PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN UNTUK PENGENDALIAN
BIAYA PRODUKSI
STUDI KASUS PADA PT. SANG HYANG SERI PASURUHAN-JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Akuntansi
Oleh
FARIDA DWI HASTUTI
011334084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
M OTTO & PE RSE M BAH AN
Tidaklah KAM I telah melapangkan dadamu,
Dan telah memperingan beban-bebanmu,
Yang menberatkan punggungmu,
Dan KAM I tinggikan sebutan namamu,
M aka disamping kesulitan akan ada kemudahan.
M aka apabila telah selesai urusanmu lanjutkan pada yang lain,
Dan hendaklah kamu selalu mengharap pada tuhanmu.
(Alam Nasrah : 1-8 )
“Janganlah berputus asa. Sebab, dibalik
kerancuan dunia ini, di balik zat dan mega dan udara, dibalik semua benda terdapat suatu kekuatan yaitu keadilan dan belas kasihan
serta cinta dan keharuan”.
Seandainya layak aku persembahkan untuk mereka yang senantiasa ada dihati, yang telah memberikan do’a dan restu, semangat serta bantuan dalam berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan bagi mereka semua.
1. Bapak dan Kedua I buku terkasih 2. M bakku Hety
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta 2 Juni 2008
Penulis
vi
ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN UNTUK PENGENDALIAN
BIAYA PRODUKSI
STUDY KASUS DI PT. SANG HYANG SERI PASURUHAN-JATIM
FARIDA DWI HASTUTI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah syarat-syarat penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban telah diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri sebagai alat pengendalian biaya produksi. Syarat-syarat tersebut adalah (1) struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen, (2) anggaran
biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban, (3) penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya
oleh manajemen pusat pertanggungjawaban, (4) sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi, (5) Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri pada bulan maret sampai april 2006. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan syarat-syarat sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut teori dengan pelaksanaannya pada PT. Sang Hang Seri.
vii
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTABILITY ACCOUNTING SYSTEM TO CONTROL THE PRODUCTION COST
A CASE STUDY AT “PT. SANG HYANG SERI” PASURUHAN – EAST JAVA
FARIDA DWI HASTUTI SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2008
This research was intended to figure out whether or not the requirement of applying the accounting system had been applied by “PT.Sang Hyang Seri” as the controller of production cost. Those requirements were as follows : (1) The structure of organization which strongly settled the authority and responsibility of each management level, (2) the budged of the production cost was made for each responsibility center, (3) the classification of the production cost was based on whether or not the cost was controllable by the management level, (4) the production cost accounting system had to be adjusted with the organizational structure, (5) the production cost reporting system had to be carried out to the authorative manager.
This research was a case study which was carried out at “PT. Sang Hyang Seri” from March to April 2006. The data gathering techniques used were documentation, interviews and observation. Then, the data gathered were analyzed by comparing the requirements of the accountability accounting system based on theory and the application at “PT. Sang Hyang Seri”.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuha n Yang Maha Esa atas
Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulisan tugas akhir ini dalam rangka melengkapi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri, Pasuruhan
Jawa Timur dengan judul “ Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
untuk Pengendalian Biaya Produksi”
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian guna
penulisan skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta atas kelancaran yang diberikan.
4. Bapak S. Widanarto P. S.pd., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
berkenan menyediakan waktu untuk memberi pengarahan dan bimbingan
ix
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang
telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Ibu Rita Eny P SP.d, Msi. Yang telah meluangkan waktu dan memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd, M.A. yang telah meluangkan waktu dan
memberikan masukan dalam penulisan abstrak.
8. Bapak Sugiarto, Selaku pimpinan PT.Sang Hyang Seri yang telah memberi
ijin penelitian.
9. Semua Staf dan Karyawan PT.Sang Hyang Seri, Pasuruhan Jawa Timur
yang telah membantu penulis dalam penelitian.
10. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberi bantuan selama penulis kuliah.
11. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan Do’a dan dorongan hingga
selesainya tugas akhir ini.
12. Kakakku “mbak” hety yang telah memberikan semangat dan doa hingga
tugas akhir ini selesai.
13. Adik – adikku tersayang Candra, Ratih, David yang telah memberi doa dan
dorongan hingga tugas akhir ini selesai.
14. Rio yang telah aku anggap seperti adik sendiri, makasih ya flash disknya.
15. Sahabat-sahabatku Endah, ria “jember”, lisa, anas, nila, floren, tatik, terima
kasih atas persahabatan dan dorongan kalian. Buat mbak susi, basilia ria
x
16. Teman-temanku wawan, sarju, sigit, sunu”paijo”,dwi, nia ma dewi makasih
ya bantuannya sehingga selesai juga tugas akhir ini.
17. Mas Aziz makasih ya buat persahabatan, doa serta dorongannya kamu
selalu ada setiap aku butuh teman untuk cerita segala hal.
18. Impresa biruku yang setia mengantar kemanapun aku pergi dan sebagai
teman kemanapun aku pergi.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah memberi bantuan baik secara langsung /tidak langsung.
20. Teman – temanku PAK Angkatan “01
Penulis menyadari bahwa peulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan masukannya yang
berguna bagi penyempurnaan lebih lanjut. Semoga hasil penulisan tugas akhir ini
memberi manfaat bagi kita semua khususnya penulis.
Yogyakarta, 02 Juni 2008
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v
ABSTRAK……….. vi
ABSTRACT……….. . vii
KATA PENGANTAR………... viii
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan... 8
BAB II. LANDASAN TEORI……… 10
A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban... 10
B. Bentuk-bentuk Pusat Pertanggungjawaban... 11
C. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban... 17
D. Pengendalian Biaya Produksi... 18
E. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban... 20
xii
Pertanggungjawaban ... 21
G. Sistem Pelaporan Kepada Manajemen Yang Bertanggungjawab... 39
H. Kajian Yang Relevan... 42
BAB IV. GAMBARAN PERUSAHAAN……… 52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel V.2 Analisa Struktur Organisasi ... 68
Tabel V.3 Analisa Penyusunan Anggaran... 68
Tabel V.4 Penggolo ngan Biaya Terkendali dan Tidaknya Oleh
Manajer Yang Bertanggungjawab... 69
Tabel V.5 Sistem Akuntansi Biaya Yang Diosesuaikan Dengan
Struktur Organisasi... 69
Tabel V.6 Sistem Pelaporan Biaya Manajer Yang Bertanggungjawab ... 70
Tabel V.11 Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi Kepala
Seksi Produksi... 78
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi Fungsional ... 24
Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi Divisional ... 25
Gambar 2.3 Arti Posisi Angka Dalam Kode Rekening Biaya ... 33
Gambar 2.4 Arti Posasi Angka Dalam Kode Rekening Biaya ... 34
Gambar 2.5 Tingkatan Manajemen Dalam Struktur Organisasi... 37
Gambar 2.6 Contoh Struktur Organisasi Perusahaan... 38
Gambar 2.7 Contoh Laporan Pertanggungjawaban Biaya ... 41
Gambar 4.1 Saluran Pemasaran ... 59
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Sang Hyang Seri... 61
Gambar 5.7 Arti Kode Rekening Biaya Pmbelian Benih Kepala Bagian Persediaan... 75
Gambar 5.8 Arti Kode Rekening Biaya Pengo lahan Benih Kepala Bagian Produksi ... 75
Gambar 5.9 Arti Kode Rekening Pendapatan Penjualan Benih Kepala Bagian Pemasaran... 78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas di Indonesia pada saat
ini, menuntut para manajemen bekerja secara baik, efisien dan ekonomis. Oleh
karena it u manajemen harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik agar
tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dapat tercapai. Sehubungan
dengan itu, akuntansi merupakan salah satu alat untuk membantu manajemen
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sang Hyang Seri sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, mengingat negara kita yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Itulah salah satu alasan bagi Sang Hyang Seri
untuk tetap beroperasi di negara kita ini. Segala cara yang mendukung
kelangsungan perusahaan selalu dicari demi mengembangkan usaha, salah
satunya dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang manajer demi
lancarnya manajemen perusahaan.
Keberhasilan suatu perusahaan tidak lepas dari upaya pengelolaan yang
dilakukan dengan baik oleh manajemen. Untuk mengeahui apakah perusahaan
sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan diperlukan suatu
pengendalian untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi perusahaan. Oleh
karena itu peranan manajemen dalam pengendalian bia ya produksi sangat
2
Salah satu sarana yang dapat digunakan dalam pengendalian perusahaan
adalah akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban adalah
suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan
dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuannya adalah dapat diketahui
orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya
dan penghasilan yang dianggarkan.
Akuntansi yang bertujuan menyediakan informasi biaya bagi
manajemen disebut akuntansi biaya. Agar akuntansi biaya dapat mencapai
tujuan tersebut maka biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dicatat dan
digolongkan dahulu ke dalam : (1) penentuan HPP (2) pengendalian biaya (3)
pengambilan keputusan.
Untuk penentuan HPP, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan
meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Pada
umumnya akuntansi biaya yang bertujuan untuk penentuan HPP ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan dan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen melalui akuntansi pertanggungjawaban.
Fokus pengendalian dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban
adalah sumber daya yang dikonsumsi oleh manajer yang memiliki wewenang
untuk mengkonsumsi sumber daya tersebut. Karena sumber daya yang
dinyatakan dalam satuan uang merupakan biaya, maka sistem akuntansi
memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya (cost
management) (Mulyadi, 1993:160).
Akuntansi pertanggungjawaban diterapkan pada organisasi yang telah
mempunyai pusat-pusat pertanggungjawaban (responbility center). Tujuan
dibentuknya pusat pertanggungjawaban adalah (Mardiasmo, 2002:46) :
1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya.
2. Untuk memudahkan tercapainya tujuan organisasi. 3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
4. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat.
5. mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.
6. sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
7. Sebagai alat pengendalian anggaran.
Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang menyusun
anggaran biaya dan atau pengendalian masing- masing. Dengan adanya
pembagian pusat pertanggungjawaban yang jelas dalam suatu perusahaan,
maka apabila timbul penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas
perusahaan akan segera dapat ditelusuri penyebabnya dan masing- masing
pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab atas penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian biaya adalah struktur
organisasi. Struktur organisasi yang dimaksud merupakan hubungan formal
antara individu, bagian atau unit dalam organisasi. Struktur organisasi yang
baik adalah struktur yang jelas dimana terdapat pembagian tanggung jawab
dan wewenang yang tegas. Pembagian tersebut mengalir dari manajemen atas
4
memungkinkan adanya partisipasi masing- masing unit organisasi dalam
mengendalikan biaya karena setiap unit diberi tanggung jawab dan wewenang.
Dengan pendelegasian wewenang tiap tingkatan manajer bertanggung
jawab terbatas pada biaya yang dapat dikendalikan saja, sehingga perlu
diadakan pemisahan biaya menjadi biaya terkendalikan dan biaya tak
terkendalikan.
Sebagai alat perencanaan dan pengendalian, akuntansi
pertanggungjawaban dilakukan dengan memberi peran bagi manajer untuk
merencanakan pendapatan atau biaya kemudian menjadikan informasi
realisasi pendapatan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung
jawab. Efisiensi tidaknya manajer departemen produksi dalam mengolah biaya
dapat dinilai dengan membandingkan rencana anggaran dengan realisasinya.
Hasil perbandingan itulah yang menunjukkan adanya penyimpangan atau
tidak dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Selain itu untuk memudahkan
pencatatan transaksi digunakan kode rekening. Kode rekening yang biasa
digunakan akuntansi pertanggungjawaban adalah kode rekening kelompok
yang menghubungkan transaksi dengan pusat pertanggungjawaban.
Syarat-syarat dapat diterapkannya pusat pertanggungjawaban dalam
suatu perusahaan adalah (Mulyadi, 1983:381), yaitu :
1. Struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.
2. Anggaran biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya oleh
manajemen pusat pertanggungjawaban.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan untuk
mengendalikan biaya mengingat sistem ini mengikuti pendelegasian
tanggungjawab dan wewenang yang jelas. Pendelegasian tanggungjawab dan
wewenang merupakan salah satu usaha pengawasan dan pengendalian biaya
yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari penyusunan sampai
pada pelaporan tanggungjawab atas biaya satu unit organis asi dalam sistem
akuntansi pertanggungjawaban. Anggaran disusun untuk setiap tingkatan
manajemen dimana semua manajer diikutsertakan dalam penyusunannya. Di
samping itu adanya sistem biaya disesuaikan dengan struktur organisasi serta
adanya pemisahan biaya ke dalam biaya terkendali dan tidak terkendali.
Dengan sistem ini dapat diketahui siapa yang bertanggungjawab
terhadap penyimpangan biaya yang terjadi, sistem ini membuat pengendalian
biaya yang efektif, melihat uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sistem ini
menguntungkan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “ Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban untuk
Pengendalian Biaya Produksi “ mengambil kasus di perusahaan PT. Sang
6
B. Batasan Masalah
Mengingat pengendalian biaya dalam departemen produksi dan
akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat pengendalian
biaya, maka penulis menbatasi masalah pada akuntansi pertanggungjawaban
pada departemen produksi. Selanjutnya karena biaya produksi yang mampu
dikendalikan oleh manajer dan atas hubungan antara masukan dengan
keluaran pusat pertanggungjawaban dikelompokkan menjadi pusat biaya,
pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi maka batasan proses
pertanggungjawaban dalam pembahasan hanya sebagai pusat biaya.
C. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka untuk
mengembangkan penelitian dapat dirumuskan suatu masalah :
1. Apakah struktur organisasi perusahaan telah menerapkan secara tegas
wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen ?
2. Apakah anggaran biaya produksi perusahaan telah disusun menurut pusat
pertanggungjawaban biaya ?
3. Apakah penggolongan biaya produksi perusahaan telah sesuai dengan
dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajemen pusat
pertanggungjawaban ?
4. Apakah sistem akuntansi biaya produksi perusahaan telah disesuaikan
5. Apakah sistem pelaporan biaya produksi kepada manajer yang
bertanggung jawab telah diterapkan di perusahaan ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui apakah struktur organisasi perusahaan telah
menerapkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab tiap tingkatan
manajemen.
2. Untuk mengetahui apakah anggaran biaya produksi perusahaan telah
disusun menurut pusat pertanggungjawaban biaya.
3. Untuk mengetahui apakah penggolongan biaya produksi perusahaan telah
sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajemen pusat
pertanggungjawaban.
4. Untuk mengetahui apakah sistem akuntansi biaya produksi perusahaan
telah disesuaikan dengan struktur organisasi.
5. Untuk mengetahui apakah sistem pelaporan biaya produksi kepada
manajer yang bertanggung jawab telah diterapkan di perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan pada
penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk pengendalian biaya
8
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
3. Bagi penulis
Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang sangat berharga yaitu
menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai penerapan
sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk pengendalian biaya produksi.
F. Sistimatika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan teori-teori yang dipakai untuk
membahas masalah dalam penelitian. Teori-teori tersebut antara
lain pengertian sistem akuntansi pertanggungjawaban, syarat-syarat
penerapan sistem akuntansi dan pengendalian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, data
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum perusahaan
yang meliputi sejarah perkembangan perusahaan, bentuk
perusahaan, produksi, pemasaran, personalia dan permodalan.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai analisis terhadap struktur
organisasi perusahaan, penggolongan biaya terkendali dan biaya
tak terkendali, pemberian kode rekening, sistem anggaran serta
pelaporan biaya pada perusahaan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan hasil penelitian
yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran-saran yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Mulyadi mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban sebagai
(1983:379):
“Suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan”
Sedangkan Slamet Sugiri mendefinisikan akuntansi
pertanggungjawaban sebagai berikut (1994:199):
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan- laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu- individu atau anggota-angota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada fak tor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota kelompok tersebut”.
Definisi lain akuntansi pertanggungjawaban adalah (Gudono 1993:207)
yaitu :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah proses yang meliputi : 1. Penunjukan pusat pertanggungjawaban
2. Pendelegasian wewenang kepada orang-orang dalam pusat
pertanggunjawaban
3. Penyajian anggaran, pengumpulan data realisasi, dan penyajian laporan perbandingan antara realisasi dengan anggaran
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Akuntansi pertanggungjawaban menghendaki adanya pemisahan
wewenang dan tanggung jawab untuk setiap tingkatan manajemen
2. Setiap kegiatan pengumpulan biaya dan pelaporan biaya yang disesuaikan
dengan tingkatan manajemen sehingga dengan mudah menentukan
pihak-pihak yang bertanggung jawab
3. Dalam akuntansi pertanggungjawaban prestasi manajer dinilai berdasarkan
unit organisasi yang yang dipimpinnya dengan menyusun laporan prestasi
dimana laporan tersebut hanya berisi biaya-biaya yang dapat dikendalikan.
B. Bentuk-bentuk Pusat Pertanggungjawaban
Dalam akuntasi pertanggungjawaban, laporan prestasi disiapkan untuk
setiap segmen. Segmen dapat berupa departemen, bagian-bagian yang lebih
dari departemen, atau sekelompok departemen yang beroperasi di bawah
kendali dan wewenang seorang manajer yang bertanggung jawab. Pusat
pertanggungjawaban diartikan sebagai bagian atau unit organisasi yang
dipimpin seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap unit yang
dipimpinnya ( Abdul Halim & Bambang, 1990:120 ). Menurut S. Widanarto
dalam Reader Controllership, pusat pertanggungjawaban diartikan sebagai
suatu unit organisasi dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang
manajemen yang bertanggung jawab atau dengan kata lain setiap unit kerja
dalam organisasi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab.
12
Akuntansi Manajemen adalah setiap unit organisasi yang disiapkan laporan
prestasinya. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang dan
tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan organisasi yang
bersangkutan.
Setiap pusat pertanggungjawaban dalam kegiatan untuk menghasilkan
keluaran (output) berupa barang atau jasa memerlukan sumber-sumber
ekonomi seperti bahan, jasa tenaga kerja dan berbagai masukan (input).
Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam satuan uang
merupakan biaya, sedangkan keluaran yang dinyatakan dalam satuan uang
merupakan pendapatan.
Setiap pusat pertanggungjawaban akan diukur kinerjanya atas dasar
suatu kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketentuan yang biasa
digunakan untuk mengukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban tersebut
adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiens i adalah rasio antara output terhadap
input atau jumlah output per unit yang dibandingkan dengan input
(Supriyono, 1989:26).
Suatu pusat pertanggung jawaban dikatakan efisien bila :
1. Menggunakan sumber atau biaya atau masukan lebih kecil untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama
2. Menggunakan sumber atau biaya atau masukan yang sama untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang besar.
Sedangkan efektivitas adalah hubungan antara output pusat
pusat pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin
efektif kegiatan pertanggungjawaban tersebut.
Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran pusat-pusat
pertanggungjawaban dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pusat biaya
Pusat biaya merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar biayanya. Keluaran pusat biaya tidak diukur
dalam bentuk pendapatan, karena manajer pusat biaya tidak memiliki
wewenang untuk mengendalikan pendapatan penjualan atas keluaran
yang dihasilkan dan keluaran pusat biaya sulit diukur secara kuantitatif.
Departemen produksi merupakan contoh pusat biaya yang tidak dapat
mengendalikan pendapatan penjualan yang dihasilkannya. Keluaran
departemen ini dapat diukur secara kua ntitatif, namun manajer
departemen ini tidak dibebani tanggung jawab untuk memperoleh
pendapatan penjualan atas keluarannya. Tanggung jawab manajer
departeman produksi adalah menghasilkan produk tertentu dengan biaya
atau pemasukan serendah mungkin sehingga departeman produksi hanya
merupakan pusat biaya. Atas dasar karakteristik hubungan antara
pemasukan dan keluarannya, pusat biaya digolongkan menjadi pusat
biaya teknik (engineered expense center ) dan pusat biaya kebijakan
( disretoinary expense center ).
Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang
14
dengan keluarannya. Contoh departemen produksi. Efisiensi pusat biaya
teknik dimulai atas dasar hubungan antara masukan dengan keluarannya
dan alat penilai efisiensi pusat biaya teknik adalah biaya standar.
Dikatakan efisiensi jika biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah biaya
standarnya. Sedangkan efektivitasnya dinilai atas dasar kemanpuan pusat
biaya dalam mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat
kualitas dan waktu tertentu. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang
sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan proposional atau
hubungan nyata dengan keluarannya. Penyusunan anggaran pusat biaya
kebijakan dimulai dari penentuan volume tugas-tugas yang akan
dilaksanakan dalam tahun anggaran yang akan datang yang digolongkan
dalam tugas rutin dan tugas khusus. Contoh departemen administrasi
umum, departemen penelitian dan pengembangan serta departemen
pemasaran. Biaya-biaya yang timbul dalan pusat biaya kebijakan dapat
dikendalikan dengan cara (Mulyadi, 1993:437) :
1. memutuskan tugas-tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat
usaha yang harus dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut
2. menyusun anggaran biaya yang jumlahnya sedekat mungkin
dengan biaya yang sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang
direncanakan
3. memperlakukan anggaran biaya kebijakan sebagai batas atas yang
Proses pengendalian biaya kebijakan dilakukan dengan menyusun
anggaran biaya oleh manajer pusat biaya kebijakan yang bersangkutan
untuk melaksanakan semua kegiatan yang direncanakan dengan biaya
yang dianggarkan. Salah satu syarat yang penting agar dapat
mengendalikan pusat biaya kebijakan adalah pemilihan manajer yang baik
untuk dapat memimpin pusat biaya tersebut. Manajer pusat biaya
kebijakan harus mempunyai kemampuan teknik dan manajerial.
Kemampuan teknik diperlukan karena manajer pusat biaya kebijakan
harus mengendalikan tugas-tugas yang dilaksanakan departemennya,
sedangkan kemampuan manajerial diperlukan untuk mengatur pelaksanaan
tugas-tugas ke arah pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya.
2. Pusat pendapatan
Pusat pendapatan merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Manajer pusat pendapatan diukur
kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawabannya
dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia
tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Contoh pusat
pendapatan adalah departemen pemasaran, departemen ini bertanggung
jawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa dibebani
tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi di departemennya, karena
biaya sering kali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang
16
Oleh karena sulitnya pengendalian biaya di pusat biaya kebijakan
maka pertimbangan manajemen memegang peranan penting.
Pertimbangan manajemen dalam pertimbangan biaya ini antara lain
(Supriyono, 1989:60):
a. Setiap rupiah tambahan biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat
meningkatkan penjualan yang lebih besar sehingga dapat
meningkatkan laba
b. Lingkungan luar terutama persaingan sangat mempengaruhi
kegiatan promosi.
3. Pusat Laba
Pusat laba merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya
diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat
pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba kinerjanya diukur dari
selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
4. Pusat investasi
Pusat investasi merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar laba yang diperoleh dibandingkan dengan
investasi yang digunakan. Pengukuran prestasi pusat investasi merupakan
perluasan dari pengukuran prestasi pusat laba. Pengukuran ini diperlukan
karena suatu divisi yang memperoleh laba tinggi tidak berarti mempunyai
prestasi yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan investasi yang
pusat investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi yang
digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
C. Sistem Akuntansi Pertanggugjawaban
Dalam perusahaan yang telah dibentuk menjadi pusat-pusat
pertanggungjawaban, pelaporan kinerja masing- masing pusat
pertanggungjawaban sangat diperlukan sekali. Hal ini berguna untuk menilai
seberapa baik individu- individu yang telah ditunjuk untuk melaksanakan
tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. Agar dapat mengevaluasi
kegiatan para manajer dalam pencapaian tujuan perusahaan, bagian akuntansi
perusahaan harus merancang sistem akuntansi yang menyediakan pelaporan
kinerja masing- masing pusat pertanggungjawaban. Sistem akuntansi yang
harus dirancang oleh bagian akuntansi adalah sistem akuntansi
pertanggungjawaban.
Definisi sistem akuntansi pertanggungjawaban (Mulyadi, 1993:196)
dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa
adalah sistem pengolahan informasi biaya, dengan cara menggolongkan,
mencatat, dan meringkas biaya dalam hubungannya dengan jenjang
manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya, dengan tujuan
untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna
pengendalian biaya.
Oleh karena biaya yang terjadi dikumpulkan untuk setiap tingkatan
18
tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap
tingkatan manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan
dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya yang dipisahkan antara
biaya terkendali dan biaya tak terkendali.
D. Pengendalian Biaya Produksi
1. Definisi Pengendalian Biaya
Pengendalian merupakan salah satu usaha perusahaan untuk pencapaian
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengendalian oleh manajemen
dapat dilakukan antara lain dengan membandingkan hasil pelaksanaan
dengan rencana atau anggaran yang telah ditetapkan. Menurut Arief Suadi
pengendalian adalah proses untuk membuat suatu organisasi mencapai
tujuannya. Menurut Matz-Usry (1986:4) dalam bukunya Akuntansi Biaya
pengendalian (control) merupakan usaha sistematis perusahaan untuk
mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan
rencana kegiatan dan bila terdapat perbedaan yang besar dapat diambil
tindakan. Sedangkan menurut Drs. Prayitno Djoyoprawiro (1982:16) dalam
bukunya Akunting Biaya pengendalian merupakan proses meninjau
kembali, mengevaluasi dan menetapkan perkembangan usaha untuk
mencapai tujuan dengan cara membandingkan antara hasil yang dicapai
dengan proyeksi dalam perencanaan dan juga hasil periode-periode yang
Dari pengertian di atas secara umum, pengendalian dapat diartikan
sebagai usaha manajer untuk mencapai tujuan perusahaan dan merupakan
proses atau sistem yang mana rencana dan pelaksanaan tindakan
dibandingkan, dan perbandingan tersebut berfungsi sebagai dasar untuk
menetapkan reaksi yang memadai terhadap hasil pelaksanaan tersebut. Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan :
a. Setiap pengendalian harus didahului dengan penerapan suatu rencana,
yaitu keadaan atau kondisi lingkungan
b. Pengendalian merupakan suatu usaha, kegiatan atau proses yang mana
pelaksanaan tindakan dibandingkan dengan rencana atau keadaan yang
diinginkan.
2. Sistem Harga Pokok Standar (Supriyono, 1982:81)
Sistem harga pokok standar merupakan salah satu sistem harga pokok
yang ditentukan di muka untuk mengolah produk tertentu dengan cara
menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk
tertentu. Biaya standar dipakai sebagai alat untuk mengukur dan menilai
prestasi pelaksanaan, menetapkan anggaran, dan menentukan harga pokok
produk (biaya produk). Biaya standar didasarkan pada prediksi yang
realistis apabila dikehendaki tercapainya manfaat penuh dari biaya standar.
Harga pokok standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi
yang ditentukan untuk setiap elemen biaya dan pada setiap departemen
20
alat pengendalian biaya dan menilai prestasi manajemen. Pada setiap
periode akuntansi biaya sesungguhnya dibandingkan dengan biaya standar,
sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya dan penilaian prestasi dengan
menentukan efisiensi setiap elemen biaya pada setiap departemen dimana
produk diolah. Dalam hal ini pengendalian adalah kegiatan untuk
melakukan penyelidikan terhadap selisih biaya yang timbul.
E. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Mulyadi, 1993:170)
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi
mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan manajer yang
bertanggung jawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Manfaat
informasi pertanggungjawaban antara lain :
1. sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
Sebagai penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban, informasi
akuntansi pertanggunjawaban penting dalam proses perencanaan dan
pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi akuntansi
pertanggungjawaban menekankan hubungan antara informasi dengan
manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya.
Sedangkan untuk memotivasi manajer, informasi akuntansi
pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur kinerja manajer dengan
memberi penghargaan, sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan
usahanya.
2. sebagai penyusunan anggaran
Penyusunan anggaran merupakan proses penetapan dalam usaha
pencapaian sasaran perusahaan, oleh karena itu diterapkan siapa yang akan
berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran
perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi
pemegang peran tersebut.
3. sebagai pemotivasi manajer
Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong
timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan
bertujuan (Mulyadi, 1993:173). Seseorang akan berusaha sebaik-baiknya
jika mereka mengetahui dengan usaha mereka yang tinggi akan
mendapatkan suatu penghargaan (reward). Jadi suatu penghargaan atau
reward sangat berpengaruh dalam penilaian kinerja manajer.
F. Syarat Penetapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Struktur Organisasi yang Menetapkan Secara Tegas Wewenang dan
Tanggung jawab Tiap Tingkatan Manajemen
Penetapan secara tegas wewenang dan tanggung jawab dapat
dilakukan dengan desentralisasi. Dengan desentralisasi sebagian
wewenang dan tanggung jawab manajemen puncak didelegasikan kepada
bawahannya sehingga akan mengurangi beban terhadap penggunaan
waktu. Setiap bawahan juga akan bertanggung jawab atas wewenang
22
dan tanggung jawab suatu pusat pertanggungjawaban mengandung makna
bahwa dengan adanya pelimpahan wewenang, akan dituntut adanya
pertanggungjawaban oleh pemberi wewenang. Uraian mengenai
wewenang dan tanggung jawab suatu organisasi biasanya diungkapkan
dalam job description. Dalam pengendalian biaya, wewenang dan
tanggung jawab yang dimaksud adalah dalam hal pengambilan keputusan
atas biaya pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban menganggap bahwa
pengendalian organisasi dapat meningkat dengan cara menciptakan
jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan organisasi formal
perusahaan. Dalam penerapannya, sistem akuntansi pertanggungjawaban
menghendaki adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab secara
tegas. Tujuannya adalah agar setiap tingkatan manajemen dalam
perusahaan mempunyai wewenang untuk mengatur unitnya
sendiri-sendiri, menghindari adanya duplikasi tugas di antara unit- unit
perusahaan, menghindari kesalahpahaman antara bawahan dengan
pimpinan karena setiap tugas, wewenang dan tanggung jawab telah
dijabarkan dengan jelas serta dapat menjadi pedoman bagi suatu pusat
pertanggungjawaban dalam memisahkan biaya ke dalam biaya terkendali
dan biaya tak terkendalikan.
Menurut Supriyono (1991:99) struktur organisasi meliputi penentuan
hirarki dalam organisasi yang dapat digolongkan ke dalam dua hirarki
a. Hirarki vertikal
Hirarki vertikal menunjukkan diferensiasi kekuasaan dan tanggung
jawab. Oleh karena itu, setiap peringkat vertikal dalam suatu struktur
organisasi menunjukan perbedaan peringkat kekuasaan dan tanggung
jawab.
b. Hirarki horizontal
Hirarki horizontal menunjukkan diferensiasi spesialisasi antar
unit-unit yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Proses
penentuan hirarki horizontal ini dinamakan departementalisasi.
Semakin berkembang lingkungan organisasi dapat mempengaruhi
struktur organisasi khususnya pada pembentukan departemen-departemen
di dalam organisasi. Penyusunan departemen-departemen dapat dilakukan
dengan cara:
a. Struktur organisasi fungsional
Dalam organisasi ini setiap manajer bertanggung jawab atas salah satu
fungsi dari berbagai fungsi yang ada dalam organisasi ya ng secara
kolektif dilibatkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Organisai
fungsional mempunyai potensi yang besar untuk bekerja secara
efisien sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan keahlian.
Organisasi fungsional juga mempunyai kelemahan yaitu pertama
tidak ada cara yang tepat untuk menentukan tingkat keefektifan
pemisahan fungsi tersebut di atas karena masing- masing fungsi secara
24
begitu perusahaan sulit untuk menetapkan tanggung jawab terhadap
laba kepada manajer secara individual. Kedua tidak ada cara yang
tepat untuk perencanaan kerja dari masing- masing fungsi yang
terpisah pada level bawah dari suatu organisasi. Contoh suatu
organisasi fungsional:
Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi Fungsional
b. Struktur organisasi divisional
Dalam organisasi divisional, manajer dapat mengembangkan
strategi bisnisnya masing- masing. Untuk tujuan pengendalian dan
pertanggungjawaban dalam divisi ini dapat diperlakukan sebagai
kesatuan usaha yang berdiri sendiri. Sebagai contoh manajer divisi
bertanggung jawab terhadap bisnis atau lini produk tertentu,
mereka mempunyai wewenang untuk mengubah kebijaksanaan
pemasaran dalam bisnisnya. Kelemahannya manajer unit usaha
tidak mempunyai kekuasaan yang lengkap. Presiden
Direktur
Direktur Produksi
Direktur Pemasaran
Direktur Keuangan
Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi Divisional
c. Struktur organisasi garis
Dalam organisasi ini kekuasaan mengalir secara langsung dari
atasan sampai ke bawahan. Masing- masing bagian merupakan
unit yang berdiri sendiri. Kebaikan dari organisasi ini adalah
adanya kesatuan dalam pimpinan dan pemerintah, sehingga atasan
atau pimpinan dapat mengambil keputusan sendiri dengan cepat.
Namun struktur organisasi garis juga mempunyai kelemahan yaitu
sering terdapat birokrasi yang menghambat jalannya perusahaan,
tidak ada spesialisasi yang menyebabkan tugas yang berat para Direktur Devisi
Bandung
26
karyawan sehingga kurang efisien dan kurang kerjasama diantara
masing- masing bagian.
d. Struktur organisasi garis dan staf
Organisasi ini menetapkan adanya pengawasan secara langsung
dan spesifikasi dalam perusahaan. Tugas para kepala bagian yang
semakin berat memerlukan bantuan para ahli (spesialis) yang
dapat memberikan saran dalam beberapa fungsi, tetapi mereka
tidak mempunyai wewenang untuk pemberian perintah. Sehingga
dapat dimungkinkan dibentuknya staf-staf perusahan. Hubungan
yang terjadi antara pimpinan dan bawahan disebut sebagai
hubungan garis. Sedangkan hubungan antara pimpinan dan staf
disebut hubungan staf. Kebaikan dari organisasi ini adalah
adanya kesatuan dari perusahaan sehingga dapat tercipta aliran
kekuasaan dengan jelas, pimpinan dapat memberikan saran
kepada bawahan sedangkan staf dapat membantu untuk
mengatasi masalah yang timbul di perusahaan sehingga akan
memperingan dan dapat meningkatkan efisiensi kerja. Keburukan
bentuk organisasi ini adalah timbulnya anggapan akan lebih
percaya pada staf daripada pada atasan.
e. Struktur organisasi komite
Organisasi komite sering digunakan untuk mengumpulkan
dapat dibentuk di semua bagian dalam organisasi, sehingga dapat
timbul beberapa komite. Syarat-syarat terbentuknya komite:
1. suasana santai dan formal
2. semua anggota komite ikut ambil bagian dalam membicarakan
tugas-tugasnya
3. masing- masing anggota komite bersedia mendengarkan
pendapat dari anggota yang lain
4. komite mengetahui tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
5. keputusan diambil secara konsensus
6. ketua komite mempunyai kekuasaan atas yang lain.
Kebaikan dari organisasi ini adanya suatu keputusan yang
ditentukan bersama-sama sehingga memberikan hasil yang lebih
baik dan tercipta koordinasi antar anggota. Keburukan kesulitan
dalam mempersiapkan pertemuan karena masing- masing anggota
sibuk dengan pekerjaannya. Harus ada suatu musya warah antar
anggota.
f. Struktur organisasi matrik
Organisasi ini berdasarkan struktur organisasi garis dan staf .
organisasi matrik juga disebut organisasi manajemen proyek, yang
dapat didefinisikan sebagai struktur organisasi dimana para
spesialis dari bagian-bagian yang berbeda disatukan untuk
mengerjakan suatu proyek khusus. Karena struktur ini dirancang
28
pengidentifikasian proyek seperti itu perlu diikuti dengan
pemilihan sebuah team yang anggota-anggotanya mempunyai
keahlian yang diperlukan. Pusat-pusat pertanggungjawaban ditata
berdasarkan fungsi, dan tanggung jawab program berada di
atasnya, dengan atau tanpa proyek-proyek. Organisasi matrik
menghasilkan kombinasi dari wewenang ganda, yaitu
anggota-anggota proyek menerima perintah dari manajer proyek
(wewenang horizontal) dan tetap mempertahankan keanggotaan
mereka dalam bagian-bagian fungsional yang permanen
(wewenang vertikal). Kebaikan dari organisasi ini sifatnya yang
luwes, organisasi ini dapat memberikan metode untuk
memusatkan perhatian pada masalah- masalah utama yang
spesifik. Sedangkan keburukannya adalah menimbulkan beberapa
masalah karena pendekatan ini melanggar prinsip-prinsip kesatuan
perintah yang tradisional, konflik akan muncul antara manajer
proyek dengan manajer- manajer bagian yang lain.
2. Anggaran Biaya yang Disusun Menurut Pusat-pusat
Pertanggungjawaban
Anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan
perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam unit
Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal
dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang untuk
menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun (Supriyono, 1989:90)
Anggaran (budget) ialah rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan moneter) dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa di dalam
penyusunan anggaran, tiap manajer bertanggung jawab atas pelaksanaan
seluruh program yang berada di bawah tanggung jawabnya, biasanya
program-program tersebut diterjemahkan ke dalam satuan uang. Proses
penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi di antara para manajer
pusat-pusat pertanggungjawaban dengan atasannya. Hasil akhirnya adalah
suatu anggaran yang telah disetujui oleh atasan, yang berisi mengenai
penghasilan yang diharapkan dan diperoleh dalam tahun anggaran.
Untuk tujuan pengendalian, biaya harus disusun sesuai dengan
tingkatan manajemen dalam organisasi. Dalam proses penyusunan
anggaran, tiap manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya yang
di bawah tanggung jawabnya. Rancangan-rancangan anggaran ini
kemudian dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh Komite
Anggaran. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan
30
yang bersangkutan. Diikutsertakannya semua manajer dalam penyusunan
anggaran biaya menimbulkan partisipasi mereka dalam mencapai target
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, masing- masing manajer akan
merasa bahwa anggaran biaya untuk unit organisasi yang dipimpinnya
adalah anggarannya dan dia akan bersedia dinilai atas dasar patokan
anggaran tersebut.
Agar pembagian wewenang penganggaran berjalan seiring dengan
pembagian wewenang organisasi untuk tujuan pengendalian biaya, maka
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas wewenang dan
tanggung jawab tiap-tiap manajer. Dengan demikian jika sesuatu tidak
sesuai yang direncanakan dalam anggaran, akan mudah ditunjuk siapa
yang bertanggung jawab.
3. Penggolongan Biaya yang Sesuai Dapat Dikendalikan Tidaknya
Biaya Oleh Manajemen Pusat Pertanggungjawaban
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, tiap manajer berpartisipasi
dalam menyusun anggaran biaya bagiannya masing- masing, sehingga
masing- masing manajer akan diminta pertanggungjawabannya mengenai
realisasi anggaran tersebut. Terjadinya biaya dalam suatu pusat
pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang
diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan,
karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat
pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer pusat
manajer suatu pusat pertanggungjawaban maka biaya harus dipisahkan
menjadi biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan.
Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan dapat
dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer dalam jangka waktu tertetu.
Sedangkan biaya tak terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan
tidak dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh seorang manajer, karena
manajer tersebut tidak memiliki wewenang dalam mengendalikan
biaya-biaya yang terjadi dibagiannya dalam jangka waktu tertentu (Supriyanto,
1994:148)
Untuk memisahkan biaya ke dalam biaya terkendalikan dan tak
terkendalikan pada kenyataannya para manajer mengalami kesulitan.
Hanya biaya-bia ya yang terkendalikan oleh manajer pusat
pertanggungjawaban saja yang disajikan dalam laporan biaya dan diminta
pertanggungjawabannya.
Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seseorang (pusat pertanggungjawaban) adalah sebagai berikut (Mulyadi, 1983:383) :
a. Jika seseorang memiliki wewenang baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan penggunaan jasa tersebut.
b. Jika seseorang dapat secara berarti mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.
c. Meskipun seseorang tidak secara berarti mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut jika manajemen menghendaki agar supaya ia menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu orang-orang bertanggung jawab mempengaruhinya.
Semua biaya dalam suatu organisasi dapat dikendalikan, tergantung
32
Biaya yang tak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan
melalui dua cara yaitu (Supriyono, 1989:16):
a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebenan
langsung.
b. Dengan mengubah letak wewenang dan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan.
4. Sistem Akuntansi Biaya yang Disesuaikan dengan Struktur
Organisasi
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem
pengumpulan biaya untuk kepentingan pengendalian biaya, yaitu dengan
cara menggolongkan, mencatat dan meringkas biaya-biaya dalam
hubungannya dengan tingkat-tingkat manajemen yang bertanggung jawab
atas terjadinya biaya dengan tujuan untuk menghasilkan informasi
akuntansi pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.
Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap
tingkatan manajemen, maka biaya-biaya harus digolongkan dan diberi
kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur
organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat
pertanggungjawaban dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di
dalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tak
terkendalikan.
Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban pencatatan transaksi
biasa digunakan adalah kode angka kelompok. Kode angka kelompok
digunakan untuk menunjukkan hirarki data atau tempat terjadinya data,
serta dapat mencerminkan informasi biaya yang menggambarkan :
a. Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan,
yang terbagi menurut hirarki : direksi, departemen dan bagian.
b. Jenis-jenis biaya.
Berdasarkan hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dapat
ditentukan bahwa jumlah angka dalam kode adalah lima, dengan rincian
tiga angka pertama untuk menunjukkan hubungan biaya dengan struktur
organisasi (ada tiga jenjang organisasi) dan dua angka sisanya untuk
menunjukkan jenis biaya karena jumlah biaya diperkirakan tidak akan
lebih dari 100 jenis
Dengan demikian arti posisi angka dalam kode rekening biaya, tampak
sebagai berikut:
Direktorat Departemen Bagian Jenis Biaya
Pusat pertanggungjawaban
Gambar 2.3
34
Adapun prosedur pengumpulan data biaya dalam sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut (Mulyadi, 1983:389):
a. Atas dasar media pembukuan, biaya dicatat tiap jenis biaya ke dalam
kartu biaya. Dalam kartu biaya, biaya telah digolongkan menurut jenis,
dan terkendalikan tidaknya biaya serta pusat biaya di mana biaya
tersebut terjadi. Kartu biaya merupakan alat distribusi biaya untuk
keperluan akuntansi pertanggungjawaban.
b. Secara periodik (misalnya sebulan sekali) biaya yang dicatat dalam
buku pembantu biaya dijumlah dan disajikan dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban.
Contoh:
PT Eliona sari adalah produsen kertas. Rekening buku besarnya dibagi menjagi enam kelompok dan diberi kode rekening sebagai berikut :
1)Aktiva 2)Utang 3) Modal 4) Pendapatan 5) Biaya
6) Pendapatan dan biaya di luar usaha
Rekening buku besar diberi kode angka kelompok yang terdiri dari empat angka. Arti posisi angka dalam kode rekening biaya tersebut adalah : 5 X X X
Kelompok biaya Pusat biaya direksi
Pusat biaya departemen Pusat biaya bagian
Jenis biaya dalam tiap-tiap pusat biaya digolongkan sesuai dengan obyek
pengeluaran dan dicatat dalam kartu biaya (buku pembantu biaya). Kode
rekening pembantu biaya terdiri dari 7 angka dan arti posisi angka dalam
setiap kode adalah sebagai berikut :
5 X X X XXX
Kelompok rekening biaya
Pusat pertanggungjawaban direksi Pusat pertanggungjawaban departemen Pusat pertanggungjawaban bagian Jenis biaya
5. Sistem Pelaporan Biaya Kepada Manajer yang Bertanggung jawab
Pada hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban terdiri dari
seperangkat laporan yang disiapkan bagi para manajer di berbagai pusat
pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan.
Laporan pertanggungjawaban merupakan langkah terakhir dalam
proses penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Laporan ini
mencerminkan informasi mengenai sebab terjadinya penyimpangan biaya,
sehingga laporan harus disusun sesuai dengan pusat pertanggungjawaban
untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya
penyimpangan biaya. Di samping itu laporan pertanggungjawaban
berfokus pada prestasi keuangan setiap pusat pertanggungjawaban
sehingga sistem pelaporannya sangat dipengaruhi oleh lini
pertanggungjawaban dan wewenang yang ditetapkan oleh struktur
36
Jenis laporan pertanggungjawaban biaya berdasarkan sistem laporan
kepada manajer yang bertanggung jawab digolongkan menjadi tiga
kelompok sesuai dengan jenjang organisasi berikut ini :
a. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer bagian. Dalam unit
organisasi produksi terdapat bagian persiapan, bagian pengolahan,
bagian penyelesaian dan bagian pengawas produksi.
b. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer departemen. Laporan
disajikan untuk manajer departemen produksi.
c. Laporan pertanggungjawaban biaya – direksi. Laporan ini disajikan
kepada direktur produksi
Isi laporan pertanggungjawaban biaya disesuaikan dengan tingkat
manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkat manajemen yang
terendah disajikan jenis biaya (menurut objek pengeluaran), sedangkan
untuk tingkat manajemen di atasnya disajikan total biaya tiap – tiap pusat
biaya yang di bawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan
yang terjadi di pusat biayanya sendiri.
Tingkatan manajemen dalam akuntansi pertanggungjawaban terbagi
menjadi tiga golongan yaitu:
a. Manajer lini pertama yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu
organisasi yang memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi aktivitas
karyawan. Biasanya jabatan yang disandang manajer lini adalah
b. Manajer menengah yaitu manajer yang bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan dan rencana yang dikembangkan oleh
manajer puncak serta mengevaluasi dan mengkoordinasikan
aktivitas-aktivitas dari manajer tangkat yang lebih rendah. Biasanya jabatan
yang disandang manajer menengah adalah kepala departeman, manajer
cabang, dan kepala pengawas.
c. Manajer puncak yaitu manajemen yang bertanggung jawab atas
keseluruhan manajemen organisasi. Jabatan yang disandang manajer
puncak adalah direktur, kepala divisi, dan wakil direktur.
Manajemen puncak
Manajemen menangah
Manajemen lini
Gambar 2.5 Tingkatan manajemen dalam suatu organisasi
Kode organisasi perusahaan yang menjadi model untuk
menggambarkan sistem pelaporan dalam sistem akuntansi
38
Departemen Produksi
210
Bagian Perencanaan &
Pengawasan Listrik & Air
222 Buku Besar & Laporan 335
39
G. Sistem Pelaporan Kepada Manajemen yang Bertanggungjawab.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya merupakan
sistem pelaporan informasi keuangan menurut sistem manajer yang
bertanggung jawab atas terjadinya informasi keuangan menurut manajer yang
bertanggungjawab. Dalam hal ini yang dimaksud dengan informasi adalah
informasi biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban di samping sebagai
pencatat biaya juga berfungsi sebagai sistem pelaporan untuk memberi umpan
balik kepada manajer penyusun anggaran mengenai hasil pelaksanaan
anggaran tersebut.
Setiap periode (bulanan, triwulan) pusat-pusat pertanggungjawaban
mengirim bukti-bukti sebagai dasar untuk menyusun laporan atas dasar biaya
yang menjadi tanggung jawab departemennya. Data yang dilaporkan oleh
pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya atau actual cost.
Selanjutnya bagian akuntansi sebagai penyusun laporan perusahaan, mengolah
data-data yang berasal dari pusat pertanggungjawaban dan menyusun laporan
pertanggungjawaban. Bagian akuntansi pertanggungjawaban selanjutnya
mengirim laporan pertanggungjawaban tersebut ke pusat-pusat
pertanggungjawaban yang akan dinilai.
Isi laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat
manajemen yang menerimanya. Untuk tingkat manajemen yang terendah
disajikan jenis biaya (menurut obyek pengeluarannya), sedangkan untuk
40
berada di bawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendali dan terjadi
di pusat biayanya sendiri.
Laporan pertanggungjawaban biaya disusun dengan dasar sebagai
berikut (Mulyadi, 1992:120) :
1. Jenjang terbawah yang diberi laporan adalah tingkat manajer bagian. 2. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban yang berisi
rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.
3. Manajer jenjang di atasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer- manajer yang berada di bawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh masing- masing manajer yang bersangkutan.
4. Semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya semakin ringkas.
Format umum laporan pertanggungjawaban biaya berisi informasi
sebagai berikut (Mulyadi, 1992:121) :
1. Nomor kode rekening biaya
2. Jenis biaya atau pusat pertanggungjawaban 3. Realisasi bulan ini
Gambar 2.7 Contoh Laporan Pertanggungjawaban Biaya
Manajer Direktur Produksi
Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..
Bulan ini Sampai dengan Bulan ini
Kode Rek
Jenis/Pusat
Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih
200
Manajer Direktur Produksi
Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..
Bulan ini Sampai dengan Bulan ini
Kode Rek
Jenis/Pusat
Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih
200
Manajer Direktur Produksi
Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..
Bulan ini Sampai dengan Bulan ini
Kode Rek
Jenis/Pusat
Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih
200 211 212 213
Bi. Merang Bi. Bhn Penolong Bi. Gaji & Upah Bi. Lembur
Jumlah
42
H. Kajian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan di dalam penulisan ini
berjudul “Akuntansi Pertanggungjawan Sebagai Sarana Penyusunan Anggaran
Biaya Produksi Pada Pusat Biaya”, yang ditulis oleh Dian Budianto.
Dalam penelitian tersebut jenis penelitian yang digunakan jenis
penelitian studi kasus dengan mengambil subjek penelitian pimpinan
perusahaan, kepala bagian keuangan dan kepala produksi. Objek penelitian
tersebut adalah biaya produksi, anggaran dan laporan realisasi anggaran pada
PT. Wijaya Kwarta Penta, Kp. Tegalrejo RT 01/RW 01 Kel Dagen, Kec Jaten,
Kab Karanganyar Surakarta.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, dokumentasi dan
observasi, sedangkan teknik analisisnya menggunakan:
1. Analisis struktur organisasi, meliputi:
a. Deskripsi struktur organisasi perusahaan
b. Analisis struktur organisasi perusahaan yang menetapkan secara tegas
wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.
2. Analisis anggaran biaya, meliputi
a. Deskripsi anggaran biaya produksi pada perusahaan
b. Analisis penyusunan anggaran biaya produksi pada perusaha an
3. Analisis penggolongan biaya
4. Analisis sistem pelaporan, meliputi;
a. Deskripsi sistem pelaporan biaya produksi yang diterapkan di
b. Analisis sistem peleporan biaya produksi pada perusahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi yang ada
sudah mencerminkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab di tiap
tingkatan manajemen. Anggaran biaya pada PT.Wijaya Kwarta Penta
disususun oleh manajer tingkat bawah. Belum ada penggolongan biaya
menjadi biaya terkendali dan biaya tak terkendali. Sistem akuntansi biaya
yang dipakai disesuaikan dengan struktur organisasi yang ada. Sistem
pelaporan pertanggungjawaban disusun oleh manajer tingkat bawah.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa PT. Wijaya Kwarta Penta belum
menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban dengan tepat karena tidak
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi kasus,
yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada satu objek tertentu atau
membatasi objeknya pada suatu unit yang terbatas tetapi mencurahkan
perhatiannya pada setiap aspek unit tersebut serta mempelajarinya sebagai
suatu kasus. Dari uraian tersebut maka kesimpulannya hanya berlaku bagi
perusahaan yang bersangkutan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri
Desa Pacarkeling, Kec. Kejayan, Kotak Pos 1, Pasuruhan
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2006 – April 2006
C. Subyek da n Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Pimpinan perusahaan, kepala bagian keuangan dan kepala bagian produksi
2. Objek Penelitian
b. Penyusunan anggaran bagian produksi
c. Cara penggolongan biaya
d. Kode rekening biaya produksi
e. Laporan biaya produksi yang dibuat oleh manajer
D. Data yang Dicari
1. Gambaran umum perusahaan
2. Struktur organisasi bagian perusahaan
3. Proses penyusunan anggaran biaya produksi
4. Penggolongan biaya
5. Kode rekening yang digunakan perusahaan
6. Laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya produksi
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
antara pencari informasi dengan sumber informasi. Data yang akan dicari
antara lain sejarah singkat perusahaan, ruang dan struktur organisasi.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung pada objek penelitian yang diteliti. Tujuannya untuk memperoleh
46
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui catatan perusahaan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk
mencari data kode rekening biaya produksi, laporan biaya produksi yang
dihasilkan perusahaan baik yang bersifat bulanan, mingguan maupun
harian dan gambaran umum perusahaan.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang ada maka penulis mencoba untuk
menyusun langkah- langkah sebagai berikut :
a. Untuk menjawab masalah pertama, yaitu apakah struktur organisasi
perusahaan telah menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab
tiap tingkatan manajemen, di gunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan struktur organisasi perusahaan dan desentralisasi
wewenang di dalamnya.
2. Melakukan analisis kritis dan menarik kesimpulan apakah struktur
organisasi perusahaan telah menerapkan secara tegas wewenang dan
tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.
Teori Praktek
- Adanya pemisahan wewenang dan
tanggung jawab
- Adanya pemisahan antara karyawan
spesialisasinya
- Setiap departemen dikepalai seorang
kepala departemen yang membawahi
beberapa bagian
- Manajer bertanggung jawab atas
salah satu fungsi yang ada dalam
organisasi
- Manajer dapat mengembangkan
strategi bisnisnya dan manajer divisi
bertanggung jawab terhadap bisnis
atau lini produk tertentu
b. Untuk menjawab masalah yang kedua, yaitu apakah anggaran biaya yang
disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban, digunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan penyusunan anggaran biaya produksi perusahaan.
2. Membandingkan antara penyusunan anggaran biaya produksi
perusahaan dengan penyusunan anggaran biaya produksi dari hasil
kajian teori.
3. Melakukan analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada antara
penyusunan anggaran biaya produksi perusahaan dengan penyusunan