• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHUTBAH JUM’AT (3) Semangat Mengenal Allah di Bulan Ramadhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KHUTBAH JUM’AT (3) Semangat Mengenal Allah di Bulan Ramadhan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KHUTBAH JUM’AT

SEMANGAT MENGENAL ALLAH

DI BULAN RAMADHAN

درو ,هنننفو ناطيشلا ديك مهنع عفد امب ,ةنملا هدابع ىلع مظعأ ىذلا ه دمحلا ,ه دمحلا

,ةنننجلا باوننبأ هننب مهل حتفو ,ةنننجو هننئايلوو انننصح موننصلا لننعج ذإ ,هنننظ بيخو هننلمأ

سفنلا حبننصت اننهعمقب نإو ةنكتننسملا تاوهننشلا مهبوننلق ىلإ ناطيشلا ةليسو نأ مهفرعو

َل ُهَد ننْح َو ُا ّلإإ َهننَلإإ َل ْنَأ ُدَه ْننشَأ ,ةنننملا ةننيوق اهمننصخ مصق ىف ةكوشلا ةرهاظ ةنئمطملا

ىعادننلا ُهُل ْو ُننس َر َو ُهُدننْبَع اًدّم َحُم اندّي َننس ّنَأ ُدَه ْننشَأ َو ,ماننحزلا موننيل اهرخدأ َةَداهش ُهَل َكْي إرَش

هننإلآ ىلَعو إدننّم َحُم َكإل ْو ُننس َر َو َكإدننْبَع ىَلع ْمّل ّننسو ّل َننص ّمهللا .ممننسلا راد ىلإ هننلعفو هننلوقب

إل ننْعإفإب ىَلاننَعَت إا اوننُقّتا ُساّنلا اننَهّيَأ اننَيف ,ُد ننْعب اّمأ .إمَمّظلا إحْيإبا َننصَم َو إماننَنَوا إةاَدننُه إهإباَحْصأو

ممسب مكبر ةنج اولخدت إماَثاَوا إك ْرَت َو إتاَعاّطلا

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah swt yang memberikan kita nikmat berpuasa dan shalat jumat bersama pada bagian terakhir dari ramadhan tahun ini. Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita dengan sesengguh-sungguhnya. Karena taqwa itulah yang membedakan seseorang dengan yang lain di sisi-Nya.

Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah

Bulan puasa adalah bulan paling tepat untuk memawas diri. Bulan bermuhasabah menghitung kekurangan dan kesalahan diri. Pada dasarnya manusia memiliki potensi diri untuk mengenal Allah yang Maha Ghaib, bahkan berkomunikasi dengan-Nya. Inilah yang terjadi dengan Bapak kita Adam Alaihis Salam sebelum terjerembab dalam godaan syaitan dengan memakan buah huldi yang terlarang. Maka setelah kejadian itu Allah swt menurunkan tirai ghaib, sehingga manusia terasa susah mengenal Allah Yang Maha Ghaib, apalagi berkomunikasi denganNya. Padahal kewajiban pertama manusia menurut aqidah adalah mengenal Allah. Sebagaimana yang diterangkan oleh Ibn Ruslan dalam Zubadnya.

ناقيتساب هللا ةفرعم ناسنلا ىلع بجاو لوأ

(2)

Lantas bagaimanakah kita bisa mengenal Allah sedangkan kita masih dalam keadaan termahjub sebagaimana kondisi Nabi Adam setelah makan buah terlarang? Di sinilah hikmah adanya Ramadhan. Ramadhan menjadi salah satu momentum terpenting bagi manusia untuk mengembalikan potensi yang pernah hilang. Menemukan kembali kemampuan manusia berkomunikasi dengan Allah secara langsung. Lalu Bagaimana Ramadhan mampu menjadi momentum pengembalian potensi diri yang pernah hilang dari manusia ini?

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Pada hakikatnya puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki sejarah sangat panjang. Sebelum Allah swt mewajibkan puasa kepada umat muslim melalui Rasulullah saw, puasa telah menjadi tradisi umat-umat terdahulu. Meskipun waktu dan tata cara puasa mereka berbeda dengan puasa umat muslim seperti kita yang harus dibatalkan ketika matahari terbenam dan kembali puasa bersama terbitnya fajar berturut-turut selama satu bulan.

Seperti halnya Nabi Daud as, beliau melaksanakan puasa dalam waktu setengah tahun secara bergantian. Artinya satu hari puasa dan satuhari berbuka. Al-Qurthubi, dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan, puasa kepada Yahudi selama 40 hari, kemudian umat nabi Isa selama 50 hari. Mengapa demikian, karena berpuasa merupakan jalur singkat mengenal Allah swt.

Sesungguhnya lemahnya fisik yang timbul ketika berpuasa merupakan, kondisi yang sangat ideal untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena dengan fisik yang lemah, akan surutlah segala macam keinginan dan nafsu manusiawi. Dan ketika manusia telah terbebas dari nafsu, maka ia akan menjadi suci dan mudah berkomunikasi dengan Allah Yang Maha Suci.

Berpuasa yang menjadikan lemahnya fisik, merupakan jalur termudah untuk membunuh dan mengurangi nafsu yang secara otomatis bisa dimanfaatkan untuk mempermudah diri mendekati Allah swt. Karena itu puasa hendaknya benar-benar dijadikan momentum melaparkan diri agar terasa lemas. Janganlah puasa selalu diisi dengan tidur karena tidur akan menghilangkan rasa lapar.

Karena itulah sebagian para sufi membiasakan lapar, karena lapar merupakan bentuk mujahadah memerangi hawa nafsu. Menahan diri dalam keadaan lapar merupakan latihan kecil berjihad melawan nafsu dan keinginan. Jika seorang hamba telah berhasil melawan nafsunya, maka dia akan mudah berkomunikasi dengan Allah swt.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Mulia

(3)

yang luar biasa yaitu Nuzulul Qur’an dan Laylatul Qadar. Sesungguhnya dua hal ini merupakan peristiwa besar yang sama-sama berhubungan dengan keimanan, yaitu iman kepada yang ghaib. Bukankah Malaikat Jibril yang datang membawa wahyu pertama adalah makhluk mulia yang tercipta dari cahaya dan tidak bisa diindrai oleh mata biasa?, bukankah ayat pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw masih berupa bunyi, bukan al-qur’an yang tercetak secara fisik?

Sementara itu laylatul qadar yang merupakan momen diturunkannya al-qur’an oleh Allah dari

Lauhil mahfudh ke baitul izzah benar-benar terjadi tidak di alam nyata dunia ini yang kita tempati. Tetapi di suatu ruang mulia yang hanya Allah lah yang mengetahuinya. Dan hanya Allah pula yang tahu pola penuunan serta waktunya, sehingga manusia hanya bisa memprediksi di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Sengguuh keduanya adalah kejadian luar biasa yang ada di bulan ramdhan ini pantaslah mereka yang tahu akan kelebihan dan fadhilahnya terasa tidak ingin ketinggalan dan terlena, karena keduanya merupakan barang paling berharga yang tiada duanya.

Ma’asyial Muslimin Rahimakumullah

Diantara nilai lebih Lailatul Qadar adalah harganya yang lebih baik dari 1000 bulan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

ٍرْهَش إفْلَأ ْنإم ٌرْي َخ إر ْدَقْلا ُةَلْيَل

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).

Artinya segala macam bentuk ibadah pada malam laylatul qadar nilainya lebih baik dari amalan di 1000 bulan. Siapakah yang tidak ingin satu amalnya bernilai lebih dari seribu? Pantaslah mereka yang mendapatkan malam qadar pastilah kehidupannya akan penuh dengan keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,

َني إرإذْنُم اّنُك اّنإإ ٍةَكَراَبُم ٍةَلْيَل يإف ُهاَنْلَزْنَأ اّنإإ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).

Keberkahan dibawa trun langsung oleh para malaikat dan malaikat Jibril khususnya

اَهيإف ُحوّرلا َو ُةَكإئ َمَمْلا ُلّزَنَت

(4)

Para maliakat itu turun mengitari mereka yang sedang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka.

Malam inilah malam penuh keselamatan. Malam yang tiada satupun setan berani bertindak dan menggoda. Sebagaimana diterangkan dengan ayat

ر ْجَفْلا إعَلْطَم ىّتَح َيإه ٌم َمَس

“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5)

Dan yang terpenting adalah malam itu malam pengampunan dosa-dosa. Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إهإبْنَذ ْنإم َمّدَقَت اَم ُهَل َرإفُغ اًباَسإت ْحا َو اًناَميإإ إرْدَقْلا َةَلْيَل َماَق ْنَم

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901) Demikianlah semoga Allah memberikan kita petunjuk dan hidayahnya, semoga Allah memberi kita nikmat berkomunikasi langsung dengan-Nya dan memudahkan kepada kita mendapat nikmat malam qadar-Nya amien.

نيملننسملا رئاننسلو مكلو ىل ميظعلا ا رف تننسأو اذننه لوق لوقأ ,نيعمجأ مكاياو ا اناده

ميحرلا روف لا وه هنإ هورف تساف تاملسملاو

Khutbah II

ُا َو ُا ّلإا َهننَلإا َل ْنَا ُدَه ْننشَا َو .إهننإناَنإتْمإا َو إهننإقْيإف ْوَت َىلَع ُهننَل ُرْك ّننشلا َو إهإنا َننس ْحإا َىلَع إه ُدْم َحْلَا

ّلَص ّمُهللا .إهإنا َو ْض إر َىلإا ىإعاّدلا ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع اًدّم َحُم اَنَدّيَس ّنَا ُدَهْشَا َو ُهَل َكْي إرَش َل ُهَد ْح َو

ا ًرْيثاإك اًمْيإل ْسَت ْمّلَس َو إهإباَحْصَا َو إهإلَا ىَلَعإو ٍدّمَحُم اَنإدّيَس ىَلَع

(5)

يإعإباننَت َو َنْيإعإباّتلا َو إةَباَح ّننصلا إةّيإقَب ْنَع َو ىإلَع َو ناننَمْثاُع َورَمُع َو ٍرْكَب ىإبَا َنْيإد إننشاّرلا إءاننَفَلُخلْا

. َنْيإمإحا ّرلا َم َح ْرَا اَي َكإتَم ْحَرإب ْمُهَعَم اّنَع َض ْرا َو إنْيّدلا إم ْوَيىَلإا ٍناَس ْحإاإب ْمُهَل َنْيإعإباّتلا

Referensi

Dokumen terkait