو

َفوُحِلْفُمْلا ُمُى

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah

dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. ( QS. Ali

Imron, 3:104)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt, menganjurkan hamba-Nya untuk dapat menasehati, mendidik, dan membimbing sesamanya dalam hal melaukan kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian Allah telah memeberikan dasar yang jelas mengenai pendidikan akhlak yang merupakan suatu usaha untuk mebimbing dan mengarahkan manusia supaya berakhlak mulia.

Dasar pendidikan akhlak dalam hadits dijelaskan Rasulullah dalam sabda beliau:

ِؽَلاْخَْلِا َـِراَكَم َمِّمَتُِلِ ُتْثِعُب اَمَّنِا

“ Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

(35)

Dari ayat Al-Qur‟an dan hadits di atas menunjukkan bahwa dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur‟an dan hadits, dari dasar tersebut dapat diketahui bahwa kriteria suatu perbuatan itu bersifat baik atau buruk.

Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur‟an pun menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai uswatun hasanah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab:21, yang artinya:

Sungguh, telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu ( yaitu) bagi orang yang mengharapkan ( rahmat) Allah dan (

kedatngan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

Ayat tersebut menunjukka bahwa Rasulullah merupakan figur utama sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

C. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan upaya untuk melahirkan manusia berkepribadian muslim yang mudah untuk melaksanakan ketentuan hukum dan ketetapan syari‟at yang diperintahkan, atau dengan kata lain tujuan

pendidikan akhlak yaitu membentuk karakter muslim yang taat dan mempunyai akhlak al-karimah ( Syafri, 2014)

(36)

َك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِؿوُسَر يِف ْمُكَل َفاَك ْدَقَل

اًريِثَك َوَّللا َرَكَذَو َرِخلآا َـْوَػيْلاَو َوَّللا وُجْرَػي َفا

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” ( QS.

Al-Ahzab, 33:21)

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research, jenis penelitian ini data-datanya diambil dari perpustakaan yang artinya penelitian literature yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisis data dari bahan-bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan masalah-masalah yang diangkat. (Warsito, 1993:10)

Penelitian kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber datanya, baik yang utama maupun pendukungnya, berasal dari karya tulis yang dipublikasi. (Nasir, 1985:3)

Dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan data sekunder, maka dilakukan penelaah secara sistematis dalam hubungannya dengam masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/informasi untuk bahan penelitian. Maka penelitian menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

(38)

a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Tahliyah Wa-Targhib.

b. Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer, yaitu Terjemah kitab Tahliyah Wa Traghib.

c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya penulis mengambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti internet yang mendukung objek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlkan dalam kajian ini, penulis menggunakan kajian kepustakaan ( library research). Adapun langkah yang dilakukan adalah:

1. Membaca buku ataupun data yang didapat dari sumber data primer dan sekunder.

2. Mengkaji serta memahami isi atau pembahasan terdapat dalam sumber tersebut.

3. Menganalisis kemudian menklasifikasi untuk dimasukkan sesuai dengan kajian yang dikerjakan.

D. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan tiga metode yaitu:

1. Metode Induktif

(39)

fakta-fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik menjadi generalisasi yang bersifat umum.

( Hadi, 1990:26) Metode ini mengetahui fakta-fakta dan peristiwa yang khusus kemudian ditarik kesimpulan menjadi umum. Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang nilai pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki yang tertuang dalam kitab Tahliya Wa Targhib.

2. Metode Content Analysis

Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul: Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis

akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Tahliyah Wa-Targhib dan kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

3. Metode Reflektif Thinking

(40)
(41)

BAB IV

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI

A. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang tokoh ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber Internasional. Beliau merupakan warisan

keluarga al-Maliki al-Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah keturunan Rasulullah saw, melalui cucu baginda Rasulullah al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Keturunan al-Imam Hasan termasuk keturunan yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib di Tanah Air. (Abdul Qadir Umar, 2013:280). Sayyid Muhammad adalah syeikh al-Imam al‟Allamah, muhadits al Hijaz, salah satu keturunan Rasulullah saw, Sayyid Muhammad bin As Sayyid bin Abdul Aziz al Maliki al Makki al Hasani. Bersambung terus nasab mulia ini sampai kepada Sayyidina Idris al Azhari bin Idris al Akbar bin Abdullah bin Kamil bin al Hasan al Mutsanna bin al Hasan as Sibth bin al Imam Ali bin Abi Thalib suami as Sayyidah Fatimah az Zahra putri Baginda Rasulullah Muhammad saw. (Ba‟alawi, 2009:03)

Sayyid Muhammad menyebutkan syair untuk menjelaskan keluarga beliau yang berbunyi:

(42)

Artinya: Sayyid (keluarga Rasulullah) yang „alim, itulah ayah dan

kakekku.

Begitulah dan begitulah seterusnya, hingga bersambung pada manusia terpilih (Rasulullah saw). ( Ba‟alawi, 2009:05)

Beliau dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al Mukarramah pada tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Bebus Salam tempat kediaman ayahnya. Ayah beliau adalah sosok tokoh yang populer dari sekian banyak ulama yang mengajar di halaqah Masjid Haram. As-sayyid Alawi Al- Maliki telah mengajar di Masjid Haram lebih dari 40 tahun lamanya, dari tahun 1347-1391 H.( Ba‟alawi, 2009:04) As-Sayyid Muhammad Al Maliki hidup sedari kecil dalam lingkungan ilmu dan ibadah, keluarga yang sholeh dan penuh keberkahan telah mengarungi kehidupan. Sehingga beliau berkembang dalam perjalanan hidup yang baik diatas jalan para salaf-salafnya dengan tuntunan dan bimbingan langsung dari ayahnya.

(43)

ulama-ulama sepuh Indonesia, seperti Syaikh K.H. Hasyim Asy‟ari, K.H. Abdullah Faqih Langitan, K.H. Maimun Zubair dan lain-lain. Selama menjalankan tugas da‟wah, Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki selalu

membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan da‟wah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.

Sayyid Muhammad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal

Jama‟ah, seorang „alim kontemporer dalam ilmu hadits, „alim musafir (penafsir) Qur‟an, Fiqh, doktrin („aqidah), tasawuf, dan biografi Nabawi

(sirah). Sayyid Muhammad al Maliki merupakan seorang „alim yang mewarisi kegiatan da‟wah ayahandanya, membina para santri dari berbagai

daerah dan negara di dunia Islam di Makkah al Mukarramah.

(44)

Khadijah, istri pertama Rasulullah saw. Harian Arab Saudi Okaz sengaja mengetengahkan tiga halaman surat kabarnya untuk memuat kegiatan, aktivitas, dan biografi almarhum. Umat Islam sangat kehilangan tokoh dan ulama besar yang masih keturunan Rasulullah dari garis keturunan Sayyidina Hasan bin Ali atau Fathimatuz Zahra. ( Ba‟alawi, 2003:117)

Sayyid Muhammad meninggalkan tujuh putra dan beberapa putri. Putra-putra beliau adalah, Sayyid Abdul Wahab, Sayyid Ahmad. Sayyid Abdullah, Sayyid Alawi, Sayyid Ali, Sayyid Hasan dan Sayyid Husein. Dari putra-putra beliau, kini yang menjadi khalifah (pengganti) untuk melanjutkan jejak sang ayah sebagai pemimpin pondok pesantren adalah putra beliau yang bernama Sayyid Ahmad lulusan Universitas Ummul Quran Makkah. ( Ba‟alawi, 2003:117)

B. Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki

(45)

Usia ke-26, Sayyid Muhammad di kukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Ummul Quran, Makkah, Arab Saudi. Dan pada tanggal 2 Safar 1421/6 Mei 2000 beliau dianugrahi gelar ustadziyyah atau professor dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikat mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Maroko, Syekh Dya‟uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya

Kandihlawi, dan banyak lainya.

C. Murid-murid dan Karya-karya Sayyid Muhammad Al-Maliki

Sayyid Muhammad al-Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai ushuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad saw. Ratusan murid yang menampa pendidikan di pesantrennya, biaya makan dan pemondokan ditanggungnya, alias gratis.

(46)

Sukabumi. Di antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah K.H. Abdurrahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah atau pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari al-Maliki. Seperti K.H. Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula pesantren Riyadul Shalihin di Ketapang (Probolinggo), dan pondok pesantren Genggong, juga di Probolinggo.

Disamping tugas beliau yang da‟i, pengajar, pembimbing, dosen,

penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat untuk agama, beliau adalah seorang pujangga besar dan penulis yang produktif dan unggul. Diantara kitab-kitab karya Sayyid Muhammad dalam berbagai disiplin ilmu antara lain:

( Ba‟alawi, 2009:77-82)

1. Dalam Ilmu Aqidah

a) Mafahim Yajibu an Tusahhah

b) Manhajus As-salaf Fi Fahmi An-Nusus Wat-Tahbiq

c) Qul Hazdihi Sabili

2. Dalam Ilmu Hadits

a) Anwarul Masalik Ila Riwayati Muwath-thai Malik

b) Tahqiq Muwath-tahi-Malik-riwayah Imam Ibn Qasim

c) At Thali‟us Sa‟id fi Mukahtashar Asanid

(47)

3. Dalam Ilmu Sirah Nabawiyah.

a) Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insanul Kamil

b) Tarikh Hawadits wal Ahwal an Nabawiyyah

c) Al Busyra fi Manaqib As Sayyidah Khadijah Al Kubra

d) Haulah Ihtifal bi Zikra Maulid Nabi An Nabawi Asy Syarif

4. Dalam Ilmu Ushul Fiqh.

a) Al Qawa‟idul Asasiyatu fi Ushulil Fiqh

b) Syarah Madzumat al-Waraqat fi Ushul al-Fiqh

5. Dalam Ilmu Fiqh.

a) al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa

„Alamiyyatuha

b) Shawariq al-Anwar min Ad‟iyat al-Sadah al-Akhyar

c) Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar

6. Dalam bidang haji dan sejarah kota Makkah.

a) Al Hajju, Fadhail Wa Ahkam

b) Fi Rihab Baitillah Al Haram

c) Labbaika Allahumma Labbaik

7. Lain-lain.

a) At-tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdib

b) Al-Mustashiriqun Bayn al-Insaf wa al-„Asabiyyah (Kajian Berkaitan

Orientalis).

c) Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Suku dalam Islam)

d) Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‟wah ila Allah (Teknik

(48)

D. Gambaran Umum Kitab Tahliyah wa Targhib 1. Latar Belakang Kitab Tahliyah Wa Targhib

Dalam pengarang kitab Tahliyah wa Targhib telah disebutkan mengenai tujuan adanya kitab Tahliyah wa Targhib suatu hal yang pasti dan jelas bahwa memandang pendidikan generasi muda menurut berbagai fasilitas dan sarana yang dapat mengantar mereka pada keselamatan jasmani, pemeliharaan dan pertumbuhan serta jaminan segala sarana yang dapat melahirkan orang yang berpendidikan, dengan membiasakan generasi muda untuk berfikir secara teliti, sehingga dapat membedakan antara perkara yang bermanfaat dan yang membahayakan, antara baik dan jelek. Dengan demikian sehingga dapat membatasi kecenderungan dan keinginannya.

Agar dapat mengendalikan kecenderungan dan kemauannya itu harus dengan memperbaiki tingkah laku, kebiasaan dan keinginan-keinginan hatinya. Sehingga akan menjadi orang yang bebas dan teguh pendiriannya, terdidik mentalnya, tulus dalam pengabdiannya, baik budi pekertinya, tekun dalam bekerja, disiplin dalam ucapan dan perbuatannya, jika demikian dia adalah orang yang berguna bagi dirinya sendiri dan untuk orang sekitarnya.

(49)

jawab dan kewajiban saya terhadap negara dan umat manusia mendorong Musonef menulis sebuah kitab yang diberi nama Kitab Tahliyah Wa Targhib yang memuat berbagai saran untuk menjaga

jasmani dan mendidik jiwa dengan penuh harapan dapat bermanfaat. ( an-Nadwi, 1999:10)

2. Karakteristik Kitab Tahliyah Wa Targhib

Karakteristik yaitu ciri-ciri yang menonjol dari Kitab Tahliyah wa Targib yang tentunya karakternya tersebut dapat membedakan

dengan karakteristik kitab yang lainnya. Perbedaan tersebut paling tidak dapat dilihat dari unsur-unsur yang dapat membngun jiwa dan juga isi dari kitab yang peneliti kaji.

(50)

Bab tiga sampai bab delapan menjelaskan yang perlu ada dalam diri seseorang mengenai: kesopanan dan pergaulan yang baik, memelihara kesehatan badan, makanan, waktu makan dan tujuannya, pakaian, model dan tujuannya, rumah sebagai tempat tinggal dan tujuannya, serta senam dan olahraga. Dalam bab sepuluh sampa bab dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian, tata cara mengunjungi teman, tata cara menjenguk orang sakit dan ta‟ziyah, walimah atau pesta,

sehingga dalam bab ini dapat memahami mengenai tatacara dalam kehidupan bermasyarakat.

Kitab ini sangat padat dengan pembentukan pendidikan karakter yang harus dimiliki dalam diri seseorang karena kitab ini membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada karakter yang baik. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai yang baik diharapkan akan adanya nilai yang tertanam dalam diri selain itu juga dapat mengetahui nilai yang diperlukan dalam bermasyarakat dan menjalin hubungan dengan sosialnya. Ketika mengkaji kitab ini dapat dirasakan keadaan sosial dan kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan agar dalam kehidupan sosial berjalan dengan damai dan tentram juga dapat menjadi pedoman bagaimana seseorang berperilaku dalam masyarakat.

(51)

umum, yaitu untuk siapa saja tingkatannya, untuk kaum muslim baik untuk usia anaka-anak yang masih dalam belajar maupun guru dan orang tua yang ingin mengajarkan kitab ini kepada anaka-anaknya agar mempunyai karakter sejak dini. Bahasa dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan watak dan sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan mengenai menghargai manusia, berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan pondasi sikap yang diperbolehkan dan tidak dalam ajaran Islam yang telah disandarkan pada al-Qur‟an dan sunnah Nabi Muhammad saw.

3. Urgensi Kitab Tahliyah wa Targhib

Dalam dunia pendidikan terlebih dalam pondok pesantren kitab Tahliyah wa Targhib karya Sayyid Muhammad masih digunakan dalam pengajaran-pengajarannya di pondok pesantren di berbagai wilayah. Berbagai nilai karakter diharapkan dapat menjadikan manusia-manusia yang berakhlakul-karimah. Kitab

Tahliyah wa Targhib tidak hanya dikaji di pondok pesantren saja,

tetapi di masukkan juga di dalam pendidikan formal.

Salah satu pondok pesantren yang mendapatkan status mu‟adalah dari Dirjen Pendidikan Islam adalah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren as-Salafy al-Fitrah Surabaya. Madrasah Aliyah ini bersama dengan 32 madrasah lainnya telah mendapatkan pengakuan mu‟adalah (penyetaraan) dari Dirjen Pendidikan Islam dengan

(52)

sendiri oleh tim penyususn. Standar kompetisi tersebut mengacu kepada isi kitab-kitab yang dikaji. ( Mushollin, 2014:137-138)

Dalam kurikulum Madrasah Aliyah Mu‟adalah di Pondok

Pesantren al-Fitrah yang berada di lingkungan al-Fitrah yang telah menggunakan kitab Tahliyah wa Targhib dalam aspek akhlak sebagai pendidikan yang diajarkan kepada siswa-siswinya dalam sekolah formal dengan standar kompetisi sebagai berikut: ( Mushollin, 2014:128)

a. Tertanam akhlak yang terpuji mulai taqwa sampai berbuat adil.

b. Mampu memahami kebutuhan dan pentingnya berinteraksi serta etika kepada semua orang.

c. Pendalaman tentang akhlak terpuji dan tercela. B. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah wa Targib

Kitab Tahliyah wa Targhib merupakan kitab karya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Pada awal pembukaan kitab ini beliau mengucapkan puji syukur kepada Allah serta tujuan dan harapannya dengan membuat kitab tersebut. Adapun nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah wa Targhib sebagai berikut:

1. Konsep Tingkatan Pergaulan Manusia. a. Manusia adalah sosial

(53)

Targhib dipaparkan sebagaimana manusia itu adalah makhluk sosial bermasyarakat, sebagai berikut:

و ـوقي فا ونكميلا وّنلا وسنج ءانبأب عمتجي فلا جايتحلاا ةدش ىف فاسنلاا ّفأ ملعا

ليصحتب هدح

ةين اسفنلا وظوظحو سب لاملاو نكاسملاو ةيذغلاا نم وتايح ةّدامل ـزليامو وتاجاح

ةحابملا وت اذلو

.ةيلقعلا

وتاجايتخاو

Artinya: Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan

sesamanya. Karena, seseorang itu tidak mungkin dengan

sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk

kelangsungan hidupnya, kesenangan-kesenangannya dan

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mentalnya. (

An-nadwi. 1999: 11)

Penggalan baris bait diatas menunjukkan akan konsep manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain, maka harus bergaul dan bermasyarakat dengan sesama umat manusia meskipun oraang tersebut berbeda dalam adat, kebiasaan, kesopanan, dan pangkatnya. Karakter yang terdapata dalam bait tersebut kasih sayang, peduli, bekerja sama, menghargai orang lain dan peduli lingkungan sosial.

b. Ibu

(54)

رهشا ةعست كلمح ىف ةديدعلا تايانعلاو ة ديدشلا تاقشملا تدباك دق كما فا

كملؤيو ؾرضي ام لك نم ؾاظفحو اهتط ايخو كبايث ةفاظنو كع اضراو كعضوو

عم

اهتبحّمو كيلع اهتقفش

.

Artinya: Sesungguhnya ibumu itu telah merasakan dan menanggung berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang

sanagt berat, sewaktu dia mengandungmu selama sembilan

bulan, melahirkan, menyusui, mencucikan pakaianmu, dan

menjahitnya serta melindungimu dari segala sesuatu

membahayakan dan menyakitimu. Dia melakukan semua itu

dengan perasaan penuh kasih sayang terhadapmu. ( An-Nadwi,

1999:12)

Sesuai dengan kalimat diatas, kasih sayang orang tua kepada anaknya begitu tulus, ibu memperjuangkan, merawat, mendidik dengan kkasih sayang. Sebagai anak berbakti kepada ibu hukumnya wajib.

c. Ayah

Selain ibu, ayah juga berperan dalam menjaga dan pendidikan anaknya. Selain itu juga ayah memenuhi semua kebutuhan keluarga. Sayyid Muhammad Al-Maliki menguraikan peranan ayah.

Artinya: Engkau dengan nalurimu sendiri sebenarnya dapat mengetahui sejak kecilmu, tentang perhatian ayahmu terhadap

segala urusan dan kepentinganmu, berupa makanan, minuman,

(55)

Dapatlah kiranya terbayang dalam pikiranmu, penderitaan

berat yang dirasakan oleh ayahmu dalam membina mental

maupun fisikmu, lebih-lebih karena ayah penyebab

keberuntunganmu didunia ini. ( An-Nadwi, 1999:14)

Peranan ayah dalam keluarga yang terurai dalam bagian pemikiran Sayyid Muhammad di atas, bahwa selain ibu, ayah juga berperan penting dalam tanggung jawab yang begitu besar untuk menjaga, mengatur, dan mendidik keluarga.

d. Penguasa

Setiap pemerintahan memiliki tanggung jawab atas otonomi pemerintahannya. Sayyid Muhammad Al-Maliki juga menguraikan bagaimana peranan penguasa, sebagai berikut:

ضورفلا ىدؤتو دودحلا ـاقتف نيدلا رصني مهتطس اوب نيّذلا مى روملاا ةلاو ّفإ

Artinya: Penguasa sebenarnya adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kejayaan agama, pelaksanaan

hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan,

dapat mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan

darah, bisa menjaga kesehatan rakyat, membina angkatan

bersenjata, meletakkan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran,

menegakkan keadilan, dan melaksanakan tindakan-tindakan

yang posistif lainnya. ( An-Nadwi, 1999:15)

(56)

menghormati dan mengambil nila-nilai dari pribadi penguasa seperti nilai karakter bertanggung jawa, keadilan dan kepemimpinan.

e. Guru

Dalam pembentukan mntal seorang individu selain kedua orang tau guru meruppakan sosok yang begitu berpengaruh. Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua.

اكاناسنا ؾريصي ام ؾداؤف ىف ثب و لهجلا ةبيصم نم ؾذقنا ىّذلا وى ؾذاتسا ّفا

قحلا نم كيلع امو كل ام افراع املاعلاضاف لام

و كسفن اعف ان تابجاولاو ؽو

نيعب كيلا اروظنم سانلا عيمجل ابوبحم لئ اضفلا ىلا لئاذرلا نع افرصنم ؾريغ

رابتلااو راقولا

Artinya: Sesungguhnya guru adalah orang yang menyelamatkanmu dari kebodohan dan telah menanamkan di

dalam hati dan pikiranmu pelajaran-pelajaran yang dapat

menjadikan manusia mulia, bijaksana, berilmu, dan dapat

mengetahui hak-hak serta kewajiban-kewajibanmu. Juga

menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain,

dapat menghindari perbuatan-perbuatan hina, bisa melakukan

perbuatan-perbuatan terpuji, menjadi orang yang dicintai dan

disegani banyak orang. ( An-Nadwi, 1999:16)

(57)

pekertinya, kasih sayang, baik dan rendah hati serta berbakti kepada orang tua.

f. Saudara dan Teman

Dalam peribahasa Indonesia tertulis” punya seribu teman

masih kurang banyak, punya satu musuh terlalu banyak”,

maksudnya janganlah membuat permusuhan dengan orang lain selama hidup. Teman adalah harta tak ternilai harganya.

اَقَّرَفَػتْػنَأ اَمُتْكَشْوَأ اَهَّلَز اَذِا # َةَّلَزَو َؾاَخَا ْؾُرْػتَػت ْمَل َتْنَأاَذِإ

Artinya: “ Jika engkau tidak mau mengabaikan kekhalifahan

teman apabila dia melakukannya, maka engkau dan dia

terancam pisah.”

ؾاخا

حلاس ريغب اجيهلا ىلا عاسك #ولاخا لا نم فا ؾاخا

Artinya: “ janganlah engkau meninggalkan teman-temanmu,

karena sesungguhnya orang yang baikntidak mempunyai teman

itu laksana orang yang pergi ke medan perang tenpa membawa

senjata.

Mempunyai seribu teman adalah hal yang menyenangkan, dengan memperbanyak teman bagaikan memiliki saudara-saudara baru, sudah sepatutnya menjaga tali silaturrahmi perlu dalam mengekalkan persaudaraan dan pertemanan. Karakter yang terdapat dalam suyair bersahabat, bertoleransi, baik dan rendah hati. ( An-Nadwi, 1999:17)

(58)

لا فا يغبني

ةطل اخلا فاف ةجاحلا ردقب لاا مهطل احت لاو ةجاجللا مهعم رثكت

ويلا روظنملا قلخل ةبسانم دئاقعو اقلاخا ثرويروصلا ىلا رظنلاو ؼرس عبطلاورثؤت

وت ديقعو

Artinya: Dirimu harus bisa bersifat tegas terhadap orang-orang yang pengetahuannya dan kedudukannya lebih rendah

daripadamu, dan setidaknya dirimu tidak terlalu banyak

bergaul dengan mereka, kecuali seperlunya saja, sebab

pergaulan itu dapat berpengaruh dan dapat menular.

Sesungguhnya melihat gambar-gambar itu dapat mempengaruhi

moral dan keyakinan, sesuai dengan perangai atau keyakinan

yang dilihat. ( An-Nadwi, 1999:18)

Dalam uraian di atas jelas bahwa selain memilih teman, mensikapi pergaulan juga begitu penting, agar tidak terjerumus dalam hal negatif. Jika kamu ingin tahu tentang perilaku seseorang maka janganlah kamu bertanya kepadanya, tetapi bertanyalah tentang temannya, sebab setiap teman mengikuti orang yang ditemani.

2. Konsep kesopanan dan pergaulan yang baik. a. Kesopanan dan pergaulan yang baik.

ِوِبَدَأ ْنِمَو ِوِلْقَع ْنِم َلَضْفَا # َةَبِى ٍئِرْمِلا ُللها ّبَىَواَم

ِوِب ُقَيْلَأ ِةاَيَحْلاَدْقَػف َّفِءاَف # اَدِقُف ْفِءاَف ىَتَفْلا ُةاَيَحاَمُى

Artinya: “ Tidak ada pemberian Allah kepada seseorang yang keutamaannya melebihi dan akhlaknya. Keduanya adalah

kehidupan bagi pemuda. Jika pemuda itu tidak memiliki akal

(59)

Dalam syair diatas menerangkan pentingnya akhlak bagi generasi penerus bangsa, akhlak yang menghiasi jiwa pemudalah yang akan membawa bangsa tercapai pada tujuan yang di cita-citakan, dalam syair diatas memiliki ketertarikan dengan karakter mulia yang erat dengan nilai religius, taat dan patuh dengan nilai agama.

b. Kejujuran

لقعلاو نيدلا ويلا وعدي فصووىو ويلعوى ام ىلع ئشلا نع رابخلاا وى ؽدصلا

ةيجس لاو ونم لمجاةيزملاف ؿامكل ابر اهتشلااو ءانثلا بحوةءورملاو

Jujur adalah hal menyampaikan berita sesuatu kepada seseorang sesuai dengan kenyataannya. Penyair berkata, yang artinya: “ Jika engkau berfikir tentang sesuatu, maka engkau tahu bahwa tidak ada sesuatu yang lebih jauh dari kehormatan

dan kemuliaan dari pada kebohongan. Ia sama sekali tidak

membawa kebaikan”. ( An-Nadwi, 1999:22)

Dari arti syair diatas terdapat peran penting nilai kejujuran, dan peringatan akan nilai yang berlawanan dengan jujur yaitu kebohongan, penegasan akhlak mulia jujur yang akan membawa kepada kehormatan dan kemuliaan agar tidak sekali-kali mengabaikan kejujuran.

(60)

dengan hati-hati sebelum kamu menjawabnya, kemudian jawablah pertanyaan itu sesuai dengan pengetahuanmu. Tetapi, apabila kamu merasa ragu, maka janganlah menjawab dengan mantap dan serius, namun jawablah dengan nada yang kurang menyakinkan. ( An-Nadwi, 1999:22)

c. Budi pekerti yang baik

روفنلا ةلقو وجولا ؽلاطو ثيدحلا فطلو بناجلا نيلو رشبلاب سانلا لماعت فا وى

Budi pekerti yang baik ialah sikap pergaulanmu dengan orang-orang tanpak penuh rasa senang, ramah, bertutur kata halus dengan raut muka yang murah senyum dan tidak menakutkan, sehingga kamu mudah dapat merebut hati mereka dan menarik simpatinya. Dengn demikian teman-temanmu menjadi banyak, musuhmu semakin sedikit, semua masalah akan mudah terselesaikan, rezekimu semakin berkembang, semua orang akan berusaha memaafkanmu. ( An-Nadwi, 1999:23)

d. Malu

نع سفنلا عنمو سانلا و للها دنع ةومذملا ةحيبقلا ظافللاا نع فاسللا فك وى

وب ؼاصتلاا ىف لىاستلا ـدعو ءايحلاب كسمتلاب كيلعف ةبيعملا ةئيسلا ؿاعفلاا

(61)

tidak tahu malu, dan akhirnya bersikap acuh. Orang yang demikian ini adalah jelek, hina dan tidak layak mendapatkan kebaikan. ( An-Nadwi, 1999:24)

e. Macam-macam malu

:عاونا ةثلاث ىلع ءايحلا

نم ؾؤايحو ,سانلا نم ؾؤايح و ,ىلاعت للها نم ؾؤايح

.كسفن

Artinya: “ sifat malu itu terbagi menjadi tiga macam: pertama,

adalah malu kepada Allah. Kedua, malu kepada sesama

manusia, dan yang terakhir adalah malu terhadap dirinya

sendiri.

Malu itu terdapat tiga macam, yaitu:

pertama, sikap malumu kepada Allah swt, artinya

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan menyadari bahwa Allah swt. tidak mengharamkan sesuatu, kecuali Dia menggantinya dengan sesuatu yang diperbolehkannya.

Kedua, malu kepada orang lain, maksudnya kamu tidak mengganggu atau menyakiti mereka, tidak berbuat jelek atau bebuat yang tidak pantas terhadap orang lain dengan kata-kata yang menyakiti persaan mereka.

Ketiga, rasa malu kepada diri sendiri, ialah menghindrai

(62)

f. Sabar

نع كل ونايص لىاجلا محرت فاب بضغلا فاجيى نع كسفن طبضت فا وى ملحلا

ويلع كتردق عم ؾّو دع نع وفعتو وتكاشم

Sabar adalah sikap menahan diri dari luapan emosi, dengan cara memaklumi orang yang tidak mengerti, untuk menyelamatkan dirimu, agar tidak sama dengannya atau dengan mengampuni orang yang memusuhimu, padahal engaku mampu melawannya. ( An-Nadwi, 1999:28)

g. Tata berbicara

Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah terlepas dari berkomunikasi ataupun bertutur sapa. Maka dari itu kita harus memiliki adab berbicara, mendengarkan dan pembicaraan. Oleh karena itu Sayyid Muhammad Al-Maliki menjelaskan dalam kitabnya tata berbicara, yaitu:

ا فا

فاكلااو ررض عفدوا عفن بلجل كملاك فوكينا كل ىغبني ـلاكلا تنا تدر

وتقو ىف وب عافتنلاا عقوم عقي فاو كصقن وب تنباو كلهج وب ترهظا دقلاوذرم

ازجعو ايناوت فاكلااو هدعب لاو .اقمحو ةلجع فاكلااو ولبقلا وتقلا

Apabila kamu ingin berbicara, maka pembicaraanmu harus

membawa manfaat atau menghilangkan bahaya. Hendaknya

pembicaaan itu disampaikan tepat pada waktu yang diperlukan.

Memilih kata-kata yang baik, yang enak didengar sesuai dengan

pembahasan. ( An-Nadwi, 1999:32)

h. Bermusyawarah

معلاا نم لمع لعف تدرااذا كل غبني

مىركف افص نيذلا كناوخا ويفريشتست فا ل

(63)

Apabila kamu akan mengerjakan suatu pekerjaan, maka

lebih baiknya kamu bermusyawarh atau meminta pertimbangan

kepada saudara dan teman-teman yang bersih pikirannya,

mempunyai pengalaman yang luas dalam berbagai bidang,

sehingga dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendatangkan

resiko dan membawa manfaat. ( An-Nadwi, 1999:33)

Dan apabila kita menginginkan sesuatu pekerjaan hendaknya dimusyawarahkan lebih dahulu dengan teman-teman yang berfikir cemerlang, bagus pemahamannya, bersih hatinya bisa dipercaya, bersih dari maksud tidak baik dalam hal, sehingga mereka mengerti mana yang bermanfaat dan yang buruk, hal mana mereka melihat suatu perbuatan dengan pandangan mata hatinya.

i. Menyimpan rahasia

أر اذا

ىف فاكو كتوخا دحاوا كيباوا كما نم كتيب ىف عقت ىتلا روملاا نمارما تي

ويلع مهعلاطاو سانلل هراهظا

“ Jika kamu melihat suatu persoalan yang terjadi di rumah,

baik disebabkan oleh ibu atau ayahmu, atau saudaramu, yang

jika diketahui oleh orang-orang bisa membawa bencana yang

kembali kepadamu, maka kamu harus merahasiakan persoalan

tersebut dan janganlah memberitahukan kepada orang lain,

agar kamu selamat dari bahaya”.

Referensi

Dokumen terkait

seharusnya dilakukan oleh manusia kepada Allah. Salah satu nilai pendidikan akhlak dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa adalah nilai pendidikan akhlak terhadap

Peneliti ini mengkaji : pertama, bagaimana nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Barzanji ; kedua, Bagaimana relevansi nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab

sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki dari pandangan filsafat, dengan judul Konsep Pendidik Profetik Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Studi Analisis Kitab Insan Kamil

Secara teoretis penulisan ini akan dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya tentang nilai- nilai etika dalam pendidikan akhlak

Relevansi Novel 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI di kelas Pendidikan Agama Islam PAI merupakan

Kisah laki-laki fasik “tidak ada amalan baik kecuali tauhid” nilai pendidikan Islam yang termuat di dalam cerita di atas adalah ketauhidan relevansi nilai pendidikan

Serta untuk mengetahui tentang relevansi dari nilai pendidikan akhlak dalam kitab Adab Al-’Alim Wa Al-Muta’alim akan penulis jabarkan diantaranya: Membersihkan Hati relevan

Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin, yang telah memberikan arahan penulisan skripsi ini yang