TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MENEMUKAN KESALAHAN DAN KECURANGAN MATERIAL
Ayu Levia Tryana
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Pendahuluan
Audit laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari berbagai assurance service. Dalam melaksanakan audit laporan keuangan, para auditor perlu mengetahui standar yang digunakan serta tanggung jawabnya sebagai auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Auditor, dalam menjalankan tugasya, sering dihadapkan pada persoalan materialitas dan salah-saji, terutama salah-saji yang dibiarkan begitu saja oleh penyusun laporan keuangan, yang dari perspektif auditor eksternal dikenal dengan istilah “salah saji tak terkoreksi” (uncorrected misstatement). Materilitas dan salah-saji tak terkoreksi memiliki hubungan yang sangat erat.
Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit juga memiliki keterbatasan tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar laporan audit dan auditor harus mengetahui semuanya, untuk itu auditor harus mendapatkan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Pembahasan
Tanggung Jawab Auditor
Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor adalah
Dalam melaksanaakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan audit adalah
b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana itentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Tanggung Jawab Auditor dan Kesenjangan Ekspektasi Harapan publik terhadap auditor:
1. Melakukan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independen, dan obyektif 2. Mencari & mendeteksi salah saji material yg disengaja maupun tidak disengaja 3. Mencegah diterbitkannya LK yang menyesatkan
Kesenjangan Ekspektasi Terkait dengan 3 hal berkut:
1. Menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan, terutama kecurangan 2. Mendeteksi dan melaporkan pelanggaran hukum yang dilakukan klien
3. Melaporkan apabila disinyalir ada masalah ketidakpastian kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya
Tanggung Jawab Auditor untuk Menemukan Kesalahan dan Kecurangan Material
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan. Kedua tipe ini bisa material dan bisa jura tidak material. Kesalahan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan adalah salah saji yang disengaja.
Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu indiidu atau lebh dalam manajemen, pihak yang bertanggung jab atas tata kelolaa, karyawan atau pihak ketiga , yang melibatkan penggnaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secra tidak adil atau melanggar hukum.Kecurangan dibedakan menjadi penyalahgunaan aset, dan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan
merencanakan dan melaksanakan audit dengan tepat guna mendeteksi kesalahan penyajian material baik yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan.
Tanggungjawab untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan SA 240 (Paragraf 4) menyebtkan sebagai berikut :
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola, dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan pecegahan kecurangan (fraud deterrence), yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kmungkinan akan terdeteksi dan terkena hukkuman. Hal ini memenuhi komotmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis yang dapt ditegakkan dengan pengawasan yang aktif oleh pihak yang bertanggngjawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang bertanggngjawab atas tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuagan seperti usaha manajemen untuk mengelola laba dengantujuan untuk mempengaruhi presepsi anali kinerja dan probabilitas entitas.
Karakteristik kecurangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaaan asset dapat terjadi karena :
1. Dorongan (insentif) atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, dapat timbul ketik manajemen dalam tekanan baik dari pihak luar maupun dii dalam entutas untuk mencapai suatu harapan target laba atau hasil keuangan,
2. Peluang untuk melakukan kecurangan, mungkin ada jika individu percaya bahwa pengendalian internal dapat diabaikannya,
3. Pembenaran atas tindakan tersebut, beberapa individu memilki tingkah laku, karakter atau serangkaian nilai etka yang tindakan mereka secara sadar dan sengaja melakukan tindakan yang tidak jujur.
dengan mempengaruhi presepsi mereka terhadap kinerja dan probabilitas entitas. Pengelolaan laba seperti itu dapat dimulai dari tindakan – tindakan kecil atau penyesuaian asumsi tidak tepat dan perubahan pertimbbangan manajemeen. Dorongan dan nsentu dapat menyebabkan tindakan-tindakan ini meningkat sampai pada tahap terjadinya paelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.
Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Maniplasi, pelmalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan catatan aluntansi atau dokumentasi pendukung yang menjdi dasar penyusunan laporan keuangan.
Pernyataan salah atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi atau informasu signifikan laindalam laporan keuangan,
Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian atau pengungkapan.
Kecurangan yang Diakibatkan Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dan Penyalahgunaan aset
Kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun penyalahgunaan aset berpotensi
membahayakan para pengguna laporan keuangan, namun ada perbedaan penting diantara kedua kecurangan tersebut. Biasanya, namun tidak selalu, penggelapan aset dilakukan oleh karyawan dan bukan manajemen, dan jumlah yang dicuri sering kali tidak signifikan.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang muncul dari penggelapan aset tersebut. Pertimbangkan situasi berikut.
1. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset. Misalnya, kas yang ditagih dari konsumen telah dicuri sebelum dicatat sebagai penerimaan kas, dan akun piutang untuk konsumen tersebut tidak dikreditkan. Sehingga salah saji ini tidak dapat dideteksi.
3. Aset diambil, namun penyalahgunaan dapat dideteksi. Laporan laba rugi dan catatan kaki yang terkait dengan jelas menggambakan adanya penyalahgunaan tersebut.
Kesimpulan :
Auditor bertanggungjawab untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola, dan manajemen. auditor harus mendapatkan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Walupun kecurangan seringkali lebih sulit ditemukan karena manajemen atau karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha menutupi kecurangan, auditor harus tetap mendeteksi kecurangan tidak mengubah tanggungjawab auditor untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tepat guna mendeteksi kesalahan penyajian material baik yang disebakan oleh kesalahan atau kecurangan.
Sumber:
Jusup, Al. Haryono (2011). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN