• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bidang kerja yang bersangkutan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. bidang kerja yang bersangkutan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Pendidik

1. Pengertian Kompetensi

Menurut Hamzah (2009: 62) pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Kompetensi tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon pendidik) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi pendidik lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Selaras dengan yang diinformasikan oleh Munandar dalam Hamzah (2009: 61) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni (a) faktor bawaan ,seperti bakat, dan (b) faktor latihan seperti hasil belajar.

Dari pemaparan sebelumnya maka, kompetensi pendidik dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, serta dikuasai oleh seorang pendidik yang dapat

(2)

diperoleh melalui latihan. Kompetensi pendidik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan, namun kompetensi pendidik tidak berdiri sendiri, tetapi dipengeruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman belajar, dan lamanya belajar. Kompetensi pendidik dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon pendidik, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik (Hamzah, 2009:64).

2. Indikator Kompetensi Pendidik

Menurut Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 bahwa kompetensi meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Adapun penjelasan dari keempat aspek kompetensi yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik

Dalam standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dalam Mulyana (2008:75) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut dalam UU Guru dan dosen ( 2009:56 ) penjelasan pasal demi pasal dalam pasal 10 ayat 1 dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi pedagogik adalah kemampuan pengelolaan pembelajaran peserta didik. kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar dikelas.

(3)

Mulai dari membuat scenario pembelajaran memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajaryang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia. Suryosubroto (2002:19) mengatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kesangupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. jadi kompetensi pedagogik ini berkaitan dengan kemampuanguru dalam proses belajar mengajaryakni persiapanmengajaryang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran ,memilih metode,media,serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif ,maupun psikomotorik siswa. Kompetensi Pedagogik pada pendidikan anak usia dini yaitu:

a) memahami karakteristik,kebutuhan dan perkembangan anakdidik ,tugas-tugas perkembangan.

b) menguasai dasar-dasar pendidikan anak usia dini.

c) menguasai prinsip dan pendekatan bermain sambil belajar. d) menguasai dasar-dasar bimbingan.

(4)

Pada kompetensi pedagogik guru PAUD/TK/RA yang tertuang dalam UU Guru dan dosen (UU RI No 14 tahun 2005), meliputi:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Yang didalamnya mencakup:

1.1) Memahami karakteristik peserta didik usia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral dan latar belakang sosial-budaya.

1.2) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang perkembangan.

1.3) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang perkembangan.

1.4) Mengidentifikasi kesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mencakup:

2.1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip bermain sambil belajar yang mendidik yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

2.2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik bermain sambil belajar yang brsifat holistic, otentik dan bermakna yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. Mencakup:

(5)

3.1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 3.2) Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang mendidik.

3.3) Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan.

3.4) Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain samboil belajar sesuai dengan tujuan pengembangan.

3.5) Menyusun perencanaan semester, mingguan, dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.

3.6) Mengembangkan indicator dan instrument penilaian.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. Mencakup: 4.1) Memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan yang

mendidik dan menyenangkan.

4.2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan.

4.3) Menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap, baik untuk kegiatan didalam kelas, maupun diluar kelas. 4.4) Menerapkan kegiatan bermain yang bersifat holistic, otentik, dan

bermakna.

4.5) Menciptakan suasana bermain yang menyenangkan, inklusif, dan demokratis.

4.6) Memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai dangan pendekatan bermain sambil belajar.

(6)

4.7) Menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan pengembang di TK/PAUD.

4.8) Mengambil keputusan transaksional dalam kegiatan pengembangan di TK/PAUD sesuai dengan situasi yang berkembang.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Mencakup: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan yang mendidik.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Mencakup:

Memfasilitasi berbagai kegiatan bermain sambil belajar untuk mendorong peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal termasuk kreatifitasnya.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Mencakup:

7.1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.

7.2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikai dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespons, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

(7)

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

8.2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

8.3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4) Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar.

8.5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai intrument.

8.6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.

8.7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Mencakup:

9.1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.

9.2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

9.3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.

(8)

9.4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

10) Melakukan tindakan refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Mencakup:

10.1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 10.2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan

berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

10.3) Melakukan penilitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

b. Kompetensi kepribadian

Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik. UU guru dan dosen (2009:57) memuat penjelasan pasal demi pasal, dalam pasal 10 ayat 1 dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, menjadi teladan peserta didik.

Dalam standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b dalam mulyasa, (2008:117) dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Ada kalanya guru harus berempati pada siswanya dan ada kalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan sabar menghadapi keinginan

(9)

siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah.

Uzer Usman(2009:16) mengemukakan kemampuan kepribadian guru meliputi hal-hal berikut:

a) Mengembangkan kepribadian b) Berinteraksi dan berkomunikasi

c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan d) Melaksanakan administrasi sekolah

e) Melaksanakan penilaian sederhana untuk keperluan pengajar.

Kepribadian guru penting karena guru merupakan guru PAUD/TK/RA yaitu:

a) Memiliki perasaan dan kepekaan terhadap perasaan anak.

b) Menghargai kepribadian, keunikan individu, cepat tanggap menanggapi kesulitan anak.

c) Memiliki rasa peduli, empati dan responsive serta mampu memberikan dorongan kepada anak.

d) Memiliki rasa kasih sayang, kesabaran, kehangatan, keluwesan, kejujuran, penuh perhatian dan bersikap obyektif.

Dalam UU guru dan dosen (UU RI No 44 tahun 2005) kompetensi kepribadian guru PAUD/TK/RA meliputi:

1) Bertindak sesuai norma dan agama, hokum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia. Mencakup:

(10)

1.1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

1.2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma nasional yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Mencakup:

2.1) Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

2.2) Berprilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

2.3) Berprilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat sekitarnya.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Mencakup:

Menampilkan diri sebagai yang dewasa, arif dan berwibawa.

4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,dan rasa percaya diri. Mencakup:

4.1) Menunjukan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. 4.2) Bangga menjadi guru dan percaya diri sendiri.

4.3) Bekerja Mandiri secara professional.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Mencakup: 5.1) Memahami kode etik profesi guru.

5.2) Menerapkan kode etik profesi guru. 5.3) Berprilaku sesuai dengan kode etik guru.

(11)

c. Kompetensi Profesional.

UU Guru dan dosen (2009:57) memuat penjelasan pasal demi pasal dalam pasal 10 ayat 1 dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya di buktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip-prinsip diantarnya: a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan sepanjang hayat.

h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

i) Memiliki organisasi prrofesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Kompetensi professional guru PAUD adalah sebagai berikut:

(12)

a) Menguasai menu pembelajaran yang berorientasi perkembangan ( fisisk, sosial, emosional, kognitif, bahasa, dan seni ).

1) Menguasai bidang-bidang pengembangan

2) Mengintegrasikan bidang-bidang pengetahuan ke dalam tema pembelajaran.

b) Menguasai perkembangan program yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

1) Mengembangkan program semester 2) Mengembangkan program mingguan 3) Mengembangkan program harian

c) Menguasai berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak.

1) Menguasai cara memilih dan menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi.

2) Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

3) Menciptakan berbagai kegiatan pembelajaran yang berpusat pada anak.

d) Menguasai pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. 1) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

2) Memilih dan menggunakan media sumber belajar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

(13)

e) Menguasai pengelolaan pembelajaran yang bervariasi, menyenangkan dan menantang yang berorientasi pada perkembangan.

1) Mengelola kelas

2) Mengelola lingkungan belajar yang memberi kesempatan pada anak aktif belajar secara fisik maupun mental

3) Mengelola kegiatan belajar

4) Mengelola media dan sumber belajar yang berorientasi pada perkembangan anak.

f) Menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak.

1) Memahami sistem penilaian yang dapat menilai bagaimana anak berkembang dan belajar.

2) Melaksanakan penilaian yang dapat menumbuhkan anak untuk lebih kreatif.

Sedangkan kompetensi professional guru PAUD/TK/RA yang dijelaskan dalam Undang-Undang guru dan dosen (UU RI No.14 Tahun 2005) Meliputi:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung berbagai bidang pengembangan yang diampu. Mencakup: 1.1) Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan

sosial, agama, seni, pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk setiap

(14)

1.2) Menguasai pengunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik, kognitif, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD.

1.3) Menguasai permainan anak.

2) Menguasai strandar kompetensi dasar bidang pengembangan yang di ampu. Mencakup:

2.1) Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang pengembangan.

2.2) Memahami kemajuan anak dalam setiap bidang pengembangan di TK/PAUD.

2.3) Memahami tujuan setiap kegiatan pengembangan.

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Mencakup:

3.1) Memilih materi bidang pengembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3.2) Mengolah materi bidang pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

4) Mengembangkan keprofesional secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Mencakup:

4.1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. 4.2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan

(15)

4.3) Melakukan penilitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.

4.4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi

dan mengembangkan diri. Mencakup:

5.1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

5.2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

d. Kompetensi sosial

UU guru dan dosen (2009:57) memuat penjelasan pasal demi pasal dalam pasal 10 ayat 1 dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial seorang guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan. Hadi (2007) berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang meliputi:

a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkat kemampuan professional.

b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

(16)

c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok.

Menurut Mulyasa (2011:173) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, teaga kependidikan, orang tua/wali dan masyarakat sekitar. Kegiatannya pasti dipengaruhi juga oleh pengaruh orang lain. Kompetensi sosial guru pendidikan anak usia dini meliputi:

a) Memahami anak dalam konteks keluarga, budaya dan masyarakat. b) Menguasai komunikasi dengan anak.

c) Menguasai kemampuan bekerja sama dengan orang tua anak, pihak pemerintah dan masyarakat untuk kepentingan pendidikan anak.

Dalam UU guru dan dosen UU RI No 14 tahun 2005 kompetensi sosial yang harus dimiliki guru PAUD/TK/RA adalah sebagai berikut:

1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras kodisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Mencakup:

1.1) Bersikap inklusif dan obyektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

1.2) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial.

(17)

2) Berkomunikasi secara efektif,emfirik, dan santun dengan sesame pendidik, kependidikan, orang tua dan masyarakat. Mencakup:

2.1) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunikasi ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

2.2) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

2.3) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republic Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Mencakup:

3.1) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidikan, termasuk memahami bahasa daerah setempat.

3.2) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan atau tulisan atau bentuk lain. Mencakup:

4.1) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

(18)

4.2) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

3. Karakteristik Kompetensi

Spencer and Spencer dalam Hamzah (2009: 63) membagi lima karakteristik kompetensi yaitu :

a. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Contohnya, orang yang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung jawab melaksanakannya.

b. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas.

c. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contohnya, kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri. d. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang

tertentu. contohnya, pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia.

e. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah

(19)

keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berfikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.

B. Konsep Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pendidik atau guru merupakan salah satu komponen sumber daya dalam

pendidikan. Tentunya pendidik atau guru yang ada harus mampu dipersiapkan

agar memiliki kemampuan, keterampilan dan sikap guna meningkatkan kompetensi. Pengembangan kompetensi para pendidik atau guru yang biasa dilakukan adalah dengan penyelenggaraan pelatihan. Banyak ahli berpendapat mengenai arti pelatihan, namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda.

Simamora dalam Kamil (2010:4) menjelas pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, atau pun perubahan sikap seorang individu. Menurut pendapat Andrew E. Sikula dalam Anwar pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Sedangkan J.Pfeiffer, James dalam Soebagio (2002:37) menjelaskan bahwa pelatihan adalah usaha untuk meningkatkan efektivitas pekerjaan.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan pelatihan dapat timbul ketika seorang personil mulai melaksanakan tugas-tugas baru mereka atau karena kurangnya kualitas pelaksanaan kerja dibandingkan yang seharusnya.

(20)

Sehingga keahlian dan kecakapan personil harus ditingkatkan dan dikembangkan dami kemajuan melaksanakan tugas tersebut. Dan dalam hal ini juga bagaimana upaya pengembangan pendidik atau guru yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya guna menghasilkan kinerja yang diharapkan.

2. Tujuan Pelatihan

Moekijat dalam Kamil (2010:11) menjelaskan bahwa tujuan umum pelatihan adalah :

1)Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat, dan lebih efektif; 2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat deselesaikan secara rasional; 3) untuk mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerjasama.

Menurut Simamora dalam Kamil (2011:11) tujuan khusus dari pelatihan merupakan tujuan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dikelompokan ke dalam lima bidang, yaitu :

1)memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Melaui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru; 2) mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan; 3) membantu memecahkan masalah operasional; 4) mempersiapkan karyawan untuk promosi, dan; 5) mengoreantasikan karyawan terhadap organisasi.

Sedangkan Sudjana (2007:9) menjelaskan bahwa tujuan dari pelatihan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

Pertama, pelatihan yang bertujuan kepada kepentingan lembaga penyelenggara pelatihan. Kedua pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sasaran dan atau masyarakat yang menjadi layanan suatu lembaga. Ketiga, pelatihan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan individu, lembaga, dan atau komunitas tertentu.

(21)

Jika melihat pendapat para ahli yang telah dipaparkan mengenai tujuan pelatihan, maka dalam penelitian ini tujuan dari pelatihan/kursus pendidik PAUD yaitu untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan, dan sikap yang berkaitan dengan pekerjaan untuk memenuhi kepentingan lembaga penyelenggara yaitu P2PNFI yang melaksanakan tugasnya yaitu memfasilitasi pengembangan sumberdaya (pengetahuan, keterampilan dan sikap) di bidang pendidikan nonformal dan informal. Untuk memenuhi kebutuhan sasaran dan atau masyarakat yang menjadi layanan suatu lembaga. Kebutuahan sasaran dalam penelitian ini adalah kebutuhan belajar pendidik PAUD yang dapat meningkatkan kompetensi/kemampuan dalam lapangan pekerjaannya. Dan untuk memenuhi kebutuhan individu, lembaga, dan atau komunitas tertentu. Yang dalam penelitian ini yaitu kursus pendidik PAUD yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pendidik PAUD.

3. Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan, dalam konteks yang luas memiliki dimensi tentang pengelolaan pelatihan, agar pelatihan dapat berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien. Dilihat dari fungsi manajemen atau pengelolaan menurut Sudjana (2007:12) pengelolaan program pelatihan dibagi menjadi tiga fungsi mencangkup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

a. Perencanaan

Sudjana (2007: 11) berpendapat bahwa perencanaan dapat mencangkup pengorganisasian, penyusunan rencana penilaian. Perencanaan bertujuan untuk menyusun rencana atau program pelatihan

(22)

yang memuat rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya mencapai tujuan lembaga penyelenggaraan pelatihan.

b. Pelaksanaan

Menurut Kamil (2010: 159) pelaksanaan merupakan proses pembelajaran dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan. Komponen-komponen yang dilaksanakan meliputi : 1) materi pelatihan, 2) pendekatan, metode, dan teknik pelatihan, 3) pendanaan program pelatihan, 4) penilaian atau evaluasi pelatihan, 5) hasil pelatihan.

Mangkunegara (2011:65) berpendapat bahwa pelaksanaan pelatihan terbagi tiga tahap, yaitu tahap awal mencangkup pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan logistik, orientasi dan tes awal. Tahap kedua, penyampaian materi pelatihan, dan tahap ketiga merupakan pelaksanaan post test terhadap hasil pelatihan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelaksanaan pelatihan adalah tanggapan peserta atau persepsi peserta terhadap pelaksanaan kegiatan kursus pendidik PAUD yang dinilai dari kelengkapan pelaksanaan kursus pendidik PAUD, kenyamanan tempat, ketersediaan alat-alat persiapan yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan kursus pendidik PAUD, pelayanan panitia kursus pendidik PAUD, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, penampilan pengelola atau fasilitator kursus pendidik PAUD dan evaluasi.

(23)

Kamil (2010:20) berpendapat bahwa evaluasi atau penilaian pelatihan dilakukan untuk mengetahui dampak program pelatihan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Langkah pertama dalam evaluasi ini adalah menetapkan kriteria keberhasilan. Kriteria ini harus didasarkan pada sasaran awal pelatihan. Setelah kriteria dibuat, evaluasi dapat dilakukan baik terhadap peserta maupun terhadap keseluruhan komponen program pelatihan. Lebih dari itu evaluasi juga harus menilai apakah proses dan hasil belajar dapat ditransfer ke situasi kerja atau kedunia kehidupan nyata. Keberhasilan program pelatihan dapat diketahui dengan mengetahui reaksi peserta, hasil pelatihan, dan dampak pelatihan (Kamil, 2010:64).

Reaksi peserta dapat diketahui dari pendapat, persepsi peserta setelah mengikuti pelatihan. Hasil pelatihan dapat diketahui dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta perubahan perilaku. Dan dapak pelatihan dapat diketahui dari peningkatan kinerja, kecepatan dan ketepatan melaksanakan tugas, efektif dan efisien pemakaian alat/bahan, peningkatan kualitas hasil kerja, berkurangnya permasalahan yang ditimbulkan dalam pelaksanaan tugas dan meningkatkan kepuasan kerja. Adapun aspek-aspek yang harus dievaluasi menurut Zaenudin Arief dalam Kamil (2010:60) yaitu komponen-komponen masukan mentah, masukan sarana/alat, masukan lingkungan, proses, keluaran, masukan lain dan pengaruh. Masukan mentah adalah peserta didik dengan karakteristik internal dan eksternal.

(24)

Karakter internal adalah atribut fisik, psikis dan fungsional peserta didik. Masukan sarana mencangkup tujuan program, kurikulum, pendidik (sumber belajar), fasilitas dan alat-alat pendidikan, organisasi penyelenggaraan, pengelolaan dan pembiayaan.

Tujuan program berkaitan dengan tujuan umum dan tujuan khusus, atau tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Pendidik sebagai unsur sarana berkaitan dengan kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran. Sudjana dalam kamil (2010:61) memaparkan bahwa aspek-aspek pendidik yang dievaluasi adalah keterlibatannya dalam program dan penampilannya dalam pembelajaran. Fasilitas dan alat evaluasi mengenai ketersediaannya, kuantitas dan kualitasnya, kecocokan dengan program pengembangan dan pemeliharaannya. Organisasi penyelenggara berkaitan dengan tipe dan status organisasi, daya dukung dan hubungan dengan pihak luar. Evaluasi pembiayaan berkaitan dengan sumber-sumber yang tersedia dalam pengelolaannya.

Masukan lingkungan mencangkup lingkngan sosial budaya dan lingkungan alam yang berkaitan dengan kondisi kependudukan dengan potensinya seperti pendidikan, kebiasaan atau tradisi, agama, kesehatan, mata pencaharian, pendapatan, lapangan pekerjaan, ideologi dan politik, keamanan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta tingkatan perkembangan masyarakat seperti masyarakat maju atau berkembang. Lingkungan alam meliputi kondisi alam hayati (biotik) serta flora dan fauna, alam hayati (abiotik) seperti keadaan tanah dan mineral.

(25)

Lingkungan buatan seperti transportasi, pasar, waduk dan pemukiman. Masukan lingkungan inilah yang merupakan sumber-komponen-komponen lainnya dalam program pendidikan.

Proses yang dievaluasi adalah kegiatan pembelajaran atau interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan atau evaluasi latihan. Keluaran yang dievaluasi adalah kualitas dan kuantitas peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Kuantitas adalah jumlah peserta didik yang berhasil menyelesaikan proses pembelajaran dalam program pendidikan. Sedangkan kualitas adalah derajat perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afeksi, dan psikomotor.

Masukan lain adalah daya dukung lain yang memungkinkan peserta didik dapat menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya. Masukan ini meliputi informasi yang diperlukan, latihan lanjutan dan lain-lain.

Pengaruh adalah dampak yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Pengaruh ini dapat diukur terutama dalam tiga aspek kehidupan yaitu pertama, peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup, keikutsertaan dalam kegiatan atau pembangunan masyarakat. Kemudian Sudjana (2007:265) berpendapat bahwa aspek-aspek program pelatihan yang dievaluasi yaitu unsur-unsur sistem program pelatihan dan fungsi-fungsi manajemen program pelatihan. Unsur-unsur sistem program pelatihan yang dievaluasi yaitu

(26)

terdiri dari masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses, keluaran, masukan lain dan pengaruh. Sedangkan fungsi-fungsi manajemen program pelatihan yang dievaluasi yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pembinaan, penilaian serta pengembangan program pelatihan.

Menurut Syamsu Mappa dalam Kamil (2010:62) berpendapat bahwa aspek-aspek yang dinilai atau dievaluasi ialah komponen program dan penyelenggaraan program. Komponen-komponen program meliputi masukan, proses, dan hasil program, sedangkan penyelenggaraan program menyangkut kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan, efesiensi ekonomik, dampak dalam keseluruhan program. Dari penjelasan yang telah dipaparkan mengenai aspek yang dievaluasi, dapat disimpulkan bahwa aspek yang terpenting untuk dievaluasi yaitu komponen program pelatihan dan pengelolaan fungsi manajemen pelatihan. Komponen program pelatihan dapat berupa proses kegiatan pembelajaran atau interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan atau evaluasi latihan. Sedangkan pengelolaan fungsi manajemen dapat berupa pelaksanaan pelatihan.

4. Hubungan Pelatihan dan Kursus Pendidik PAUD dalam Pendidikan

Nonformal

Pendidikan nonformal merupakan salah satu jenjang pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(27)

nasional pasal 13 ayat 1 bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Adapun pengertian dari pendidikan nonformal di jelaskan dalam pasal 1 ayat 12 yaitu “pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.

Peraturan pemerintah (PP) no.73 thn 1991 tentang pendidikan nonformal merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut PP ini pendidikan nonformal adalah pendidikan yag diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak. Tujuan pendidikan nonformal adalah untuk pertama, melayani warga belajar supaa dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Kedua, membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketiga, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan formal.

Menurut Sudjana (2010:130 dan 131) lingkup program pendidikan nonformal terdiri atas pendidikan anak usia dini, keaksaraan, kesetaraan, kecakapan hidup, kepemudaan, pemberdayaan perempuan, pelatihan kerja, dan pendidikan lain. Dan satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis ta’lim, dan satuan pendidikan sejenis.

(28)

Berdasarkan pemaparan sebelumnya peneliti menyimpulkan bahwa adanya hubungan pelatihan dan kursus pendidik PAUD dalam pendidikan nonformal selain itu adanya hubungan pelatihan dan kursus dapat dilihat juga dari pengertiannya yang dapat di ketahui bahwa tujuan pelatihan dan kursus itu sama yaitu meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, atau pun perubahan sikap seorang individu atau warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Simamora dalam Kamil (2010:4) berpendapat pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, atau pun perubahan sikap seorang individu. Dan menurut Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, Dan Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) no. KEP-105/E/L/1990 kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

C. Hipotesis

Sugiyono (2006:96) berpendapat bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapatnya pengaruh antara pelaksanaan kursus pendidik PAUD terhadap kompetensi

(29)

pendidik yang dilaksanakan di P2PNFI”. Berdasarkan hipotesis yang telah dipaparkan, maka penulis mencoba menggambarkan pola hubungan antara variabel yang di teliti yaitu :

Pola Pengaruh Antara Variabel Penelitian

VARIABEL Pelaksanaan Kursus Pendidik PAUD VARIABEL Kompetensi Pendidik

Referensi

Dokumen terkait

The strong flavored burnt Sienna colored hot beverage is the most popular type of tea in the West. Either served with a squeeze of lemon or added milk and a cube of sugar, the cup

[r]

Hari / Tanggal : Selasa, 8 Desember 2015 Jam : 9.00 Wita s/ d 16.00 Wita Tempat : Ruang ULP Kota Parepare. Alamat

26 Agustus 2013 tentang Penetapan Penyedia Barang / Jasa Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2013 Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Labuhanbatu Selatan1. Nomor Paket

Majemuk dalam Kumpulan Makalah Kongres Bahasa Bali V diterbitkan atas kerjasama Pemda Bali, Badan Pembina Bahasa, Aksara dan Sastra Bali, Fakultas Sastra Unud, dan Balai

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank,

[r]

Berdasarkan Hasil Penetapan Pemenang Nomor : 959 /Pokja ULP/APBK/BMCK/2015 tanggal 18 September 2015, Pokja ULP Kabupaten Aceh Tenggara Dinas Bina Marga dan Cipta Karya