• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SEMESTER II SDN 3 BAGIK POLAK LABUAPI - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SEMESTER II SDN 3 BAGIK POLAK LABUAPI - Repository UNRAM"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS KELAS V SEMESTER II SDN 3 BAGIK POLAK LABUAPI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana

S1- Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH:

AHMAD MUZARI

E1E 006 009

S1 PGSD

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum IPS di Indonesia pada tahun 1972 telah menetapkan delapan tujuan umum pengajaran IPS di Indonesia, Sapriyadi (Depdikbud, 1973) yaitu: (1) Meningkatkan kesadaran ekonomi rakyat, (2) Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani, (3) Menigkatkan efisiensi, kejujuran dan keadilan bagi semua warga negara, (4) Meningkatkan mutu lingkungan, (5) Menjamin keamanan dan keadilan bagi semua warga negara, (6) Memberi pengertian tentang hubungan internasional bagi kepentingan bangsa Indonesia dan perdamaian dunia, (7) Meningkatkan saling pengertian dan kerukunan antar golongan dan daerah dalam menciptakan kesatuan dan persatuan nasional dan, (8) Memelihara keagungan sifat-sifat kemanusiaan, kesejahteraan rohaniah dan tata susila yang luhur.

(3)

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam mayarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Pembelajaran IPS hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan, merefleksikan, dan mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya. Selain itu pembelajaran IPS haruslah bisa menyiapkan generasi-generasi yang mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat guna menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat. Hal ini sejalan dengan permendiknas tahun 2006 yang menyatakan bahwa IPS mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu global.

Namun demikian kondisi ideal tersebut tidak seluruhnya sejalan dengan fakta. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada hari Senin tanggal 15 Februari 2010 dengan guru kelas 5 SDN 3 Bagik Polak Karang Bucu terdapat beberapa masalah pada waktu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu: (1) Rendahnya perhatian siswa pada saat proses pembelajaran, (2) Rendahya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) Siswa masih diposisikan sebagai penerima saja, sehingga siswa menjadi pasif jarang mengajukan pertanyaan maupun pendapat waktu di dalam kelas, (4) Rendahnya hasil belajar siswa.

(4)

bahwa pembelajaran IPS tersebut hanya berupa hafalan saja tanpa ada kaitannya dengan dunia nyata, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Bagi guru, akan merasa gagal dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan bagi sekolah tentu hal ini akan berakibat pada rendahnya kualitas hasil belajar IPS di sekolah tersebut.

(5)

Dengan tidak mengesampingkan faktor-faktor yang lain, dan kiranya faktor penerapan metode atau metode pembelajaran yang paling mencolok sebagai penyebab belum meningkatnya hasil belajar siswa di kelas V SDN 3 Bagik Polak Labuapi tahun ajaran 2009/2010. Penerapan metode pembelajaran seringkali tidak menjadi prioritas utama guru dalam proses pembelajaran, yang menjadi fokus mereka adalah bagaimana cara menyelesaikan materi secepat-cepatnya. Padahal metode pembelajaran sangat penting peranannya dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran yang monoton akan sangat mempengaruhi cara belajar siswa. Siswa akan cepat merasa bosan karena tiadanya variasi mengajar dengan hanya menerapkan metode yang itu-itu saja hal ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Jadi metode pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran yang ingin dicapai.

Dengan mencermati uraian di atas, maka diharapkan guru membantu siswa untuk lebih meningkatkan pehamannya tentang IPS. Guru sebaiknya menerapkan tidak hanya satu metode pembelajaran akan tetapi guru sebisa mungkin menvariasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, minat, dan bakat peserta didik dengan tujuan supaya meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk memenuhi tuntutan di atas adalah melalui penerapan metode pembelajaran

(6)

kelompoknya. Melalui metode ini siswa disetting untuk menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Siswa membentuk kelompok yang heterogen. Metode snowball throwing ini dalam prosesnya menginginkan agar siswa membuat pertanyaan sendiri kemudian menjawabnya sendiri pula. Sehingga metode snowball throwing mampu membuat siswa membuat pertanyaan yang tepat sesuai dengan materi karena siswa dibiasakan untuk membuat soal-soal sendiri. Metode snowball throwing

ini juga bisa meningkatkan ketepatan siswa dalam menjawab soal.

Oleh karena metode snowball throwing ini termasuk metode pembelajaran yang menyenangkan, maka siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Keantusiasan siswa ini akan sangat berpengaruh pada peningkatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga apabila proses pembelajaran sudah baik maka secara teori hasil belajarnya pun akan baik. Maka dalam hal ini penggunaan metode snowball throwing diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa karena metode ini akan bisa meningkatkan keantusiasan siswa.

(7)

B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V semester II SDN 3 Bagik polak tahun ajaran 2009/2010 melalui penerapan metode pembelajaran snowball throwing?

2. Cara Pemecahan Masalah

Adapun cara pemecahan masalah ini akan ditempuh melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Tahapan rancangan pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Menetapkan konsep-konsep dasar IPS berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang kemudian akan dikembangkan kedalam rencanan kegiatan pembelajaran.

2) Menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada mata pelajaran IPS kelas V semester II SDN 3 Bagik Polak tahun ajaran 2009/2010.

3) Menyiapkan alat, bahan dan media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mata pelajaran IPS metode snowball throwing.

(8)

b. Tahapan pelaksanaan pembelajaran 1) Tahapan pengelolaan kelas

a) Penyajian materi.

b) Membentuk kelompok heterogen. 2) Kegiatan Pembelajaran

a) Memanggil ketua kelompok untuk menjelaskan materi, kemudian kembali kekelompoknya untuk menjelaskan materi. b) Menuliskan masing-masing satu pertanyaan apa saja mengenai

materi yang sudah dijelaskan.

c) Kertas tadi dibuat seperti bola kemudian dilempar kesiswa lain. d) Siswa menjawab pertanyaan

3) Evaluasi

a) Evaluasi proses: yang akan dievaluasi pada proses ini adalah bagaimana proses siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b) Evaluasi hasil: yang dimaksudkan dalam evaluasi hasil ini adalah evaluasi berupa pertanyaan berbentuk essay yang dibuat oleh guru.

C. Batasan Masalah

(9)

menghindari adanya salah pengertian maka peneliti perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Hasil belajar siswa pada tahap operasional kongkret yang dimaksud adalah hasil belajar yang didapat siswa dari kegiatan pembelajaran dikelas setelah selesai kompetensi Dasar Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2. Tindakan yang dimaksud difokuskan pada penerapan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPS di kelas.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V semester II SDN 3 Bagik Polak tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan metode pembelajaran snowball throwing. E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktiv dalam proses pembelajaran, menambah motivasi untuk belajar serta meningkatkan hasil belajar siswa.

(10)

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran dan perbaikan mutu proses pembelajaran.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut

1. Metode Pembelajaran snowball throwing: sebuah strategi pengajaran yang diramu dengan melempar pertanyaan seperti melempar “bola salju”. 2. Hasil Belajar siswa: adalah hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan

belajar yang disimbolkan dengan bentuk angka-angka dan juga huruf. 3. Pembelajaran IPS: pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa,

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Metode Pembelajaran Snowball Throwing a.Pengertian Snowball Throwing

Metode snowball ini apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya melempar bola salju, bola salju terjemahan dari snowball sedangkan melempar merupakan terjemahan dari throwing. Metode pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu dari metode pembelajaran pakem. Karena dengan metode pembelajaran

snowball throwing ini akan mewujudkan suasana pembelajaran yang aktiv baik guru dan siswa. Suasana yang aktiv tersebut diharapkan mampu mendorong, baik guru maupun siswa menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Kesemuanya itu dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan.

b.Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Snowball Throwing

(12)

materi; (3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya; (4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok; (5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran; (6) evaluasi.

c. Teori Yang Mendasari Metode Snowball Throwing

Hal yang mendasari pentingnya penerapan metode pembelajaran

Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, Depdiknas (2001), yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

(13)

penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan yang potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah dengan bantuan orang dewasa atau kelaborasi dengan teman yang lebih mampu”. Dalam pandangannya, kegiatan kolaboratif dengan di antara anak-anak mendorong pertumbuhan anak-anak yang usianya sebaya lebih suka bekerja diwilayah pembangunan satu sama lain, perilaku yang ditunjukkan di dalam kelompok kolaborasi lebih berkembang daripada yang mereka dapat tunjukkan sebagai individu. Dengan nada serupa, Piaget (1926) mengatakan bahwa pengetahuan tentang perangkat sosial hanya dapat dipelajari dengan interaksi dengan orang lain.

Terdapat dukungan yang besar terhadap gagasan bahwa interaksi di antara teman seman sebaya dapat membantu anak-anak yang non conservers menjadi conservers. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murray (1982) yang menyatakan bahwa ketika

(14)

mengenai konten materi, pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul.

2. Tinjauan Tentang Belajar a.Tinjauan Tentang Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami dengan berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian atau kecakapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Thorndike (1933) belajar adalah proses memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan proses yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar menurut Gagne (1970) adalah kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan oleh: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan;dan (2) proses yang dilakukan oleh pelajar. Ini berarti belajar hanya akan terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke setelah mengalami situasi tadi.

(15)

adalah sesuatu yang mendorong individu untuk berperilaku yang langsung menyebabkan perilaku. Tanpa motif seseorang tidak dapat belajar, karena motif ini merupakan keinginan yang akan dipenuhi maka ia akan timbul bila ada rangsangan baik karena adanya kebutuhan (needs) maupun adanya minat (interest) terhadap sesuatu. (2) Tujuan yang akan dicapai. Tujuan merupakan suasana akhir suatu perbuatan, keinginan yang keras untuk mencapai suatu tujuan menyebabkan adanya usaha keras dalam belajar dan menunjang efektifitas dan efisiensi belajar, dan (3) Situasi yang mempengaruhi. Situasi yang mempengaruhi ini memiliki beberapa faktor penunjangnya antara lain: keadaan diri sendiri, situasi belajar, keadaan guru, keadaan teman bergaul dan belajar, dan keadaan pendidikan yang ditempuh.

b.Tinjauan Teori-Teori Belajar 1) Teori Belajar Kognitif

(16)

Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Belajar adalah aktivitas berpikir yang sangat kompleks.

Dalam kaitannya dengan hasil belajar kognitif, piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi 3 tahapan utama yang kemudian dikembangkan menjadi 4 tahapan sebagai berikut: a) Tahap sensori motor (0-2 tahun).

Tahap sensori motori ditandai dengan adanya interaksi antara anak dengan lingkungan melalui berbagai alat indera dan gerakan. Perkembangan kognitif mereka didasarkan pada pengalaman lansung dengan panca indera.

b) Tahap praoperasional (2-7 tahun).

(17)

c) Tahap operasional kongkret (7-11 tahun).

Pada tahap ini ditandai dengan proses berpikir yang masih tergantung pada hal-hal yang kongkret. Siswa mulai mampu menggunakan logika yang dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat kongkret atau fisik.

d) Tahap operasi formal (11 tahun keatas).

Tahap ini ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak, memberikan penalaran yang kompleks serta kemampuan mental untuk menguji suatu hipotesis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sikap mental dan bukan dipengaruhi oleh respon. Karena pada teori ini perkembangan siswa dibagi menjadi beberapa tahap, maka penanganannya dalam pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya dengan tujuan agar hasil belajarnya bisa maksimal.

2) Teori Belajar Behaviorisme

(18)

Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.

Teori ini sering juga disebut stimulus-respon (S-R) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau

(19)

Pada teori ini belajar merupakan proses pengulangan dari suatu perilaku yang menghasilkan kebiasaan, pengulangan perilaku ini sangat dipengaruhi oleh penguatan. Apabila siswa mendapat penguatan ketika melakukan sesuatu yang betul maka siswa tersebut akan mengulangi perilaku tersebut. Ini artinya belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu atau stimulus.

3) Teori Belajar Konstruktivisme

Tokoh-tokoh yang banyak mengkaji teori ini adalah Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Sedangkan belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pemahaman.

Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, dan yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau kontekstual.

(20)

merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme mementingkan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperative akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Keterlibatan dengan orang lain akan membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama.

(21)

memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.

Melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruksi pemahaman merupakan hasil interaksi siswa dengan lingkungan sosial, karena ketika berinteraksi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat bertemu dengan orang lain. Hal ini berarti siswa sendirilah yang membangun pemahamannya.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar 1) Faktor Intern,

Faktor intern ini dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan kelelahan.

a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah ini dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Faktor Kesehatan

(22)

pusing, kurang perhatian, badannya lemas ataupun gangguan-gangguan lainnya. Agar proses belajar bisa berjalan dengan baik seseorang haruslah menjaga kesehatannya dengan baik dengan cara rajin berolah raga, istirahat yang cukup, serta makan-makanan yang sehat.

(2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh menurut slameto (2003) adalah sesuatu yang kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Keadaan tubuh yang cacat juga sangat mempengaruhi proses belajar karena ia akan mempunyai kegiatan yang sangat terbatas dalam proses belajar. Contohnya, anak yang mempunyai cacat seperti kakinya yang kurang sempurna maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran olah raga. Ini berarti proses belajanya sudah terganggu. b) Faktor Psikologis

Dalam kaitannya dengan dengan faktor psikologis, kurang lebih ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor tersebut antara lain:

(23)

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil belajarnya daripada siswa yang mempunyai intelegensi yang tingkatnya rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Slameto (1995) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”

(2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali dalam Slameto (2003) adalah keaktivan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Agar siswa bisa belajar dengan baik, usahakanlah bahan

pelajarannya dikemas dengan metode yang menarik bagi siswa.

(3) Minat

(24)

suatu materi ataupun pada mata pelajaran tertentu, maka ia akan memperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang sehingga pelajaran yang disampaikan akan mudah diserap.

(4) Bakat

Pada banyak kasus yang terjadi, jika bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya tidak baik. Akan tetapi jika pelajaran tersebut sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Ngalim Purwanto (1986) yang menyatakan bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”

Ini berarti bakat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adalah penting untuk seorang guru untuk mengetahui bakat siswanya agar nantinya siswa tersebut bisa ditempatkan di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

(5) Motif

(25)

berbuat adalah motivasi. Motivasi itu sendiri merupakan daya penggerak atau pendorong orang untuk berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Drever dalam Slameto (2003) yang menyatakan ” motif adalah suatu conactive efektif faktor yang beroperasi menentukan arah dari suatu perilaku individu suatu kata-kata akhir atau tujuan akhir”.

(6) Kesiapan

Kesiapan memilki hubungan yang erat dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003) yang berbunyi ” kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi”. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan pada diri siswa sudah ada kesiapan, maka hasil belajar akan lebih baik.

c) Faktor Kelelahan

(26)

perhatiannya terhadap pelajaran menjadi hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik guru haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi tiga faktor yaitu:

a) Faktor Keluarga

(1) Cara Orang Tua Mendidik

Kebanyakan orang tua di masyarakat kurang memperhatikan pendidikan anaknya, mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, kurang memperhatikan akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu balajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya ataupun kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar. Hal ini akan menyebabkan pendidikan anak akan terbengkalai dan anak mengalami kemunduran dalam hasil belajarnya.

(27)

untuk tidak belajar dengan alasan takut mengganggu aktivitas anaknya yang lain adalah sangat tidak benar. Karena jika hal itu dibiarkan saja maka anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja dan hal ini pasti akan membuat belajarnya kacau. Padahal cara orang tua mendidik anaknya sangat berpengaruh terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003) yang menyatakan bahwa “ Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”.

(2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Sebetulnya relasi ini erat kaitannya dengan cara orang tua mendidik anaknya, relasi yang dibangun oleh anggota keluarga sebaiknya dapat membantu kelancaran belajar serta keberhasilan anak. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang serta dengan bimbingan-bimbingan dan bila perlu dengan hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

(3) Suasana Rumah

(28)

kepada anak yang belajar. Untuk itu perlulah menciptakan suasana belajar yang baik dan kondusif dalam rumah agar anak bisa belajar dengan baik.

(4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokonya, juga membutuhkan fasilitas belajarnya. Fasilitas itu dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya belajar anak juga terganggu. Sebaliknya jika keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

(5) Pengertian Orang Tua

(29)

b) Faktor Keadaan Sekolah

Faktor sekolah ini sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Faktor ini meliputi;

(1) Metode Mengajar

(30)

(2) Kurikulum

Kurikulum menurut Slameto (2003) adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Guru dalam merancang pembelajaran haruslah menguasai kurikulum. Guru dalam menyusun kurikulum haruslah mempertimbangkan hal-hal seperti kurikulum jangan terlalu padat, jangan di atas kemampuan siswa, kurikulum harus sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa dilayani belajarnya secara individual dengan baik.

d. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

(31)
(32)

lain-mempengaruhi hasil belajar, barangkali kondisi individu yang memegang peranan paling penting. Kondisi individu ini dapat dibedakan menjadi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.

Jadi hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang baik berupa prestasinya maupun perubahan dalam tingkah lakunya yang dilukiskan dengan angka-angka atau huruf.

e. Tinjauan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(33)

berhadapan dengan kehidupan penuh tantangan. Dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial.

Jadi rasional belajar IPS adalah:

1. Supaya siswa dapat mensistematiskan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

2. Supaya siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

Supaya siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan anta rmanusia.

2) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

(34)

menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

3) Tujuan Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.

4) Ruang lingkup mata pelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan; (2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) Sistem sosial dan budaya dan; (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

B. Kerangka Berpikir

(35)

sosial, kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Namun demikian kondisi ideal tersebut tidak seluruhnya sejalan dengan fakta. Berdasarkan data di lapangan terdapat beberapa masalah pada waktu pembelajaran IPS, yaitu rendahnya perhatian pada saat proses pembelajaran, rendahnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa masih diposisikan sebagai penerima saja, sehingga siswa menjadi pasif jarang mengajukan pertanyaan dan pendapatnya waktu di dalam kelas, dan rendahnya hasil belajar siswa. Apabila permasalahan tersebut tidak ditindak lanjuti, maka hal itu bisa menimbulkan dampak negatif bagi siswa, guru maupun sekolah.

Oleh karena itu diperlukan suatu paradigma baru dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang aktiv, efektif dan menyenangkan. Salah satu metode pembelajaran yang aktiv, efektif dan menyenangkan adalah metode pembelajaran snowball throwing. Karena Snowball throwing adalah metode pembelajaran aktiv, efektif dan menyenangkan yang menghendaki siswa untuk aktiv bekerja secara kelompok. Selain itu kelebihan dari pembelajaran metode pembelajaran snowball throwing adalah metode ini siswa mampu membuat pertanyaan sendiri yang sesuai dengan materi karena siswa dibiasakan untuk membuat soal-soal sendiri dan juga meningkatkan ketepatan siswa dalam menjawab soal.

(36)

C. Hipotesis Penelitian Tindakan

Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian Suhandini (2000). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Mills (2000) penelitian tindakan kelas adalah “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya ketika di dalam kelas. Metode ini diterapkan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu masalah dan tujuan ini menuntut tindakan reflektif, kolaboratif serta partisipatif dari guru, kepala sekolah dan siswa berdasarkan situasi kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS.

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 1. Lokasi Penelitian

(38)

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai pada bulan April 2010. Waktu pelaksanaan penelitian berpedoman pada kalender pendidikan yang ada di sekolah.

C. Subjek dan Observer Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dimana jumlah siswanya 21 orang, dengan perincian 13 orang siswa laki-laki dan 8 orang perempuan, selanjutnya yang menjadi observernya adalah guru kelas V. Hal yang mendasari dilakukannya penelitian di SDN 3 Bagik Polak adalah karena suasana belajar di sekolah ini khususnya di kelas V sangat monoton, serta peneliti melihat di sekolah ini tersimpan potensi dari murid-murid yang luar biasa.

D. Faktor yang Diteliti

Dalam proses penelitian ini ada beberapa faktor yang akan diselidiki. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor guru: Dengan mengamati kemampuan dalam menerapkan pelaksanaan pembelajaran snowball throwing yang dilakukan oleh guru. 2. Faktor siswa: dengan mengamati aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dan hasil belajar IPS siswa berupa pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi sebagai dampak dari penggunaan metode snowball throwing.

(39)

E. Prosedur atau Langkah-Langkah Penelitian

Menurut Hopkins (1993) penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

(40)

Penjelasan langkah-langkah yang ada pada metode di atas adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat diduga dan kendala yang belum kelihatan. Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a. Guru bersama peneliti melakukan refleksi tahap awal seperti mengidentifikasi permasalahan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang belum menggunakan metode snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Guru bersama peneliti menyusun skenario pembelajaran dan pedoman aktivitas belajar siswa sebagai pengembangan pengalaman belajar siswa dengan menggunakan metode snowball throwing.

c. Guru bersama peneliti menyusun instrumen (lembar observasi) yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

d. Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan selama dilakukan proses tindakan.

(41)

2. Tahap Tindakan

Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Praktik diakui sebagai gagasan untuk tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan berikutnya yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan. Penelitian tindakan kelas didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa hasil belajar bisa meningkat. Pada tahap tindakan ini peneliti menerapkan metode pembelajaran snowball throwing dikelas sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada dalam RPP. Yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

a. Kegiatan awal

1) Mengkondisikan siswa kearah belajar yang baik

2) Guru melakukan apersepsi dengan mengadakan penjajakan terhadap pengetahuan awal siswa mengenai materi.

b. Kegiatan inti

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Siswa membentuk 4-5 kelompok kemudian guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

(42)

4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,

5) Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,

6) Evaluasi, c. Kegiatan akhir

1) Guru Memberikan penguatan materi yang telah dipelajari.

2) Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi berorientasi kemasa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif.

Pada tahap ini dilakukan pengamatan dengan sasaran:

(43)

b) Apakah seluruh isi rancangan pembelajaran telah dipraktekkan secara optimal dalam proses pembelajaran.

c) Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam mempraktekkan seluruh komponen rancangan pembelajaran.

d) Mengetahui dampak pembelajaran yang berorientasi pada snowball throwing terhadap peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

e) Memantau dampak pembelajaran yang menggunakan metode snowball throwing peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. f) Mengamati dampak pembelajaran yang menggunakan metode

snowball throwing terhadap tingkat pemahaman materi setelah selesai satu rencana pembelajaran.

4. Refleksi

(44)

F. Data dan Cara Pengambilan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara kerja untuk mendapatkan data dari obyek tertentu. Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta maupun angka (Arikunto, 1993).

Tekhnik-tekhnik yang dipakai dalam pengambilan data ini adalah: 1. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa ini diperoleh dari siswa yaitu dengan mengunakan tes yang berbentuk uraian dengan item berjumlah 10 butir. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Adapun pedoman pensekoran dan konversi nilai hasil belajar siswa yaitu:

PEDOMAN PENSKORAN

NO. KRITERIA JAWABAN SKOR

1. Menyebutkan 3 peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi 0 – 3

a. Jika menjelaskan semuanya dengan benar 3

b. Jika menjelaskan dua pengertian di atas dengan benar 2

c. Jika menjelaskan satu pengertian di atas dengan benar 1

d. Jika tidak menjelaskan semuanya dengan benar 0

2. Menyebutkan tujuan kaum muda menculik Soekarno dan Moh. Hatta

0 – 1

a. Jika menyebutkannya dengan benar 1

b. Jika tidak menyebutkannya dengan benar 0

3. Menjelaskan 3 tokoh yang menyusun teks proklamasi 0 – 3

a. Jika menjelaskan semuanya dengan benar 3

(45)

d. Jika tidak menjelaskannya dengan benar 0

4. Menyebutkan 2 tokoh yang mengibarkan bendera merah putih pada waktu pembacaan teks proklamasi

0 – 2

a. Jika menyebutkan semuanya dengan benar 2

b. Jika menyebutkan 1 dengan benar 1

c. Jika tidak menyebutkan semuanya dengan benar 0

5. Menyebutkan tanggal berapakah kota Hirosima dan Nagasaki dibom

0 – 2

6.

a. Jika menyebutkan semuanya dengan benar tanggal berapakah kota hirosima dan nagasaki dibom

2

b. Jika menyebutkan salah satunya dengan benar 1

c. Jika tidak menyebutkan semuanya dengan benar 0

Menjelaskan secara singkat riwayat hidup Ir. Soekarno 0-3

a. Jika menjelaskan semuanya dengan benar 3

b.Jika menjelaskan kelahirannya dan masa pendidikan dengan benar

2

c. Jika menjelaskan masa pendidikannya dengan benar 1

d. Jika tidak menyebutkan semuanya dengan benar 0

7. Menyebutkan 3 tokoh kemerdekaan Indonesia 0 − 3

a. Jika menyebutkan semuanya dengan benar 3

b. Jika menyebutkan dua tokoh dengan benar 2

c. Jika menyebutkan satu tokoh dengan benar 1

d. Jika tidak menyebutkan dengan benar 0

8. Menjelaskan cara mengenang dan menghormati jasa para pahlawan

0 − 4

(46)

c. Jika tidak menjelaskan dengan benar 0

9. Menyebutkan bapak koperasi Indonesia 0 − 1

a. Jika menyebutkan dengan benar 1

b. Jika tidak menyebutkan dengan benar 0

10. Menyebutkan tanggal berapa Indonesia memilih Presiden untuk kali pertama

0 − 1

a. Jika menyebutkan dengan benar 1

b. Jika tidak menyebutkan dengan benar 0

Skor 23

KONVERSI NILAI

JUMLAH SKOR NILAI JUMLAH SKOR NILAI

1 4.34 13 56.42

2 8.68 14 60.76

3 13.02 15 65.10

4 17.36 16 69.44

5 21.70 17 73.78

6 26.04 18 78.12

7 30.38 19 82.46

8 34.72 20 86.80

9 39.06 21 91.14

10 43.30 22 95.48

11 47.74 23 100

12 52.08

(47)

Data tentang aktivitas siswa kelas V SDN 3 Bagik Polak pada mata pelajaran IPS bersumber dari siswa dengan menggunakan lembar observasi.

3. Data Pengelolaan Pembelajaran

Data pengelolaan pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi guru. Lembar observasi ini dibuat untuk merekam kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan metode pembelajaran snowball throwing, sekaligus untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru. Kesalahan-kesalahan-kesalahan ini nantinya sebagai bahan refleksi bagi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

G. Tekhnik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu teknik analisis data dengan menggunakan paparan sederhana, baik menggunakan jumlah rata-rata maupun persentasi (Arikunto 1989). Berikut ini peneliti akan memaparkan: 1. Data Hasil Belajar Siswa

(48)

Untuk mencari persentasi siswa yang memperoleh nilai 70 keatas dari jumlah seluruh siswa digunakan rumus sebagai berikut:

x100%

(49)

data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi.

Untuk menentukan kriteria aktivitas belajar siswa untuk setiap indikator berpedoman berikut :

Adapun rumus untuk aktivitas siswa secara kelompok adalah: a.Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI)

Banyaknya deskriptor = 6

Banyaknya aspek dalam setiap deskriptor = 3

Skor maksimal setiap deskriptor = 3

Skor maksimal ideal (SMI) = 6 x 3 x 3 =54

Skor minimal deskriptor = 6 x 3 x 0 = 0

100

x Smi

diperoleh yang

Skor N

Selanjutnya untuk mencari skor rata-rata kelompok digunakan rumus

sebagai berikut:

2 2 1 P P skor

(50)

NR= nilai rata-rata

P1= pertemuan 1

P2= pertemuan 2

b. Menentukan kriteria aktivitas siswa

Untuk menentukan kriteria aktivitas siswa digunakan skor standar seperti yang tertera pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1983):

Tabel 3.1. Pedoman kriteria aktivitas siswa

INTERVAL SKOR KATEGORI

MI + 1,5 SDI ≤ Y ≤ MI + 3 SDI 74 ≤ Y ≤ 100 Sangat Aktif

MI + 0,5 SDI ≤ Y < MI + 1,5 SDI 58 ≤ Y < 74 Aktif

MI – 0,5 SDI ≤ Y < MI + 0,5 SDI 32 ≤ Y < 58 Cukup Aktif

MI - 1,5 SDI ≤ Y < MI – 0,5 SDI 6 ≤ Y< 32 Kurang Aktif

MI - 3 SDI ≤ Y< MI – 1,5 SDI Y< 6 Sangat Kurang Aktif

Y= rata-rata skor aktivitas siswa 3. Data Pengelolaan Pembelajaran

(51)

mengenai pengelolaan pembelajaran diambil menggunakan lembar observasi.

Setelah diperoleh data dari lembar observasi guru, maka data aktivitas guru akan dianalisis dengan cara berikut:

Menentukan rata-rata skor pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mg = Rata-rata aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran. Data pengelolaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif. Aspek tentang pengelolaan pembelajaran yang diamati adalah sebanyak 6 aspek, dimana setiap aspek terdiri dari 3 indikator. Skor aktivitas guru secara klaksikal untuk masing-masing deskriptor yaitu:

Skor 4 diberikan jika semua (3) indikator nampak Skor 3 diberikan jika (2) indikator nampak

Skor 2 diberikan jika (1) indikator nampak

Skor 1 diberikan jika tidak ada indikator yang nampak.

Sedangkan indikator kegiatan guru ditentukan berdasarkan ketuntasan secara klasikal yakni sebagai berikut :

BS (Baik Sekali) : Jika x > 75 %

(52)

Dimana X= skor hasil pengelolaan pembelajaran

Data pengelolaan pembelajaran ini digunakan sebagai pedoman guru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. H. Indikator kinerja

Untuk mengetahui tingkat kesuksesan hasil belajar, maka ditentukan kriteria keberhasilan sebagai berikut:

1. Pengelolaan pembelajaran dikatakan berhasil jika, guru dalam dalam pengelolaan pembelajaran memenuhi kriteria baik. Adapun indikator yang menjadi acuan dalam pengelolaan pembelajaran ini adalah:

a. Apersepsi

b. Mengkondisikan siswa kearah belajar yang baik

c. Membimbing siswa untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode snowball throwing

d. Memberikan evaluasi terhadap metode pembelajaran terhadap metode pembelajaran snowball throwing yang sudah dilaksanakan

e. Pengorganisasian kelas selama proses pembelajaran f. Menutup pembelajaran

(53)

2. Aktivitas siswa dikatakan berhasil jika, secara kualitatif tingkat perolehan skor siswa masuk dalam kategori sangat baik. Adapun indikator yang menjadi pedoman dalam menilai aktivitas siswa, yaitu:

a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran 1) Siswa masuk kelas tepat waktu

2) Siswa menyiapkan alat kelengkapan belajar

3) Siswa menjawab pertanyaan guru terkait materi sebelumnya dan yang akan dipelajari

b. Interaksi dengan guru

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru

2) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan hasil belajar

c. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode snowball throwing

1) Siswa melakukan metode snowball throwing sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

2) Siswa mengikuti pembelajaran snowball throwing dengan tertib

3) Siswa mampu menemukan pemecahan masalah dengan menggunakan metode snowball throwing

(54)

e. Aktivitas siswa dalam membuat rangkuman 1) Menyimpulkan materi yang telah dibahas. 2) Memperbaiki kesimpulan yang sebelumnya. 3) Mencatat rangkuman pada buku catatan.

f. Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran

1) Siswa menyimpulkan materi yang telah diberikan dan dibahas 2) Siswa memperbaiki kesimpulan dari temannya yang belum tepat

3) Siswa mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap informasi yang disampaikan guru.

Pada aktivitas siswa nilai keseluruhan secara kuantitatif nilai yang harus diperoleh adalah 80% yang mana secara kualitatif ini masuk dalam kategori sangat baik. Yang mana artinya adalah siswa harus memenuhi minimal 5 indikator secara utuh dengan kriteria sangat baik.

Gambar

Gambar 1.1
Tabel 3.1. Pedoman kriteria aktivitas siswa

Referensi

Dokumen terkait

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai

[r]

Penulis menganalisa penelitian ini dengan menggunakan 2 metode, yang pertama adalah Chi Kuadrat ( Chi Square ) yaitu suatu metode mengenai perbandingan antara frekuesi observasi

Aplikasi penjualan komputer pada distributor PRODATA COMP digunakan untuk menghasilkan data dari kegiatan jual beli dan memudahkan mencari data barang yang diperlukan. Dan

Karena mengetahui HIV/AIDS di kalangan sopir pete-pete kampus Unhas tidak menjamin untuk tidak berperilaku beresiko terjadinya HIV/AIDS maka upaya-upaya untuk

KAJ (16), pencuri sepeda motor Honda Vario DK 71800 UU ditangkap Unit Reskrim Polsek Banjar, Sabtu (5/11). Ia ditangkap

Selain Esktra virgin olive oil, jeruk lemon dan berbagai sambal sehat, dapat divariasi dengan dressing lainnya ...

Oleh karena itu apabila perusahaan tersebut mengalami keterlambatan karena kekurangan mobil dalam pengiriman barang yang diinginkan, maka akan menyebabkan kerugian yang sangat