BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian pada wanita hamil dan bersalin masalah besar di negara
berkembang. Kematian yang terjadi pada wanita subur di negara berkembang
sekitar 25-50%. Angka kematian ibu merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan
pelayanan obstetri di suatu negara. Bila Angka Kematian Ibu masih tinggi berarti
sistem pelayanan obstetri masih buruk (Saifuddin,2001).
Menurut World Health Organization (WHO) di negara–negara miskin dan
berkembang,kematian maternal berkisar antara 750-1000 per 100.000kelahiran
hidup. Sedangkan di Negara-negara maju kematian maternal berkisar antara 5–10
per 100.000 kelahiran hidup (Suprida,2012).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) pada 2006
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 262 per 100.00 kelahiran hidup.
Masalah yang ditemukan adalah masih rendahnya kesehatan perempuan yang
disebabkan oleh tingginya angka kematian ibu pada saat hamil, melahirkan dan
nifas, serta kualitas hidup perempuan yang masih rendah baik dari segi kesehatan
maupun kemampuan ekonominya (Sutikno,2006).
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian
ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), ekampsia (24%), dan infeksi (11%). Di
Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai
meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran (Ismil,2008).
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara penyebab utama kematian
ibu di Sumatera Utara belum ada survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan
karena komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta (20%), robekan jalan lahir
(19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklampsia masing–masing (10%),
komplikasi selama nifas (5%),dan demam nifas (4%) (Ismil,2010).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di
Indonesia. Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan ruptur
perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan
pervaginam setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan
tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. Luka-luka biasanya ringan tetapi
kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya yang dapat
menyebabkan perdarahan banyak (Prawihardjo,1999).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu, kematian ibu ini
disebabkan oleh perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio pasenta,
kahamilan ektopikplasenta previa,solusio plasenta, ruptur uteri. Salah satu
penyebab perdarahan adalah robekan jalan lahir (ruptur perineum),robekan ini
dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalianan
denganuterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan karena serviks atau
vagina. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi,
pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi
vakum, traumaalat dan episiotomy(Rosdiana, 2013).
Ruptur perineum dialami oleh 85% wanita yang melahirkan pervaginam.
menyebabkandisfungsi organ reproduksi wanita, sebagai sumber perdarahan atau
jalan keluar masuknya infeksi, yang kemudian dapat menyebabkan kematian
karena perdarahan atau sepsis (Chapman dalam Cahyanim,2009).Resiko
komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak segera diatasi, yaitu
perdarahan, fistula, hematoma,infeksi(Rosdiana,2013).
Dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan data angka
kejadian ruptur perineumyang dialami ibu di Klinik Eka tahun 2014 relatif tinggi
yait ditemukan sebanyak 29 orang dari 38 persalinan normal. Sedangkan yang
tidak mengalami ruptur perineum berjumlah 9 ibu bersalin. Sehingga peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul tentang “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin di Klinik
Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai tahun 2015”.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah faktor - faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Ruptur perineum pada ibu bersalin di Klinik
Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai 2015.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian iniadalahuntuk mengetahui Faktor – faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Ruptur perineum pada ibu bersalin di klinik
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang mengalami ruptur
perineum pada ibu bersalin di Klinik Bersalin EkaKecamatan Medan
Denai Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui faktor ibu yang berhubungan dengan terjadinya ruptur
perineum pada ibu bersalin di Klinik Bersalin EkaKecamatan Medan
Denai Tahun 2015.
c. Untuk mengetahui faktor bayi yang berhubungan terjadinya ruptur
perineumpada ibu bersalin di Klinik Bersalin EkaKecamatan Medan Denai
Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pelayanan Kebidanan
Diharapkan petugas kesehatan lebih berhati-hati dalam proses persalinan
dengan memperhatikan apa saja yang dapat hal-hal yang menyebabkan ruptur
perineum tersebut serta tidak mengikutsertakan hal-hal yang merugikan
kelangsungan proses persalinan yang dapat memberikan dampak kesehatan
kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa nantinya
dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu bersalin
dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan