• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori dan Pengertian Perubahan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori dan Pengertian Perubahan Sosial"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Teori dan Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas.

Perubahan evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu. Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu : (1) Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna. (2) Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. (3) Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

Perubahan revolusi

(2)

itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

Perubahan yang direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Perubahan yang tidak direncanakan dan contohnya

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.

Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi, pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.

Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut.

I. Definisi Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap: (1) Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan. (2) Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial. (3) Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah.

(3)

dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi. Lippit (1958) mencoba mengembangkan teori yang disampaikan oleh Lewin dan menjabarkannya dalam tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat lima tahap perubahan yang disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar dari Lewin. Konsep pokok yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin tentang perubahan sosial dalam mekanisme interaksional.

Membahas tentang perubahan sosial, Comte membaginya dalam dua konsep yaitu social statics (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat. Sedangkan dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu yang lain. Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:

a. Mendorong perubahan kebudayaan

1. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).

2. Adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.

3. Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah. b. Menghambat perubahan kebudayaan :

1. Faktor intern Perubahan Demografis

Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

Konflik sosial

Konflik sosial dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi.

Bencana alam

Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru.

Perubahan lingkungan alam

Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan.

(4)

Perdagangan

Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat.

Penyebaran agama

Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.

Peperangan

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan

C. Perubahan Sosial

Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya. Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan diktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial.

Tengah Pasar Besar-Solo 1895

(5)

Kartodirdjo dalam perspektif sejarah karena masyarakat Jawa pada masa itu sebagian besar masih berakar pada tradisi lama. Dampak perkembangan pendidikan & pengajaran menumbuhkan golongan sosial baru yang mempunyai fungsi status baru, sesuai dengan diferensiasi & spesialisasi dalam bidang sosial ekonomi & pemerintahan. Lebih lanjut Sartono Kartodirdjo membagi masyarakat Hindia Belanda dalam beberapa kelompok sosial, yaitu: 1) elite birokrasi yang terdiri dari Pangreh Praja Eropa (Europees Binnenlands Bestuur) & Pangreh Praja Pribumi, 2) Priyayi birokrasi termasuk Priyayi ningrat, 3) Priyayi profesional, 4) golongan Belanda & golongan Indo yang secara formal masuk status Eropa & mempunyai tendensi kuat untuk mengidentifikasikan diri dengan pihak Eropa, & 5) orang kecil (wong cilik) yang tinggal di kampung. Struktur sosial tradisional menempatkan raja & priyayi sebagai kelas penguasa sedangkan rakyat biasa yang terdiri dari petani, pedagang sebagai kelas yang diperintah. Struktur masyarakat tradisional ini mulai dirombak oleh pemerintah kolonial Belanda semenjak diberlakukannya politik liberal & dilanjutkan hingga politik etis diberlakukan. Dengan direduksinya kekuasaan feodal Surakarta maka struktur masyarakat Surakarta pada masa awal abad XX mengalami perubahan dengan diberlakukannya struktur masyarakat yang dibuat oleh pemerintah kolonial yaitu golongan Eropa menempati piramida tertinggi dilanjutkan dengan golongan Timur asing yang terdiri dari bangsa China, Arab & asia lainnya. Masyarakat pribumi Surakarta ditempatkan sebagai masyarakat kelas bawah dalam struktur masyarakat kolonial Belanda. Konsekuensi dari pembagian struktur masyarakat kolonial di Surakarta adalah berhubungan dengan politik yaitu untuk melemahkan kekuasaan golongan bangsawan yang memiliki kekuasaan penuh dalam struktur masyarakat tradisional. Walaupun begitu, pemerintah kolonial Belanda tidak menghapuskan struktur masyarakat tradisional di Surakarta secara penuh. Selain itu, pembagian struktur masyarakat kolonial ini juga memberikan hak & kewajiban yang berbeda dalam kehidupan masyarakat di Surakarta. Di satu pihak, priyayi dengan gaya hidupnya, kebiasaan, makanan, & pakaian, serta simbol-simbolnya menunjukkan gaya aristokrat. Keadaan semacam ini menjadi pola ideal bagi priyayi, bahkan Dezentje, penyewa tanah asing yang luas meniru gaya hidup bangsawan Jawa. Di lain pihak bagi wong cilik, lingkungan pedesaan banyak mempengaruhi tingkah laku mereka. Bersamaan dengan perkembangan birokrasi kolonial & agro-industri pada pertengahan abad XIX, golongan birokrat makin kuat statusnya untuk mendukung pelaksanaan administrasi kolonial. Banyak jabatan dalam pemerintahan kolonial mulai diisi oleh priyayi cilik, seperti juru tulis, penarik pajak & kasir sampai dengan pengawas-pengawasnya dengan gelar mantri. Jadi kedudukan golongan bangsawan dalam birokrasi kolonial maupun dalam pemerintahan kerajaan mulai tergeser setelah masuknya golongan priyayi cilik. Keberadaan priyayi cilik yang mampu menguasai kedudukan dalam birokrasi kerajaan maupun birokrasi kolonial dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu suwita pada priyayi tinggi kemudian magang pada salah satu profesi. Diwisuda menjadi priyayi sungguhan adalah sebuah kehormatan bagi seseorang. Maka mata rantai kepriyayian yang bergerak dari bawah ke atas itu menjadikan politik bagi priyayi adalah patron-client politics. Hal ini berlaku baik bagi priyayi yang bekerja dalam pemerintahan maupun yang bekerja sebagai abdi dalem keraton.

(6)
(7)

dalam hubungan pengisian susunan jabatan pemerintah maupun pada perusahaan & industri. Semenjak permulaan abad XX, di kalangan orang-orang Belanda timbul aliran baru yang bermaksud untuk memberikan sebagian keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang Belanda kepada rakyat Bumiputera. Aliran ini berpendapat bahwa sudah saatnya rakyat Bumiputera diperkenalkan dengan kebudayaan & pengetahuan Barat agar dapat dijadikan bekal hidupnya kelak dikemudian hari. Gagasan dari aliran baru ini kemudian dikenal dengan Politik Etis, yang dijalankan dengan berpijak pada tiga prinsip dasar yaitu pendidikan, perpindahan penduduk & pengairan. Politik Etis awalnya dipelopori oleh C. Th. Van Deventer melalui artikelnya yang berjudul Een Eereschuld atau hutang kehormatan, di dalam majalah berkala de Gids. Ia mengatakan bahwa negeri Belanda telah berhutang kepada penduduk pribumi terhadap kekayaan yang telah diperas dari negeri mereka. Hutang ini sebaiknya dibayarkan kembali dengan jalan memberi prioritas utama kepada kepentingan pribumi di dalam kebijakan kolonial. Pelaksanaan politik Etis sendiri jauh dari harapan seperti yang telah dijanjikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, secara tidak langsung telah mendorong perubahan sosial budaya dalam kalangan Bumiputera. Perubahan sebagian besar disebabkan adanya kesempatan untuk mengenyam pendidikan Barat & pola pikir rakyat Bumiputera yang ditandai dengan munculnya kaum intelektual. Tampaknya kaum intelektual telah pula memberikan tenaga & pikiran untuk membangkitkan semangat bangsa yang terpecah belah dalam kebodohan oleh kaum penjajah. Semenjak dijalankannya politik Etis, terlihat adanya kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan. Sebelumnya di Hindia Belanda hanya terdapat dua macam sekolah yang didirikan pada tahun 1892, yaitu Sekolah Angka Satu khusus untuk anak Bumiputera terkemuka & Sekolah Angka Dua bagi anak Bumiputera pada umumnya. Masih banyaknya masyarakat pribumi yang belum bersekolah disebabkan pula oleh kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menciptakan sistem pendidikan bagi masyarakat dengan sistem diskriminasi ras yang didasarkan atas keturunan & lapisan sosial yang ada. Surakarta sendiri terdapat bermacam-macam sekolah model Barat. Menurut data yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan di wilayah Surakarta tahun 1930, secara garis besar dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sekolah-sekolah negeri berbahasa daerah

Jumlah sekolah-sekolah negeri berbahasa daerah di Surakarta sampai tahun 1930 berjumlah sekitar 22 buah. Terdiri dari 13 Sekolah Angka Dua, 2 Sekolah Meisesschool (Sekolah Putri), & 7 sekolah-sekolah persiapan pendidikan guru bagi Sekolah Desa.

b. Sekolah-sekolah neutral berbahasa Belanda

Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda khusus diperuntukan bagi anak-anak Eropa. Sekolah-sekolah jenis ini mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah untuk anak pribumi. Mutu pendidikannya sangat luas.

c. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending

(8)

d. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Missie

Sekolah Katolik berhasil didirikan oleh Pastor Keyser di daerah Yogyakarta & Klaten pada tahun 1892 & sebelumnya telah didirikan pula sekolah yang sama pada tahun 1890 di Semarang & Magelang. Semula sekolah ini bercorak Europees yang netral dengan memberi kebebasan kepada murid-muridnya untuk mengikuti atau tidak mengikuti pelajaran agama Katolik.

e. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Muhammadiyah

Perkembangan sekolah-sekolah Neutral, Zending, & Missie yang pesat, mengakibatkan munculnya reaksi negatif terhadap dominasi kultur Barat dalam bidang pendidikan pada awal abad XX. Sekolah-sekolah tersebut menyebabkan banyak pemuda pribumiyang lebih memilih pengajaran Barat, karena dianggap sebagai pintu gerbang ke arah penyerapan ilmu pengetahuan & lembaga-lembaga baru. Di Surakarta reaksi terhadap penginjilan & munculnya sekolah-sekolah Kristen & Katolik paling keras ditentang di daerah Laweyan. Penentangan & untuk menghambat penyebaran sekolah berdasarkan agama Kristen & Katolik maka Muhammadiyah sebagai organisasi Islam mendirikan majelis pendidikan & pengajaran tahun 1920.

f. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Budi Utomo

Budi Utomo adalah organisasi pergerakan nasional yang memiliki perhatian terhadap kemajuan pendidikan Bumiputera. Anggota yang sebagian besar adalah priyayi, sehingga dalam merealisasikan program pendidikannya lebih mengutamakan pendidikan tingkat tinggi bagi anggotanya yang sebagian besar adalah priyayi. Sekolah-sekolah tersebut tidak pernah menjadi besar, sebab selain kekurangan dana.

(9)

BAB 1

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Relevansi Konsep Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa, berdasarkan proses dan hasil bimbingan selama

(concept learning) , belajar aturan (rule learning) , dan pemecahan masalah (problem solving).. Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Data penelitian adalah temuan penggunaan medalitas di dalam 320 berita online yang berkaitan dengan perempuan atau wanita tampak pada cuplikan teks berikut

Dalam suatu lembaga atau perusahaan, pemberian ISO bukan hal yang baru, lain halnya dengan lembaga seperti masjid. Pemberian ISO kepada masjid masih jarang terjadi, masjid

Tuliskan dengan jelas jawaban dari semua pertanyaan pada kolom (2) s/d kolom (15) tentang proyek konstruksi yg dikerjakan - Nilai pengeluaran bahan pada kolom (10) dan kolom

dapat diperoleh dari PT ICI. Mengingat gliserin yang dibutuhkan untuk pembuatan nitroselulosa kelas ‘pyro’ adalah L-gliserin, dibutuhkan penelitian untuk membuat

[r]

Keterampilan proses itu meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh alat indera, keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan