40
PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA
Adriana *)
email: si_adramzi@yahoo.co.id
ABSTRAK
Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena adalah limbah plastik yang sulit di dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Kedua bahan ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan komposit yang diharapkan dapat bernilai ekonomis. Polipropilena digunakan sebagai matriks, sedangkan serat sabut kelapa dengan variasi panjang serat 3 cm, 5 cm dan 7 cm digunakan sebagai filler. Proses pembuatan komposit dengan cara kempa panas dilakukan dengan variasi komposisi (polipropilena:serat) pada 90% : 10%, 80% : 20 %, 70% : 30% dan 60% : 40%. Plastik dilelehkan pada suhu titik leleh (170oC) ditambahkan serat sabut kelapa sebagai penguat dengan bahan pengikat anhidrida maleat dan pemicu benzoil peroksida, akan dihasilkan komposit dengan kekuatan tarik maksimum pada komposisi 90% : 10% pada panjang serat 5 cm yaitu 3339,08 kgf/cm2 dan perpanjangan maksimum diperoleh pada komposisi 80% : 20% pada panjang serat 7 cm yaitu 20%.
Kata kunci: serat sabut kelapa, plastik polipropilena, komposit, uji tarik.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah serat sabut kelapa dan polipropilena (plastik) sebagai bahan baku komposit sampai saat ini belum mendapat perhatian serius. Jika kedua limbah ini digabungkan menjadi bahan baku komposit, maka diharapkan dapat menghasilkan satu produk komposit baru yang memiliki ketahanan terhadap mikroorganisme serta memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik dari produk panel kayu yang ada selama ini.
Pembuatan komposit dengan melibatkan plastik polipropilena, diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah plastik yang menimbulkan masalah bagi lingkungan dan dapat memberikan nilai tambah terhadap serat sabut kelapa dan plastik dalam proses
pembuatan komposit sesuai dengan dengan kemajuan teknologi.
Polipropilena
41 setingkat dengan resin termoset, ketahanan retak-tegangannya sangat baik dan mempunyai sifat mampu cetak yang baik.
Polipropilena banyak dipakai sebagai bahan produk dalam peralatan meja makan, keranjang, peralatan kamar mandi, keperluan rumah tangga, peralatan listrik, dan komponen mobil. Penggunaan yang luas itu dikarenakan
mampu cetaknya yang baik,
permukaannya yang licin mengkilat dan tembus cahaya.
Sabut Kelapa
Sabut kelapa dihasilkan dari buah kelapa. Setiap buah kelapa mengandung 35 % sabut. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Sabut kelapa terdiri
dari serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan lainnya. Serat adalah bagian yang paling berharga dari sabut. Sabut kelapa mengandung 75% serat dan 25% gabus.
Komposit
Secara makroskopi komposit diartikan sebagai penggabungan dua material atau lebih. Makroskopi sendiri
menunjukkan bahwa material
pembentuk dalam komposit masih terlihat seperti aslinya, suatu hal yang berbeda dengan penggabungan dalam alloy (paduan), yang material pembentuknya sudah tidak terlihat lagi. Tujuan dari penggabungan tersebut tidak hanya untuk memperoleh sifat aditif dari material pembentuknya tetapi untuk memperoleh sifat sinergisnya.
Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki. Hal
ini dinamakan “tailoring properties” dan ini adalah salah satu sifat istimewa komposit dibandingkan dengan material konvensional lainnya. Selain kuat, kaku dan ringan komposit juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap korosi dan beban dinamis.
Material dasar pembentuk komposit merupakan material-material konvensional seperti logam, polimer dan keramik. Material dasar komposit, yang populer dan telah diaplikasikan dalam kehidupan kita, cukup banyak kita miliki di bumi Indonesia.
Permasalahan dalam pembuatan komposit ini terletak pada proses penyatuan PP dan serat sabut kelapa Proses penyatuan ini seharusnya diawali
dengan modifikasi pembukaan
(interkelasi) polimer PP. Sebenarnya proses interkelasi ini dapat dilakukan dengan penambahan pelarut, sehingga polimer non polar dapat disatukan dengan serat yang polar. Tetapi penambahan ini harus melewati proses cukup lama dan biaya mahal. Selain itu, untuk polimer non-polar seperti PP, perlu adanya pengkompatibel agar PP dapat berinteraksi dengan serat. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan Anhidrida Maleat, sehingga terbentuk interaksi kovalen PP dengan serat.
Anhidrida Maleat dengan berat molekul 98,06 gr/ml larut dalam air, meleleh pada temperatur 57,6 oC dan
spesifik grafiti 1,5, diharapkan sebagai senyawa penghubung antara matrik polipropilena dengan serat sabut kelapa. Anhidrida Maleat adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin polyester, pelapisan permukaan karet, diterjen, bahan aditif, bahan pelumas, plastisizer, dan kompatibel.
42 dalam proses polimerisasi dan pembentukan ikatan silang berbagai polimer dan material polimer.
METODE PENELITIAN
Sabut kelapa dikumpulkan dan kemudian direndam, setelah itu diambil seratnya dan dipotong-potong, kemudian ditaburi dengan bahan pengikat Anhidrida Maleat.
Polipropilena (PP) yang berbentuk lembaran dipotong sesuai dengan cetakan (10 x 10 x 0,2) cm, disusun dalam cetakan yang dilapisi alumunium foil kemudian tambahkan
serat sabut kelapa yang telah ditaburi dengan bahan pengikat Anhidrida Maleat untuk perbandingan berat yang divariasikan, lalu dilapisi lagi matrik polipropilena (PP) dan terakhir alumunium foil kemudian ditutup dengan plat baja, lalu dicetak tekan. Pemanasan dilakukan pada temperatur leleh dengan waktu pemanasan 3 menit sebelum penekanan dan 3 menit pada saat penekanan pada tekanan maksimum, lalu dicelupkan cetakan kedalam air, kemudian dikeluarkan dari cetakan, dikeringkan dan dilanjutkan dengan pengujian.
Pada Suhu 170 0C
Gambar 1. Metodologi Penelitian Penyiapan
Matrik
Penyiapan Serat
Pembentukan
Pemanasan dan penekanan
Pendinginan
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian serta hasil pengolahan data pembuatan komposit dari serat sabut kelapa dan polipropilena dengan variasi komposit (polipropilena : serat sabut kelapa) serta variasi panjang serat, ditampilkan pada tabel 1.
Pengaruh Komposisi dan Panjang Serat Terhadap Kekuatan Tarik.
Perbandingan komposisi matrik : filler divariasikan (90:10)%, (80:20)%, (70:30)% dan (60:40)%, sedangkan panjang serat divariasikan 3 cm, 5 cm, 7
cm, kedua parameter ini diuji kekuatan tarik untuk melihat bagaimana pengaruh kemampuan tarik terhadap komposit yang dibuat. Pengaruh komposisi terhadap kekuatan tarik komposit pada variasi panjang serat 3 cm, 5 cm, 7 cm dapat dilihat pada gambar 2.
Dari Gambar 2 dapat dilihat, semakin besar komposisi polipropilena, maka nilai kekuatan tariknya semakin besar. Tingginya nilai kekuatan tarik apabila pada komposisi lebih besar polipropilena dibandingkan serat, dapat
dilihat pada gambar 2,
Tabel 1. Data pengamatan dari hasil uji tarik dan pengolahan data
No.
Komposisi (%)
Panjang Serat
(cm)
Load (P) (Kgf)
Lo (cm)
L1
(cm) A (cm2)
(Kgf/cm2)
(%)
1 100 : 0 0 9,84 4,0 5,2 2,4 82 30
2 90 : 10
3
29,57 4,0 4,6 2,4 246,47 15
3 80 : 20 31,97 4,0 4,7 2,4 266,47 17,5
4 70 : 30 27,88 4,0 4,8 2,4 232,33 20
5 60 : 40 15,54 4,0 4,2 2,4 129,5 5
6 90 : 10
5
40,69 4,0 4,6 2,4 339,08 15
7 80 : 20 13,69 4,0 4,2 2,4 114,08 5
8 70 : 30 24,75 4,0 4,3 2,4 208,25 7,5
9 60 : 40 22,32 4,0 4,5 2,4 186 12,5
10 90 : 10
7
32,10 4,0 4,7 2,4 267,5 17,5
11 80 : 20 22,75 4,0 4,8 2,4 189,58 20
12 70 : 30 15,54 4,0 4,6 2,4 129,5 15
13 60 : 40 21,71 4,0 4,5 2,4 180,92 12,5
Keterangan Lo : Panjang awal (cm) L1 : Panjang akhir (cm) A : Luas penampang (cm2)
Load : Kekuatan tarik pada saat putus (kgf)
: Kekuatan tarik (kgf/cm2)
44
Gambar 2. Pengaruh Komposisi Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Pada Variasi Panjang Serat 3 cm, 5 cm dan 7 cm.
semakin tinggi perbandingan komposisi pada polipropilena nilai kekuatan tarik semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya semakin rendah komposisi pada polipropilena semakin kecil nilai kekuatan tarik. Dari gambar 2 dapat dilihat kekuatan tarik paling tinggi diperoleh pada perbandingan komposisi (90:10)% dan kekuatan tarik paling rendah diperoleh pada komposisi (60:10)%.
Jika ditinjau dari panjang serat yang digunakan, nilai kekuatan tarik sangat berpengaruh pada panjang serat, semakin panjang serat, nilai kekuatan tarik semakin rendah, begitu pula sebaliknya jika serat pendek, nilai kekuatan tarik tinggi. Dari keseluruhan pada gambar 2 diperoleh nilai kekuatan tarik paling tinggi diperoleh pada panjang serat 3 cm dan kekuatan tarik paling rendah diperoleh pada panjang serat 7 cm.
Pengaruh panjang serat terhadap kekuatan tarik
Pada penelitian ini, komposisi dan panjang serat divariasikan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kemampuan tarik komposit yang dibuat. Pengaruh panjang serat terhadap kekuatan tarik komposit pada variasi komposisi 90% : kekuatan tarik paling tinggi didapat pada komposisi (90:10)%. Dari gambar disebabkan oleh pengisian serat tidak menyeluruh dan pemilihan spesimen untuk diuji tarik tidak sama maka mempengaruhi nilai kekuatan tarik. 0
90;10 80;20 70;30 60;40
komposisi (% )
45
Gambar 3. Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Pada Variasi Komposisi (90:10)%, (80:20)%, (70:30)% dan (60:40)%.
Gambar 4. Pengaruh komposisi Serat Terhadap Perpanjangan Komposit Pada Variasi Panjang Serat 3cm, 5 cm dan 7 cm.
Pengaruh komposisi dan panjang serat terhadap perpanjangan
Pada penelitian ini, komposisi divariasikan (90:10)%, (80:20)%, (70:30)% dan (60:40)%, sedangkan panjang serat divariasikan 3 cm, 5 cm dan 7 cm, kedua parameter ini diuji kekuatan tarik untuk melihat bagaimana
pengaruh komposisi terhadap
perpanjangan komposit yang dibuat.
Pengaruh komposisi terhadap
perpanjangan komposit pada variasi panjang serat 3 cm, 5 cm dan 7 cm dapat dilihat pada gambar 4.
Jika perbandingan komposisi polipropilena lebih besar dibandingkan serat, maka nilai perpanjangan semakin besar begitu pula sebaliknya semakin besar serat dibandingkan polipropilena maka nilai perpanjangannya semakin
0
Linear (90;10) Linear (80;20) Linear (70;30) Linear (60;40)
0
90;10 80;20 70;30 60;40
komposisi (% )
46 rendah. Dari gambar 4 diperoleh perpanjangan paling tinggi pada
komposisi (90:10)% dan perpanjangan paling rendah diperoleh pada (60:40)%.
(a) (b)
Gambar 5. Spesimen setelah diuji tarik (a) dan Komposit yang dihasilkan (b)
KESIMPULAN
Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan:
Dari keseluruham hasil kekuatan tarik, kekutan tarik paling besar didapat pada komposisi (90:10)% dan pada panjang serat 5 cm yaitu 339,08 kgf/cm2
Perpanjangan maksimum diperoleh pada komposisi (80:20)% dengan panjang serat 7 cm yaitu 20%.
Komposisi polipropilena sangat berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik dan nilai perpanjangan.
Kondisi komposit yang paling baik adalah apabila matriks lebih banyak dari filler.
DAFTAR ACUAN
Maulida, Tia, TGA ”Pembuatan
Komposit Dari Ampas Tebu”
Jurusan Teknik Kimia: Politeknik Negeri Lhokseumawe. TA 2007. Muhazir, TGA ”Pemanfaatan Limbah
Kulit Pinang Sebagai Bahan Komposit Untuk Pembuatan Kap
Fiber Dengan Menggunakan Polipropilena Dan Bahan
Pengikat” Jurusan Teknik Kimia:
Politeknik Negeri Lhokseumawe. TA 2007.
Palungkun, Rony, ”Aneka Produk
Olahan Kelapa” PT. Penebar
swadaya: Jakarta. 2005.
Singer, Ferdinal L., Andrew Pytel,
”Kekuatan Bahan (Teori Kokoh
-Streng Of Materials)” PT. Gelora
Aksara Pramata: Jakarta. 1985. Surdia. Saito, Shinroku, "Pengetahuan
BahanTeknik Kimia" , PT. Pradaya Paramita: Jakarta. 1999.
www. buletinlitbang@dephan.go.id, 17 januari 2008.
www.elsevier.com/locate/compositesa
(Kenaf natural fiber reinforced polypropylene composites: A discustion on manufacturing problems and solulotions) 29 juli 2008.
www.lipi.go.id (ilmu pengetahuan dan teknologi), 17 Januari 2008.