• Tidak ada hasil yang ditemukan

103225279 INOVASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "103225279 INOVASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Potret Praktik Tata Kelola

Pendidikan Menengah Kejuruan

Inovasi

(2)

Seri Model Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Inovasi

Dalam Sistem Pendidikan

Potret Praktik Tata Kelola

Pendidikan Menengah Kejuruan

Tim Penulis:

Doni Muhardiansyah Aida R. Zulaiha Wahyu D. Susilo Annisa Nugrahani Sulistyanto Fahrania I. Rosalba Bariroh Barid IGA Nyoman Lia O.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920 Telp. (021) 2557 8300, Faks (021) 5289 2448 www.kpk.go.id

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesaikannya Buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan : Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan. Kegiatan pengembangan buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan ini dilakukan da-lam rangka mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance) di dunia pendidikan, khususnya di tingkat unit layanan di sekolah. Pelaksanaan tata kelola yang baik diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas layanan publik.

Untuk memudahkan Pembaca memahami pola praktik inovasi tata kelola yang dilakukan, buku ini menggunakan alur pembahasan berurutan mulai dari profil daerah dan unit layanan, kondisi sebelum adanya inovasi, praktik inovasi pendidikan yang dilakukan, kapabilitas Inovasi, dan keberlangsungan program inovasi. Objek studi inovasi ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan unit layanan terpilih adalah SMKN 4 Kota Malang, SMKN 8 Kota Makassar dan SMKN 2 Kabupaten Subang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Untuk penyempurnaan buku ini sangatlah kami harapkan.

Jakarta, Desember 2010. Tim Penulis

Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(4)

DAFTAR ISI

Hal

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan dan Manfaat 3

1.3 Pelaksanaan Studi 3

1.4 Cakupan Studi 4

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data 4

BAB 2 POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI INDONESIA 5

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan 5

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan 6

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK 7

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK:SMA 7

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008 9

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK 9 2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK 9 2.4 Program Pengembangan Sekolah Menegah Kejuruan 9 2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal 9 2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah 10 2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan 12

BAB 3 PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH 14

3.1 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang 14

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah 14

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi 18

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan 18

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis

dan Kegiatan Produktif 18

b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun 19 c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK) 19 d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ) 21

3.1.4 Kapabilitas Inovasi 22

a. Strategi yang Dilakukan 22

b. Proses 23

c. Sumber Daya Manusia 25

d. Teknologi 26

e. Pengukuran 26

(5)

3.2 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar 29

3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah 29

3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi 32 3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan: Pengembangan Sistem Blok 33

3.2.4 Kapabilitas Inovasi 35

a. Strategi yang Dilakukan 35

b. Proses 36

c. Sumber Daya Manusia 37

d. Teknologi 37

e. Pengukuran 37

3.2.5 Kesinambungan Program 41

3.3 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 2 Kabupaten Subang 42

3.3.1 Profil Daerah dan Sekolah 42

3.3.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi 45

3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan 46

a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan 46 b. Program Kelas Wirausaha/Mandiri 48 c. Program Kelas Termediasi (Kelas Jauh) 49 d. Program Pengembangan Teaching Factory 50

e. Income Generating Unit 52

3.3.4 Kapabilitas Inovasi 55

a. Strategi yang Dilakukan 55

b. Proses 57

c. Sumber Daya Manusia 58

d. Teknologi 62

e. Pengukuran 63

3.3.5 Kesinambungan Program 66

BAB 4 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN

DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN INOVASI SMK 67

4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan

Pendidikan Nasional 67

4.2 Peran Pemerintah Daerah 68

(6)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Rekomendasi 81

(7)

DAFTAR TABEL

Hal

Road Map Pengembangan SMK 2010-2014 8

Tabel.1 Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN 4 Malang 27 Tabel.2 Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN 4 Malang 27 Tabel.3 Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN 4 Malang 27 Tabel.4 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang di Industri 28 Tabel.5 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program

Keahlian Persiapan Grafika 28

Tabel.6 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika 28 Tabel.7 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Multimedia 28

Tabel.8 Siklus Pembelajaran 33

Tabel.9 Ilustrasi Sistem Blok Bidang Pariwisata untuk Siswa

Tingkat I SMKN 8 Makassar 34

Tabel.10 Daya Serap Lulusan SMKN 8 Makassar 39 Tabel.11 Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar

Tahun 2007-2008 40

Tabel.12 Rata-rata Nilai UAN Siswa SMKN 8 Makassar Periode

Tahun 2003-2008 43

Tabel.13 Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/

Mandiri – SMKN 2 Subang 49

Tabel.14 Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran

SMKN 2 Subang 54

Tabel.17 Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang 64 Tabel.19 Alokasi APBD untuk Pendidikan – Kota Malang 70

Tabel.20 Rasio SMK: SMA Kota Malang 73

Tabel.21 Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar 75 Tabel.22 Rasio Jumlah SMK:SMA Kota Makassar Tahun 2005-2009 75 Tabel.23 Alokasi APBD untuk Sektor Pendidikan – Subang 77

(8)
(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanpa kita sadari kebiasaan mencontek saat ujian di sekolah dulu merupakan salah satu akar dari tindakan korupsi yang terjadi selama ini. Mencontek sebenarnya bukan sekedar kenakalan yang dilakukan oleh banyak anak sekolah. Namun, apabila dikaji lebih jauh, hal ini tidak terlepas dari permasalahan sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan bukan sekedar pengayakan intelektual, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai luhur insani bagi kemajuan peradaban bangsa, termasuk penguatan akhlak mulia, karakter unggul, dan wawasan kebangsaan.1 Akan tetapi, sistem pendidikan kita kurang mampu mengadirkan pendidikan dalam nuansa tersebut.

Penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan. Pengalaman membuktikan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan. Banyak aspek dari pendidikan yang perlu ditata ulang sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Selama ini mungkin banyak orang berpendapat bahwa satu-satunya jawaban atas permasalahan mutu pendidikan tersebut adalah tersedianya dana yang memadai untuk pengembangan pendidikan, sehingga tidak jarang mahalnya biaya pendidikan atau sekolah menjadi tolok ukur bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Penerapan tata kelola yang baik (good governance) menawarkan solusi baru bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Tata kelola yang baik yang diartikan seba-gai pengelolaan yang baik merupakan serangkaian tindakan nyata untuk menghasilkan kondisi yang lebih kondusif dalam peningkatan mutu pendidikan. Menurut United Nation Development Programme (UNDP), tata kelola yang baik memiliki delapan prinsip sebagai berikut: partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kepastian hukum, ketanggapan, konsensus, serta setara dan inklusif. Dalam konteks pengelolaan pendidikan, beberapa karakteristik yang melekat dalam praktik good governance menurut Effendi (2005) adalah sebagai berikut: pertama, praktik good governance harus memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat untuk berperan secara optimal sehingga

(10)

memungkinkan adanya sinergi di antara mereka dalam hal ini pelanggan atau

stake holder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik good governance terkandung nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga pendidikan dapat lebih efektif bekerja. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai yang penting, efektivitas dan efisiensi yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan pendidikan; ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik, dalam hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.

Secara lebih praktis tata kelola yang baik harus menjabarkan tujuan pendidikan nasional dan menterjemahkan dalam rumusan visi dan misi dari lembaga pendidikan serta mengembangkan kompetensi-kompetensi dan mekanisme kerja dalam lembaga pendidikan agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien mewujudkan visi dan misinya.

Tata Kelola yang baik (good governance) dengan karakteristik yang melekat padanya tidak hanya menciptakan pengelolaan dan pengurusan pendidikan yang lebih baik akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi lagi mampu mendorong sekolah untuk melakukan terobosan-terobosan baru menciptakan inovasi dalam pengembangan pendidikannya. Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang ber-makna ‘ pembaharuan; perubahan (secara) baru’, sementara Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran.2 Dalam buku 24/7 Innovation, Stepen M. Shapiro melihat inovasi sebagai sebuah keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan. Shapiro mengembangkan konsep untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam berinovasi dengan melihat lima elemen kapabilitas inovasi: strategi (strategy), pengukuran (measurement), proses (processes), sumber daya manusia (people), dan teknologi (technology). Ka-pabilitas inovasi memungkinkan sebuah organisasi dapat melakukan semua ak-tivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya proses, sumber daya manusia, dan tekonologi. Kapabilitas inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukakan oleh organisasi dan mampu mengantarkan output yang dapat diukur.

Buku ini bertutur tentang penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan yang ternyata tidak hanya menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya akan tetapi juga mendorong beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) di beberapa daerah untuk melakukan terobosan baru/inovasi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesuai dengan kewenangannya berperan sebagai trigger mechanism merasa perlu untuk terus mendorong semangat pelaksanaan tata kelola yang baik di setiap layanan publik. 2 Sanusi, Effendi. (2009). Inovasi : Pengertian dan Karakteristik. Diambil dari Sumber Elektronik

(11)

Wujud dorongan semangat ini antara lain dengan memberikan gambaran nyata dari pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan di beberapa SMK di Indonesia.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dari latar belakang di atas, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK melakukan studi terhadap pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan. Tujuan studi ini adalah untuk:

1. Mempelajari praktik tata kelola yang baik di bidang pendidikan sebagai salah satu upaya pencegahan korupsi, khususnya pendidikan menengah kejuruan di beberapa daerah di Indonesia.

2. Memberikan gambaran mengenai kapabilitas inovasi dan tingkat keberhasilan dari sekolah kejuruan menengah tersebut sebagai hasil dari pelaksanaan tata kelola yang baik.

Manfaat dari studi ini adalah:

1. Pada tatanan praktis, hasil dari studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pembelajaran dalam pengembangan praktik-praktik pelaksanaan tata kelola yang baik khususnya di bidang pendidikan oleh daerah-daerah lain. Hasil akhir studi juga diharapkan dapat mendorong pengembangan layanan pendidikan bagi masyarakat di daerah yang menerapkan kebijakan dan inovasi layanan.

2. Dari sisi akademis, studi diharapkan dapat menambah literatur kajian mengenai penerapan nyata tata kelola yang baik di daerah.

1.3 Pelaksanaan Studi

Studi ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan pelaksanaan good governance

dan pola keberhasilan dari inovasi yang diterapkan oleh unit layanan. Untuk melihat tingkat inovasi dari unit layanan dikembangkan kerangka kapabilitas inovasi yang terdiri dari lima elemen: strategy, measurement, process, people dan

technology.

Untuk menggambarkan pola praktik inovasi dan keberhasilannya agar mudah diaplikasikan oleh daerah-daerah lain, maka sistematika penulisan didasarkan pada alur pikir sebagai berikut:

1. Profil Daerah dan Unit Layanan 2. Kondisi Sebelumnya Adanya Inovasi 3. Pratik Inovasi Pendidikan

4. Kapabilitas Inovasi

(12)

Pelaksanaan studi terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1) Tahap persiapan (pengumpulan data awal dan penentuan daerah studi); 2) Tahap pengumpulan data dan observasi lapangan; 3) Tahap analisis; 4) Tahap pengembangan laporan akhir; dan 5) Tahap penyusunan buku serta visualiasi berupa CD/DVD interaktif.

1.4 Cakupan Studi

Studi inovasi layanan pendidikan difokuskan kepada pendidikan menengah kejuruan, dengan pertimbangan bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran strategis bagi terwujudnya angkatan kerja nasional yang terampil dan selain itu juga sejalan dengan kebijakan Kemdiknas untuk mewujudkan rasio SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) berbanding dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi 70% : 30% pada tahun 2015.

Untuk mengidentifikasi unit penelitian yang akan dipilih, beberapa kriteria dikembangkan dalam studi ini. Kriteria pertama adalah program kemitraan SMK dengan dunia industri yang dikelompokkan menjadi tiga bidang kemitraan, yaitu: bidang manufaktur, bidang jasa, dan bidang agro industri. Kriteria kedua dilihat dari program keunggulan lokal SMK, dan kriteria ketiga melihat penerapan ISO 9001-2008. Sebagai data pendukung, digunakan informasi mengenai inovasi layanan yang dikembangkan oleh unit layanan dan mempertimbangkan re-komendasi serta masukan-masukan dari Direktorat Pembinaan SMK Kemdiknas. Berikut adalah unit layanan yang menjadi unit analisis dalam studi ini:

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi lapangan dan teknik wawancara digunakan sebagai alat utama pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan meng-gunakan kajian literatur maupun penulusuran sumber data lain.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk me-mudahkan penjelasan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lapangan.

No Unit Layanan Program Kejuruan Pelaksaanan Observasi

1 SMKN 4 Malang Grafika dan Multimedia 5-8 Oktober 2009 2 SMKN 8 Makassar Pariwisata dan Perhotelan 12-15 Oktober 2009

(13)

BAB 2

POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

DI INDONESIA

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan

Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:

”Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.”

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan secara lebih spesifik, bahwa:

”Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.”3

Keberadaan sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sebelum Indonesia merdeka. Dari rujukannya, Sekolah Kejuruan mulai didirikan sejak zaman penjajahan Belanda, diantaranya adalah SMKN 4 Malang dan SMKN 8 Makassar. Dedi Supriadi (2002) menyebut Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri tahun 1853 adalah sekolah kejuruan yang pertama di Indonesia4. Rentang waktu yang cukup panjang sejak penjajahan Belanda sampai sekarang, sekolah kejuruan mengalami berbagai di-namika dalam perkembangannya.

Dahulu, citra SMK sebagai sekolah kelas dua setelah SMA (Sekolah Menengah Atas, atau yang dikenal juga dengan sebutan SMU atau Sekolah Menengah Umum) sangat melekat dibenak masyarakat. Banyak orang tua beranggapan bahwa jalan sukses bagi anak-anak adalah dengan menyekolahkannya ke SMA, dengan perngharapan bahwa setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Menyandang predikat sarjana dianggap merupakan suatu jaminan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan diidam-idamkan.

Akan tetapi fakta menunjukkan lain. Sejak krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada tahun 1997, angka pengangguran tidak berkurang namun justru setiap tahun semakin bertambah. Struktur tenaga kerja di Indonesia menggambarkan dari 76 juta tenaga kerja ternyata didominasi oleh tenaga kerja yang tidak

memi-3 Kementerian Pendidikan Nasional. (2006).Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta.

(14)

liki keterampilan (unskilled labor) dan hanya 19 juta tenaga kerja diantaranya yang memiliki keterampilan. Sementara itu, tenaga kerja yang memiliki keahlian (atau dengan kualifikasi expert/ahli) hanya sejumlah 4,5 juta pekerja.5 Melihat kondisi seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang.

Belajar dari fenomena tersebut, Indonesia harus mengembangkan sistem pendidikannya sehingga dapat mencetak dan meningkatkan tenaga siap kerja, yang sekaligus juga dapat mencegah bertambahnya pengangguran. Sekolah kejuruan (SMK) menjadi salah satu komponen yang patut dikembangkan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang cukup potensial tersebut.

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan

Melihat peluang besar dan peran penting sekolah kejuruan dalam upaya penyiapan tenaga kerja siap pakai untuk menekan tingkat pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, perubahan paradigma penyelengaraan pendidikan kejuruan mulai dilakukan. Perubahan paradigma tersebut terjadi pada orientasi pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dikembangkan dari yang bersifat supply driven menjadi demand driven. Sistem pengelolaan yang mulanya bersifat sentralistik, berubah menjadi desentralistik. Pendekatan pembelajarannya pun bergeser, dari pendekatan mata pelajaran menjadi pembelajaran berbasis kompetensi. Pola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pun berkembang dari yang semula sangat terstruktur menjadi lebih fleksibel/luwes dan permeable/terbuka.

SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara dari pendidikan menengah kejuruan yang berada di bawah Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk dunia bisnis dan industri), memberikan pendidikan tentang kewirausahaan, serta membentuk kecakapan hidup (life skill). Murid di SMK lebih ditekankan untuk melakukan praktik sehingga mereka berpengalaman dan mantap untuk langsung memasuki dunia kerja, tetapi ini tidak menutup kemungkinan para lulusan SMK untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu saat ini banyak SMK yang bertaraf internasional untuk menghadapi persaingan di era globalisasi.

(15)

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK

Kebijakan khusus terkait pengembangan SMK sebagai suatu konsekuensi perubahan paradigma terhadap pendidikan menengah kejuruan mutlak diperlukan. Terdapat tiga pilar utama pendidikan, yaitu:

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; 2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Untuk membangun SMK yang dapat menghasilkan SDM yang siap kerja, cerdas dan kompetitif, maka melalui tiga pilar utama pendidikan tersebut, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melakukan beberapa kebijakan strategis yang mendukung perkembangan pendidikan menengah kejuruan untuk memenuhi tuntutan tersebut, yaitu:

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK : SMA

Kemdiknas memiliki kebijakan untuk membalik rasio peserta didik SMK dibanding SMA dari 30 : 70 pada tahun 2004, menjadi 70 : 30 pada tahun 2015. Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Selama kurun tahun 2005 – 2008, SMK telah dibangun lebih banyak dari pada SMA, yaitu sebanyak 466 Unit Sekolah Baru (USB) SMK dibandingkan dengan SMA sebanyak 237 USB.

Dalam hal pendanaan, anggaran untuk SMK juga dialokasikan lebih banyak dari SMA, yaitu untuk Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) SMK sebesar Rp.175 milyar pada tahun 2007 dan Rp.209 milyar pada tahun 2008; sedangkan untuk BOMM SMA sebesar Rp.94 milyar pada tahun 2007 dan Rp.85 milyar pada tahun 2008. Bantuan khusus murid SMK, dengan alokasi anggaran Rp.328 milyar pada tahun 2008, sedangkan untuk SMA sebesar Rp.242 milyar.

(16)

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Road Map

Pengembangan SMK 2010-2014

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah siswa SMK dalam mencapai perbandingan 70% siswa SMK dan 30% siswa SMA diantaranya dilakukan dengan cara:

a) Bersama mitra dari industri berupaya terus meningkatkan jumlah siswa SMK disamping juga terus meningkatkan mutu SMK;

b) Menumbuhkan minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki ‘paradigma’ dan ‘persfektif’ baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif jalur pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang;

(17)

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008

Dalam upaya meningkatkan standar layanan birokrasi di semua unit kerja Kemdiknas, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, Kemdiknas berupaya secara serius agar semua unit kerja dapat memberikan layanan yang prima dan bertaraf internasional. Untuk itu Kemdiknas melakukan penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif melalu sertifikasi ISO 9001-2000.

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK

Pengembangan fasilitas pada SMK-SMK, misalnya fasilitas laboratorium praktik kerja yang up to date, dsb., dikembangkan melalui kerja sama dalam bentuk kemitraan dengan dunia usaha/industri, serta memperluas akses dan kemudahan bagi siswa yang akan menempuh pendidikan SMK.

2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK

Dengan cara memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan mela-lui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang, disamping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus.

2.4 Program Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan

Berbagai kebijakan strategis seperti yang dikemukakan sebelumnya diikuti dengan berbagai program pengembangan SMK, antara lain:

2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal

Dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi sekolah kejuruan, Ke-menterian Pendidikan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Mana-jemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Nomor 252/C/KEP/ MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008, menetapkan 6 (enam) bidang studi keahlian, yaitu:

1. Teknologi dan rekayasa

2. Teknologi informasi dan komunikasi 3. Kesehatan

4. Seni, kerajinan dan pariwisata 5. Agribisnis dan agroteknologi 6. Bisnis dan manajemen

(18)

disesuaikan dengan potensi daerah. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan SMK benar-benar bermanfaat bagi daerah tersebut dalam memajukan dan mengembangkan potensinya. SMK diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya lainnnya. Pemanfaatan potensi daerah sebagai basis pengembangan dan perluasan pendidikan harus dilihat dari tiga aspek utama, yaitu:

a) Potensi geografis yang meliputi kekayaan alam, letak wilayah, dan sumber daya buatan

b) Faktor budaya, kepercayaan nilai-nilai moral, dan norma yang menentu-kan kepribadian masyarakatnya

c) Kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat kemajuan masyarakatnya

Dalam konteks pengembangan pendidikan kejuruan, daerah memiliki kewenangan menentukan kebijakan pengembangan program pendidikan SMK yang sesuai dengan konteks daerah. Program pendidikan SMK dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang produktif dan mampu mendayagunakan potensi perekonomian daerah sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan kemandirian daerah. Selain itu fungsi SMK juga dikaitkan dengan penyediaan tenaga penggerak perekonomian daerah, dimana SMK diharuskan agar mampu membuka cakrawala pemikiran lebih luas bagi tenaga kerja lulusan SMK, sehingga para lulusan dapat mengembangkan potensinya dalam menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa. Kemampuan ini penting terutama dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan lapangan usaha, sehingga lulusan SMK tidak hanya bergantung pada lapangan kerja yang ada, akan tetapi mampu mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial dengan mendayagunakan potensi ekonomi daerah yang masih ada.

2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah

Pencapaian efisiensi tenaga kerja SMK yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sehingga SMK dapat memperoleh justifikasi eksistensi kuat dari masyarakat.

(19)

tetap memperhatikan tata kelola yang baik. Secara rinci Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk:

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memperdayakan sumber daya yang tersedia; b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

me-nyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai

Prinsip utama pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah : a) Fokus pada mutu

b) Bottom up planning and decision making

c) Manajemen yang transparan d) Pemberdayaan masyarakat

e) Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, ada beberapa kewenangan yang didesentralisasi pada sekolah, yaitu:

a) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhan nya (school-based plan);

b) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan dan hasil program-program sekolah, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal;

c) Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya dan me-modifikasi) kurikulum, namun tetap dalam koridor standar pendidikan nasional atau tidak dapat mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional;

d) Sekolah diberi kebebasan memiliki strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah;

e) Pengelolaan ketenagakerjaan, mulai dari analisa kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, insentif dan sanksi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai dengan evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian/pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh Pemerintah Pusat/Daerah;

(20)

pengembangannya. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya;

g) Sekolah dapat melakukan pengelolaan keuangan, terutama dalam hal pengalokasian/penggunaan uang sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan (income generating activities) sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah; h) Sekolah melakukan pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa

baru, pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga sampai pada pengurusan alumni;

i) Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan keduanya dalam meningkatkan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat;

j) Pengelolaan iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan/espektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewenangan sekolah sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif.

2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja siap kerja tingkat menengah. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK turut bertanggung jawab dalam pembenahan, peningkatan keahlian dan keterampilan siswa dalam mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan terpercaya yang siap memasuki pasar tenaga kerja baik skala regional dan global. Keterserapan lulusan di pasar industri menjadi salah satu parameter keberhasilan dari sekolah kejuruan. Dalam rangka peningkatan daya serap tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional melakukan program, antara lain:

a) Memperkuat kemampuan adaptif

(21)

b) Mengembangkan kemitraan SMK-Industri (Teaching Industry)

Kemitraan antara SMK dengan industri yang telah dikembangkan meliputi berbagai bidang :

Bidang Manufaktur (meliputi : perangkat keras dan perangkat lunak

teknologi informasi, otomotif, machine tools and hands tools, dan elektronik)

Bidang Bisnis Ritel/Jasa

Bidang Agro Industri

(22)

BAB 3

PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

DI DAERAH

Kehadiran manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam penyelenggaraan sekolah kejuruan memberikan ruang bagi sekolah untuk mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan dari sekolah tersebut. Dengan adanya otonomi ini sekolah dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber-sumber baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik.

Dari sinilah, SMK melakukan inovasi di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya pengembangan pendidikan kejuruan. Kapabilitas inovasi memungkinkan SMK-SMK itu melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya kapabilitas processes, people, dan technology. Processes

mencakup bagaimana semua aktivitas dalam organisasi berjalan, people meliputi antara lain struktur organisasi, peraturan, budaya dan perilaku organisasi, sementara

technology meliputi perangkat keras seperti teknologi informasi dan komunikasi serta perangkat lunak yang membantu aktivitas dalam organisasi. Kapabilitas inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukan oleh organisasi dan mampu mengantarkan hasil yang dapat diukur. Berikut adalah praktik inovasi pendidikan yang dilakukan oleh SMK di beberapa daerah di Indonesia.

3.1 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang

Dengan program praktik kerja industri (prakerin) satu tahun, siswa merasa berada dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam rentang waktu satu tahun prakerin inilah proses pembentukan softskill siswa berjalan...

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah

Malang layaknya kota-kota di Indonesia lainnya yang baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah Kolonial Belanda, yang ditandai dengan beroperasinya kereta api pada tahun 1879.

(23)

Sejarah telah menempatkan Malang sebagai Kota yang kental akan tradisi pendidikannya. Sekolah-sekolah peninggalan Belanda seperti HIS setingkat SD, MULO setingkat SMP, dan AMS setingkat SMU pernah berdiri di Malang. Nuasan inilah yang sampai sekarang hidup dan menjadi simbul Kota Ma-lang sebagai Kota Pendidikan.

Sebagai Kota Pendidikan, Malang selalu melakukan upaya-upaya pengembangan pendidikan dengan jargon “PAKEM” (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Peningkatan peran serta masyarakat senantiasa digalakkan dengan menerapkan pendidikan berbasis komunitas (community based education) melalui pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah serta lingkungan sekitar.

Selain itu Kota Malang juga dikenal sebagai Kota Vokasi, dimana antara sekolah umum dan kejuruan berbanding 50:50. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan di Kota Malang berorientasi kepada penciptaan lulusan yang siap kerja. Sebagai kota vokasi, Malang menyimpan banyak cerita menarik tentang upaya sekolah kejuruan dalam merespon tantangan khas yang harus dihadapinya. Salah satu diantaranya adalah cerita tentang SMKN 4 Malang dalam pengembangan sekolah kejuruannya.

SMKN 4 Malang didirikan pada tahun 1938 oleh Keuskupan Malang dan merupakan Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan nama STM Grafika Ma-lang. Periode kepemimpinan pertama dan kedua (1949-1959) dikepalai oleh seorang warga Belanda, HBA. Lommelaars dan Nolascus Waijers. SMKN 4 Malang telah mengalami beberapa kali perubahan nama. Terakhir, setelah perubahan nama STM menjadi SMK, ada suatu kebijakan yang memberi kebebasan sekolah untuk membuka jurusan/program studi sesuai dengan muatan lokal. Dari sinilah SMKN 4 Malang mulai membuka program keahl-ian yang lain diluar grafika.

Visi SMKN 4 Malang adalah:

“Unggul dalam bidang Iptek yang dilandasi Imtaq”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah Misi SMKN 4 Malang sebagai berikut:

1. Meningkatkan bimbingan terhadap siswa untuk melaksanakan agama yang dianut dengan konsekuen.

2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta membentuk tenaga profesional dibidang Grafika dan Teknologi informasi dan Komunikasi.

(24)

4. Mengoptimalkan unit produksi dan jasa sebagai tempat pembelajaran kewirausahaan siswa di sekolah.

5. Mengembangkan sekolah Nasional menuju tarap Internasional. 6. Mempertebal nilai-nilai disiplin kepada warga sekolah.

7. Meningkatkan lingkungan sekolah yang tertib, bersih dan indah. 8. Mengembangkan penerapan manajemen berbasis sekolah.

9. Meningkatkan penyelenggaraan latihan dan bimbingan untuk berprestasi di bidang olah raga.

SMKN 4 Malang membuka enam jurusan/program studi, yaitu: a) Jurusan Persiapan Grafika/desain grafika

Jurusan ini dibuka sejak pertama kali SMKN 4 Malang berdiri, yaitu pada tahun 1938. Program keahlian ini menyiapkan siswa agar menjadi ahli desain dan persiapan reproduksi grafika (media cetak). Siswa dibekali dengan kemampuan desain dan seni, penguasaan perangkat lunak desain grafis, pengaturan (setting) dan tata letak media, serta proses reproduksi foto. Program persiapan grafika meliputi kompetensi :

Desain grafis

Setting Montase

Foto reproduksi

Plate-making

b) Jurusan Produksi Grafika

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknik reproduksi grafika (percetakan), yaitu berupa keahlian mengontrol beberapa jenis mesin dalam industri percetakan, menyelesaikan dan mengepak media cetak. Siswa dibekali kemampuan teknik mencetak, mengerti dan mampu mengoperasikan mesin, serta melakukan perawatan, teknik jilid kemas dan menghitung biaya produksi. Program produksi grafika meliputi kompetensi :

Cetak offset

Cetak tinggi

Sablon

Jilid dan kemas c) Jurusan Multimedia

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknologi informasi dan desain multimedia. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain, mengontrol perangkat lunak desain grafis, 2 dimensi (2D) atau 3 dimensi (3D), desain situs dan media interaktif, fotografi, mengedit audio visual, dan animasi komputer. Program multimedia meliputi kompetensi:

(25)

Desain situs/web

Animasi 2 dimensi dan 3 dimensi

Audio – video editing Presentasi multimedia

Shooting

d) Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/Pemrograman

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli pemograman perangkat lunak. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar perangkat keras komputer dan pemasangan perangkat lunak, menguasai bahasa pemrograman, dan mengatur database.

e) Jurusan Animasi

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli produksi film animasi. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain, penguasaan teknik menggambar, baik manual maupun digital, menguasai perangkat lunak animasi, 2D 3D, dan teknik spesial efek animasi, fotografi, sinematografi, dan memproduksi film animasi. f ) Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli dalam menangani troubleshooting perangkat keras dan perangkat lunak, serta melakukan perencanaan, pemasangan dan pengelolaan jaringan.

Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 4 Malang:

LITBANG KOMITE SEKOLAH

KASUBAG TAUS KEPALA SEKOLAH

WALI KELAS 1,2,3 DAN SISWA, MASYARAKAT WAKA SARANA

WAKA KESISWAAN

KOORD SESBID 1 TEAM BELANJA

PENANGGUNG JAWAB STAF KURIKULUM KOORDINATOR BKK dan

PRAKERIN WAKA KURIKULUM WAKA HUMAS & HI

KOORD SESBID 2 & 5

KOORD SESBID 3,4 & 7 KOORD

(26)

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

Citra sekolah kejuruan sebagai sekolah kelas dua salah satunya tercermin dari tidak berkembangnya program kejuruan yang ada. Hal serupa sempat dialami SMKN 4 Malang pada tahap awal perjalanannya. Dalam rentang waktu kurang lebih 64 tahun sejak pertama berdiri di tahun 1938, SMKN 4 Malang hanya memiliki dua program kejuruan. Paradigma penyelenggaraan pendidikan masih menggunakan pola-pola lama, seperti sistem pembelajaran berbasis waktu; fungsi guru sebagai instruktur, dimana keterlibatan siswa sangat minim dalam proses belajar mengajar; dan tidak ada kejelasan mengenai kompetensi apa saja yang harus dikuasai dari setiap mata pelajaran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan dari SMKN 4 Malang baik dari sisi akademis maupun produktif.

Hadirnya kebijakan baru yang memberi ruang kepada sekolah kejuruan untuk membuka program kejuruan sesuai dengan keunggulan lokal menjadi titik awal berkembangnnya SMKN 4 Malang sampai seperti sekarang.

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis dan Kegiatan Produktif

SMKN 4 Malang merupakan salah satu dari sekolah kejuruan yang sangat memperhatikan aspek akademis selain aspek utamanya dalam pengembangan kompetensi keterampilan siswa melalui kegiatan produktif. Pada tahun ajaran 2008/2009, tingkat kelulusan siswa diatas 90% bahkan mendekati 100% dengan nilai rerata UAN di atas 7,5. Hal ini cukup membuktikan usaha dan komitmen yang serius dari penyelenggara SMKN 4 Malang pada aspek akademis. Upaya-upaya yang dilakukan oleh SMKN 4 Malang tersebut berupa:

1. Pembekalan Modul Belajar saat Praktik Kerja Industri (Prakerin) Para siswa tetap dituntut dan diharapkan tidak melupakan sisi

pembelajaran aspek normatif dan adaptif meskipun dalam kegiatan prakerin. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan modul-modul untuk kemudian dievaluasi. Selama prakerin, evaluasi terhadap proses pembelajaran normatif dan adaptif tetap dilakukan.

2. Try Out Menghadapi UAN

Dalam mempersiapkan siswa menghadapi UAN, sekolah melaksanakan try out dengan fokus pada latihan soal tiga mata pelajaran yang diujikan, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ba-hasa Inggris. Wakil Kepala kurikulum dan staf berperan dalam mer-encanakan, menyusun dan menyiapkan soal yang digunakan untuk

(27)

Sekolah. Berdasarkan rekap hasil try out tersebut, Kepala Sekolah menyusun peta kerawanan siswa. Siswa-siswa yang masuk kategori rawan akan mendapat perhatian lebih ekstra dengan memberikan :1) latihan soal, 2) memberikan pelajaran tambahan untuk tiga mata pelajaran UAN, 3) motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendorong siswa lebih siap dan bersemangat dalam menghadapi UAN.

b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun

Praktik kerja industri (Prakerin) di SMK N 4 Malang dilaksanakan dengan sistem block release6 selama satu tahun pada semester IV dan V. Program prekerin ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh SMKN 4 setelah mendengar masukan dari pihak industri. Metode ini mampu menjawab permasalahan link and macth antara dunia industri dan sekolah.

Bagi pihak siswa dan sekolah, prakerin satu tahun memberikan kesempatan pembelajaran yang lebih baik dalam rangka peningkatan kompetensi dan keahlian. Siswa diberi kesempatan untuk terpapar pada teknologi terkini (up to date), baik itu perangkat keras, lunak, maupun proses yang dapat mengurangi beban investasi sekolah. Metode ini juga memberi dan menjamin relevansi pengetahuan yang dipelajari di sekolah dengan dunia industri. Sebagai catatan, bagi SMK dengan program kejuruan teknologi, beban investasi untuk pengadaan peralatan modern untuk mendukung pembelajaran siswa tidaklah kecil. Dengan terpapar pada dunia kerja sesungguhnya, para siswa mendapat manfaat berupa pembentukan softskill yang sudah siap pakai dan diperlukan di industri.

Prakerin satu tahun ini pun memberi keuntungan bagi industri. Industri da-pat yakin bahwa siswa dada-pat belajar dengan baik dan memberikan kon-tribusi bagi perusahaan, sehingga pada akhirnya perusahaan mendap-atkan tenaga kerja yang sesuai dan dapat meningkmendap-atkan efisiensi biaya dan produktivitasnya.

c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)

Dalam rangka mendekatkan lulusan dengan pasar kerja, SMKN 4 Malang membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK), yang berfungsi sebagai media penyaluran lulusan SMK ke pasar kerja. BKK menghubungkan industri sebagai pihak yang membutuhkan tenaga kerja dengan para lulusan SMKN 4 yang mencari peluang kerja. Program ini hanya diperuntukkan

(28)

untuk Siswa kelas III yang sudah lulus ujian Nasional maupun ujian keahlian/ kompetensi.

Pada awalnya jaringan pasar kerja dibangun melalui program kemitraan da-lam rangka prakerin. Prakerin menjadi sarana memperlihatkan bagaima-na kinerja dan kualitas siswa SMKN 4 Malang, sehingga pada akhirnya permintaan akan lulusan SMKN 4 oleh pihak industri pun semakin meningkat.

Syarat Keanggotaan BKK adalah: 1. Alumni SMK N 4 Malang 2. Mengisi form anggota BKK

3. Menyerahkan pas foto 3x2 sebanyak 1 lembar dan 4X6 sebanyak 2 lembar

4. Menyerahkan biaya administrasi

Rp.20.000,-Hak Anggota BKK:

1. Menerima kartu anggota BKK dengan masa berlaku 1 tahun mulai tanggal diterbitkan

2. Berhak mengisi lowongan kerja di BKK sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan perusahaan

3. Membawa surat pengantar tes kerja atau pengantar kerja dari seko-lah ke perusahaan.

Kewajiban anggota BKK :

1. menyerahkan surat lamaran lengkap (sesuai dengan persyaratan yang diminta perusahaan)

2. Menjaga nama baik sekolah dengan bekerja di perusahaan yang menerima minimal 6 bulan

3. Sanggup mengikuti seleksi yang diadakan di sekolah maupun di tempat lain sesuai permintaan perusahaan

4. Melapor kepada BKK apabila sudah diterima oleh perusahaan 5. Berpakaian sopan dan rapi.

(29)

Skema 1

Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK

Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK :

1. BKK menerima permintaan tenaga kerja dari pihak industri.

2. BKK memberi informasi lowongan kerja kepada alumni melalui pengumuman yang dipampang di sekretariat BKK.

3. Alumni mendaftarkan diri dan menyerahkan lamaran kerja kepada BKK

4. BKK melakukan seleksi lamaran dan mengirimkan data lamaran kerja ke Perusahaan yang meminta.

5. Perusahaan menerima data lamaran kerja beserta berkas lamaran yang dikirim oleh sekolah setelah melalui proses seleksi di BKK. Jika sesuai akan dilakukan panggilan tes kerja dan seleksi oleh perusahaan. Hasil seleksi diserahkan kepada BKK.

6. Pihak sekolah/BKK mengumumkan hasil seleksi kepada alumni. BKK mencatat laporan dari alumni yang diterima ataupun yang tidak di-terima pada data alumni.

d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh SMK dalam pengembangan or-ganisasi adalah ketersediaan sumber daya dan ”jam terbang” yang cukup untuk pengembangan relevansi kompetensi organisasi. Kebanyakan SMK memberdayakan unit-unit pelayanannya yang selama ini diguna-kan untuk proses pembelajaran untuk digunadiguna-kan juga dalam melayani kepentingan konsumen yang lebih luas. SMKN 4 Malang merupakan salah satu dari SMK lainnya yang mendirikan unit pelayanan ini dan mengelolanya secara serius.

UPJ melakukan aktifitas pelaksanaan produksi dan jasa di SMKN 4 Ma-lang, yang disesuaikan dengan program kejuruannya. Jenis produksi dan jasa UPJ yang ditawarkan meliputi:1) Desain Grafis, 2) Setting,

1 2

3 4

5

INDUSTRI BKK ALUMNI

(30)

3) Offset Printing, 4) Sablon, 5) Video Shooting , 6) Laminating, 7) Hot Print, dan 8) Pelatihan.

UPJ memiliki struktur organisasi yang berbeda dan dikelola seperti layaknya unit bisnis yang memiliki pembagian tugas dan fungsi yang jelas. UPJ dikepalai oleh Direktur (Kepala Sekolah) dan dibantu oleh masing -masing Manajer Marketing yang bertugas mencari order dan melakukan penawaran order. Sedangkan Manajer Produksi berperan dalam membagi tugas proses produksi, memeriksa hasil produksi dari operator dan menyerahkan hasil produksi ke Administrasi UPJ. Administrasi UPJ inilah yang kemudian menyerahkan hasil produksi ke pelanggan.

3.1.4 Kapabilitas Inovasi

Ada beberapa hal yang dapat dilihat untuk menggambarkan kemampuan SMKN 4 Malang dalam menciptakan inovasi dalam pengembangan pen-didikan, yaitu:

a. Strategi yang Dilakukan

1. Kemampuan untuk mendengarkan keinginan stakeholders

Kemampuan mendengar, mendefinisikan, dan merespon apa yang men-jadi keinginan stakeholders merupakan dasar munculnya inovasi yang dilakukan oleh SMKN Malang. Dengan mengetahui keinginan stake-hlders, sekolah dapat mengetahui apakah layanan yang dilakukan saat ini sudah mampu menjawab keinginan stakeholders tersebut.

2. Kemampuan untuk merespon dan memberikan jawaban yang tepat atas keinginan stakeholder

(31)

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

sekolah dalam merespon dan memberikan jawaban atas keinginan

stakeholders.

3. Kemampuan membangun dan mengembangkan jejaring

Kemampuan membangun dan mengembangkan jejaring, baik operasional maupun strategis, menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan SMKN 4 Malang. Jejaring operasional dibutuhkan dalam membangun hubungan kerja dilingkup internal sekolah, yang dapat dilihat dari hubungan kerja antara Kepala Sekolah, Wakasek, Kaprokal, siswa dan semua pihak yang terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jejaring strategis menuntun sekolah untuk menentukan arah pengembangan ke depannya. Yang termasuk dalam jejaring strategis adalah relasi dan sumber informasi yang memberi kekuatan organisasi untuk mencapai tujuannya.

b. Proses

Penerapan ISO 9001 : 2000

Penguatan tatakelola di SKMN 4 Malang dilakukan dengan penerapan ISO 9001:2000, yang merupakan suatu standar internasional Sistem Menejemen Mutu (SMM) yang telah diterapkan secara luas dan diakui dunia internasional. SMM ISO 9001:2000 memperbaiki kinerja di dalam suatu organisasi pendidikan dan mampu menciptakan budaya organisasi yang peduli akan mutu, baik mutu proses maupun mutu jasa, sehingga mampu menjawab tantangan menghadapi era globalisasi.

Skema 2

Proses KBM SMKN 4 Malang �������� ��������������� � ����

(� ��#���

• �����������#?�(''��.�&'''

��������� � ���������� � �� � #+�� � : � ������ � ��������� � ������ � ��������� � �#?�

(''�.&'''����������������� ����� �������������� ������#� �������������������

$#��)����������������������� ��������� ������������������������� �������#����#?�

(''�.&'''������������������������������ ����������� � �����������������������

������������������������� � �������������������������������������� � ��������

������� ��� ������������������������������������������������������� � ��

���%��� ��#����&�����&�� �������

#� ��������������������#?�(''��.�&'''������������������������������ � � �����

������ �������� ���������� � �������$������������������������������������� � �

����������6+!�� � ����� � ����� � ���� � � � ��� � ������ � ������ � ���� � ����������)�

������������������������� ������������������������������������ ����� �������������

������������������������������#�����"��� ������������������������������������

(32)

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 mengutamakan pengendalian proses sejak awal, sehingga seluruh proses kerja (mulai dari penerimaan murid baru, proses pendidikan/KBM, sampai murid lulus, sesuai dengan target yang diharapkan) menjadi titik-titik kritis dan penting yang menentukan keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu anak didik. Semua fungsi yang berdampak terhadap mutu anak didik dikendalikan sedemikian rupa. Hal ini jika diterapkan secara konsisten akan menjamin tercapainya konsisten mutu.

Dengan penerapan ISO tersebut, sistem manajemen sekolah menjadi lebih baik dan berkembang, dan aspek tata kelola yang baik menunjang dalam setiap proses KBM sehingga mendorong sekolah menciptakan inovasi-inovasi dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Berikut adalah aspek tata kelola yang baik dalam proses KBM SMKN 4 Malang:

1. Transparan dalam proses penerimaan siswa baru dengan sistem

online (PSB online), meskipun sistem ini belum diaplikasikan untuk seluruh calon pendaftar SMKN 4 Malang. Dengan sistem ini, hasil penyaringan siswa baru akan lebih mudah, cepat, akurat, transaparan, dan murni berdasarkan DANUN (Daftar Nilai Ujian Nasional). Selain itu jumlah penerimaan siswa bisa dipantau untuk menghindari keributan dan provokasi kekosongan bangku. PSB online

juga dapat menghindari terjadinya pencabutan berkas pendaftaran, karena masing-masing siswa hanya diterima di satu pilihan saja. 2. Daya tanggap sekolah terhadap kebutuhan stakeholders

mendor-ong sekolah melakukan terobosan baru dalam kegiatan belajar men-gajar. Program prakerin satu tahun, upaya sekolah untuk melakukan penyeimbangan prestasi akademik maupun produktif, maupun program BKK merupakan contoh nyata dari daya tanggap sekolah terhadap kebutuhan stakeholders.

3. Untuk menilai efisiensi dan efektivitas sistem manajemen mutu, audit internal dilakukan dua kali dalam setahun. Audit dikalukan dengan sistem cross audit, dimana tim audit dari program keahlian tertentu mengaudit program keahlian lain. Hal ini untuk menjaga indepen-desi dalam proses audit.

(33)

5. Pertanggungjawaban atas kebijakan sekolah, program kegiatan dan penggunaan sumber daya dilakukan secara berjenjang. Pada tingkat pertama, program keahlian, pelaksanaan kebijakan, program kegia-tan dan penggunaan sumber daya di program keahlian diper-tanggungjawabkan ke Ketua Program Keahlian masing-masing. Pada tingkat kedua, masing-masing Ketua Program Keahlian harus mempertanggungjawabkan semua kebijakan, program kegia-tan dan penggunaan sumber daya kepada Kepala Sekolah. Jenjang terakhir, semua kebijakan, program kegiatan dan penggunaan sumber daya di sekolah harus dipertanggungjawabkan kepada stakeholders

melalui Komite Sekolah.

c. Sumber Daya Manusia

Penciptaan Iklim dan Budaya Sekolah

SMKN 4 Malang mampu menciptakan iklim dan budaya yang kondusif di sekolah, kondisi ini sangat menfasilitasi bagi setiap komponen sekolah untuk aktif terlibat dalam proses pembuatan kebijakan sekolah. Ruang otonomi juga ditumbukan disetiap program keahlian sehingga masing-masing program keahlian dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang efektif bagi program keahlian masing-masing.

Hal ini membawa banyak perubahan dalam kegiatan belajar-mengajar di SMK 4 Malang, perubahan yang dirasakan antara lain :

Pembelajaran berbasis waktu (time based) berubah menjadi berbasis kompetensi (competence based).

Fungsi guru yang sebelumnya sebagai instruktur menjadi fasilitator

Penilaian berdasarkan materi yang telah dijadwalkan menjadi penilaian objektif kepada setiap siswa sesuai kompetensi maksimal yang dipersyaratkan atau dicapai.

Metode umum pembelajaran menjadi lebih beragam antara lain ceramah, penugasan, diskusi, dinamika kelompok, penggalian potensi diri, dan studi kasus.

Penilaian siswa yang tadinya tertutup menjadi penilaian terbuka dan transparan. Penilaian juga dilakukan oleh beberapa pihak antara lain sekolah, dalam kelompok belajar, dan perusahaan.

Siswa dapat menggunakan haknya untuk remidial (perbaikan) dan

reinforcement (pengayaan) kepada setiap guru yang mengajarnya.

Siswa mengetahui kompetensi dari masing-masing mata diklat yang harus dikuasai selama satu semester.

(34)

d. Teknologi

Pada tahun 1999, SMKN 4 Malang memiliki e-mail resmi pertama sebagai sarana komunikasi langsung dengan Direktorat Pendidikan Me-nengah dan Kejuruan. Pada saat itu belum banyak sekolah atau pergu-ruan tinggi yang memiliki e-mail. Inilah tahapan penting yang mengan-tarkan SMK Negeri 4 Malang lebih dikenal sebagai SMK Grafika sekaligus SMK Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Perkembangan peran teknologi informasi dan komunikasi ini dimulai sejak implementasi Jaringan Internet (Jarnet) tahun 2000. Kemudian berturut-turut adalah Jaringan Informasi Sekolah (JIS) Kota Malang tahun 2001, Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online tahun 2002, Wide Area Network (WAN) Kota Malang tahun 2003, ICT Center Kota Malang tahun 2004, SMK Besar tahun 2005, Televisi Edukasi (TVE) Kota Malang tahun 2005, SMK Bertaraf Internasional tahun 2006 dan Client ICT Center Kota Malang tahun 2006. Kepercayaan tersebut berkesinambungan sampai dengan hari ini.

Aplikasi teknologi informasi dan telekomunikasi menjadi dasar pengembangan sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang. Pengembangan sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang meliputi:

1. Peningkatan kualitas proses belajar dan mengajar yang menarik dan menyenangkan berbasis multimedia melalui penyediaan perangkat

LCD data projector dan wallscreen permanen di bengkel-bengkel kerja bidang keahlian Grafika dan ruang-ruang kelas.

2. Penambahan sarana praktik Grafika berupa mesin digital printing.

Pengembangan sumber daya informasi dan komunikasi meliputi:

1. Pengembangkan fasilitas intranet dan internet di sekolah, untuk mendukung program edukasi dan administrasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

2. Peningkatkan kualitas dan profesionalitas guru dengan menggunakan

notebook/laptop sebagai alat bantu belajar dan mengajar.

3. Melengkapi komputer dengan perangkat lunak standar yang berlisensi sebagai wujud kesadaran hak atas kekayaan intelektual.

e. Pengukuran (Measurement)

(35)

Tabel. 1

Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN4 Malang

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.2

Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN4 Malang

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.3

Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN4 Malang

Sumber: SMKN 4 Malang

Pencapaian SMKN 4 juga dapat dilihat dari sisi serapan siswa pada pasar tenaga kerja. Dibandingkan dengan rata-rata industri, capaian SMKN 4 Ma-lang memiliki kecenderungan tren yang semakin membaik dari periode 2005/2006 ke 2007/2008. Bahkan untuk tahun 2007/2008 capaian serapannya melebihi capaian serapan SMK secara keseluruhan ataupun jika dibandingkan dengan SMK kelompok teknologi yang lain di Malang. Ilustrasi dari hal tesebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tahun Jumlah Siswa

Nilai Rata-Rata UAN

B. Indonesia B. Inggris Matematika Rata2 Total %Kelulusan

2005/2006 117 7,59 6,78 7,64 7,34 98,3

2006/2007 150 7,60 7,61 7,94 7,72 100

2007/2008 199 7,72 7,20 7,02 7,31 99,5

2008/2009 210 7,39 7,82 7,82 7,68 100

Tahun Jumlah Siswa

Nilai Rata-Rata UAN

B. Indonesia B. Inggris Matematika Rata2 Total %Kelulusan

2005/2006 193 7,41 6,36 7,77 7,18 99,5

2006/2007 229 7,18 7,38 8,02 7,52 98,7

2007/2008 265 7,15 7,15 7,67 7,32 99,3

2008/2009 289 7,38 7,63 7,80 7,60 99,3

Tahun Jumlah Siswa

Nilai Rata-Rata UAN

B. Indonesia B. Inggris Matematika Rata2 Total %Kelulusan

2005/2006 193 7,41 6,36 7,77 7,18 100

2006/2007 229 7,18 7,38 8,02 7,52 99,03

2007/2008 265 7,15 7,15 7,67 7,32 100

(36)

Tabel.4

Daya Serap Lulusan SMKN4 Malang di Industri

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Malang & SMKN 4 Malang

Tabel.5

Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program Keahlian Persiapan Grafika

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.6

Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.7

Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Multimedia

Sumber: SMKN 4 Malang

No Keterangan 2005/2006 2006/2007 2007/2008

1 Total serapan seluruh SMK Malang 63.23% 62.0% 59.25%

2 Total serapan SMK Kelompok Tehnologi

57.51% 60.98% 56.07%

(37)

Sederet prestasi penghargaan berhasil diraih oleh siswa-siswi SMKN 4 Ma-lang (tercatat 82 penghargaan sejak tahun 2003) mulai dari yang sifatnya kegiatan ektrakulikuler - seperti band dan teater - sampai ke hal yang sifatnya teknis kompetensi - seperti Juara 1 Animasi LKS SMK di Makassar – yang secara tidak langsung menunjukkan output dari SMKN 4 Malang memiliki keunggulan. Selengkapnya mengenai prestasi, dapat dilihat pada lampiran.

3.1.5 Kesinambungan Program

Keberlanjutan inovasi membutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak yang terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMKN 4 Malang. Konsistensi dalam memastikan jalannya proses sesuai dengan rencana serta upaya untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk sangat dibutuhkan. Oleh karena itu mekanisme pemantauan, evaluasi serta langkah perbaikan yang berkelanjutan terhadap proses dan kualitas layanan menjadi faktor ke-sinambungan inovasi di SMKN 4 Malang.

Penerapan ISO juga dijalankan untuk menjamin kualitas proses dan ouput menuntut profesionalisme dari sumber daya manusia yang ada. Tingkat aktivitas pekerjaan yang semakin tinggi yang harus dihadapi oleh manaje-men SMKN 4 Malang - seperti rutinitas sekolah (kewajiban manaje-mengajar bagi guru-guru), pemastian mekanisme ISO berjalan, pengelolaan aktivitas unit pe-layanan jasa, dan sebagainya - menyebabkan waktu menjadi sumber daya yang langka dan tekanan yang tinggi bagi pihak pengelola. Oleh karena itu peningkatan pada aktivitas sekolah diharapkan berjalan seiring dengan peningkatan manfaat dari semua pihak yang terlibat sehingga kesinambungan program dapat terjamin.

3.2 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar

Sistem blok dikembangkan untuk menjawab permasalahan link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri. Link and macth mengandung makna keserasian dan kesepadanan antara program pembelajaran yang diajarkan di sekolah dan kebutuhan industri.

3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah

(38)

akibat serangan kompeni dagang belanda (VOC) pada tahun 1669. Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang terlupakan. Baru setelah pemerintah Hindia Belanda menggantikan kompeni (VOC) yang bangkrut pada akhir abad ke 18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846.

Pada awal abad ke-20, Belanda menjadikan Makassar sebagai pusat pe-merintahan kolonial Indonesia Timur. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua luar jawa. Pada tahun 1971 terjadi penggantian nama kota menjadi Ujung Pan-dang berdasarkan julukan “JumpanPan-dang” yang selama berabad-abad la-manya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya pada tanggal 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999.

Secara geografis Kota Makassar memiliki kedudukan strategis yang ber-implikiasi pada bidang ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makas-sar dapat menjadi simpul jasa distribusi yang menawarkan efisiensi yang lebih dibandingkan daerah lain untuk kawasan Indonesia bagian timur. Ak-tivitas perekonomian yang tinggi terutama yang ditunjang oleh sektor per-dagangan, perhotelan dan restoran mendorong kebutuhan dan permint-aan tenaga kerja disektor ini semakin tinggi. Hal inilah yang kemudian akan memberikan kesempatan pada institusi pendidikan yang dapat me-nawarkan kebutuhan akan tenaga kerja disektor perdagangan, perhotelan dan restoran.

SMKN 8 Makassar-lah yang mampu merespon tantangan-tantangan terse-but. SMKN 8 Makassar berdiri pada tanggal 27 Nopember 1947/1950 den-gan nama OSVO (Opleiding School Voor Onderwyseres). Dari OSVO berubah menjadi SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) pada tahun 1951 dengan lama pendidikan empat tahun. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pada tahun 1964 SGKP mengalami perubahan kurikulum dan pada tahun 1968 namanya menjadi SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas) dengan lama pendidikan tiga tahun. SKKA mempunyai dua program jurusan, jurusan Bagian A dan B yaitu Menjahit dan Memasak/Binatu.

(39)

dengan program kejuruan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada tahun 1994/1995 diberlakukan kurikulum baru, seiring dengan perubahan tersebut nama SMKK berubah menjadi SMK sehingga kurikulum 1994/1995 disebut Kurikulum SMK Kelompok Pariwisata. Pada tahun 1997 menjadi SMK Negeri 8 Makassar hingga saat ini.

Visi dari SMKN 8 Makassar adalah:

“Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar Internasional”.

Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan Misi SMKN 8 sebagai berikut: 1. Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar Internasional. 2. Mengembangkan program Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar

Internasional.

3. Mengembangkan program pengabdian masyarakat pada bidang pariwisata. 4. Mengembangkan kemitraan nasional dan internasional.

SMK Negeri 8 Makassar yang termasuk dalam sekolah kelompok pariwisata telah membuka dua bidang studi keahlian dan tujuh kompetensi keahlian, yaitu:

1. Bidang studi keahlian pariwisata 1. Terdiri dari dua program studi keahlian, yaitu:

a) Program studi keahlian pariwisata, dengan kompetensi keahlian:

Akomodasi perhotelan (SBI), (Front Office & House Keeping).

Usaha Perjalanan Wisata

b) Program studi keahlian Tata Boga. Dengan kompetensi keahlian:

Jasa Boga

Patiseri

2. Bidang studi keahlian pariwisata 2. Terdiri dari dua program studi keahlian, yaitu:

a) Program studi keahlian Tata Busana, dengan kompetensi keahlian Busana Butik.

(40)

Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 8 Makassar:

3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

Pada awalnya pihak hotel dan mitra industri beranggapan bahwa lulusan-lulusan SMKN 8 Makassar belum siap kerja dikarenakan pola pembelajaran masih menggunakan metode-metode konvensional. Pada pembelajaran konvensional, tidak dibedakan minggu pembelajaran praktik dan pembelajaran teori, sehingga sering ditemukan setelah belajar olah raga siswa belajar praktik memasak atau tata hidang. Sementara badan sudah berkeringat dan durasi praktik tidak mencerminkan sistem kerja di hotel.

(41)

3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan Pengembangan Sistem Blok

Sistem blok merupakan sistem yang dikembangkan SMKN 8 Makassar untuk menjawab permasalahan link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri. Sistem blok dikembangkan mulai tahun 1995 dengan mendengarkan masukan-masukan dari pihak industri. Sistem ini membagi siswa berdasarkan blok-blok pembelajaran, yaitu (i)normatif/adaptif, (ii) teori kejuruan, dan (iii) praktik kejuruan, yang saling terkait satu sama lain dalam sebuah kesatuan proses.

Penekanan diberikan pada proses pembelajaran dan evaluasi/penilaian yang berkelanjutan (on going learning proses and assesment). Sekedar ilustrasi, saat ini ada enam kelas siswa tingkat I. Siswa dari enam kelas ini kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas di kelompok normatif/adaptif, dua kelas di kelompok teori kejuruan dan dua kelas di kelompok praktik kejuruan. Pemberian nama kelompok tersebut berhubungan dengan materi yang akan siswa terima selama satu minggu. Selama satu minggu tersebut, kelompok normatif/adaptif akan menerima materi terkait dengan mata pelajaran normatif/adaptif (pendidikan agama, Bahasa Indonesia, matematika, IPS dan lainnya), sedangkan kelompok teori praktik kejuruan akan menerima materi yang terkait teori kejuruan yang akan mereka mereka praktikan nanti selama satu minggu kedepan. Kelompok praktik kejuruan akan memulai proses pembelajaran dari kegiatan praktik kejuruan selama satu minggu. Setelah satu minggu, masing-masing kelompok akan berganti blok (blok normatif/adaptif menjadi blok teori praktik kejuruan, blok teori praktik akan melakukan praktik dan blok praktik menjadi blok normatif/adaptif ). Siklus ini akan berlangsung selama tiga minggu dan set-elah itu siklus akan berulang.

Tabel.8 Siklus Pembelajaran

Minggu Teori Umum

(normatif/adaptif) teori kejuruan Praktik

1 Kelompok I Kelompok II Kelompok III

2 Kelompok III Kelompok I Kelompok II

3 Kelompok II Kelompok III Kelompok I

Gambar

Tabel.2Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN4 Malang
Tabel . 17Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang
Tabel .18Jenis Usaha dan Nilai Usaha di Tiap Unit Kerja – SMKN 2 Subang
Tabel . 20Rasio SMK:SMA Kota Malang
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1) Pengukuran/pematokan dilaksanakan oleh Pemborong pelaksana bersama-sama dengan unsur Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Barat, Pengawas dan Perencana untuk

Penilaian dampak perubahan RTH dilakukan dengan menggabungkan dua analisis perhitungan, yaitu: 1) penutupan lahan pada tahun 1990, 2000, serta 2011; dan 2) stok karbon pada

Aqua Golden Mississipi dalam menerima tenaga kerja dari Desa Babakan Pari yaitu Sumber Daya Manusianya yang rendah, karena sebagian besar hanya lulusan pendidikan dasar (SD

perpaduan kedua unsur tipe tuberkuloid dan tipe lepromatosa. 1,2.7,8 Pada kasus pemeriksaan histopatologis ditemukan epidermis tampak mengalami atrofi. Sedangkan pada

Keamanan jaringan komputer sebagai bagian dari sebuah sistem sangat penting untuk menjaga validitas dan integritas data serta menjamin ketersediaan layanan bagi

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah penambahan tepung keong mas dalam ransum sampai taraf 9 % tidak berpengaruh terhadap kualitas telur

pengaman utama terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem. yang ditanahkan melalui