RAWA
adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan
jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri
Ciri-ciri Rawa
Ciri phisik, pada umumnya kondisi tanahnya
cekung dengan topografi relatif datar;
Ciri kimiawi, pada umumnya derajat keasaman
airnya rendah, tanahnya bersifat anorganik dan
mengandung pirit; dan
Ciri biologis, pada umumnya terdapat ikan-ikan
.
Rawa pasang surut
adalah rawa yang
terletak di pantai atau dekat pantai, di
muara atau dekat muara sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
Rawa lebak
adalah rawa yang sering
tergenang > 7 bulan yang letaknya bisa
pada daerah yang tidak kena pengaruh
pasang surut, atau daerah pasang surut.
Daerah pasang surut, dimana pasang surut dari laut yang merambat masuk ke sungai, mempunyai dua arah aliran air, bisa kena intrusi air asin dan bisa tidak kena intrusi air asin, atau kena intrusi air asin di musim
kemarau saja.
Daerah yang kena dampak pasang surut, daerah
dimana permukaan air di sungai/saluran akan turun naik tetapi hanya mempunyai satu arah aliran (hanya akibat dari back water).
Daerah yang tidak kena pengaruh pasang surut,
aliran satu arah muka air hanya tergantung dari fluktuasi debit aliran sungai, tidak ada dampak pasang surut.
Beberapa Istilah Penting
Garis sempadan rawa adalah garis batas luar yang menetapkan daerah yang dibutuhkan untuk keperluan pengamanan rawa sebagai sumber air.
Daerah rawa adalah areal rawa yang dibatasi garis sempadan rawa.
Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan manfaat rawa melalui teknologi hidrolik untuk kepentingan masyarakat luas.
Daerah reklamasi rawa adalah daerah rawa yang
sudah dilengkapi dengan jaringan reklamasi rawa yang merupakan hasil dari reklamasi rawa.
Pendayagunaan lahan rawa
adalah upaya
untuk memanfaatkan lahan rawa sehingga
lebih berdayaguna secara berkelanjutan
dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan air di lahan rawa, melalui
penatagunaan lahan rawa, penyediaan air,
penggunaan air, pengembangan sumber
daya air di lahan rawa, dan pengusahaan
lahan rawa.
Tata air rawa
: Tatanan air dan sumber air
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan rawa sebagai satu
kesatuan wilayah sungai.
Dasar sungai Pasut dikala debit normal
Sungai di daerah Rawa pasut dengan pembagian daerah terhadap pengaruh pasang surut di sungai
Daerah dikala surut atau pasang selalu kena intrusi air
asin
Daerah peralihan air payau
Daerah dikala surut tidak kena intrusi air asin, pada waktu pasang
kena intrusi air asin
Daerah tidak kena pasut (hanya akibat dari back water , satu arah aliran) Daerah pasang surut dari laut yang merambat masuk ke sungai, mempunyai dua
arah aliran air
Daerah yang tidak kena pengaruh pasang surut
Daerah tidak kena intrusi air asin Daerah kena pengaruh pasang surut dari laut yang merambat masuk ke sungai
Pasut dikala debit banjir
Pasut di laut
intrusi asin dikala surut
Intrusi asin dikala pasang
Dasar Laut
Pasut dikala kemarau
Batas intrusi air asin Pada waktu kemarau
PENGAMATAN PASANG SURUT LOKASI MUARA RATAI (17 Nov. - 2 Des. 1997) -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu Pengamatan (Jam)
E le v a s i M u k a A ir ( M e te r) HWL = 72.8 cm LWL = -72.8 cm MSL = 0.0 cm
Jaringan Tata Air Drainase
Lahan Rawa.
1. Sistem Pola Jaringan drainase Rawa Yang ada di Indonesia
Pada prinsipnya jaringan tata air drainase yang lengkap dengan pintu-pintu pengontrolnya adalah merupakan alat untuk mengatur air (water
managemen),
kapan air masuk, berapa air masuk, kemana air masuknya, kapan air harus keluar, sampai level mana air dikeluarkan dan lewat mana air
dikeluarkan.
Jaringan saluran drainase tanpa adanya bangunan pengontrol tidak akan memberikan hasil yang optimal, karena keluar masuknya air tidak
teratur, tidak terkontrol.
Maka disarankan untuk tidak menggunakan tahapan pembangunan sampai haringannya lengkap, tetapi laksanakan sampai lengkap sekaligus dan luasan yang dibangun mengikuti kondisi keuangan yang
Sistem sisir ini
dikembangkan di daerah Sumatera dan paling
banyak di Sumatera Selatan, Pola jaringan ini
dikembangkan oleh ITB.
Type Jaringan tata air drainase di lahan rawa adalah sebagai berikut:
Jaringan tata air drainase rawa dengan menggunakan
kolam pasang, bentuk ini dikembangkan di Kalimantan
Tengah oleh GAMA Jogjakarta.
–Sistem Garpu tala dan sistem sisir ini dikembangkan di daerah Sumatera dan paling banyak di Sumatera Selatan, Pola jaringan ini dikembangkan oleh ITB, dan
sekarang banyak yang menggunakan sistem ini. –Sistem Pola jaringan ini bisa digunakan untuk sistem
drainase yang berbeda keinginan yaitu lahan untuk perkebunan dan lahan pekarangan untuk tanaman pangan. Bangunan pengendali yang diperlukan bisa
Kriteria kesesuaian lahan gambut untuk
pertanian
Parameter Padi sawah Padi gogo, palawija, sayuran Tanaman perkebunan dan buah-buahan Hutan Ketebalan gambut (cm) < 130 < 130 < 300 >300 Kedalaman pirit (cm) > 50 > 50 > 150 Asam organik (mmol) < 0.5 < 0.1 < 0.1Sumber: Tim IPB. AMDAL Regional Pengembangan Lahan Gambut 1 Juta Hektar di Kalteng, Nopember 1996.
Penggunaan lahan berdasarkan pada kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai komoditi dibedakan atas peruntukan padi sawah; padi gogo, palawija dan sayuran; tanaman
perkebunan dan buah-buahan; hutan. Berdasarkan parameter ketebalan gambut, kedalaman pirit dan asam organik untuk lahan sesuai dinyatakan seperti pada Tabel 1
Zone
Zone 1
Zone 2a
Karakteris tik lahan Sekitar tanggul sungai, tanah mineral, kedalaman pirit <50cm atau > 50 cmTanah mineral bergambut, pirit >50 cm, perkolasi tinggi
Kesuaian lahan untuk pertanian
Sabuk hijau (green belt), tanaman tahunan
buah-buahan, Taman tepi sungai
Padi sawah 1 x/tahun, dapat diintensifkan 2 x/tahun dengan pengkondisian lahan
(pemadatan sub-soil) Sistem
Tata- Air
Saluran drainase utama
saluran drainase dan saluran sekunder/tersier supply , slope minimum, bangunan kontrol (blombong) di pangkal saluran (batas areal pemukiman) . Bk 1 di saluran interseptor keliling untuk mengendalikan elevasi muka air di saluran interseptor pada waktu musim hujan dan musim kering
Manaje men Air
terbuka pengaruh pasang-surut air sungai
Awal MT1 selama pengolahan tanah, pintu dibuka untuk flushing asam-asam. Selanjutnya pintu ditutup atau dioperasikan untuk mendapatkan elevasi muka air di saluran sekitar 30 cm di bawah lahan. Pintu dibuka lagi pada waktu 1-2 minggu menjelang panen MT1. Bangunan kontrol
(blombong) di saluran drainase dan saluran supply sekunder berfungsi secara otomatis.
Awal MT2 pintu dibuka selama pengolahan tanah. Selanjutnya pintu ditutup untuk menampung air dari bagian hulunya (Zone 3 dan 4). Kalau perlu pompanisasi untuk tanaman padi MT2 dan palawija MT3. Bangunan kontrol (blombong) berfungsi secara otomatik
Zone
Zone 2b
Karakteristik
lahan Tanah gambut < 130 cm, pirit >50 cm, perkolasi tinggi,
WHC rendah
Kesuaian lahan untuk pertanian
Musim hujan: Padi sawah/padi gogo; musim kemarau: palawija, sayuran
Sistem Tata-Air
saluran drainase dan saluran sekunder/tersier supply, slope minimum, bangunan kontrol (blombong) di pangkal saluran (batas areal pemukiman). Bk-2 dan bk-3 di saluran interseptor keliling untuk mengendalikan elevasi muka air di saluran interseptor pada waktu musim hujan dan musim kering
Manajemen Air
Awal MT1 selama pengolahan tanah, pintu dibuka untuk flushing asam-asam. Selanjutnya pintu ditutup atau dioperasikan untuk mendapatkan elevasi muka air di saluran sekitar 30 cm di bawah lahan. Pintu dibuka lagi pada waktu 1-2 minggu menjelang panen MT1.
Awal MT2 pintu dioperasikan sesuai dengan kebutuhan, dibuka selama
pengolahan tanah, selanjutnya pintu ditutup untuk menampung air dari bagian hulunya (Zone 3 dan 4). Kalu perlu pompanisasi untuk tanaman palawija/sayuran MT2 dan MT3.
Zone
Zone 3
Zone 4
Karakteristik lahan Tanah gambut 130-300 cm, pirit >150 cm Tanah gambut > 300 cm Kesuaian lahan untuk pertanian Tanaman tahunan perkebunan, buah-buahanHutan alami, penghutanan kembali dengan tanaman pohon asli setempat
Sistem Tata- Air saluran drainase dengan
interseptor di pangkal (Int-2) dan ujung (Int-1) untuk membuang asam organik ke luar areal zone 2.
Saluran interseptor di bagian pangkal (Int-1) untuk
membuang asam organik dari aliran air-tanah daerah hutan.
Manajemen Air Awal MT1 air dalam saluran interseptor yang mengandung asam organik dibuang ke luar areal zone 2. Pada awal MT 2 elevasi muk a air di saluran interseptor dipertahankan setinggi mungkin untuk memasok kebutuhan air di Zone 2.
Awal MT1 air dalam saluran interseptor yang mengandung asam organik dibuang ke luar areal zone 2. Pada awal MT 2 elevasi muk a air di saluran interseptor dipertahankan setinggi mungkin untuk
memasok kebutuhan air di Zone 2.
KONDISI PENGGUNAAN LAHAN RAWA
Penggunaan Lahan berupa Hutan Tersier Lahan Belukar di Lokasi Pekerjaan
Permukiman di Lokasi Pekerjaan (Desa Teras Nawang)
Persawahan yang ada umumnya berada di dekat pemukiman. Sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan. Hutan dan semak belukar yang ada merupakan tumbuhan khas rawa, hutan dataran rendah, hutan savanna, hutan payau dan berupa tanaman rumput ilalang dan tumbuhan perdu lainnya.
Foto 1
Hamparan Rawa di Lokasi Pekerjaan
Foto 2
Kondisi Areal Pertanian yang Ada
Foto 3
Kondisi Sungai Kayan yang berada di Lokasi Pekerjaan
Foto 4
Foto 5
Kondisi Rawa-rawa yang Masih Mendominasi di Lokasi Pekerjaan
Foto 6
Survey Pendahuluan dan Orientasi Lokasi Pekerjaan
Foto 7
Kondisi Rawa-rawa yang Masih Mendominasi di Lokasi Pekerjaan
Foto 8
Foto 9
Peralatan Survey Lokasi Pekerjaan
Foto 10