• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memuat segala informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya, yaitu stakeholders

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memuat segala informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya, yaitu stakeholders"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu alat penting sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam ekonomi perusahaan. Laporan keuangan memuat segala informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya, yaitu stakeholders (Stice, et al., 2007). Manajer yang bertugas mengelola perusahaan seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan investor. Manajer sebagai pengelola perusahaan akan memaksimalkan laba perusahaan yang mengarah pada proses memaksimalkan kepentingannya atas biaya pemilik perusahaan. Hal ini mungkin terjadi karena pengelola mempunyai informasi yang tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan (Yuliana, 2008).

Salah satu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah laba (earning). Pertanyaan mendasar yang timbul adalah apakah manajemen melakukan manajemen laba (earning management) terhadap laba yang dilaporkan. Earning management dapat terjadi karena adanya kebebasan penggunaan metode dan estimasi akuntansi (Bartov, 1993). Menurut Philips, et al (2003) terdapat dua insentif utama yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu menghindari penurunan laba dan penghindari kerugian. Insentif yang pertama bertujuan untuk mengindari penurunan laba yang berhubungan dengan hipotesis perataan laba

(2)

2

(income smoothing). Insentif kedua yaitu untuk menghndari kerugian. Hal ini dilakukan karena perusahaan yang mengalami kerugian berpotensi nenurunkan harga saham, menurunkan kepercayaan investor dan kreditur, serta mendorong dilakukannya pemeriksaan pajak oleh aparat pajak.

Healy (1986) dan Palepu (1987) menyatakan bahwa informasi antar investor dengan manajemen memberi peluang pada perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Hal ini mengakbatkan timbulnya jurang informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan para pengguna laporan keuangan dan membuka peluang untuk melakukan window dressing lewat pengaturan kebijakan akrual. Menurut Ronen dan Sadan (1979) penerapan manajemen laba dapat dilakukan melalui creative accounting practices dengan tiga teknik, yaitu pemilihan metode akuntansi yang dapat menaikkan atau menurunkan laba, klasifikasi sistem akuntansi dengan penetapan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa yang sehubungan dengan aktivitas laba rugi aktivitas normal dan pengarutan waktu transaksi yang dapat dilakukan dengan income increase techniques dan decreasing techniques.

Dampak diterapkannya manajemen laba, calon investor dan kreditur merasa dirugikan. Para investor mengalami kegagalan dalam menentukan nilai perusahaan dengan tepat (saat dilakukannya penawaran saham perdana/IPO) sehingga konsekuensinya terjadi kesalahan alokasi dana terhadap perusahaan yang betul-betul prospektif ke perusahaan yang tidak prospektif. Bagi calon kreditur, terjadi kesalahan

(3)

3

dalam mengambil keputusan dimana mereka seharusnya tidak memberikan kredit kepada perusahaan tersebut yang pada akhirnya dapat menimbulkan kredit macet.

Pemerintah dalam tindakannya mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan terkait pemungutan pajak, pemerintah mengeluarkan Aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 dan di pertegas dengan peraturan Menteri Keuangan PMK-238/PMK.03/2008 pemerintah telah merevisi beberapa undang-undang perpajakan. Salah satunya adalah merevisi undang-undang pajak penghasilan. Alasan pemerintah merevisi undang-undang perpajakan adalah untuk mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. UU PPh No. 36 Tahun 2008 telah terjadi perubahan tarif pajak badan yang semula menganut sistem tarif pajak berlapis (10%, 15%, dan 30%) menjadi tarif tunggal yaitu sebesar 28% yang mulai berlaku efektif pada 1 Januari 2009 dan tarif 25% yang mulai berlaku efektif pada 1 Januari 2010 (Dwipayanti, 2013).

Berubahnya tarif PPh Badan dapat mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mengelola keuangannya. Perubahan tarif PPh Badan ini dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan memperkecil laba kena pajak (taxable income), sehingga beban pajak perusahaan tersebut akan semakin kecil (Wijaya dan Martini, 2011). Diberlakukannya UU No. 36 Tahun 2008, diharapkan memberi keringanan beban pajak bagi perusahaan, tetapi perusahaan tetap menganggap pajak menjadi sebuah beban.

Pajak yang harus disetor oleh Wajib Pajak Badan bergantung dari laba yang dihasilkan setiap tahunnya. Informasi yang terkandung dalam laba (earnings)

(4)

4

memiliki peran penting dalam menilai kinerja perusahaan. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Melihat betapa penting peran laba bagi investor maupun pihak lain sebagai pengguna laporan keuangan, tidak mengherankan pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba demi menarik investor (Wiryandari dan Yulianti, 2009).

Salah satu upaya yang dilakukan manajemen untuk memperoleh laba dari adanya perubahan tarif pajak badan ini adalah dengan memindahkan laba tahun sebelum perubahan tarif pajak badan ke tahun sesudah perubahan tarif pajak, dengan kata lain memindahkan penghasilan bersih ke periode pajak yang tarifnya lebih rendah. Perilaku manajemen yang mendasari praktek manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer. Jika manajer memandang peristiwa penurunan tarif pajak sebagai kesempatan untuk meminimalkan pajak, maka perusahaan akan menunda pengakuan laba atau mempercepat pengakuan biaya pada tahun 2009 sehingga laba pada tahun 2009 menjadi lebih rendah. Melalui cara ini perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar penurunan tarif pajak kali besarnya laba yang ditunda. Secara akuntansi hal ini dapat diterima karena menganut prinsip accrual basis yaitu pengakuan beban dan pendapatan pada periode dimana seharusnya terjadi atau yang dikenal dengan istilah matching concept (membandingkan beban dengan pendapatan) (Afriyanti, 2011).

Perencanaan pajak digunakan oleh perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak perusahaan. Untuk mendapatkan keuntungan pajak, perusahaan

(5)

5

berupaya melakukan perencanaan pajak yang baik. Perencanaan pajak yang baik cenderung akan mengurangi laba bersih perusahaan (Wijaya dan Martani, 2011). Ditetapkannya penurunan tarif pajak, maka perusahaan akan melakukan perencanaan pajak yang baik untuk mengurangi laba pada saat sebelum terjadi penurunan pajak.

Ulfa (2012) dalam penelitiannya menyatakan perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba.Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktek manajemen laba. Hasil serupa yang dikemukakan oleh Anggreani (2013) yang menyatakan perencanaan pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dalam merespon penurunan tarif pajak. Hal ini terjadi karena perencanaan pajak merupakan variabel utama yang berpengaruh terhadap discretionary accrual.

Tindakan manajemen laba ditentukan pula oleh motivasi manajer perusahaan, dalam hal ini terkait dengan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen secara aktif ikut mengambil keputusan (Catherine, 2013). Informasi laba yang merupakan bagian dari laporan keuangan sering menjadi target rekayasa manajemen untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya, hal tersebut dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dilakukan dengan cara melakukan memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga dapat mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan (Lamora, dkk, 2012).

(6)

6

Manajemen laba muncul sebagai dampak persoalan keagenan dimana terjadi ketidakselarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen. Menurut teori keagenan, konflik kepentingan terjadi ketika kedua belah pihak (pemilik dan manajer) ingin memaksimalkan kekayaan mereka sendiri, dengan demikian terciptanya teori keagenan (Jensen dan Mecklng, 1976 dalam Mahariana, 2014). Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mencoba menurunkan konflik yang disebabkan oleh pemisah kepemilikan dan control diantara kedua belah pihak adalah dengan menawarkan manajer untuk berpartisipasi dalam program opsi saham yang dikenal sebagai kompensasi berbasis saham (stock-based).

Pemberian kompensasi untuk manajer akan mengakibatkan peningkatan kepemilikan manajerial. Kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Prempanichnukul dan Krittaya, 2012). Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Penelitian terkait hal ini dilakukan oleh Nur Farida (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Muid (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi kualitas audit, namun penelitian yang dilakukan oleh Milanie (2008) dan Tampubolon (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

(7)

7

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Muliati, 2011).

Moses (1997) mengemukakan bahwa perusahaan - perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

Nasution dan Setyawan (2007) menyatakan, terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan dan manajemen laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif terhadap manajemen laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dibandingkan perusahaan kecil, sehingga memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubngan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang berukuran besar cenderung melakukan tindakan manajemen laba yang lebih kecil disbanding perasahaan berukuran kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar sehingga perusahaan

(8)

8

besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan laporan keuangan yang credible

Penelitian terkait ukuran perusahaan dilakuakan oleh Rhee, et al (2003) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan memiliki dampak positif pada pendapatan manajemen karena perusahaan besar biasanya memiliki sistem pengendalian internal yang kuat dan tata kelola mekanisme, dapat mengakses layanan berkualitas tinggi dari Kantor Akuntan Publik, dan perawatan reputasinya. Faktor-faktor ini dapat mencegah manajemen laba. Halim, dkk (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya, namun hasil berbeda dalam penelitian Sosiawan (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian latarbelakang masalah tersebut, maka permasalahan dari penelitian adalah “Apakah Perencanaan Pajak, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Praktek Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

(9)

9 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba? 2) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktek manajemen laba? 3) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktek manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, makan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengaruh pajak penghasilan terhadap praktek manajemen laba;

2) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap praktek manajemen laba;

3) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktek manajemen laba.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik kegunaan secara teoritis maupun kegunaan secara praktis:

(10)

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi bahan acuan atau pembanding untuk penelitian berikutnya dengan topik yang sejenis yaitu praktek manajemen laba perusahaan dalam rangka merespon penurunan tarif pajak penghasilan Badan serta dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya

2) Kegunaan Praktis

Berguna untuk memberikan informasi bagi pembuat kebijakan 1 peraturan perpajakan bahwa setiap adanya perubahan Undang-Undang akan direspon oleh wajib pajak, sehingga pemerintah atau fiskus dapat mengantisipasi perilaku wajib pajak dan pengaruhnya terhadap wajib pajak dan pengaruhnya terhadap penerimaan negara dari pajak.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

(11)

11

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan skripsi ini, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini, yang meliputi lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai karakteristik sampel, deskripsi variabel penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan teknik analisis data yang digunakan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kreasi Memuat gambar, keterangan gambar, tulisan tentang cara kerja peredaran darah manusia, dan sesuai dengan materi atau teori Hanya memuat 3 dari 4 hasil yang

Melalui teori tersebut, mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi narasumber yang telah menerapkan strategi personal branding menggunakan aspek gaya

Pemerintah, Swasta dan Masyarakat sudah semestinya sama-sama menanamkan kesadaran bahwa pariwisata sudah menjadi kebutuhan yang harus dipersiapkan bagi pemenuhan hak

Dalam perkuliahan-perkuliahan beliau – beliau memegang mata kuliah Sejarah Islam Indonesia, Pengantar Ilmu Politik, dan Filsafat Sejarah – materi yang dibahas dalam

Deskripsi dari jawaban responden menjelaskan bahwa dari tiga indikator nilai pelanggan terdapat satu indikator yang dominan yaitu responden dalam melakukan pembelian produk

Tata letak ruang pada rumah-rumah lama milik pengusaha Batik Kalangbret, ditemukan delapan pola, yakni fungsi usaha produksi batik terletak di dalam bangunan rumah, terletak

Ada pengaruh tingkat pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker di Ruang Sitostatika Rumah Sakit Telogorejo Semarang,

Di Jepang ada asuransi medis (asuransi untuk saat sakit atau terluka) dan asuransi in merupakan dana dari hasil kerja sama seluruh masyarakat dan dapat dipakai pada