PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KLUWEK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS
KECOAK (Blatella germanica L.)
Saleh Hidayat1, Susi Eka Saputri2, Sri Wardhani3
e-mail: saleh_UMP@yahoo.com,1susieka.saputri@yahoo.com,2dan
s_wardhaniump@yahoo.com3
Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang1,3 Alumni Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang2
ABSTRACT
Kluwek (Pangium edule Reinw.) has many advantages, one of the advantages is as the material of insecticide by using cyanide acid that was toxic in seed. It needed the evidence to prove the advantages is as the material of insecticide of kluwek seed toward organism which was sensitive with cyanide acid material. The organism which was used: roach (Blatella germanica L.). The problems of this study were did the use of the extract kluwek seed (Pangium edule Reinw.) as the plants insecticide toward mortality of the roach (Blatella germanica L.). The method of this study has experimental method with Completely Randomized Design (CRD) at the six treatments and four replications, Duncan Multiple Range Test (DMRT) with SPSS version 16.0 programs. The result of this study were kluwek seed had significance effect toward mortality of roach (Blatella germanica L.) in the treatment (P5) with concentrate (125%). The roach was dead in twelve hour average. It means that (1) Use of the extract of kluwek seed as the plants insecticide with concentrate among 25%, 50%, 75%, 100% and 125% had significance effect toward mortality of the roach (Blatella germanica L.).
Key words: mortality, kluwek seed, and roach
ABSTRAK
Kluwek (Pangium edule Reinw.) memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai bahan pestisida dengan pemanfaatan asam sianida yang bersifat toksik pada bagian bijinya. Perlu dilakukaan pembuktian tentang pemanfaatan asam sianida dalam biji kluwek terhadap organisme yang sensitif dengan material asam sianida. Organisme yang digunakan adalah kecoak (Blatella germanica L.). Masalah dalam penelitian ini adalah,apakah penggunaan ekstrak biji kluwek (Pangium edule Reinw.) sebagai insektisida nabati berpengaruh terhadap mortalitas kecoak (Blatella
germanica L.). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 perlakuan dan 4 ulangan serta dilakukan uji lanjut Duncan pada program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan ekstrak biji kluwek sebagai pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap mortalitas kecoak (Blatella germanica L.) pada perlakuan (P5) dengan konsentrasi (125 gr/100 ml akuades), kecoak mengalami kematian dengan rata-rata 1 jam. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan ekstrak biji kluwek sebagai insektisida nabati dengan konsentrasi antara 25 gr/100 ml akuades, 50 gr/100 ml akuades, 75 gr/100 ml akuades, 100 gr/100 ml akuades dan 125 gr/100 ml akuades berpengaruh nyata terhadap mortalitas kecoak (Blatella germanica L.).
PENDAHULUAN
Kecoak adalah insekta yang sering dijumpai di lingkungan tempat tinggal. Kecoak adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap depan menutupi sayap belakang dan melipat seperti kertas. Nizkon (2010:78) menerangkan, kecoak adalah insekta merugikan yang dapat menularkan beberapa penyakit seperti kolera dan disentri.
Masyarakat tidak nyaman dengan kecoak. Umumnya kecoak tinggal di tempat gelap yang kotor, lembab dan bau. Kecoak memakan hampir segala macam makanan yang ditemukannya
untuk bertahan hidup. Kecoak
dianggap sebagai indikator sanitasi yang buruk, berbagai kuman penyakit yang berasal dari tempat-tempat kotor, menempel pada tubuh kecoak dan akan
menempel di setiap tempat yang
dihinggapi (Dhyanjie, 2012).
Menurut Cornwell (1968) dalam Amalia dan Harahap (2010) jenis kecoak yang sering ditemukan di lingkungan pemukiman adalah kecoak Amerika (Periplaneta americana L.), kecoak Jerman (Blatella germanica L.), dan kecoak Australia (Periplaneta
australasiae F.). Jenis kecoak yang
banyak dijumpai di pemukiman
Indonesia salah satunya adalah kecoak Jerman (Blatella germanica L.).
Kecoak Jerman dianggap sebagai pengganggu dan sebagai indikator sanitasi yang buruk, karena habitatnya di dapur rumah tinggal dan memakan makanan yang ada sehingga menjadi vektor pembawa penyakit mulai dari tifus hingga penyakit yang mematikan, sehingga populasi kecoak ini perlu dikendalikan (Admin, 2012).
Menurut Dikca (2011)
pengendalian kecoak sulit, karena kemampuan berkembang biaknya yang sangat cepat. Pengendalian kecoak dapat dilakukan dengan cara, sanitasi, biologis, mekanis, atau kimiawi. Pada umumnya cara kimiawi lebih banyak dilakukan oleh masyarakat seperti penyemprotan atau pengasapan dengan bahan-bahan kimia karena dianggap lebih praktis, meskipun insektisida kimia berbahaya bagi manusia.
Perlu dicari pengendalian lain yang lebih aman terhadap lingkungan dan manusia. Salah satu cara yang telah dilakukan adalah menggunakan formulasi umpan balik dan teknik penyemprotan dengan menggunakan insektisida nabati (alami) dengan
menggunakan ekstrak tumbuhan
(Amalia dan Harahap, 2010).
Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida nabati salah satunya adalah tumbuhan kluwek
(Pangium edule Reinw.) dengan
pemanfaatan biji kluwek. Menurut Yuningsih (2004), kluwek (Pangium
edule Reinw.) merupakan tanaman
yang banyak manfaatnya, terutama pada bagian daun dan bijinya yang dimanfaatkan untuk membasmi hama (insektisida). Keefektifan biji kluwek (Pangium edule Reinw.) sebagai bahan pembasmi hama disebabkan adanya asam sianida sebagai hasil hidrolisis
sianogen gynocardine oleh enzim
gynocardase yang ditemukan dalam
semua bagian dari tanaman kluwek. Sianida merupakan salah satu jenis racun yang paling toksik (mematikan), bereaksi cepat dalam tubuh hewan
maupun manusia, dan dapat
menyebabkan kematian akut.
Pemanfaatan asam sianida dalam biji kluwek (Pangium edule Reinw.) sebagai insektisida telah dilakukan
untuk hama walang sangit, wereng, dan hama belalang pengganggu tanaman padi. Racun sianida pada kluwek
(Pangium edule Reinw.) termasuk
racun syaraf. Senyawa asam sianida bekerja mematikan hama dengan menyerang pusat syaraf saat serangga bila terhirup dan tertelan. Asam sianida membuat efek racun perut dan syaraf (Nurmanadi, 2013).
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini berupaya mengklarifikasi apakah penggunaan ekstrak biji kluwek (Pangium edule Reinw.) sebagai insektisida nabati
berpengaruh terhadap mortalitas
kecoak (Blatella germanica L.). BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian eksperimental.
Pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah true experimental
melalui percobaan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan (t) dan 4 kali
ulangan.Konsentrasi ekstrak biji
kluwek (Pangium edule Reinw.) yang
digunakan adalah 25 gr/100 ml
akuades, 50 gr/100 ml akuades, 75 gr/100 ml akuades, 100 gr/100 ml akuades dan 125 gr/100 ml akuades. Pada setiap perlakuan dimasukkan nimfa kecoak Blatella germanica L. yang berumur 30 hari sebanyak 10 ekor, kemudian dilakukan pengamatan selama 12 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dipaparkan
tentang data mortalitas kecoak
(Blatella germanica L.) setelah diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak biji kluwek (Pangium edule Reinw.) pada konsentrasi yang berbeda. Data hasil penelitian jumlah rata-rata mortalitas kecoak (Blatella germanica L.) disajikan pada Gambar 1.
0 3,5 4,75 6 7,5 9 0 2 4 6 8 10 P0 P1 P2 P3 P4 P5 R at a -r at a M o rt al it as
Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Biji Kluwek
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Ekstrak Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.) dengan Mortalitas RerataNimfa Kecoak (Blatella germanica L.) (Hasil Olahan Data dari Program SPSS).
Berdasarkan data pada Tabel 1 selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji
hioptesis untuk melihat pengaruh
perlakuan berupa pemberian ekstrak biji kluwek (Pangium edule Reinw.)
terhadap mortalitas nimfa kecoak
Blatella germanica L. dengan uji F.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel
Tabel 1. Data Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.) Sebagai Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Nimfa Kecoak (Blatella germanica L.)
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah Fhitung Sig
Perlakuan 5 201,875 40,375 83,057** 0,000
Galat 18 8,750 0,486
Total 23 210,625
Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata
Berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa signifikan 0,000 <
α 0,05 (1). Berdasarkan hasil
perbandingan tersebut maka perlakuan
penggunaan ekstrak biji kluwek
(Pangium edule Reinw.) sebagai
insektisida (Blatella germanica L.), hal ini disebabkan adanya racun sianida dalam ekstrak biji kluwek. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nurmanadi (2013) yang menyatakan sianida pada biji-bijian dapat membuat efek racun perut dan racun syaraf dan dapat mematikan serangga bila terhirup atau tertelan. Perbedaan antar perlakuan diketahui berdasarkan analisis lanjut Uji Duncan yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Duncan Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.) Sebagai Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Nimfa Kecoak (Blatella germanica L.)
Perlakuan Ulangan Alpha = 0,05
1 2 3 4 5 6 0 4 0,0000 25 4 3,5000 50 4 4,7500 75 4 6,0000 100 4 7,5000 125 4 9,0000 Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Dari hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan pemberian ekstrak biji kluwek dengan konsentrasi (0 gr/100 ml akuades, 25 gr/100 ml akuades, 50 gr/100 ml akuades, 75 gr/100 ml akuades, 100 gr/100 ml akuades dan 125 gr/100 ml akuades) terhadap mortalitas kecoak (Blatella
germanica L.). Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian ekstrak biji kluwek P0 mortalitas kecoaknya berbeda nyata
terhadap perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5. Pemberian perlakuan P1 mortalitas kecoaknya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P2, P3, P4 dan P5. Pemberian perlakuan P2 mortalitas kecoaknya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P1, P3, P4 dan P5. Pemberian perlakuan P3 mortalitas kecoaknya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P1, P2, P4 dan P5. Pemberian perlakuan P4 mortalitas kecoaknya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P5.
Pemberian perlakuan P5 mortalitas kecoaknya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4. Perbedaan antar perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4 dan P5) dikarenakan konsentrasi yang berbeda pada setiap perlakuan, semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi racun sianida yang terkandung dalam ekstrak biji kluwek yang digunakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kathiraysen (2010) yang
menyatakan perbedaan yang nyata
antar perlakuan menunjukkan
konsentrasi yang berlainan memberi efek berbeda. Ini disebabkan kuantitas kandungan zat aktif yang terdapat pada suatu sumber perlakuan menyebabkan
perbedaan konsentrasi zat aktif
sehingga berdampak berbeda juga terhadap objek perlakuan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kecoak mati dalam keadaan terlentang. Hal ini sesuai dengan sifat dari racun sianida sebagai racun syaraf yang dapat menyebabkan terjadinya oksigenasi dan kekejangan otot. Racun syaraf menyebabkan kekejangan otot dan kekurangan koordinasi otot, yang
menyebabkan kecoak terbalik
posisinya. Tanpa kemampuan untuk mengontrol ototnya, kecoak mati dalam keadaan terlentang (Zona, 2011).
Racun sianida pada kluwek
(Pangium edule Reinw.) termasuk
racun syaraf diterangkan juga oleh Nurmanadi (2013) bahwa senyawa asam sianida bekerja mematikan hama dengan menyerang syaraf pusat pada
saat serangga menghirup atau
menelannya. Asam sianida membuat efek racun perut dan syaraf. Racun perut membunuh sasarannya dengan cara masuk ke sistem pencernaan melalui makanan, menyerang organ-organ pencernaan dan diserap dinding
usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif. Racun sianida yang menuju ke pusat syaraf insekta akan disebarkan menuju ke organ-organ respirasi dan meracuni sel-sel pada lambung (Sianigan, 2012).
KESIMPULAN
Penggunaan ekstrak biji kluwek sebagai insektisida nabati dengan konsentrasi antara 25 gr/100 ml akuades, 50 gr/100 ml akuades, 75 gr/100 ml akuades, 100 gr/100 ml akuades dan 125 gr/100 ml akuades berpengaruh nyata terhadap mortalitas kecoak (Blatella germanica L.).
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Kecoak Jerman.
(Online).
(http://kecoak-jerman.com/p=20, diakses 21 November 2012).
Amalia, H., dan Harahap, I. S. 2010.
Preferensi Kecoak Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan.
(Online).(https://docs.google.co
m). Diakses 21 November
2012).
Dhyanjie. 2012. Pengaruh Kecoak
Terhadap Kesehatan.(Online).
(http://www. kidnesia.com).
Diakses tanggal 21 November 2012).
Dicka.2012. Jangan Biarkan Kecoak
Beranak Pinak di Rumah Kita.(Online). (http:// id. shvoong.com). Diakses tanggal 25 Desember 2012).
Kathiraysen, R. R. 2010. Uji Potensi
Ekstrak Biji Pucung (Pangiu medule) Sebagai Insektisida Terhadap Lalat Musca
domestica Online).
(http://fk.ub.ac.id). Diakses tanggal 27 Juli 2013.
Nizkon. 2010. Zoologi Invertebrata. Palembang: Tunas Gemilang. Nurmanadi. 2013. Pestisida Nabati
dari Kluwek. (Online). (http://ceritanurmanadi. Wordpr ess.com). Diakses tanggal 14 Maret 2013.
Sianigan, P., dan Andri O.. 2012.
Pestisida Nabati pada Hama
Gudang. (Online).
(www.slideshare.net). Diakses tanggal 15 Agustus 2013. Yuningsih, R. Damayanti, Murdiati,
dan Darmono. 2004.
Kandungan dan Stabilitas Sianida dalamTanaman Picung
(Pangiu medule reinw.) serta
Pemanfaatannya. Laporan Hasil Penelitian APBN 2004.
Balai Penelitian Veteriner.
Bogor. (Online). (http://balitro. litbang.deptan.go.id.). Diakses tanggal 03 Oktober 2012.
Zona. 2011. Fakta Unik Kecoak.
(Online).
(http://zona-unique.blogspot. Com). Diakses tanggal 18 Mei 2013.