Survey Penilaian Risiko Kesehatan
ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA)
Oleh : Kelompok Kerja Sanitas
PEMERINTAH KOTA DEPOK
Draft Laporan
Penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan
ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA)
Kota Depok
September 2011
Oleh : Kelompok Kerja Sanitasi Kota Depok
(Pokja Santasi– Kota Depok)
Penilaian Risiko Kesehatan
Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferen
Nasional (2007), International Year of Sanitation
Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK).
Ada enam tahapan kegiatan program PPSP, yaitu :
a. Tahap 1: Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan b. Tahap 2: Pengembangan kelembagaan dan peraturan c. Tahap 3: Penyusunan strategi sanitasi kab/kota d. Tahap 4: Penyiapan memorandum program e. Tahap 5: Pelaksanaan/implementasi,
f. Tahap 6: Pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan pembinaan
Pada tahun 2011 ini Kota Depok telah memasuki tahap 3, yaitu penyusunan stategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai bahan masukan dalam peny
EHRA. Hasil studi EHRA dapat kita simak bersama dalam laporan ini.
susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian berupa diagram dan tabel, kami berh
Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Depok pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah berkontri
terima kasih kepada para kader PKK di 63 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi Puskesmas se-Kota Depok, teman
Kesehatan, City Fasilitator
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh masyarakat di Kota Depok
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
1
KATA PENGANTAR
Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferen
International Year of Sanitation (2008), Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK).
pan kegiatan program PPSP, yaitu :
Tahap 1: Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan Tahap 2: Pengembangan kelembagaan dan peraturan Tahap 3: Penyusunan strategi sanitasi kab/kota Tahap 4: Penyiapan memorandum program Tahap 5: Pelaksanaan/implementasi, dan
Tahap 6: Pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan pembinaan
Pada tahun 2011 ini Kota Depok telah memasuki tahap 3, yaitu penyusunan stategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai bahan masukan dalam penyusunan Buku Putih. Salah satu studi tersebut adalah studi EHRA. Hasil studi EHRA dapat kita simak bersama dalam laporan ini.
susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian berupa diagram dan tabel, kami berharap dapat lebih mudah untuk dipahami.
Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Depok pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam survei ini. Kami ucapkan terima kasih kepada para kader PKK di 63 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi Kota Depok, teman-teman di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas
City Fasilitator dan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota Depok.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh masyarakat di Kota Depok
Depok, 8 September 2011 Penyusun
Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferensi Sanitasi (2008), Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK).
Pada tahun 2011 ini Kota Depok telah memasuki tahap 3, yaitu penyusunan stategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai unan Buku Putih. Salah satu studi tersebut adalah studi EHRA. Hasil studi EHRA dapat kita simak bersama dalam laporan ini. Laporan ini kami susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian
arap dapat lebih mudah untuk dipahami.
Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Depok pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam-busi dalam survei ini. Kami ucapkan terima kasih kepada para kader PKK di 63 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi teman di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas
tasi Kota Depok.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh
D
AFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Diagram Daftar Tabel Daftar Foto1.
PENDAHULUAN
2.
CATATAN METODOLOG
3.
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/
4.
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
5.
PEMBUANGAN AIR KO
DAN LUMPUR TINJA
6.
DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR
RUMAH DAN BANJIR
7.
PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI
YANG AMAN DAN HYGIENE
8.
PRILAKU HYGIENE / SEHAT
9.
KEJADIAN PENYAKIT DIARE
10.
HASIL-HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR
Lampiran-lampiran
CATATAN METODOLOGI
RUMAH TANGGA/ RESPONDEN
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA,
DAN LUMPUR TINJA
DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR
RUMAH DAN BANJIR
PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI
YANG AMAN DAN HYGIENE
PRILAKU HYGIENE / SEHAT
AN PENYAKIT DIARE
HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR
Halaman 1 2 3 4 6 8
9
10
15
21
33
48
PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI
53
63
66
68
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan BABS : Buang Air Besar Sembarangan
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
CF : City Fasilitator
DED : Detailed Engineering Design
FS : Feasibility Study
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja KMW : Konsultan Managemen Wilayah KPS : Kemitraan Pemerintah dan Swasta KSM : Kelompok Sw
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MCK : Mandi Cuci dan Kakus
MONEV : Monitoring dan Evaluasi
MPSS : Memorandum Program Sektor Sanitasi Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Mas PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PHBS : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat PIU : Project Implementing Unit
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PMU : Project Management Unit
POKJA : Kelompok Kerja
PPLP : Pengembangan Penyehatan Lingk
PPSP : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SPAL : Saluran Penyaluran Air Limbah SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum SPM : Standar Pelayanan Minimum SSK : Strategi Sanitasi Kota
TPA : Tempat Pe
TPS : Tempat Penampungan Sementara TPST : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
TTPAMS : Tim Teknis Pembangunan Air Minum dan Sanitasi (dahulu TTPS)
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
3
DAFTAR SINGKATAN
: Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Buang Air Besar Sembarangan
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
ity Fasilitator
Detailed Engineering Design Feasibility Study
: Instalasi Pengolahan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Konsultan Managemen Wilayah : Kemitraan Pemerintah dan Swasta : Kelompok Swadaya Masyarakat : Lembaga Swadaya Masyarakat : Mandi Cuci dan Kakus
: Monitoring dan Evaluasi
: Memorandum Program Sektor Sanitasi : Musyawarah Perencanaan Pembangunan : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat : Perusahaan Daerah Air Minum
: Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
Project Implementing Unit
: Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
Project Management Unit
: Kelompok Kerja
: Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman : Rukun Tetangga
: Rukun Warga
: Saluran Penyaluran Air Limbah : Sistem Penyediaan Air Minum : Standar Pelayanan Minimum : Strategi Sanitasi Kota
empat Pengolahan Akhir
: Tempat Penampungan Sementara : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
: Tim Teknis Pembangunan Air Minum dan Sanitasi (dahulu TTPS) ungan Permukiman
Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan
Diagram 2: Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Diagram 3 : Kelompok Umur Responden
Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah Diagram 5: Pendidikan Terakhir Responden Diagram 6: Kepemilikan Anak
Diagram 7: Pengelolaan Sampah
Diagram 8: Pengelolaan Barang Bekas Layak Pakai Diagram 9: Pemilahan Sampah
Diagram 10: Daur Ulang Sampah Diagram 11: Frekuensi Petuga M
Diagram 12: Ketepatan Waktu Sampah Diang Diagram 13: Pembiayaan Layana
Diagram 14: Tempat Pembuan
Diagram 15: Jenis Kloset Yang Dipakai
Diagram 16: Tempat Pembuangan Akhir Tinja Diagram 17: Lama Tangki S
Diagram 18: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Diagram 19: Pihak yang Mengosongkan Tangki Septik Diagram 20: Tempat Lumpur Tinja Dibuang
Diagram 21: Kebiasaan Anak Umur 0
Kebun, Jalan, Selokan atau Sungai Diagram 22: Tempat Membuang Tinja di Pampers Diagram 23: Tempat Membuang Bekas Pampers Diagram 24: Kebiasaan Menceboki Anak Setelah BAB Diagram 25: Tempat Pembuangan Air Bekas Cebok Anak Bila Diceboki dengan Air
Diagram 26: Tempat Pembuangan Tissu, Jika Anak Diceboki dengan Tissu
Diagram 27: Keberadaan Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja di Rumah
Diagram 28: Kejadian Banjir di Rumah Diagram 29: Frekuensi Kejadian Banjir
Diagram 30: Lama Banjir/Air akan Mengering
Diagram 31: Kejadian Kamar Mandi dan WC/Jamban Terendam, Jika Banjir
Diagram 32: Ketinggian Air yang Masuk ke Dalam Rumah DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan
2: Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Diagram 3 : Kelompok Umur Responden
Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah Diagram 5: Pendidikan Terakhir Responden Diagram 6: Kepemilikan Anak
lolaan Sampah Rumah Tangga Diagram 8: Pengelolaan Barang Bekas Layak Pakai Diagram 9: Pemilahan Sampah
Diagram 10: Daur Ulang Sampah
Diagram 11: Frekuensi Petuga Mengangkut Sampah dari Rumah tan Waktu Sampah Diangkut
Diagram 13: Pembiayaan Layanan Sampah oleh Tukang Sampah Diagram 14: Tempat Pembuangan Air Besar Orang Dewasa
nis Kloset Yang Dipakai
t Pembuangan Akhir Tinja Diagram 17: Lama Tangki Septik Dibuat
Diagram 18: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Diagram 19: Pihak yang Mengosongkan Tangki Septik Diagram 20: Tempat Lumpur Tinja Dibuang
Diagram 21: Kebiasaan Anak Umur 0-5 th Buang Air Besar di Lantai, Kebun, Jalan, Selokan atau Sungai
Diagram 22: Tempat Membuang Tinja di Pampers Diagram 23: Tempat Membuang Bekas Pampers Diagram 24: Kebiasaan Menceboki Anak Setelah BAB Diagram 25: Tempat Pembuangan Air Bekas Cebok Anak
Bila Diceboki dengan Air
Diagram 26: Tempat Pembuangan Tissu, Jika Anak Diceboki dengan Tissu
Diagram 27: Keberadaan Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja di Rumah
Diagram 28: Kejadian Banjir di Rumah yang Ditempati atau Sekitar Rumah Diagram 29: Frekuensi Kejadian Banjir
Diagram 30: Lama Banjir/Air akan Mengering
Diagram 31: Kejadian Kamar Mandi dan WC/Jamban Terendam, ian Air yang Masuk ke Dalam Rumah
Halaman 16 17 17 18 19 19 24 26 27 29 29 30 31 34 37 37 39 41 42 43 44 44 45 46 46 48 48 yang Ditempati atau Sekitar Rumah 50 50 51 52 52
Diagram 33: Pengamalan Menurunnya Volume Pasokan Air yang Dikonsumsi
Diagram 34: Pengalaman Menurunnya Kualitas Air yang Dikonsumsi Diagram 35: Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan/
Pembuangan Tinja
Diagram 36: Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum,
Masak dll
Diagram 37: Pengolahan Air Sebelum Diminum Diagram 38: Cara Mengolah Air Sebelum Diminum Diagram 39: Penyimpanan Air Yang Sudah Diolah Seb Diagram 40: Tempat Penyimapanan Air S
Diagram 41 Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin
Diagram 42: Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Terkena Diare Diagram 43: Hasil Pengamatan Keamanan Maka
Kecoak, Cicak dan Serangga Lainnya Diagram 44: Hasil Pengamatan Pengu
Diagram 45: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Untuk Mengumpulkan Sampah
Diagram 46: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan air Limbah Bekas Cuci Peralatan Minum/ Makan dan Masak Dibuang Diagram 47: Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun, Shampoo dan Sabun Cuci Tangan di Kamar Mandi
Diagram 48: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci Tangan dari Wastafel
Diagram 49: Hasil Pengamatan Keberadaan Jentik Nyamuk pada Bak Penampung Air / Ember
Diagram 50: Hasil Pengamatan Ketersediaan Air di Dalam Ruangan Jamban / WC
Diagram 51: Hasil Pengamatan Ketersediaan Sabun di Dalam atau Di Dekat Jamban
Diagram 52: Hasil Pengamatan Tipe WC/ Jamban Diagram 53: Hasil Pengamatan Saluran Pembuangan dari WC/ Jamban Terhubungkan
Diagram 54: Hasil Pengamatan Jarak Tangki Septik dengan Sumber Air Minimal 10 Meter
Diagram 55: Hasil Pengamatan Pemila
Diagram 56: Hasil Pengamatan Saluran Air Hujan Dekat Rumah Diagram 57: Hasil Pengamatan Fungsi Saluran Untuk Mengalirkan Air Diagram 58: Hasil Pengamatan Tentang keberadaan Sampah
Dalam Saluran Air
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
5
Diagram 33: Pengamalan Menurunnya Volume Pasokan Air yang Dikonsumsi
Diagram 34: Pengalaman Menurunnya Kualitas Air yang Dikonsumsi Diagram 35: Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan/
gan Tinja
Diagram 36: Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum, Diagram 37: Pengolahan Air Sebelum Diminum
Diagram 38: Cara Mengolah Air Sebelum Diminum
Diagram 39: Penyimpanan Air Yang Sudah Diolah Sebelum Diminum Diagram 40: Tempat Penyimapanan Air Setelah Diolah Sebelum Diminum Diagram 41 Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin
Diagram 42: Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Terkena Diare Diagram 43: Hasil Pengamatan Keamanan Makanan dari Lalat,
Kecoak, Cicak dan Serangga Lainnya
Diagram 44: Hasil Pengamatan Pengumpulan Sampah Sebelum Dibuang Diagram 45: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Untuk Mengumpulkan
m 46: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan air Limbah Bekas Cuci Peralatan Minum/ Makan dan Masak Dibuang Diagram 47: Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun, Shampoo dan
Sabun Cuci Tangan di Kamar Mandi
gram 48: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci Tangan dari Wastafel
Diagram 49: Hasil Pengamatan Keberadaan Jentik Nyamuk pada Bak Penampung Air / Ember
sil Pengamatan Ketersediaan Air di Dalam Ruangan Jamban / WC
Diagram 51: Hasil Pengamatan Ketersediaan Sabun di Dalam atau Di Dekat Jamban
Diagram 52: Hasil Pengamatan Tipe WC/ Jamban iagram 53: Hasil Pengamatan Saluran Pembuangan
dari WC/ Jamban Terhubungkan
Diagram 54: Hasil Pengamatan Jarak Tangki Septik dengan Sumber Air Minimal 10 Meter
Diagram 55: Hasil Pengamatan Pemilahan Sampah
: Hasil Pengamatan Saluran Air Hujan Dekat Rumah : Hasil Pengamatan Fungsi Saluran Untuk Mengalirkan Air : Hasil Pengamatan Tentang keberadaan Sampah
Dalam Saluran Air
56 56 57 58 60 60 61 etelah Diolah Sebelum Diminum 62 63 67 70 mpulan Sampah Sebelum Dibuang 71 Diagram 45: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Untuk Mengumpulkan
72 73 74 75 76 77 77 78 79 80 81 83 83 84
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Jumlah Anak Laki-Laki dalam Kelompok Umur 20 Tabel 2 : Jumlah Anak Perempuan dalam Kelompok Umur 20 Tabel 3: Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah 23 Tabel 4 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga per Kecamatan 25 Tabel 5: Pemilahan Sampah di Rumah Sebelum Dibuang 27
Tabel 6: Jenis Sampah yang Dipilah 28
Tabel 7: Pihak Penerima Layanan Pengangkutan Sampah 31 Tabel 8: Besaran Biaya Layanan Pengangkutan Sampah dalam Sebulan 32 Tabel 9: Tempat Buang air Besar Orang Dewasa BerdasarkanKecamatan 35 Tabel 10: Orang Diluar Anggota Keluarga yang Buang Air Besar di Ruang
Terbuka 36
Tabel 11: Tempat Penyaluran Buangan akhir Tinja per Kecamatan 38 Tabel 12: Lama Tangki Septik Terakhir Dikosongkan 40 Tabel 13: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan 41 Tabel 14: Asal Limbah Cair Rumah Tangga dan Saluran Pembuangannya 49 Tabel 15: Sumber Air untuk Keperluan Rumah Tangga 48 Tabel 16: Tempat Menyimpan Air untuk Memasak, Mencuci,
dan Gosok Gigi 58
Tabel 17: Cara Mengambil Air untuk Minum, Mencuci Piring&Gelas
dan Gosok Gigi 59
Tabel 18: Penggunaan Air yang Telah Diolah Selain Untuk Minum 62
Tabel 19: Peruntukan Sabun 64
Tabel 20: Tempat Mencuci Tangan bagi Anggota Keluarga 64 Tabel 21: Waktu Mencuci Tangan Memakai Sabun 65 Tabel 22: Anggota Keluarga yang Terakhir Menderita Diare 67 Tabel 23: Hasil Pengamatan Tentang Sumber Air Untuk Minum,
Masak dan Mencuci Alat Makan/Masak/Minum 68 Tabel 24: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Menyimpan Air
Sebelum Diolah 69
Tabel 25: Hasil Pengamatan Persediaan Air Untuk Cuci Tangan
dan Sumber Air 69
Tabel 26: Hasil Pengamatan Asal Sumber Air Untuk Mandi 74
Tabel 27: Hasil Pengamatan Hygiene Jamban 78
Tabel 28: Hasil Pengamatan Ketersediaan Alat Penyiram
dalam Jamban Leher Angsa Tipe Jongkok atau Duduk 79 Tabel 29: Hasil Pengamatan Cara Pengelolaan Sampah 80 Tabel 30: Hasil Pengamatan Jenis Sampah yang Dipilah 81
Tabel 31: Hasil Pengamatan Genangan Air di Halaman/ Bagian Depan Rumah
Tabel 32: Hasil Pengamatan Lokasi/ Bagian Yang Tergenang Tabel 33: Hasil Pengamatan Asal Air Penyebab Genangan
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
7
Tabel 31: Hasil Pengamatan Genangan Air di Halaman/ Bagian Depan Rumah
Tabel 32: Hasil Pengamatan Lokasi/ Bagian Yang Tergenang matan Asal Air Penyebab Genangan
82 82 82
Foto 1 : Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel
Foto 2 : Pelatihan EHRA Pusat
Foto 3 : Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengarah PKK Kota De
Foto 4 : Suasana Pelatihan Enumerator EHRA
DAFTAR FOTO
Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel
Pelatihan EHRA Pusat
Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengarah PKK Kota Depok
Foto 4 : Suasana Pelatihan Enumerator EHRA
Halaman 15 15
pok 15 15
1 P
ENDAHULUAN
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment
Lingkungan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan dengan sanitasi. Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rum
Data EHRA diharapkan menjadi
Depok yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan program-program sanitasi kota.
benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan (indikatif).
Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan kader
dengan kader dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah
warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden yakni Ibu berusia antara 18
kuesioner yang banyak mengandung hal
privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku
umumnya memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.
Dokumen ini adalah Laporan EHRA d datanya dilakukan pada tanggal 25 oleh Fasilitator Kota Depok
Sanitasi Pemukiman (PPSP) Kerja Sanitasi (Pokja Sanitasi
menangani koordinasi dan supervisi lapangan, enumerator yang menggunakan
dari 63 kelurahan di Kota
orang yang bertindak sebagai supervisor lapangan
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
9
DAHULUAN
Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan . Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah nakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rumah.
ata EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program sanitasi kota. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai encapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan (indikatif).
studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan erkolaborasi dengan kader-kader PKK di tingkat kelurahan
dengan kader dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) kader
leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden
Ibu berusia antara 18-55 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat
seperti tempat dan perilaku buang air besar (
mahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang erempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.
Dokumen ini adalah Laporan EHRA di Kota Depok yang kegiatan survey tanggal 25-29 Juli tahun 2011. Penyusunan laporan
Depok (CF) yang disediakan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya
Pokja Sanitasi) Kota Depok sebagai pemilik utama kegiatan, menangani koordinasi dan supervisi lapangan, proses data entry dan analisis data enumerator yang menggunakan kader-kader PKK tingkat kelurahan sebanyak 126 orang
di Kota Depok, juga melibatkan Sanitarian Puskesmas sebanyak 32 yang bertindak sebagai supervisor lapangan dan petugas entry data
) atau Penilaian Risiko Kesehatan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan . Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah nakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penganan kotoran anak, dan
bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota strategi sanitasi dan Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai encapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di
studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan di tingkat kelurahan. Kolaborasi kader-kader memiliki rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, pertanyaan di dalam hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat buang air besar (BAB), 2) kader mahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang erempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.
survey pengumpulan . Penyusunan laporan didampingi Program Percepatan Pembangunan an berbagai pihak, khususnya Kelompok sebagai pemilik utama kegiatan, yang proses data entry dan analisis data, para sebanyak 126 orang Sanitarian Puskesmas sebanyak 32 dan petugas entry data.
2 C
ATATAN METODOLOGI
EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar
kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (
dalam EHRA adalah kader Kota Depok, pihak Kelurahan
diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut Kamis-Jum’at tanggal 21 dan 22 Juli 2011. Tempat pelatiha
Sekarpeni, Jl. Siliwangi No.14 Depok Kec. Pancoranmas Pengenalan EHRA, Pengorganisasian EHRA,
Pemahaman tentang Instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis te indikator-indikator; Simulasi dan Praktek
Penjelasan Alur EHRA dan diskusi perbaikan instrumen. enumerator kali ini adalah
sekaligus istri Wali Kota Depok yang memberikan materi tentang peran PKK dalam pembangunan sanitasi di Kota Depok yang sekaligus memberikan motivasi kepada seluruh peserta pelatihan sebagai kader PKK untuk menyukseskan program percepatan pembangunan sanitasi permukiman di Kota Depok.
Foto 1 Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel
Dengan ukuran populasi penduduk kota
BPS Kota Depok)jumlah kecamatan sebanyak 11 kecamatan, kelurahan 63, jumlah RW 871, jumlah RT 4.856, dan jumlah
ATATAN METODOLOGI
EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara ) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah kader-kader PKK yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi pihak Kelurahan dan Puskesmas. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut
Jum’at tanggal 21 dan 22 Juli 2011. Tempat pelatihan di Gedung Pertemuan Sekarpeni, Jl. Siliwangi No.14 Depok Kec. Pancoranmas. Materi pelatihan mencakup Pengenalan EHRA, Pengorganisasian EHRA, Dasar-dasar Wawancara dan
nstrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis te Simulasi dan Praktek; Teknik Pengumpulan dan Pelaporan Data,
dan diskusi perbaikan instrumen. Yang menarik dalam pelatihan enumerator kali ini adalah peran Ketua Tim Penggerak PKK Tingkat Kota Depok yang ligus istri Wali Kota Depok yang memberikan materi tentang peran PKK dalam pembangunan sanitasi di Kota Depok yang sekaligus memberikan motivasi kepada seluruh peserta pelatihan sebagai kader PKK untuk menyukseskan program percepatan
permukiman di Kota Depok.
1 Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel
penduduk kota Depok sebesar1.639.173ta
jumlah kecamatan sebanyak 11 kecamatan, kelurahan 63, jumlah RW dan jumlah kepala keluarga 435.294 KK.
2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara ). Pewawancara dan pelaku pengamatan laboratif oleh Pokja Sanitasi . Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut yaitu hari n di Gedung Pertemuan . Materi pelatihan mencakup; awancara dan Pengamatan; nstrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang Teknik Pengumpulan dan Pelaporan Data, Yang menarik dalam pelatihan peran Ketua Tim Penggerak PKK Tingkat Kota Depok yang ligus istri Wali Kota Depok yang memberikan materi tentang peran PKK dalam pembangunan sanitasi di Kota Depok yang sekaligus memberikan motivasi kepada seluruh peserta pelatihan sebagai kader PKK untuk menyukseskan program percepatan
ahun 2010 (sumber jumlah kecamatan sebanyak 11 kecamatan, kelurahan 63, jumlah RW
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sbb.:
Dimana:
• n adalah jumlah sampel
• N adalah jumlah populasi
• d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)•
95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1
Dengan menggunakan rumus Slovin dengan CL (
(Confidence Interval) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar 2.486 rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Depok kali ini ditetapkan sampel sebesar 3.780 rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. S sebesar 3.780 rumah tangga tersebut diambil secara merata di 11 kecamatan dan di 63 kelurahan.
Yang menjadi primary sampling unit
random 12 RT secara proposional berdasa
klustering RW dengan 4 indikator, yaitu: tingkat kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, daerah aliran sungai, dan kejadian banjir. Maka pada setiap kelurahan terdapat RW kluster 1, kluster 2, kluster 3, kluster
masing tingkat kluster RW menentukan jumlah RT yang akan menjadi sasaran sampling.
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
11
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sbb.:
adalah jumlah sampel adalah jumlah populasi
adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)• Asumsi tingkat
95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5
Dengan menggunakan rumus Slovin dengan CL (Confidence Level) seb
) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Depok kali ini ditetapkan sampel sebesar 3.780 rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. S sebesar 3.780 rumah tangga tersebut diambil secara merata di 11 kecamatan dan di 63
Foto 2 Pelatihan EHRA Pusat
primary sampling unit adalah RT. Di setiap kelurahan diambil secara random 12 RT secara proposional berdasarkan kluster RW. Setiap kelurahan dilakukan klustering RW dengan 4 indikator, yaitu: tingkat kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, daerah aliran sungai, dan kejadian banjir. Maka pada setiap kelurahan terdapat RW kluster 1, kluster 2, kluster 3, kluster 4, dan kluster 5. prosentase masing masing tingkat kluster RW menentukan jumlah RT yang akan menjadi sasaran sampling.
adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan ) sebesar 98% CI ) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Depok kali ini ditetapkan sampel sebesar 3.780 rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. Sampel sebesar 3.780 rumah tangga tersebut diambil secara merata di 11 kecamatan dan di 63
adalah RT. Di setiap kelurahan diambil secara rkan kluster RW. Setiap kelurahan dilakukan klustering RW dengan 4 indikator, yaitu: tingkat kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, daerah aliran sungai, dan kejadian banjir. Maka pada setiap kelurahan 4, dan kluster 5. prosentase masing-masing tingkat kluster RW menentukan jumlah RT yang akan menjadi sasaran sampling.
Setiap kelurahan diambil 12 RT sebagai sasaran sampling. Penentuan RT sasaran disetiap kluster RW dilakuan secara acak. Setiap RT diambil
jadi setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 60 rumah tangga.
Rumah tangga ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik random multistage (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah tangga digunakan pilihan teknik
menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Pengasinan adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 rumah tangga. Maka interva
membuat daftar rumah tangga calon sasaran dari 1
rumah tangga pertama yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah tangga kedua dan seterusnya ditent
Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitas
lebih mudah ditemui dibandingkan bapak perempuan berusia 18-65
setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang menguru
Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya.
Foto 3 Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengar
Setiap kelurahan diambil 12 RT sebagai sasaran sampling. Penentuan RT sasaran disetiap kluster RW dilakuan secara acak. Setiap RT diambil 5 rumah tangga sebagai responden, jadi setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 60 rumah tangga.
ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah tangga digunakan pilihan teknik random sistematis (urutan rumah) dengan menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Pengasinan adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 rumah tangga. Maka intervalnya adalah 50:5=10, maka enumerator bersama supervisor membuat daftar rumah tangga calon sasaran dari 1 – 50 dan slot angka 1
rumah tangga pertama yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah tangga kedua dan seterusnya ditentukan dengan interval 10.
Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan
5 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang menguru
Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi
Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengarah PKK Kota Depok
Setiap kelurahan diambil 12 RT sebagai sasaran sampling. Penentuan RT sasaran disetiap 5 rumah tangga sebagai responden,
ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah andom sistematis (urutan rumah) dengan menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Pengasinan adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 enumerator bersama supervisor 50 dan slot angka 1 – 50. Sasaran rumah tangga pertama yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah
Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif i serta mereka relatif bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30
riset di Jakarta Pusat tahun 2006 lalu enumerator. Untuk mengikuti standar etika, kader sehingga responden memahami betul hak dengan sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir Sanitasi dengan mengerahkan
Kecamatan. Sebelum melakukan entri data pelatihan singkat data entry
Sanitasi. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi.
Untuk quality control, tim
check ini dilakukan oleh supervisor y
dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan.
dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Foto 4 Suasana Pelatihan Enumerator EHRA Untuk mengorganisir Studi EHRA, dibentuk panitia
Kesehatan sebagai Penanggungjawab Studi EHRA, Data, dan anggota Pokja Sanitasi yang lain.
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
13
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi
tahun 2006 lalu dan diuji kembali dalam hari ke
enumerator. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh kader sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim EHRA Dinas Kesehatan sebagai anggota Pokja dengan mengerahkan tim koordinator entri data dan Sanitarian Puskesmas
melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu
data entry EHRA yang difasilitasi oleh Fasilitator Kota
Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang langkah untuk uji konsistensi.
, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. Tim dilakukan oleh supervisor yang secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah
benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control
entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Foto 4 Suasana Pelatihan Enumerator EHRA Untuk mengorganisir Studi EHRA, dibentuk panitia ad-hoc yang intinya
Penanggungjawab Studi EHRA, Koordinator EHRA Data, dan anggota Pokja Sanitasi yang lain. Sebagai ujung tombak, direkrut
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk 45 menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi dan diuji kembali dalam hari ke-2 pelatihan wajib dibacakan oleh haknya dan memutuskan keikutsertaan
sebagai anggota Pokja tim koordinator entri data dan Sanitarian Puskesmas tim data entri terlebih dahulu mengikuti ta Depok dan Pokja Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang
mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. Tim spot
secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah
Quality control juga kembali oleh tim Pokja Sanitasi.
intinya terdiri dari Dinas Koordinator EHRA, Koordinator Entri ebagai ujung tombak, direkrut enumerator
yang berasal dari kader-kader
berasal dari Sanitarian Puskesmas di seluruh Kota Depok
kader PKK dari semua kelurahan di Kota Depok dan supervisor Sanitarian Puskesmas di seluruh Kota Depok.
3 K
ARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/
RESPONDEN
Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio dengan status rumah di Kota
hubungan responden dengan kepala keluarga,
pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2
tahun. Variabel-variabel sosio
erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk
merupakan segmen populasi yang paling rent berhubungan dengan air (
demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga
Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga
rasa memiliki (sense of ownership
lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikiny sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi.
perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda.
Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal i berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi
perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal
memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat.
Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
15
ARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/
RESPONDEN
Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografis dan hal
dengan status rumah di Kota Depok. Variabel-variabel yang dimaksud mencakup bungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status
pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2-5 tahun, 6-12 tahun dan lebih dari 12 variabel sosio-demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, sar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap
population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit
berhubungan dengan air (water borne diseases), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita.
ariabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga
sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikiny sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi.
perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang
Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal i berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi-informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal
memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi-informasi terkait dengan sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat.
Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18
ARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/
demografis dan hal-hal yang terkait variabel yang dimaksud mencakup status rumah responden, laki dan perempuan dalam 12 tahun dan lebih dari 12 demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, sar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap . Secara umum diketahui bahwa balita an terhadap penyakit-penyakit yang ), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi
yang tidak memiliki balita.
ariabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki ) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang
Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal ini informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal baru serta informasi terkait dengan
Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu janda yang berusia 18 – 55 tahun
atau bapak. Batas usia, khususnya batas
kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (55 tahun),
untuk merespon pertanyaan dipertimbangkan masuk responden belum mencapai memadai, maka ibu itu dapat
Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan N = 3.777
Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 11 kecamatan yang ada di Kota Depok. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 420 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Cinere dan Limo dan jumlah responden 420 terdapat di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari. Besar kecilnya jumlah responden ini terkait dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan.
419 420 420 240 240 A. JUMLAH RESPO
. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu
masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya k
dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Jumlah Responden tiap kecamatan
Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 11 kecamatan yang ok. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 420 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Cinere dan Limo dan jumlah responden 420 terdapat di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari. Besar kecilnya jumlah
dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan.
360 300 359 360 299 360 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
RESPONDEN TIAP KECAMATAN (3777 ORANG)
atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit n terdengar masih cakap , maka calon responden itu responden. Sebaliknya, meskipun usia tahun, namun bila performa komunikasinya kurang dikeluarkan dari daftar calon responden.
Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 11 kecamatan yang ok. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 420 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Cinere dan Limo dan jumlah responden 420 terdapat di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari. Besar kecilnya jumlah
dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan. NDEN TIAP KECAMATAN (3777 ORANG)
01 Pancoran Mas 02 Cipayung 03 Beji 04 Sukmajaya 05 Cilodong 06 Cimanggis 07 Tapos 08 Sawangan 09 Bojongsari 10 Cinere 11 Limo
Diagram 2: Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga N=3.752
Diagram di atas memperlihatkan bahwa
istri. Namun responden sebagai suami maupun anak juga ada. Anak yang menjadi responden telah berumur 15 tahun ke atas dengan demikian mereka telah mengerti tentang sanitasi rumah mereka dan memiliki komunikasi yang baik.
Diagram 3 : Kelompok Umur Responden N = 3.777
Diagram 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur >45 tahun atau 45-65 tahun sebesar 40,96%. Dan responden terkecil 0,69% berumur <20 tahun (15 tahun), yang termasuk sebagai anak, sebagaimana
B1. KELOMPOK UMUR RESPONDEN
13.03% 18.69% <= 20 tahun 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun 41 - 45 tahun > 45 tahun
A8. HUBUNGAN RESPONDEN DENGAN KEPALA
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
17
Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Diagram di atas memperlihatkan bahwa sebagian terbesar (82,84%) responden adalah responden sebagai suami maupun anak juga ada. Anak yang menjadi responden telah berumur 15 tahun ke atas dengan demikian mereka telah mengerti tentang sanitasi rumah mereka dan memiliki komunikasi yang baik.
Kelompok Umur Responden
Diagram 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur >45 tahun atau 65 tahun sebesar 40,96%. Dan responden terkecil 0,69% berumur <20 tahun (15 tahun), yang termasuk sebagai anak, sebagaimana diperlihatkan dalam
B1. KELOMPOK UMUR RESPONDEN
0.69% 1.96% 7.70%
16.97%
40.96%
A8. HUBUNGAN RESPONDEN DENGAN KEPALA KELUARGA
12.58%
82.84% 4.58%
Suami Istri Anak
sebagian terbesar (82,84%) responden adalah responden sebagai suami maupun anak juga ada. Anak yang menjadi responden telah berumur 15 tahun ke atas dengan demikian mereka telah mengerti
Diagram 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur >45 tahun atau 65 tahun sebesar 40,96%. Dan responden terkecil 0,69% berumur <20 tahun (15-20
diperlihatkan dalam diagram 2.
40.96%
Dari sisi aspek usia, kebanyakan
sekitar 34,5 % dari total responden. Sekitar Sementara, mereka yang berada di rentang 2 total responden. Kemudian usia 14
tahun sebesar 4 %
Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah N = 3.773
Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 87,70% responden menem rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 5,01% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,68%.
87.70% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% Milik sendiri
Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu yang berusia antara 35 % dari total responden. Sekitar 27,4 % berada di usia Sementara, mereka yang berada di rentang 25 – 34 tahun mencakup s
Kemudian usia 14-25 sebesar 2,6 %, dan sisanya adalah usia diatas 65
Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah
Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 87,70% responden menem rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 5,01% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,68%.
1.96% 0.93% 0.64% 3.68% 5.01% Rumah dinas Berbagi dengan keluarga lain
Sewa Kontrak Milik
orang tua B2. STATUS KEPEMILIKAN RUMAH
adalah Ibu yang berusia antara 35-44 tahun, yakni % berada di usia 45-54 tahun. tahun mencakup sekitar 19 % dari 25 sebesar 2,6 %, dan sisanya adalah usia diatas 65
Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 87,70% responden menempati rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 5,01% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,68%.
0.08%
Diagram 5: Pendidikan Terakhir Responden N = 3.773
Diagram 5 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SMA sebesar 28,84% disusul kemudian berpendidikan SD sebesar 25,76%, baru kemudian SMP sebesar 20,73%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 12,96%. Bila digabung, responden yang berpendidikan terakhir SMA sampai universitas / akademi sebesar
setengahnya. Ini menunjukkan bahwa responden Diagram 6: Kepemilikan Anak
N = 3.766
Diagram 6 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar yaitu 95,27% responden memiliki anak. Sedangkan yang tidak mempunyai anak hanya 4,73%. Jumlah anak dalam kelompok umur dan jenis kelaminnya diperlihatkan dalam tabel berikut.
0.00% Tidak sekolah formal
SD SMP SMA SMK/Kejuruan Universitas/Akademi
B3. PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
19 iagram 5: Pendidikan Terakhir Responden
Diagram 5 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SMA sebesar 28,84% disusul kemudian berpendidikan SD sebesar 25,76%, baru kemudian 3%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 12,96%. Bila digabung, responden yang berpendidikan terakhir SMA sampai universitas / akademi sebesar 48,96% atau hampir setengahnya. Ini menunjukkan bahwa responden berpendidikan cukup tinggi.
Diagram 6: Kepemilikan Anak
Diagram 6 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar yaitu 95,27% responden memiliki anak. Sedangkan yang tidak mempunyai anak hanya 4,73%. Jumlah anak dalam
ok umur dan jenis kelaminnya diperlihatkan dalam tabel berikut. B4. KEPEMILIKAN ANAK 95.27% 4.73% Ya Tidak 4.53% 25.76% 20.73% 7.18% 12.96% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%
B3. PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN
Diagram 5 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SMA sebesar 28,84% disusul kemudian berpendidikan SD sebesar 25,76%, baru kemudian 3%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 12,96%. Bila digabung, responden yang 48,96% atau hampir berpendidikan cukup tinggi.
Diagram 6 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar yaitu 95,27% responden memiliki anak. Sedangkan yang tidak mempunyai anak hanya 4,73%. Jumlah anak dalam
ok umur dan jenis kelaminnya diperlihatkan dalam tabel berikut.
25.76% 28.84%
Tabel 1 : Jumlah Anak Laki Umur Anak 1 Anak kurang dari 2 tahun 204 2-5 tahun 364 6-12 tahun 811 lebih dari 12 tahun 1601 Total 2980
Tabel 2 : Jumlah Anak Perempuan dalam Kelompok Umur
Umur Anak 1 Anak kurang dari 2 tahun 168 2-5 tahun 341 6-12 tahun 754 lebih dari 12 tahun 1256 Total 2519
Dari tabel 1 diketahui bahwa responden yang memiliki anak laki dari 2 tahun sebanyak 5,8%, yang memiliki anak berumur 2
memiliki anak berumur 6
memiliki anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Keadaan yang hampir sama terjadi pada responden yang memiliki anak perempuan. Responden yang memiliki anak perempuan berumur kurang dari 2 tahun sebesar 5%,
10,1%, yang memiliki anak berumur 6
memiliki anak perempuan berumur lebih dari 12 tahun sebesar 50,4%. Jumlah Anak Laki-Laki dalam Kelompok Umur
Jumlah Anak % 2 Anak % 3 Anak % 4 Anak % 5.7 4 0.1 0 0 0 10.1 20 0.6 0 0 1 22.5 89 2.5 9 0.2 2 0.1 36.5 531 14.7 157 4.4 39 1.1 74.8 644 17.9 166 4.6 42 1.2
Tabel 2 : Jumlah Anak Perempuan dalam Kelompok Umur
Jumlah Anak % 2 Anak % 3 Anak % 4 Anak % 4.7 9 0.3 0 0 0 9.5 17 0.5 1 0 2 0.1 21 69 1.9 7 0.2 0 34.9 442 11.7 106 2.9 31 0.9 70.1 537 14.4 114 3.1 33 1.0
Dari tabel 1 diketahui bahwa responden yang memiliki anak laki-laki berumur kurang dari 2 tahun sebanyak 5,8%, yang memiliki anak berumur 2-5 tahun sebesar 10,7% memiliki anak berumur 6-12 tahun sebesar 25,3%. Dan sebagian besar yaitu 56,7% memiliki anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Keadaan yang hampir sama terjadi pada responden yang memiliki anak perempuan. Responden yang memiliki anak perempuan berumur kurang dari 2 tahun sebesar 5%, yang berumur 2
10,1%, yang memiliki anak berumur 6-12 tahun sebesar 23,1%. Dan responden yang memiliki anak perempuan berumur lebih dari 12 tahun sebesar 50,4%.
Total % % 0 208 5.8 0 385 10.7 0.1 911 25.3 1.1 2328 56.7 1.2 3832 Total % % 0 177 5 0.1 361 10.1 0 830 23.1 0.9 1835 50.4 1.0 3203
laki berumur kurang 5 tahun sebesar 10,7%, yang ahun sebesar 25,3%. Dan sebagian besar yaitu 56,7% memiliki anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Keadaan yang hampir sama terjadi pada responden yang memiliki anak perempuan. Responden yang memiliki anak yang berumur 2-5 tahun sebesar 12 tahun sebesar 23,1%. Dan responden yang memiliki anak perempuan berumur lebih dari 12 tahun sebesar 50,4%.
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
4
P
ENGELOLAAN SAMPAH RUMAH
TANGGA
Perubahan paradigma pengelolaan samp
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei 2008 Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan dengan metode kumpul, angkut dan buang tidak d
dilakukan dengan dikeluarkannya undang
selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA.
Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah ses
diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B
tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah terpilah-pilah tersebut untuk selanjutnya diangk
Pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan undang
keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sam
tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011 21
ENGELOLAAN SAMPAH RUMAH
TANGGA
Perubahan paradigma pengelolaan sampah dimulai dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei 2008 Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan dengan metode kumpul, angkut dan buang tidak diperkenankan lagi untuk dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang ini. Mekanisme pengelolaan sampah selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA.
Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah sesuai dengan kategorinyanya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B
tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah pilah tersebut untuk selanjutnya diangkut yang merupakan langkah ketiga. Pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan
undang-keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sampah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin
ENGELOLAAN SAMPAH RUMAH
ah dimulai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei 2008. Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang iperkenankan lagi untuk undang ini. Mekanisme pengelolaan sampah selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah,
Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam uai dengan kategorinyanya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B-3 rumah tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah ut yang merupakan langkah ketiga. -undang ini. Langkah keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara pah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin-mesin
pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui pemulung dan pela
pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan.
Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif dari masyarakat, hal ini dikarenakan adanya proses pemil
Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah dapat dilakukan pengelolaan sampah yang benar
berperan aktif, seharusnya pihak penghasil sampah dari
jawab. Perusahaan-perusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang bertanggung jawab maka tidak memenuhi rasa keadilan. Karena
keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau me
dengan bahan selain plastik.
Aspek-aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi : 1. Kondisi sampah di lingkungan rumah
2. Pengelolaan sampah rumah tangga 3. Perlakuan barang bekas layak pakai 4. Pemilahan / pemisahan sampah d
5. Jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang 6. Daur ulang sampah
7. Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah 8. Ketepatan waktu pengangkutan sampah
9. Pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah 10. Pihak penerima pembayaran laya
11. Jumlah biaya iuran layanan sampah per bulan
Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 6 opsi jawaban yaitu; 1) lalat berkembang biak di sampah, 2) banyak tikus dan cacing, 3) bau busuk yang mengganggu tetangga, 4) saluran yang mampet karena sampah, 5) lainnya dan 6) tidak ada masalah. Jabawan 1-5 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar.
Koesioner mengenai pengelolaan rumah tangga terdapat
diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS, 2) dibuang dan di kubur di lubang, 3) dibakar, dibuang ke sungai/laut/danau, 4) dibiarkan saja, 5) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, 6) lainnya, sebutkan. Jawaban 1 dan 2 mengindikasikan pengelolaan sampah yang cukup baik dan memiliki risiko kesehatan yang lebih
pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui pemulung dan pelapak. Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan.
Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif dari masyarakat, hal ini dikarenakan adanya proses pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah
dapat dilakukan pengelolaan sampah yang benar. Selain masyarakat umum yang harus berperan aktif, seharusnya pihak penghasil sampah dari produsen harus ikut bertanggung perusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang bertanggung jawab maka tidak memenuhi rasa keadilan. Karena produsen menikmati keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau me
dengan bahan selain plastik.
aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi : Kondisi sampah di lingkungan rumah
Pengelolaan sampah rumah tangga Perlakuan barang bekas layak pakai
Pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang Jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang
Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah Ketepatan waktu pengangkutan sampah
layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah. Pihak penerima pembayaran layanan sampah, dan
Jumlah biaya iuran layanan sampah per bulan
Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 6 opsi jawaban yaitu; 1) lalat berkembang biak di sampah, 2) banyak tikus dan cacing, 3) bau busuk yang mengganggu uran yang mampet karena sampah, 5) lainnya dan 6) tidak ada masalah. 5 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar.
Koesioner mengenai pengelolaan rumah tangga terdapat 7 opsi jawaban
diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS, 2) dibuang dan di kubur di lubang, 3) dibakar, dibuang ke sungai/laut/danau, 4) dibiarkan saja, 5) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, 6) lainnya, sebutkan. Jawaban 1 dan 2 mengindikasikan
mpah yang cukup baik dan memiliki risiko kesehatan yang lebih
pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan pak. Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan.
Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif ahan sampah sejak dari sumbernya. Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah mustahil Selain masyarakat umum yang harus produsen harus ikut bertanggung perusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang produsen menikmati keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau mengganti wadah
aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi :
Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 6 opsi jawaban yaitu; 1) lalat berkembang biak di sampah, 2) banyak tikus dan cacing, 3) bau busuk yang mengganggu uran yang mampet karena sampah, 5) lainnya dan 6) tidak ada masalah. 5 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan
7 opsi jawaban, yaitu; 1) diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS, 2) dibuang dan di kubur di lubang, 3) dibakar, dibuang ke sungai/laut/danau, 4) dibiarkan saja, 5) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, 6) lainnya, sebutkan. Jawaban 1 dan 2 mengindikasikan mpah yang cukup baik dan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah