• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal perusahaan mengindikasikan pentingnya pengajaran etika bisnis kepada para mahasiswa fakultas ekonomika dan bisnis (FEB) sebagai calon pelaku dan pemimpin bisnis. Hal ini bertujuan untuk memberikan pandangan yang seimbang kepada para mahasiswa tentang tanggung jawab perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham dan tanggung jawab lain kepada pihak-pihak berkepentingan lainnya terkait dampak operasional yang

dihasilkan. Para profesor akuntansi yang juga merupakan anggota American

Accounting Association menyetujui rekomendasi dari Treadway Commission bahwa etika dimasukkan ke dalam kurikulum jurusan akuntansi karena para mahasiswa perlu mengetahui lebih mendalam mengenai peran akuntan dalam melayani klien dan publik serta dapat mengatasi masalah bisnis yang kompleks dan sulit dalam perusahaan (Donnelly & Miller, 1989).

Banyak materi atau topik yang dibahas dalam pengajaran etika bisnis. Salah satu topik yang dibahas adalah tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR). The Association to Advance Collegiate Schools of Business International atau AACSB International (2004) memandang bahwa CSR merupakan salah satu dari 4 materi yang sangat penting dalam pengajaran etika bisnis karena mahasiswa perlu memahami hubungan simbiosis antara bisnis/perusahaan dan masyarakat, terutama dimensi etika perusahaan atas

(2)

kekuasaan yang dimiliki oleh pemilik dan manajer selaku pemimpin bisnis. CSR menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada pencapaian kinerja keuangan yang diharapkan oleh pemegang saham saja, melainkan juga bertanggung jawab atas dampak operasional yang dirasakan oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) selain investor, seperti karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, komunitas masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui pembahasan materi CSR ini, diharapkan dapat mengubah persepsi dan sikap mahasiswa FEB bahwa sebenarnya perusahaan memiliki tanggung jawab yang sangat luas, yaitu pada aspek keuangan (profit), sosial (people), maupun lingkungan (planet).

Semakin berkembangnya isu CSR di kalangan bisnis dan akademisi, termasuk perdebatan mengenai pro dan kontra terhadap CSR menyebabkan perlunya dilakukan pengembangan kurikulum etika bisnis guna memperbarui isi materi dan metode pengajaran kepada para mahasiswa. Untuk mengembangkan kurikulum ini, dapat dilakukan penelitian tentang persepsi/sikap mahasiswa FEB dan akuntan mengenai CSR serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap mereka. Hal ini dikarenakan mahasiswa FEB merupakan sasaran pengajaran etika bisnis sekaligus calon pelaku dan atau pemimpin perusahaan di masa mendatang

(Ibrahim et al., 2006), sedangkan akuntan merupakan pihak yang bertanggung

jawab untuk menyediakan mekanisme yang dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, serta menjamin keberlangsungan hidup perusahaan, seperti mekanisme akuntansi dan pelaporan sosial dan lingkungan (Tilt, 2009). Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi umpan balik yang baik untuk

(3)

mengakomodasi para akademisi mengembangkan materi pengajaran etika bisnis dengan lebih efektif berdasarkan pengetahuan atas persepsi/sikap mahasiswa dan akuntan mengenai CSR serta pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi/sikap mereka terhadap CSR, contohnya materi tentang

bahaya relativisme dan materialisme, serta person-organization perspective

(Kolodinsky et al., 2010); dan peran akuntan dalam lingkup CSR (Holland, 2004). Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mahasiswa

FEB dan akuntan mengenai CSR masih jarang dilakukan (Kolodinsky et al.,

2010). Umumnya, penelitian tentang CSR yang banyak dilakukan adalah berkaitan dengan kinerja keuangan dan non keuangan, maupun persepsi stakeholder (manajemen perusahaan, investor, konsumen, mahasiswa, dan

komunitas masyarakat) terhadap CSR. Kolodinsky et al (2010) melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mahasiswa FEB tentang CSR di Amerika Serikat. Empat faktor yang digunakan untuk menguji adanya hubungan/pengaruh terhadap sikap mahasiswa mengenai CSR, diantaranya idealisme, relativisme, spiritualitas, dan materialisme. Akan tetapi, penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi sikap akuntan tentang CSR dan perbedaan persepsi/sikap antara mahasiswa dan akuntan terkait CSR.

Di sisi lain, penelitian tentang persepsi/sikap akuntan umumnya berkaitan dengan manajemen laba seperti penelitian Fischer & Rosenzweig (1995). Padahal, CSR merupakan salah satu isu/topik yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan oleh akuntan karena akuntan memiliki peran sentral dalam pelaksanaan

(4)

CSR oleh perusahaan, seperti melaporkan informasi keuangan (laporan keuangan)

serta informasi non keuangan, seperti laporan CSR kepada para stakeholder;

untuk membantu top management dalam mengambil keputusan strategis

perusahaan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat sosial dan lingkungan; dan melakukan audit/penilaian atas kinerja sosial dan lingkungan perusahaan (ICAEW, 2010; Tilt, 2009). Fischer & Rosenzweig (1995) mengemukakan tentang perbedaan persepsi/sikap antara mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan tentang manajemen laba. Namun, penelitian tersebut belum meneliti lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi/sikap ketiga kelompok objek penelitian tersebut.

Dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua penelitian di atas serta pentingnya isu CSR untuk diteliti, maka perlu dilakukan penelitian

Kolodinsky et al (2010) di Indonesia, yaitu penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap seseorang terhadap CSR dengan objek penelitian mahasiswa S1 jurusan akuntansi, mahasiswa magister manajemen, serta akuntan seperti penelitian Fischer & Rosenzweig (1995). Selain menguji keempat faktor tersebut, penelitian ini juga akan mengidentifikasi sikap dari masing-masing kelompok objek penelitian tersebut tentang CSR. Hal ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan sikap dan alasan/faktor-faktor apa yang mempengaruhi sikap mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan di Indonesia terhadap CSR. Penelitian

ini menggunakan 3 variabel kontrol, yaitu umur, gender, dan status responden.

Menurut Ajzen & Fishbein (2005), umur dan gender merupakan faktor-faktor

(5)

pembentuk sikap seseorang mengenai objek tertentu. Menurut Sobczak et al (2006), status responden juga merupakan salah satu faktor determinan atas sikap seseorang terhadap CSR.

Penelitian ini dilakukan di Indonesia karena belum pernah ada yang meneliti sebelumnya mengenai persepsi/sikap mahasiswa dan akuntan mengenai CSR sekaligus faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi/sikap mahasiswa dan akuntan tentang CSR. Dari kajian literatur yang dilakukan, masih sedikit yang

meneliti persepsi mahasiswa tentang CSR di Indonesia seperti Arli et al (2014).

Sedangkan penelitian tentang persepsi/sikap akuntan tentang CSR belum pernah dilakukan sebelumnya. Di samping itu, penelitian ini menanggapi rekomendasi

Kolodinsky et al (2010) untuk dilakukan di negara lain karena penelitian

Kolodinsky et al dilakukan di Amerika Serikat. Rekomendasi ini muncul karena

adanya kemungkinan perbedaan hasil antara penelitian Kolodinsky et al di

Amerika Serikat dengan penelitian di negara lain, termasuk di Indonesia. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Rosnan et al (2013) di Malaysia. Rosnan et al (2013) menemukan bahwa idealisme berpengaruh positif terhadap sikap mahasiswa mengenai CSR, sedangkan materialisme berpengaruh negatif terhadap sikap mahasiswa mengenai CSR. Relativisme dan spiritualitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap sikap mahasiswa mengenai CSR. Kolodinsky et al (2010)

menemukan bahwa idealisme berpengaruh positif, sedangkan relativisme dan materialisme berpengaruh negatif terhadap sikap mahasiswa mengenai CSR.

(6)

Selain alasan tersebut, Rettab et al (2009) mengemukakan bahwa penelitian CSR di negara berkembang lebih sedikit daripada di negara-negara maju karena kerangka hukum bagi badan usaha atau perusahaan di negara-negara berkembang belum begitu baik sehingga membatasi sejauh mana perusahaan melakukan CSR dengan pendekatan strategis. Penelitian CSR di negara-negara berkembang lebih berfokus pada studi eksplorasi tentang motivasi perusahaan melakukan CSR, baik secara kuantitatif (mengukur tingkat pengungkapan CSR

dalam annual report) maupun kualitatif (melakukan wawancara mendalam

dengan manajer perusahaan, akuntan, akademisi, dan stakeholder lainnya) (Belal & Momin, 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan di Indonesia guna memperluas literatur CSR di negara-negara berkembang, khususnya mengenai sikap mahasiswa dan akuntan terhadap pelaksanaan CSR oleh perusahaan.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) sebagai satu-satunya sekolah bisnis di Indonesia yang terakreditasi AACSB International memotivasi penulis untuk melakukan penelitian tersebut dengan menggunakan populasi mahasiswa FEB UGM. Dengan memperoleh pengakuan internasional sebagai salah satu sekolah bisnis terbaik di dunia, maka secara tidak langsung para mahasiswa FEB UGM pun dinilai memiliki „nilai tambah‟ baik secara akademik maupun non akademik jika dibandingkan dengan mahasiswa FEB dari universitas-universitas lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kualitas pengajaran yang semakin baik yang diberikan oleh FEB UGM sebagai

(7)

dampak dari pemenuhan standar AACSB Internasional, termasuk dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Mahasiswa dan Akuntan terhadap CSR”.

1.2 Rumusan Masalah

Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal perusahaan mengindikasikan pentingnya pengajaran etika bisnis kepada para mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis (FEB) sebagai calon pelaku dan pemimpin bisnis di masa mendatang. Salah satu isu/topik yang penting untuk dibahas dalam pengajaran etika bisnis adalah tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Isu CSR berkembang di kalangan bisnis dan akademisi hingga menimbulkan perdebatan. Perdebatan mengenai CSR ini umumnya membahas tentang sejauh mana tanggung jawab perusahaan, apakah pro terhadap CSR, yakni perusahaan bertanggung jawab dengan mempertimbangkan dampak dari setiap

keputusan/kebijakan dan operasional perusahaan kepada para stakeholder, yaitu

pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, komunitas masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak pemangku kepentingan lainnya atau kontra terhadap CSR, yakni perusahaan hanya bertanggung jawab kepada para pemegang saham saja, yaitu harus memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan, khususnya laba. Oleh karena itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisis sikap atau

(8)

persepsi para eksekutif perusahaan dan kelompok stakeholder lainnya mengenai CSR (Ibrahim et al., 2006).

Ibrahim et al (2006) meneliti ada atau tidak adanya perbedaan persepsi

antara akuntan dan mahasiswa S1 jurusan akuntansi tentang CSR, yang dilihat

dari dimensi ekonomi, hukum, etika, dan discretionary. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan akuntan, mahasiswa lebih

mementingkan dimensi etika dan discretionary. Sedangkan para akuntan lebih

mementingkan dimensi ekonomi daripada dimensi lainnya. Dimensi hukum tidak terlalu signifikan perbedaannya antara akuntan dan mahasiswa. Hasil ini pun sama dengan hasil penelitian Ibrahim & Angelidis (1993) yang menganalisis perbedaan

persepsi antara top eksekutif dan mahasiswa bisnis. Namun, penelitian Ibrahim et

al (2006) belum menguji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mahasiswa S1 akuntansi dan akuntan terhadap CSR tersebut. Oleh karena itu, perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap/persepsi mereka terhadap CSR.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji perbedaan sikap dari beberapa kelompok responden terkait peran CSR dalam mencapai efektivitas perusahaan serta menguji pengaruh faktor idealisme, relativisme, spiritualitas, dan materialisme terhadap sikap responden tentang CSR. Kelompok responden yang diambil dalam penelitian ini lebih luas dari penelitian Ibrahim et al (2006), yaitu mahasiswa S1 jurusan akuntansi, mahasiswa S2 (magister manajemen), dan akuntan. Alasan penelitian ini menguji sikap ketiga kelompok responden tersebut terhadap CSR, yaitu:

(9)

1. Menurut Coate & Frey (2000), penelitian yang berkaitan dengan ethical disposition jarang dilakukan kepada mahasiswa akuntansi secara khusus dan lebih banyak dilakukan kepada mahasiswa bisnis. Padahal, hasil penelitian dari mahasiswa bisnis tersebut tidak dapat digeneralisasi ke mahasiswa akuntansi karena hasilnya tidak akan valid.

2. Mahasiswa magister manajemen merupakan mahasiswa yang dipersiapkan

untuk menjadi pimpinan perusahaan, minimal di level middle

management. Dengan kata lain, mereka adalah calon manajer atau pemimpin bisnis di masa depan. Karena CSR merupakan salah satu keputusan manajerial perusahaan, maka perlu ditanyakan sikap/persepsi mahasiswa magister manajemen sebagai calon pemimpin atau praktisi pengambil keputusan bisnis.

3. Akuntan merupakan salah satu profesi penting yang memiliki kewajiban

untuk mementingkan kepentingan publik (klien, kreditor, pemerintah, karyawan, investor, dan komunitas bisnis dan keuangan lainnya) daripada

kepentingan pribadi (Duska et al., 2011). Penelitian seperti ini jarang

melibatkan akuntan. Padahal akuntan memiliki peran sentral dalam pelaksanaan CSR oleh perusahaan, seperti melaporkan informasi keuangan (laporan keuangan) serta informasi non keuangan, seperti laporan CSR

kepada para stakeholder; untuk membantu top management dalam

mengambil keputusan strategis perusahaan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat sosial dan lingkungan; dan melakukan audit/penilaian atas kinerja sosial dan lingkungan perusahaan (ICAEW, 2010; Tilt, 2009).

(10)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka pertanyaan penelitian ini adalah sbb.

a. Apakah rata-rata sikap mahasiswa S1 dan S2 terhadap CSR lebih tinggi

daripada rata-rata sikap akuntan terhadap CSR?

b. Apakah idealisme mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap sikap mereka mengenai CSR?

c. Apakah relativisme mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap sikap mereka mengenai CSR?

d. Apakah spiritualitas mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap sikap mereka mengenai CSR?

e. Apakah nilai materialisme mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sikap mereka mengenai CSR? 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan rata-rata sikap antara mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan terhadap CSR serta menguji adanya pengaruh idealisme, relativisme, spiritualitas, dan materialisme terhadap sikap para mahasiswa dan akuntan mengenai CSR.

1.5 Motivasi Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena dapat mengakomodasi para akademisi untuk mengembangkan materi dan metode pengajaran etika bisnis dengan lebih efektif berdasarkan pemahaman tentang sikap mahasiswa dan

(11)

akuntan tentang CSR dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Apabila dilakukan penelitian yang hanya menguji perbedaan sikap mahasiswa dan akuntan terhadap CSR saja, maka output dari penelitian itu hanyalah sekedar pengetahuan atas sikap mereka masing-masing terhadap CSR sehingga tidak dapat berkontribusi banyak dalam hal pengembangan materi dan metode pengajaran etika bisnis.

1.6 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kontribusi kepada pihak-pihak sbb.

a. Pihak Akademisi

Penelitian ini memberikan kontribusi kepada pihak akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai penyusun kurikulum untuk memperluas materi pembelajaran seperti bahaya relativisme dan materialisme, perspektif hubungan antara manusia secara pribadi dengan organisasi (person-organization perspective), serta peran akuntan dalam lingkup CSR; dan memperluas pendekatan pengajaran etika bisnis, seperti meningkatkan diskusi dalam kelas dan memfasilitasi pendapat/sudut pandang lain dari mahasiswa.

b. Mahasiswa dan Akuntan

Penelitian ini dapat mengakomodasi pandangan para mahasiswa S1 dari teori etika bisnis dan profesi yang dibahas di dalam kelas dengan hasil penelitian ini yaitu sikap mahasiswa S1, S2, dan akuntan di Indonesia terhadap CSR dan faktor-fakor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu, para mahasiswa S1 juga dapat memutuskan rencana karir mereka di masa depan, apakah di perusahaan yang sudah menjalankan CSR atau yang belum menjalankan

(12)

CSR. Bagi mahasiswa S2 dan akuntan, penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi atas kinerja CSR perusahaan atau institusi tempat mereka bekerja

serta dapat menjadi feedback bagi mereka untuk mendorong perusahaannya

melakukan CSR dengan lebih efektif.

c. Perusahaan

Penelitian ini memberikan kontribusi kepada pihak manajemen perusahaan untuk memahami alasan perbedaan sikap seseorang mengenai penerapan CSR perusahaan. Dengan pemahaman tersebut, maka dapat membantu pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan yang efektif tentang program CSR yang akan diterapkan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu :

1. Pendahuluan

Bab ini berisi sub bab dan penjelasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang relevan terkait variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat menganalisis hasil penelitian berdasarkan tujuan dan pertanyaan penelitian. Selain itu, juga dijelaskan mengenai hubungan antarvariabel guna mengembangkan hipotesis.

(13)

3. Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, pemilihan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, desain instrumen, dan teknik analisis data yang meliputi pengujian instrumen dan metode pengujian hipotesis.

4. Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi 4 sub bab yang membahas tentang pengujian instrumen, tabulasi data, analisis data, dan pembahasan. Secara keseluruhan, bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang diperoleh melalui metodologi yang telah dibahas pada bab 3, dan pembahasan terkait hasil dan hipotesis penelitian.

5. Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran

Bab ini membahas tentang kesimpulan, yaitu jawaban atas pertanyaan

penelitian; keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini; serta

saran/rekomendasi yang diberikan berdasarkan pemaparan keterbatasan

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat kelebihan tabungan setelah pelaksanaan qurban sebagaimana dimaksud pada ketentuan nomor 7 dan peserta tidak dapat dikonfirmasi atau tidak diperolehnya

Tujuan penulis melakukan Kerja Praktek di PT TELKOM Semarang antara lain untuk mengetahui lebih jauh tentang keamanan jaringan yang merupakan komponen penting

Berdasarkan hasil angket SCAT tingkat kecemasan atlet hockey putra Kabupaten Gresik sebelum bertanding di PORPROV Jawa Timur V tahun 2015 di Banyuwangi berada pada

Berdasarkan tahapan proses transformasi dan aplikasi fungsi transfer dari hasil simulasi gerak kendaraan monorel pada kecepatan 40 km/jam, 50 km/jam dan 60 km/jam

Tabel 3.7 Dokumentasi Naratif Menambah Data Bidder 45 Tabel 3.8 Dokumentasi Naratif Menambah Data Barang 47 Tabel 3.9 Dokumentasi Naratif Mengubah Data Bidder 49 Tabel

TIPE | MERK JUMLAH 1 3 4 NAMA ALAT 2 25 Dudukan layar 26 Dudukan lampu 27 Penumpu papanserbaguna 28 Filter warna merah 29 Filter warna hijau 30 Filter warna biru 31 Filter

mendapatkan Nomor Surat dan Tanda Pengesahan Surat dari Bagian Tata Usaha Universitas Sebelas Maret Surakarta Staff Subbag Informasi dan Fasilitas / Arsiparis Bag Minat dan

Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulanSeptember 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984.Parlemen ini