• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PRAGMATIK NASKAH GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KAJIAN PRAGMATIK NASKAH GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PRAGMATIK NASKAH GURINDAM

DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 Sastra Indonesia

Disusun Oleh:

Siti Maryam Purwoningrum

NIM A2A008044

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

HALAMAN PERNYATAAN

Peneliti menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian untuk meraih suatu gelar atau diploma yang sudah ada di suatu universitas. Sejauh yang peneliti ketahui dan yakini, skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan. Saya bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan penjiplakan.

(3)

Dan kamu tidak diberikan ilmu pengetahuan itu melainkan sedikit saja.

(Surah Al-Isra': 85)

Skripsi ini Maryam persembahkan untuk kedua orang tua Maryam.

Guru-guruku sejak kecil hingga kini.

Sahabat-sahabat dalam dakwah yang tiada bertepi.

(4)
(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kajian Pragmatik Naskah

Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji” dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata 1 pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Peneliti sangat menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu pada kesempatan ini peneliti hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ken Widyatwati, S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing pertama yang sudah bersabar dan telaten membimbing saya dalam proses panjang penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. H. M. Muzakka, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing kedua yang banyak memberikan masukan untuk skripsi peneliti dan memberikan motivasi-motivasi.

3. Drs. H. Surono, S.U. selaku dosen wali peneliti yang memiliki banyak peran dalam perjalanan akademik peneliti di Undip ini.

(7)

5. Dr. H. Agus Maladi Irianto, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang juga turut memberikan kemudahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, terutama jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia yang telah memberikan segala ilmunya dengan tulus ikhlas sekaligus memberikan bimbingan kepada peneliti. Drs. Trias Yusuf PUT, M.PSn., Prof. Dr. H. Mudjahirin Thohir, M.A., Drs. Nur Fauzan Ahmad, M.Hum., Dra. Rukiyah, M.Hum., Dr. H. Muh. Abdullah, M.Hum., beserta dosen-dosen lain yang banyak memberikan inspirasi kepada saya.

7. Ibu saya, Ita Sri Rahayu dan ayah saya, Dr. Ir. Agus Santoso Tamsir, MT., yang telah memberikan cinta kasih dan dukungan penuh terhadap peneliti. 8. Adik-adik kandung: Thariq, Khudza, Fatimah, Yusuf, Raheel. Juga sepupu

peneliti, Indah. Dukungan kalian secara tidak langsung sangat terasa bagi peneliti.

9. Adik-adik dan teman-teman di Wisma Shafiyyah: Siska, Ita, Nunung, Fera, Pipit, Eri, Halimah, Ella, Amal, Yenni, Noor. Sehari-hari bersama kalian saya selalu mendapatkan spirit tersendiri untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 10.Teman-teman seperjuangan di jurusan, terutama di filologi: Dwi Ana Sari,

(8)

11.Teman-teman dalam perjalanan dakwah di KHARISMA dan KAMMI. Semoga Allah memberikan keistiqomahan dan mempertemukan kita di syurga-Nya kelak.

12.Pihak PNRI yang telah mempermudah peneliti mendapatkan naskah sebagai objek penelitian skripsi ini.

13.Seluruh pihak lainnya yang telah berperan dalam proses penyelesaian skripsi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka peneliti berharap besar adanya kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan suatu kemanfaatan bagi pembaca dan perkembangan keilmuan filologi secara khusus. Terima kasih atas segala kebaikan yang telah tercurah, Allah sajalah sebaik-baik pemberi balasan.

Semarang, Maret 2013

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERYATAAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN PERSETUJUAN...vi

HALAMAN PENGESAHAN...vii

PRAKATA...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR SINGKATAN...xiv

DAFTAR ISTILAH...xvi

DAFTAR TABEL...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

INTISARI...xx

ABSTRACT...xxii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang dan Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

(10)

2. Secara Praktis...6

BAB II. DESKRIPSI NASKAH DAN ISI TEKS GURINDAM DUA BELAS...16

B. Pedoman Transliterasi, Transkripsi, dan Ejaan...23

1. Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia...23

4. Ejaan yang Disempurnakan Bahasa Indonesia...25

C. Garis Besar Isi Naskah...25

(11)

2. Apparat Kritik...41

BAB III. ANALISIS PRAGMATIK...45

A. Pengertian Pragmatik...45

B. Aspek-Aspek dalam Naskah Gurindam Dua Belas...48

(12)

h) Menutup Aib Orang Lain...89

o) Menyembunyikan kejahatan dan Mendiamkan Kebaikan Diri...95

5. Perilaku Buruk...95

a) Dengki...95

b) Tidak Menutup Aib Orang Lain...96

(13)

9. Mencari Abdi...115

10.Mencari Guru...115

11.Bangsa dan Bahasa...118

12.Pemimpin yang Baik...120

BAB IV. PENUTUP...126

A. Simpulan...126

B. Saran...128

DAFTAR PUSTAKA...130

LAMPIRAN-LAMPIRAN...134

(14)

DAFTAR SINGKATAN

GDB: Gurindam Dua Belas

(15)

DAFTAR ISTILAH

Codex : kodeks, naskah

Naskah adalah semua bahan tulisan

tangan (manuscript)

Codex unicus : naskah tunggal dari suatu tradisi

Dulce et utile : menyenangkan dan berguna

Edisi Diplomatik (Diplomatic Edition) : suntingan teks yang betul-betul

mengikuti apa yang tertera dalam sebuah

naskah tanpa perubahan

Edisi Khusus (Critical Edition) : suntingan ilmiah

suntingan teks yang didasarkan atas

beberapa naskah untuk mendapatkan

bacaan yang sesuai, bacaan yang paling

baik. Suntingan teks ilmiah ini biasanya

dilengkapi dengan aparat kritik (apparatus

(16)

Lacunae : kata yang terlampaui atau bagian kalimat

yang kosong

Pengguguran (elimination) : naskah yang rusak, naskah yang pendek,

naskah yang berbeda versi digugurkan

dalam penentuan naskah yang autoritatif

Teks Autoritatif : teks yang paling unggul dari semua

naskah yang ada dan sudah dibuktikan

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran-Lampiran………...……..133

Halaman Sampul ………..………...…………134

Halaman 1...……...…...………...……….135

Halaman 2………...………..136

Halaman 3………...……….137

Halaman 4………...……….138

Halaman 5………...139

Halaman 6………...….…140

(19)

INTISARI

Purwoningrum, Siti Maryam. 2013. Kajian Pragmatik Naskah Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Skripsi, Program Studi Sastra dan Bahasa Indonesia, Program Sarjana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang. Ken Widyatwati, S.S., M.Hum dan Drs. H. M. Muzakka, M.Hum

Gurindam Dua Belas (GDB) adalah salah satu bentuk puisi lama karya Raja Ali Haji (RAH). Naskah GDB ini berisi petuah-petuah atau nasehat dalam mengarungi kehidupan di dunia ini agar diridhai Allah, dan tergolong ke dalam

kategori “sy‟ir al-Irsyadi” atau puisi didaktik. Ditulis oleh RAH di Pulau Penyengat, Riau, pada tanggal 23 Rajab 1263 H atau 1847 M dalam usia 38 tahun. Mengandung pelajaran dasar tasawuf mengenai ilmu mengenal yang empat, yaitu syariat, hakikat, tarekat, dan makrifat. GDB diterbitkan pada tahun 1854 M dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No.II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahan dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

Penelitian ini bersumber dari naskah salinan yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Melalui langkah ini didapatkan data untuk menganalisis secara pragmatik naskah Gurindam Dua Belas. Penelitian ini menggunakan teori filologi dan pragmatik. Teori filologi digunakan untuk pengumpulan data, deskripsi naskah, transliterasi, hingga apparat kritik. Teori pragmatik menjadi pijakan untuk menggali isi naskah GDB. Melalui kedua teori ini diketahui bahwa naskah GDB memiliki pesan-pesan pragmatik yang disampaikan oleh penulisnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kajian pragmatik naskah gurindam dua belas karya RAH menghasilkan dua belas aspek yang ada di dalam naskah GDB. Di antaranya adalah ajaran akidah, ajaran makrifat, hingga bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang baik. Makna-makna tersebut sangat aplikatif untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian.

(20)

ABSTRACT

Purwoningrum, Siti Maryam. 2013. Pragmatical Study of Gurindam Dua Belas Manuscripts written by Raja Ali Haji. Thesis. Study Program of Indonesian Literature. Under-Graduate Program. Faculty of Humanities Diponegoro University.

Ken Widyatwati, S.S., M.Hum. and Drs. H. M. Muzakka, M.Hum.

Gurindam Dua Belas (GDB) is one of old poems written by Raja Ali Haji

(RAH). The GDB manuscript contains advices to live along with God‟s blessing,

and is categorized as “sy‟ir al-Irsyadi” or didactic poem. It was written by RAH in the age of 38 in Penyengat Island, Riau on 23 Rajab 1263 H or 1847 M. It holds basic precepts of tasawuf concerning knowledge of understanding the four principles, namely, syariat (religious rules), hakikat (essence) and makrifat (understanding). GDB was published in 1854 in Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No.II in Batavia in Arabic and was translated into Dutch by Elisa Netscher.

The research used copied manuscript stored in the National Library of Republic of Indonesia (PNRI). This stage provides the writer to analyze pragmatic meaning of GDB. The theories of philology and pragmatics were applied in this research. Philology theories were applied in collecting the data, describing, transliterating and even criticizing the manuscript. Pragmatic theories became the base to analize the pragmatic meaning in the GDB manuscript. Pragmatic information or messages conveyed by the author of GDB can be found by applying both theories.

The pragmatic studies of GDB manuscript by RAH result in twelve pragmatics meaning on GDB manuscript. There are aqidah, makrifat (understanding), and even the way to be a good leader. Those meanings are easy to apply in the real life.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang dan Masalah

Indonesia memiliki latar belakang budaya tinggi yang tertulis dalam karya sastra. Kekayaan yang dimiliki Indonesia sangat beragam, di antaranya berupa karya sastra, seni, dan kebudayaan. Keanekaragaman karya sastra Indonesia bisa diketahui dengan banyaknya karya sastra daerah. Karya sastra daerah yang sangat terkenal, salah satunya adalah karya sastra Melayu.

Kesusastraan Melayu memiliki dua bentuk utama, yaitu prosa dan puisi. Bentuk kesusastrraan Melayu lama berbeda dengan sastra Indonesia baru mulai dari peraturan penyusunannya hingga isinya. Seperti yang diketahui, bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek & Warren, 1990:1). Sesuai dengan fungsinya yang ada, karya sastra menurut Horatio adalah dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Dianggap berguna karena pengalaman jiwa yang dibeberkan dalam naskah GDB dan dikatakan menyenangkan karena naskah ini enak dibaca.

(22)

melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Sedang manfaatnya, keseriusan itu bersifat didaktis, yaitu keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis, dan keseriusan persepsi. (Wellek & Warren, 1990:26-27).

Sastra pun memiliki makna lain. Menurut Robert Scholes, “sastra itu

sebuah kata, bukan sebuah benda.” Sastra ialah teks-teks yang tidak selalu disusun atau dipakai untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan yang hanya berlangsung untuk sementara waktu saja (Jan van Luxemburg, 1984: 9). Terkait dengan pengertian sastra Tjokrowinoto menjelaskan bahwa:

“Hasil cipta sastra sebagai peristiwa seni, akan memancarkan rasa indah atau rasa estetis. Jika kita berhadapan dengan hasil cipta sastra, maka kesan pertama ialah, bahwa hasil cipta sastra itu memberi kenikmatan atau kepuasan kepada kita. Kepuasan dari membaca hasil cipta sastra yang luhur adalah kepuasan batiniah, kepuasan yang menambah kekayaan batin kita. Kesusastraan menghidangkan kepada kita berbagai masalah manusia dengan segala segi-seginya, suka-dukanya, dan sebagainya. Dengan mengetahui bagaimana sastra kita itu, kita dapat memahami apa yang menjadi kehendak dan cita-cita leluhur kita dahulu. Kita dapat meneruskan dan melaksanakan kehendak atau cita-cita yang belum terkabul. Tetapi kita dapat mengetahui ilmu latar belakang timbulnya suatu ide atau gagasan yang barangkali lain sekali dengan keadaan sekarang. Sekurang-kurangnya kita akan maklum mengapa demikian itu yang menjadi gagasan

nenek moyang kita pada waktu dahulu.” (Tjokrowinoto,

1999:1).

(23)

sebelum tahun 1900 termasuk ke dalam sastra lama, dan termasuk karya sastra baru bila karya-karya sastra tersebut diciptakan setelah tahun 1900. Dengan adanya batasan waktu tersebut terlihat jelas perbedaan bentuk dan isinya.

Jika dilihat dari susunan masyarakat dari masa ke masa, jelas berbeda karena masyarakat pada masa dulu sangat terpengaruh oleh adat istiadat. Pengarang pada masa itu tidak berani mengungkapkan jati dirinya. Pada masa itu para pengarang hanya berani menulis perasaan masyarakat dan mengemukakan keadaan masyarakat yang hidup adil makmur karena kebaikan sri baginda. Serta menceritakan kehidupan keluarga istana yang bahagia dan sejahtera (Tjokrowinoto, 1999: 2).

Menurut Mulder melalui Aminuddin, karya sastra lama sangat kental dan tak dapat dipisah oleh nuansa ajaran-ajaran edukatif dan bernilai positif. (Aminuddin, 1987:72). Bentuk hasil cipta karya sastra itu sendiri yaitu sastra lisan, sastra lama atau klasik, sastra modern. Salah satu bentuk sastra klasik adalah puisi. Puisi Melayu lama itu banyak, salah satunya adalah gurindam. Gurindam berasal dari India yang bermakna suatu sajak dua baris seuntai, serupa dengan pantun kilat. Gurindam1 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat adalah sajak dua baris yang

mengandung petuah atau nasihat, misal baik-baik memilih kawan,

1

(24)

salah bisa jadi lawan). (KBBI, 2008: 469). Isi gurindam adalah kalimat sebab-akibat dan umumnya berisi nasehat dan peringatan agar manusia hidup dengan jujur dan lurus. Karya-karya sastra lama sebagian tidak diketahui nama pengarangnya. Kemudian terjadi perubahan setelah para pengarang pada masa itu mendapatkan pengaruh dari luar, dari tanah Arab atau Eropa (Tjokrowinoto, 1999: 31). Pada naskah Gurindam Dua Belas (selanjutnya disingkat GDB) pengarang mencantumkan namanya di dalam tulisannya tersebut.

Naskah GDB berisi petuah-petuah atau nasihat dalam mengarungi kehidupan di dunia ini agar diridhai Allah. Naskah ini masuk kategori

sy‟ir al-Irsyadi” atau puisi didaktik. Ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau

Penyengat, Riau, pada tanggal 23 Rajab 1263 H atau 1847 M dalam usia 38 tahun. Naskah ini mengandung pelajaran dasar tasawuf mengenai ilmu mengenal yang empat, yaitu syariat, hakikat, dan makrifat. GDB diterbitkan pada tahun 1854 M dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No.II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahan dalam

bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

(25)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a.Akan diapakan teks Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji?

b. Aspek-aspek pragmatik apa sajakah yang terkandung dalam naskah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

a.Peneliti akan membuat suntingan teks beserta terjemahan dari naskah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.

b. Mengungkap aspek-aspek pragmatik yang terkandung dalam naskah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.

D.

Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

(26)

2. Secara Praktis

Mempermudah masyarakat dalam memahami dan memanfaatkan naskah Gurindam Dua Belas serta diamalkan dalam kehidupan keseharian. Di samping itu juga dapat dijadikan rujukan dalam penelitian sejenis.

E.

Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya tentang naskah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji adalah sebagai berikut:

a) Mulyadi dalam skripsinya yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak dalam Gurindam Dua Belas dari FIAI UII, tahun 2001.

Mulyadi di dalam skripsinya itu mendeskripsikan konsep-konsep pendidikan akhlak yang ada di dalam naskah GDB. Bagaimana akhlak terhadap Allah, diri sendiri, lingkungan, dan negara. Deskripsi konsep akhlak tersebut dijelaskan dari sumber naskah GDB.

b) Chortriasih Arifanny dalam skripsinya yang berjudul Analisis Nilai Moral dalam Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji dari

Universitas Muhammadiyah Malang, tahun 2007.

(27)

martabat manusia. Menurut Arifany, naskah GDB ini dapat dipelajari dan dipahami nilai moral dengan benar.

c) Muhammad Hatta dalam tesis berjudul Pesan-Pesan Tasawuf dalam Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji dari Universitas

Riau, tahun 2007.

Penelitian Hatta dalam tesisnya mengungkap pesan-pesan tasawuf yang ada dalam Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Raja Ali Haji menggunakan pendekatan humanistik intuitif dalam menanamkan nilai-nilai religius yang dapat menyentuh perasaan melalui konsep-konsep tasawufnya yang bercorak akhlaki dan amali.

d) Lies Widyawati dalam tesis yang berjudul Kajian Nilai Budaya dalam Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji (Studi

Deskriptif-Analitis Sebagai Bahan Alternatif Pengayaan Pembelajaran Puisi

di SMA) dari UPI, tahun 2009.

(28)

bahan pembelajaran apresiasi sastra, seperti: aspek kesusastraan, pendidikan, bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

e) Baharuddin Suri Muliani dalam skripsinya yang berjudul Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua Belas dari USU, tahun

2010.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu mempunyai perbedaan dengan bahasa lainnya. Bahasa melayu baik lisan maupun tulisan sering dipengaruhi oleh bahasa lainnya. Bahasa Melayu banyak menggunakan gaya bahasa, khususnya gaya bahasa metafora. Gaya bahasa metafora yang merupakan gaya bahasa perbandingan di antara dua objek, sebenarnya bahasa Melayu masih mempunyai keunikan-keunikan lainnya yang dapat dijadikan bahan ataupun objek penelitian.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu karena penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik untuk mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam naskah GDB karya Raja Ali Haji.

2. Landasan Teori

a) Teori Filologi

(29)

Naskah lama adalah semua bahan tulisan peninggalan nenek moyang pada kertas, lontar, dan sebagainya yang ditulis tangan dan memakai bahasa-bahasa tertentu. Naskah dalam bahasa Latin disebut codex, manuscript jika dalam versi Inggris, dan handschrift sebutan dalam bahasa Belanda. Suatu naskah mendapat golongan yang berbeda-beda, seperti undang-undang, cara-cara meramu obat, cara membangun rumah (non-sastra) dan ada pula penggolongan karya sastra dalam pengertian khusus: gurindam, mite, cerita-erita dongeng. (Djamaris, 2002: 3).

(30)

bacaan tersebut karena faktor kesengajaan dalam proses penyalinan. (Muzakka, 2011: 210).

Naskah GDB ditemukan sebagai naskah salinan. Pada penelitian ini menggunakan metode diplomatik. Metode ini dipilih karena isi naskah dianggap penting dari segi bahasa sehingga diperlakukan secara khusus atau istimewa. Selanjutnya teks akan disajikan seteliti-telitinya tanpa ada perubahan dan ditampilkan sebagaimana apa adanya. Bentuk yang paling sempurna dari metode ini adalah reproduksi fotografis dan hasil reproduksi fotografis disebut faksimile. Dengan menggunakan metode ini tunjuan yang hendak dicapai adalah mempertahankan kemurnian teks (Djamaris, 2002: 25).

b) Teori Pragmatik

Pendekatan pragmatik secara historis terkandung dalam Ars Poetica sejak tahun 14 SM. (Abrams melalui Nyoman, 2009: 71).

Pragmatik (pragmatic) adalah kajian atau makna yang muncul atas penggunaan bahasa. Setiap pakar memiliki definisi berbeda-beda atas deskripsi mengenai pragmatik. Pragmatik merupakan kajian tentang arti yang dikomunikasikan pembicara dan diinterpretasikan pendengar.

(31)

mendapat pengaruh konseptual dari disiplin ilmu filsafat dan psikologi. (Harahap, 2008: 24-25).

Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.

Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator hanya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya berbagai-bagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.” (Nyoman, 2009: 71 -72).

(32)

karya sastra. Dan pengarang memiliki tujuan tertentu yang hendak disampaikan kepada pembaca. Tak bisa dielak bahwa karya sastra adalah hasil ungkapan pengarang terhadap keadaan di sekitarnya, banyak sekali faktor-faktor sosial dan kultural (sosial budaya) yang mempengaruhi isi karya sastra tersebut. Maka dari itu, dalam hal ini naskah GDB ada banyak sekali kandungan nilai-nilai luhur dan ajaran didaktis yang bisa diambil. Pendekatan ini menekankan pada fungsi nilai-nilai dalam teks sehingga dapat mengetahui manfaat yang ada di dalamnya.

F.

Metode Penelitian

Metode adalah cara atau langkah yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Metode yang peneliti gunakan mestilah sesuai dengan obyek material yang dihadapi oleh peneliti tersebut.

Langkah kerja filologi dalam penelitian ini, sesuai dengan metode penelitian filologi Edwar Djamaris, sebagai berikut:

1. pengumpulan data (inventarisasi naskah) 2. deskripsi naskah

3. pertimbangan dan pengguguran naskah (recentio dan eliminatio) 4. penemuan naskah yang asli (autografi), mendekati asli (arkhetip) atau naskah autoritatif

(33)

7. suntingan teks 8. glosari

9. komentar teks a) Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data naskah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Hajii peneliti menggunakan studi pustaka, yaitu dengan studi katalogus. Melalui Direktori Edisi Naskah Nusantara dan Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia diperoleh data bahwa bentuk naskah salinan

Gurindam Dua Belas ditemukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dengan kode W 233.

b) Analisis Data

Data yang peneliti dapatkan akan dianalisis menggunakan metode pragmatik. Langkah ini digunakan untuk menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah.

c) Penyajian Hasil Analisis Data

(34)

G.

Sistematika Penulisan Skripsi

Proses penulisan skripsi ini akan dibagi dalam empat bab yang akan disusun secara runtut dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang dan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode, dan akan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi. Bab II Berupa deksripsi mengenai naskah GDB, transliterasi dan terjemah, apparat kritik, dan suntingan teksnya.

(35)

BAB II

DESKRIPSI NASKAH DAN ISI TEKS

GURINDAM DUA BELAS

A.

Deskripsi Naskah

Hasil studi katalogus Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia terhadap naskah Gurindam

Dua Belas didapatkan bahwa naskah GDB dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Netscher De Twaalf Spreukgedichten diterbitkan oleh Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap II, Batavia tahun 1854. Naskah lain disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan saat ini keadaannya sudah sangat rapuh. Ketika peneliti berada di lokasi, sulit meminta izin kepada petugas untuk dapat melihat naskah demi keperluan penelitian. Beruntung pihak PNRI sudah berinisiatif untuk menyalin naskah aslinya. Mereka telah menyelamatkan keberadaan aset bangsa Indonesia.

(36)

diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia, terdimpan di Ecole Francaise

D‟Extreme Orient dan merupakan naskah koleksi Van D‟Extreme Orient. W 233, ada 7 halaman, serta disalin tahun 1846, [R#523], bentuk rol (MF

20.03). Kode “w” berarti itu adalah koleksi Van De Wall.

1. Umum

a. Tempat Penyimpanan Naskah: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI)

b. Judul Naskah : Inilah Gurindam Dua Belas Namanya

c. Nomor : W 233

d. Jumlah Teks : Satu

e. Jenis : Gurindam

f. Bahasa : Melayu Lama g. Tanggal Penulisan : 30 Rajab 1263 H

h. Tempat Penulisan : Pulau Penyengat, Provinsi Riau i. Penulis/Penyalin : Raja Ali Haji/Haji Samuni j. Pemilik Naskah : PNRI

k. Katalog Lain : - 2. Bagian Buku

a. Bahan/Alas : Seperti perkamen (kertas agak tebal, kaku, dan terlihat kasar)

(37)

d. Kondisi : baik, tidak rapuh e. Jumlah Halaman : 7 halaman

f. Jumlah Baris Per Halaman : Rata-Rata 6 baris per halaman g. Jarak Antar Baris : 1 cm

h. Jumlah Halaman yang Ditulis: 7 halaman i. Jumlah Lembar Pelindung : -

j. Jumlah Kuras/Susunan Kuras: -

k. Ukuran Halaman : 14,1 x 20 cm l. Ukuran Pias : -

m. Cara Penggarisan : menggaris dengan tinta n. Kolom : 2 kolom

o. Penomoran Halaman : ada 3. Tulisan

a. Aksara : huruf Arab

b. Jenis Huruf : Arab-Melayu c. Jumlah Penulis : -

d. Tanda Koreksi : - e. Pungtuasi : -

f. Rubrikasi : -

g. Hiasan Huruf : -

h. Iluminasi : -

(38)

4. Penjilidan

a. Bahan Sampul : karton tebal b. Ukuran Sampul : 14,1 x 20 cm

c. Rusuk : -

d. Pengikat : -

e. Perbaikan : -

f. Bahan Sampul : - g. Motif Sampul : - 5. Sejarah

a. Kolofon -

b. Catat Ciri Kepemilikan

“Selesai disalin oleh Haji Samuni pada hijrah Nabi tahun seribu empat ratus tiga puluh satu kepada dua puluh enam bulan Rajab hari Jumat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”

c. Kutip Catatan Lain -

d. Cara Memperoleh Isi Memesan ke pihak PNRI 6. Isi

a. Ringkasan Naskah

(39)

sahabat-sahabatnya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan pengertian gurindam, syair, serta mengungkapkan keinginannya pribadi untuk menyusun sebuah gurindam. Lalu dengan kerendahan hatinya,

RAH meminta agar siapapun yang “mendengarkan” gurindam ini

dan merasa masih ada yang belum sempurna, maka harap disempurnakan. Isi gurindam pasal pertama memperkenalkan ilmu makrifat yang terdiri dari empat hal (mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, mengenal akhirat). Pada pasal kedua menegaskan kembali bahwa orang yang mengenal makrifat ia mengetahui maknanya takut, dilanjut dengan pembahasan beberapa bagian dari rukun iman. Pasal ketiga membahas mengenai faedah memelihara alat-alat tubuh, dan dilanjut membahas sifat-sifat tidak terpuji pada pasal empat. Berlanjut ke pasal lima hingga pasal kedua belas berisi nasehat-nasehat RAH dalam menjalani kehidupan keseharian, bermasyarakat, dan bernegara.

b. Kutip Teks Awal W233

Inilah Gurindam Dua Belas Namanya Halaman 1

(40)

Selasa maka diilhamkan Allah Ta‟ala kepada kita yaitu Raja Ali

Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu yang boleh juga jadi diambil faedah sedikit2 daripada perkataannya itu pada orang yang ada menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu hanya dua belas di dalamnya.

Syahdan

Adalah beda antara gurindam dan syair itu aku nyatakan pula bermula arti syair Melayu itu perkataan yang bersajak yang serupa dua berpasang pada akhirnya dan tiada berkehendak pada sempurna perkataan pada satu2 pasangannya bersalahan dengan gurindam adapun arti gurindam itu yaitu perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna perkataannya satu pasangannya sahaja jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan syair sajak yang kedua itu jadi seperti jawab bermula inilah rupanya syairnya Dengarkan Tuan suatu rencana

mengarang di dalam gundah gulana Barangkali gurindam kurang kena Tuan betulkan dengan sempurna

Inilah arti gurindam yang di bawah syatar ini

Persimpanan yang indah yaitu ilmu yang memberi faedah

(41)

c. Kutip Teks Akhir

Halaman 6

Ini Gurindam Pasal yang Kedua Belas (XII) Raja mufakat dengan menteri

seperti kebun berpagarkan duri Betul hati kepada raja tanda jadi sebarang kerja

Hukum adil atas rakyat tanda raja beroleh inayat

Kasihkan orang yang berilmu tanda rahmat atas dirimu

Hormat akan orang yang pandai tanda mengenal kasa dalam cindai Ingat dirinya mati

inilah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata kepada hati yang tidak buta

Tamatlah gurindam yang dua belas pasal yaitu karangan kita Raja Ali Haji pada tahun hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga kepada tiga likur hari bulan Rajab hari Selasa jam pukul lima Negeri Riau Pulau Penyengat

Selesai disalin oleh Haji Samuni pada hijrah Nabi tahun seribu empat ratus tiga puluh satu kepada dua puluh enam bulan Rajab hari Jumat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

7. Lain-Lain

(42)

B.

Pedoman Tranliterasi, Transkripsi, dan Ejaan

Transliterasi naskah GDB merupakan proses penggantian huruf demi huruf dari huruf Arab-Melayu ke huruf Latin. Berikut pedoman umum dalam melakukan proses transliterasi dan terjemahan:

2) Terjemahan dan transliterasi diletakkan berdampingan ke dalam dua (2) kolom

3) Transliterasi dicetak dalam huruf miring untuk memudahkan pembedaan antara transliterasi dan terjemahan

4) Transkripsi disertakan di dalam kolom transliterasi

5) Penomoran angka Arab (1,2,3,...) digunakan pada transliterasi dan terjemahan

6) Satu garis miring (/) pada setiap 2 baris, dan dua garis miring (//) menunjukkan pemberhentian pada tiap pasal

7) Tanda garis miring disertai titik di tengahnya (/.../) menunjukkan bahwa kata atau teks dalam naskah tidak terbaca

8) Catatan kaki (1,2,3,...) untuk penomoran apparat kritik yang terdapat di dalam transkripsi dengan penjelasan dibawahnya

9) Penomoran angka Arab (1,2,3,...) digunakan pada transliterasi dan terjemahan

1. Pedoman Transliterasi Arab Indonesia

(43)

Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

ا

`

ز

z

ق

q

ب

b

س

s

ك

k

ت

t

ش

sy

ل

l

ث

ts

ص

sh

م

m

ج

j

ض

d

ن

n

ح

h

ط

t

و

w

خ

kh

ظ

z

ه

h

د

d

ع

ء

ذ

ż

غ

g

ي

y

ر

r

ف

f -

Tabel 1. Aksara Arab-Indonesia

2. Pedoman Aksara Arab-Melayu

Sebutan Aksara Sebutan Aksara

ca چ pa ڤ

nga ڠ nya ڽ

(44)

3. Pedoman Penulisan Vokal a.Vokal Pendek



: a



: i



: u



b.Vokal Panjang



: ā



: ī



: ū

c.Diftong



: ai



: au

4. Ejaan yang Disempurnakan Bahasa Indonesia

Penggunaan ejaan yang akan dipakai di sini adalah ejaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2009 Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

C.

Garis Besar Isi Naskah

(45)

antara gurindam dengan syair itu seperti apa dan diakhiri ungkapan hasratnya untuk menulis GDB ini.

Pasal pertama mendeskripsikan pentingnya setiap orang memegang

kuat agama Islam agar memiliki “nama” di hadapan Tuhan. Pegangan

agama yang kuat menjadikan seseorang itu termasuk orang yang makrifat: mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat.

Pasal kedua mendeskripsikan bahwa orang-orang yang mengenal semua yang disebut di atas maka ia termasuk orang yang memahami makna takut yang sebenarnya. Orang tersebut akan melaksanakan rukun Islam seperti: shalat, puasa, zakat,dan haji.

Pasal ketiga mendeskripsikan manfaat ketika anggota tubuh itu dapat dijaga dengan baik. Menjaga mata, kuping, lidah, tangan, perut, kemaluan, hingga menjaga kaki.

Pasal keempat mendeskripsikan tentang hati yang menjadi kerajaan di dalam tubuh. Dijelaskan di dalam pasal ini bagaimana penyakit-penyakit yang mengjangkiti hati itu akan berakibat buruk.

Pasal kelima mendeskripsikan interaksi dalam kehidupan berbangsa. Mulai dari bagaimana mengenal orang yang berbangsa, bagaimana mengambil bekal di dunia, dan bagaimana perilaku ketika sedang bergaul (bercampur dengan orang lain).

(46)

berikutnya dijelaskan kembali oleh RAH bagaimana akibat dari perangai-perangai buruk manusia.

Pada pasal kedelapan RAH memaparkan bahwa perangai-perangai buruk yang dijelaskannya itu harus sebisa mungkin dijauhi dalam kehidupan keseharian. Berlanjut pada pasal sembilan RAH menjelaskan seperti apa langkah-langkah setan dalam melaksanakan pekerjaannya menggoda manusia di dunia ini.

Pada pasal kesepuluh RAH memaparkan bagaimana seharusnya akhlak terhadap orang tua, teman, dan seterusnya. Pasal kesebelas dijelaskan bagaimana akhlak baik semestinya: akhlak kepada saudara sebangsa, sikap ketika hendak marah, dan seterusnya.Pasal keduabelas sebagai pasal terakhir di sini menjelaskan bagaimana akhlak kepemimpinan dalam Islam, seperti apakah ketika menjalankannya. Gurindam ini ditutup dengan ungkapan waktu dan tempat RAH membuat karangan ini, serta tambahan informasi dari pihak PNRI sendiri mengenai naskah salinan GDB.

1. Transliterasi Naskah GDB

Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji)

Transliterasi Transkripsi

(1) Halaman Kaver W233

Inilah Gurindam Dua Belas

Namanya

(1) Halaman Kaver W233

(47)

(2) Halaman 1

tatkala sampailah hijrah Nabi

kepada 1263 sanah kepada dua

puluh tiga hari bulan Rajab hari

Selasa maka diilhamkan Allah

Ta‟ala kepada kita yaitu Raja Ali

Haji mengarang satu gurindam

cara Melayu yaitu yang boleh juga

jadi diambil faedah sedikit2

daripada perkataannya itu pada

orang yang ada menaruh akal

maka adalah banyaknya gurindam

itu hanya dua belas di dalamnya.

Syahdan1)

Adalah beda antara gurindam dan

syair itu aku nyatakan pula

bermula arti syair Melayu itu

perkataan yang bersajak yang

serupa dua berpasang pada

akhirnya dan tiada berkehendak

pada sempurna perkataan pada

satu2 pasangannya bersalahan

dengan gurindam adapun arti

(2) Halaman 1

Segala puji bagi Tuhan Penguasa Alam raya serta shalawat kepada nabi akhir zaman beserta keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Ama bakdu. Pada tahun 1263 H, hari ke-23

(Selasa) di bulan Rajab Allah Ta‟ala mengilhamkan Raja Ali Haji untuk mengarang satu gurindam gaya Melayu yang bisa diambil faedah didalamnya untuk mereka yang berakal. Gurindam ini ada dua belas pasal.

Syahdan Gurindam dan syair itu berbeda. Syair

(48)

gurindam itu yaitu perkataan yang

Tuan dengarkanlah rencana saya

mengarang dalam keadaan gundah gulana Jika gurindam ini kurang berkenan di hati Tuan betulkan hingga sempurna

Inilah arti gurindam:

Ungkapan kata yang indah, berupa ilmu yang memberi faedah

Aku akan bertutur tentang suatu gurindam yang teratur

(49)

Sekali-kali tiada boleh

Suruh dan tegahnya6) tiada ia

menyalah7)//

Barangsiapa mengenal akhirat

Tahulah ia dunia mudharat9)//

Ini gurindam pasal yang kedua

(II) Maka telah mengenal Tuhan Yang Maha

Menggadakan

(50)

sembahyang

Seperti rumah tiada bertiang//

Barangsiapa meninggalkan puasa

Tidaklah mendapat dua temasa10)//

Barangsiapa meninggalkan zakat

Khabar jahat tiadalah damping11)//

Apabila terpelihara lidah

(51)

Apabila perut terlalu penuh12)

Keluarlah kotoran yang sangat menjijikan Kemaluan hendaklah benar-benar dijaga dari situ banyak orang kehilangan

jikalau zalim segala anggauta pun

rubuh15)//

di situlah orang yang tergelincir//

(4) Halaman 3

Hati itu kerajaan di dalam tubuh jika zalim maka seluruh anggota pun rusak Ketika dengki sudah bernanah akan datang dari dalamnya anak panah berpikir matang sebelum mengumpat dan memuji

(52)

Pekerjaan marah jangan dibela16)

aib dirinya tiada ia sangka18)//

Bakhil jangan diberi singgah19)

aib dirinya tidak terjadi secara kebetulan Jangan beri tempat untuk pelit jika tidak orang lain yang berkata

(53)

Ini Gurindam Pasal yang Kelima tidak pernah jemu untuk bertanya dan

belajar

Jika hendak mengenal orang yang berakal selama di dunia menyiapkan perbekalan

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai

(54)

Ini Gurindam Pasal yang Keenam

pilih segala orang yang setiawan//

(55)

suka

Itulah tanda pekerjaan yang salah jalan Apabila anak tidak dididik

jika besar bapaknya lelah Apabila banyak mencela orang itulah tanda kelemahan dirinya

(56)

tiada boleh orang berbuat onar//

Barangsiapa khianat dengan dirinya sendiri apalagi kepada orang lain

dengan diri sendiri aniaya

jangan percaya kepada orang yang seperti itu

Lidah yang suka membela diri sendiri orang lain dapat kesalahannya

(57)

Ini Gurindam Pasal yang

di situlah syaitan punya jamuan//

(58)

(X)

supaya tangannya jadi kafill26)//

(59)

buanglah khianat//

tanda raja beroleh inayat30)//

(60)

inilah asal berbuat bakti//

empat ratus tiga puluh satu kepada

dua puluh enam bulan Rajab hari

Jumat di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia

Akhirat itu nyata Bagi hati yang tidak buta

Tamatlah gurindam dua belas pasal karangan Raja Ali Haji pada tahun 1263 H, hari ketiga puluh di bulan Rajab (Selasa), Rajab (Jumat) di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

10. Apparat Kritik 1

syahdan = kata yang biasa dipakai pada permulaan cerita atau bab

1

barang = segala sesuatu, apa saja

9

(61)

10

13 fi‟il = perbuatan, kerja, kelakuan

14

pekung = sejenis penyakit kulit yang teruk seakan-akan bisul yang sangat besar

dan berbau busuk

ketur = sejenis tempat berludah, peludahan

22

berperi = bersinar

23

direpi = mudah dipatahkan atau dipecahkan

24 sesat = tersalah jalan

25

balai = pejabat, rumah dalam lingkungan istana

26 kafiil = (versi kamus dewan: kafi)

cukup, lengkap

27 hujjah = pendapat

28 dimalui = menaruh malu pada

29 melalui = membawa

30 inayat

= pertolongan, bantuan

31

cindai = sejenis kain sutera berbunga-bunga (warnanya menyerupai warna ular

(62)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK

A.

Pengertian Pragmatik

Pendekatan telaah pragmatik merupakan pendekatan yang didasarkan pada pembaca. Kajian pragmatik menunjuk pada adanya konsep komunikasi sastra yang dirumuskan dengan istilah do cere (memberikan ajaran), delectare (memberikan kenikmatan), dan movere (menggerakkan pembaca) (Endraswara, 2008: 117).

RAH dalam naskah GDB telah menunjukkan pengetahuan yang luas tentang ajaran Islam yang dipadukan dengan penguasaan yang optimal terhadap gurindam (puisi lama) Melayu dan kata-kata yang terangkai sangat indah. Dari hasil pembacaan secara pragmatik, peneliti membagi pokok-pokok yang akan dibahas menjadi beberapa aspek.

1. Ajaran Akidah a. Sembahyang b. Puasa

c. Zakat d. Haji

(63)

c. Mengenal Dunia d. Mengenal Akhirat 3. Akhlak

a. Menjaga Mata b. Menjaga Telinga c. Menjaga Lidah d. Menjaga Tangan e. Menjaga Perut f. Menjaga Kemaluan g. Menjaga Kaki h. Menjaga Hati 4. Perilaku Baik

a. Bahagia b. Mulia

c. Berperangai Baik d. Sabar

e. Bekerja Dengan Benar f. Ramah

g. Hemat

h. Menutup Aib Orang Lain i. Bijak Mendengar Aduan j. Berkata Lembut

(64)

l. Sadar Kesalahan Sendiri (Taubat) m. Menghormati Majelis

n. Amanat

o. Menyembunyikan Kejahatan dan Mendiamkan Kebaikan Diri 5. Perilaku Buruk

a. Dengki

b. Tidak Menutup Aib Orang Lain c. Bakhil

d. Berbuat Kasar e. Takabur (Sombong) f. Berlebihan Suka g. Kurang Siasat h. Berbuat Kasar

i. Merasa Benar Sendiri j. Berkata Kotor

k. Mengumpat dan Sebaliknya l. Sikap Marah

m. Berbuat Bohong n. Mencela Orang o. Khianat

p. Aniaya q. Pamer

(65)

6. Mencari Keluarga 7. Mencari Sahabat 8. Mencari Kawan 9. Mencari Abdi 10.Mencari Guru 11.Bangsa dan Bahasa 12.Pemimpin yang Baik

B. Aspek-Aspek dalam Naskah Gurindam Dua Belas 1. Ajaran Akidah

/Barangsiapa tiada memegang agama/ /Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama/ /Barangsiapa mengenal yang empat/ /Maka ia

itulah orang yang ma‟rifat/ (RAH, 2).

Secara pengertian, kkidah adalah kepercayaan dasar; keyakinan

pokok (KBBI, 2008:27). Akidah islamiyah itu berupa beriman kepada Allah Swt., para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada qadha dan qadhar. Bentuk aplikasinya itu berupa ibadah-ibadah.

/Barangsiapa mengenal yang tersebut/ /Tahulah ia maknanya takut/ (RAH, 2). Allah adalah yang paling berhak atas sifat

(66)

memberikan penjelasan kepada kita tentang bagaimana seharusnya menanamkan nilai-nilai aqidah yang berwujud pada ibadah, sejak masih kecil. Beliau berkata:

“Cara menanamkan nilai-nilai aqidah ini bukannya dengan cara membekali anak dengan kemampuan berdebat atau adu argumentasi, melainkan dengan jalan membuat anak sibuk dengan membaca alquran dan tafsirnya, membaca hadits-hadits berikut kandungan maknanya, serta menjadikannya sibuk melakukan berbagai aktivitas ibadah. Dengan demikian, kepercayaan dan keyakinan yang ada pada diri anak akan semakin kokoh, sejalan dengan semakin seringnya ia mendengarkan dalil-dalil alquran dan juga sejalan dengan semakin seringnya ia menelaah bukti-bukti yang terkandung dalam hadits-hadits Nabi berikut berbagai pelajaran yang ia dapatkan di dalamnya. Semua ini diperkokoh pula oleh cahaya-cahaya ibadah dan amalan-amalan yang dikerjakannya, yang senantiasa menambah

teguhnya aqidah.” (Suwaid, 2004: 158).

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Nuh: 31 yang berbunyi:

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” Asasnya

(67)

Ibadah-ibadah yang dibahas dalam naskah GDB oleh RAH

adalah shalat, puasa, zakat, dan haji. Semua itu merupakan bagian dari rukun Islam yang terdiri atas lima perkara.

a. Sembahyang (Shalat)

/Barangsiapa meninggalkan sembahyang/ /Seperti rumah tiada bertiang/ (RAH, 2). Sembahyang adalah shalat (KBBI, 2008: 1259). Ash-Shalah atau shalat menurut bahasa adalah doa, rahmat, dan istighfar, serta pujian baik dari Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. Ash-Shalah adalah ibadah yang terdiri dari rukuk dan sujud, seperti yang disebutkan dalam Qamus Al-Muhith. Ash-Shalah menurut istilah syari‟at adalah beberapa ucapan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. (Jad, 2008: 79). Nabi Muhammad Saw.

bersabda mengenai keutamaan shalat sebagai berikut: “Pokok

segala urusan adalah Islam. Tiangnya adalah shalat dan

puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Muslim).

Ulama-ulama klasik maupun kontemporer memiliki perbedaan besar mengenai hukum orang yang meninggalkan shalat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

“Mengenai orang yang meninggalkan shalat, para ulama berbeda pendapat: Imam Ahmad, Ishaq, Ibnu Khuzaimah, Abu Ath-Thayyib bin Salamah, Abu Ubaid bin Juwairiyyah, Manshur Al-Faqih, Abu

Ja‟far At-Tirmidzi, dan beberapa pengikut madzhab Maliki dan Asy-Syafi‟i berpendapat bahwa orang tersebut kafir meskipun tidak menolak hukum

(68)

Jumhur ulama berpendapat bahwa orang tersebut harus dibunuh sebagai hukuman. Sedangkan Imam Abu Hanifah dan Al-Muzani berpendapat bahwa orang tersebut tidak kafir dan tidak pula dibunuh. Dalil yang paling kuat dari pendapat ini adalah hadits Ubadah bin Ash-Shamit yang menyebutkan:

“Allah telah mewajibkan shalat lima waktu kepada

hamba-hamba-Nya. Barangsiapa yang mendirikannya, dengan tidak meremehkan sedikitpun hak-hak dari kelima shalat tersebut, maka ia berhak mendapatkan janji Allah untuk memasukkannya ke surga. Dan barangsiapa yang tidak mau mendirikannya, maka dia tidak berhak mendapatkan janji Allah, jika berkehendak maka Allah akan menyiksanya dan jika berkehendak, maka Allah akan

memasukkannya ke surga.”

Imam Ahmad dan para ulama yang sependapat dengannya bertendensikan pernyataan beberapa hadits yang mengkafirkannya. Sedangkan kelompok yang menentangnya menafsirkan pengertian yang terkandung dalam hadits tersebut dengan mengatakan bahwa orang tersebut bagaikan orang kafir atau menempati tempatnya (tidak kafir), sebagai bentuk penyelarasan dan pengkomparasian antara hadits-hadits tersebut. (Jad, 2008: 85-86).

Shalat merupakan suatu kewajiban bagi seorang yang mengaku muslim. Sebagaimana firman Allah dalam QS.

An-Nisa‟:103 yang artinya: “...maka dirikanlah shalat (sebagaimana

(69)

waktunya atas orang-orang yang beriman.” Shalat merupakan rukun Islam kedua dari lima rukun Islam. Sabda Nabi Saw.:

“Islam dibangun di atas lima hal, yaitu bersaksi

bahwa tak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Mendirikan shalat, membayar zakat,

naik haji ke Baitullah, dan puasa bulan Ramadhan.”

(HR. Bukhari).

Secara sadar kita dapat memahami pengibaratan RAH di atas. Jika akidah itu ibarat sebuah rumah, maka rumah tersebut akan kokoh dengan keberadaan shalat sebagai tiangnya. Jika tidak dipasang tiang (shalat tidak ditegakkan) maka hal tersebut bagaikan sebuah rumah yang tidak ada tiangnya.

b. Puasa

/Barangsiapa meninggalkan puasa/ /Tidaklah mendapat dua temasa/ (RAH, 2). Puasa adalah salah satu rukun Islam berupa

ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari; saum (KBBI, 2008: 1110). Puasa ditinjau dari segi bahasa adalah menahan. Penulis kitab Al-Qamus berkata,

Shama, Shauman wa Ishtathama berarti menahan diri dari makanan, minuman, berbicara, nikah (bersenggama), dan berjalan (melakukan perjalanan).” Puasa ditinjau dari segi syara‟ adalah menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa di siang hari dengan disertai niat (Jad, 2008: 199). Hikmah

(70)

menjadi orang yang bertakwa”, memunculkan beberapa keutamaan yang sangat banyak jumlahnya yang di antaranya adalah:

1) Allah menisbatkan puasa kepada Diri-Nya sendiri

Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw., beliau bersabda:

“Allah berfirman, “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku sendirilah yang akan membalas atas apa yang ia tinggalkan dari syahwatnya, makanan dan minumannya karena-Ku. Puasa adalah perisai. Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan; satu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan yang lain adalah ketika ia bertemu dengan berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya.

(71)

pertama adalah tabiat manusia. Yaitu satu tabiat yang sangat dibutuhkan manusia hidup.

Tabiat kedua adalah tabiat ketuhanan untuk dapat sampai menemukan rahasia penyucian diri dalam usahanya meninggalkan perkara-perkara yang dapat mengganggu badan dan mengganggu keyakinannya terhadap Dzat yang Maha Kuasa.

Keutamaan puasa sebagaimana sabda Nabi Saw.: “Puasa adalah

perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang kamu dalam

perang dari serangan musuh.” (HR. Ahmad dan lain-lain. As-Suyuti tidak memberi komentar apa-apa). Puasa memiliki banyak keutamaan secara kejiwaan, sosial, dan kesehatan. Puasa membiasakan orang untuk bersabar, mengendalikan nafsu, dan melahirkan ketakwaan sebagaimana firman Allah Ta‟ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah:185). Selain itu puasa menjadikan umat disiplin dan bersatu, cinta keadilan dan persamaan, membentuk rasa kasih sayang dan kebajikan antar sesama. Puasa pun membersihkan lambung dan memperbaiki pencernaan serta dapat mengurangi lemak yang ada di dalam tubuh. Isi gurindam di atas senada dengan hadits yang di atas.

(72)

Bukan hanya dosa yang didapat ketika seseorang tidak melaksanakan kewajiban berpuasa. Dengan tidak berpuasa ia tidak membuktikan bahwa dirinya orang yang bertakwa kepada Allah, tidak memiliki perisai dari tipu daya setan dan mudah dikuasai syahwat, mudah terserang penyakit, dan tidak peka jiwa sosialnya.

c. Zakat

/Barangsiapa meninggalkan zakat/ /Tiadalah hartanya beroleh berkat/ (RAH, 2). Zakat adalah jumlah harta tertentu

yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dsb) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak (KBBI, 2008: 1569). Keberkahan suatu harta, seperti yang ditulis oleh RAH adalah dengan mengerjakan zakat, bukan dengan meninggalkannya. Penjelasan berdasarkan syariat Islam berikut ini memperjelas perkataan RAH.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk membayar zakat ketika harta yang dimilikinya sudah mencapai nisab disertai syarat-syarat tertentu. Firman Allah Ta‟ala:

“Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah

(73)

harta, sebab zakat merupakan hak orang fakir yang ada di dalam harta orang kaya sebagaimana hadits berikut:

“Dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya ketika Rasulullah Saw. mengurus Mu‟adz r.a untuk pergi ke Yaman, beliau berpesan kepadanya, “Wahai Mu‟adz,

sesungguhnya kamu akan berada di lingkungan ahli kitab. Maka pertama kali yang harus kamu serukan kepada mereka adalah menyembah Allah. Jika mereka telah mengenal Allah, maka beritahulah mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Apabila mereka telah mengerjakannya, maka beritahulah mereka bahwa Allah telah mewajibkan untuk membayar zakat dari harta yang mereka miliki untuk diberikan kepada orang-orang fakir mereka. Apabila mereka mau menaatimu, maka ambillah harta dari mereka dan tahanlah harta yang paling mulia yang dimiliki

orang-orang” (HR. Al-Bukhari, hadits sahih).

Zakat dapat dilihat dari dua sudut pandang. Yaitu zakat adalah ibadah dan zakat berkaitan dengan harta benda. Dari sudut pandang pertama, yaitu zakat sebagai ibadah, maka kewajiban zakat disyaratkan bagi orang muslim. Sebab selain muslim berarti tidak dibebani dengan suatu ibadah. Zakat termasuk dalam pilar-pilar penyangga Islam sebagaimana yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw. Sudut pandang kedua, yaitu menilik zakat berkaitan dengan harta benda, maka disyaratkan:

1) Hendaknya harta tersebut berasal dari orang muslim yang kaya untuk diberikan kepada orang muslim yang fakir dan merupakan kelebihan dari kebutuhan primer si kaya. Allah

(74)

mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.”

(Al-Baqarah: 219). Inilah yang dimaksudkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Harta yang diambil dari orang

-orang kaya.” Maka dari itu, harta yang akan dikeluarkan

zakatnya harus sudah ada satu nisab, sebagaimana keterangan yang tertera pada hadits-hadits berikut:

a) Dalam Ash-Shahihain disebutkan, bahwasanya Abu Sa‟id r.a berkata, Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Tidak ada zakat pada harta yang kurang dari

lima uqyah. Tidak ada zakat pada binatang yang kurang dari lima ekor. Dan tidak ada zakat

pada harta yang kurang dari lima wasaq “

(HR.Al-Bukhari, hadits sahih).

b) Dari Jabir bin Abdillah r.a, dari Rasulullah Saw., beliau

bersabda, “Tidak ada zakat emas yang kurang dari lima uqiyah. Tidak ada zakat unta yang kurang dari lima ekor.

Tidak ada zakat kurma yang kurang dari lima wasaq”

(HR. Muslim).

(75)

d) Zakat tidak wajib kecuali harta yang bersangkutan sudah mencapai satu tahun. Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia

berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada zakat pada harta benda hingga mencapai satu tahun” (HR. Abu Daud). Hal ini tidak

melarang orang mukmin yang hendak menyegerakan zakatnya sebelum sempurna satu tahun.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a bahwasanya Al-Abbas pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang menyegerakan zakatnya sebelum mencapai satu tahun. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepada Al-Abbas (HR. Hadist riwayat Abu Dawud, hadist hasan). (Jad, 2008: 255-258).

Ada ancaman di dalam Alquran dan hadist. Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah Saw. pernah bersabda,

“Ak diperintahkan agar memerangi manusia hingga mereka

mau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, serta membayar zakat. Apabila manusia mau mengerjakan itu semua, maka darah dan harta mereka aku jaga kecuali atas hak Islam. Adapun hitungan atas amal mereka ada pada

(76)

dirinya termasuk golongan kaum muslimin namun membeda-bedakan antara shalat dengan zakat. Shalat didirikan, namun zakat tidak ditunaikan. Dalam Ash-Shahihain disebutkan

bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Abu Bakar r.a. mengatakan: “Demi Allah, andaikata mereka enggan dariku

dengan anak kambing betina (tidak mau membayarkannya kepadaku sebagai zakat) yang mestinya akan diberikan kepada Rasulullah Saw., maka aku akan memerangi mereka

semua atas sebeb keengganannya itu.” Umar r.a. berkata, “Demikian itu tidak lain menunjukkan bahwa Allah telah

melapangkan hati Abu Bakar untuh menabuh genderang perang (memerangi mereka). Maka aku pun sadar bahwa

Abu Bakar adalah yang benar.” (Jad, 2008: 251). d. Haji

/Barangsiapa meninggalkan haji/ /Tiadalah ia menyempurnakan janji/ (RAH, 2). Haji adalah rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yang harus dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan berziarah ke Kakbah pada bulan (Zulhijah) dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sai, dan wukuf di Padang Arafah (KBBI, 2008: 474).

(77)

yang berbunyi, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia

terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan

perjalanan ke Baitullah.” Haji itu kewajiban bagi yang mampu

atau sanggup (isthitha‟ah), maksudnya adalah berupa bekal dan kendaraan, atau memiliki sesuatu yang dapat digunakan untuk memperoleh hal itu yaitu berupa kelebihan harta dari bekal hidup untuk dirinya dan keluarganya.

Melaksanakan haji karena Allah dapat diampuni dosa yang ada. Seorang mukmin sepulang dari melaksanakan haji keadaannya seperti hari dimana ia dilahirkan oleh ibunya (tanpa dosa sedikitpun). Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah

Saw. bersabda, “Barangsiapa melaksanakan haji di Baitullah ini

dan ia tidak melakukan rafats (senggama) serta tidak berbuat fasiq maka akan kembali seperti dimana ia dilahirkan oleh

(78)

2. Ajaran Makrifat

Makrifat adalah tingkat penyerahan diri kepada Tuhan, yang naik setingkat demi setingkat sehingga sampai ke tingkat keyakinan yang kuat (KBBI, 2008: 864). Isi gurindam di atas adalah pesan utama yang disampaikan Raja Ali Haji kepada pembaca. Sekaligus merupakan inti dari isi pasal pertama.

/Barangsiapa tiada memegang agama/ /Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama/ Raja Ali Haji mengingatkan di awal bahwa

siapa saja, dengan jabatan ataupun latar belakang sosial budaya apapun, yang tidak mematuhi perintah agama (perintah Allah dan Rasul-Nya) maka orang tersebut tidak bernilai apa-apa di hadapan Allah. /Barangsiapa mengenal yang empat/ /Maka ia itulah orang

yang ma‟rifat/ RAH di sini menegaskan kembali tentang ilmu dasar

tasawuf. Dalam ilmu tasawuf terdapat perintah untuk makrifat, yaitu mendekat kepada Allah. Ada empat hal dalam naskah GDB yang harus diketahui oleh orang-orang yang hendak mencapai makrifat. Keempat hal itu adalah: mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat.

Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 18-19:

“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia;

(79)

mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”

Ayat tersebut mengandung penetapan hakikat tauhid dan sanggahan terhadap semua golongan dan sekaligus merupakan kesaksian tentang kebatilan perkataan dan pendapat mereka. Isi kandungan ayat ini berupa makrifat tentang ilahiyah dan hakikat-hakikat iman. a. Mengenal Allah

/Barang siapa mengenal Allah/ /Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah/ (RAH, 2). Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh orang yang beriman (KBBI, 2008: 42). Ada sebuah ungkapan seorang tokoh berbunyi sebagai berikut:

“Mahabbah kepada Allah harus diprioritaskan dibandingkan mahabbah terhadap diri Anda, ketika Anda diliputi hawa nafsu, dan berupaya menuju mahabbah-Nya, walaupun jalan terjal menghadang” (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pernah menyampaikan suatu gagasan yang sangat tinggi nilainya. Ibnul Qayyim membahas mengenai kedudukan yang mengutamakan Allah di atas segala-galanya di dalam kitab karyanya yang berjudul Madarijus Salikin fi Manazili

Iyyaka Na‟budu wa Iyyaka Nasta‟in (QS.1:5) dan menjelaskan

derajat kedua di antara derajat-derajat prioritas lainnya.

“Lebih mengutamakan ridha Allah daripada ridha-ridha yang lain, meski dalam hal ini ujiannya besar, bebannya amat berat, di

mana bekal dan fisik semakin melemah untuk melakukannya.”

(80)

berbuat sesuatu sesuai ridha Allah meski seluruh makhluk membencinya. Inilah derajat para Nabi, dibawah derajat Rasul, di atasnya derajat Rasul ulul azmi, dan derajat tertinggi adalah Nabi Muhammad Saw. Mengutamakan ridha Allah di atas yang lainnya berdampak pada tiga hal: menekan hawa nafsu, tidak mengikuti keinginan manusia, dan memerangi setan berikut antek-anteknya. Inilah yang akan membuat manusia sanggup menaiki tangga mencintai Allah.

Seseorang akan teruji kecintaannya kepada Allah ketika ia berhasil menekan hawa nafsunya yang terlarang. Hawa nafsu yang tercela itu kecenderungannya kepada segala bentuk kebatilan dan keharaman. Bila hawa nafsu tercela itu dilepaskan maka bisanalah ia, dan kelak sampailah kepada neraka Hawiyah. As-Syeikh Muhammad As-Safaraini dalam syarah kitab Mandhumatul Adab menegaskan:

“Tentu saja, ketika diri tersebut tidak mengikuti

keinginan hawa nafsunya, akan lahir kemuliaan, kekuatan dan daya tahannya dari tipu daya setan berikut pasukannya, serta tidak akan menjad hina. Dan pada saat hawa nafsu berhasil dikekang oleh diri tersebut dengan alat berupa kewaspadaan terhadap tipuan nafsu

(mutabi‟ah), lalu menghajarnya dengan cambuk

berpegang teguh pada syariat (iqtida‟), serta mengalihkannya dengan kendali takwa, maka pasti akan terlahir kemuliaan, daya tahan diri, kekuatan dan kehormatan, karena adanya kesempurnaan mengikuti tuntunan syariat (ittiba‟) dan menghindari

(81)

Berarti bisa dipahami dari isi gurindam di atas bahwa seseorang yang telah mengenal Allah dengan rela hati akan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia ridha menjalankan syariat agamanya demi meraih ridha Allah meski fisiknya melemah. Orang seperti ini sudah mampu menekan hawa nafsunya yang tidak diridhai Allah.

b. Mengenal Diri

/Barangsiapa mengenal diri/ /Maka telah mengenal akan Tuhan yang Bahri/ (RAH, 2). Diri adalah orang seorang (terpisah dari yang

lain) (KBBI, 2008: 332). Seorang hamba yang sudah mengenali dirinya berarti ia memahami hakikat penciptaan dirinya, serta untuk apa ia diciptakan. Hamba semacam ini mengenali siapakah Tuhan-Nya yang telah menciptakan dirinya, yang membuat dirinya ada di muka bumi. Orang yang tidak mengenal dirinya dengan berakibat ia tidak mengenal siapa pencipta dirinya tersebut. Orang tersebut sudah tersesat dan menyesatkan dirinya sendiri dalam kehidupannya tersebut.

c. Mengenal Dunia

(82)

abadi di akhirat sana. Imam Al-Bukhari ra. dalam Kitab Ar-Raqqaq bab Perumpamaan Kehidupan Dunia Dibanding Dengan Kehidupan Akhirat mengatakan dengan mengemukakan firman Allah Swt.:

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu

hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan; bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak

lain hanyalah kesenangan yang memperdaya” (QS. Al -Hadiid: 20).

Selanjutnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa‟ad yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Tempat cemeti seseorang di antara kamu di surga lebih baik daripada dunia dan segala isinya. Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan

segala isinya” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Gambar

Tabel 2. Aksara Arab-Melayu

Referensi

Dokumen terkait

ESWL merupakan litotripsi untuk batu empedu dimana dasar  terapinya adalah disintegrasi batu dengan gelombang kejut sehingga menjadi partikel yang lebih

konstruksilainnya.supplier peralatan Quality Control dan Geoteknik untuk peralatan kualitas Konstruksi Jalan, Jembatan, Gedung-gedung, Dam, dan konstruksi teknik sipil lainnya,

Sekurang-kurangnya terdapat 10 (sepuluh) persen common baseline sehingga dapat dilakukan pemeriksaan konsistensi pengukuran. d) Pengamatan satelit GPS carrier phase

menjadi tidak aktif. Fungsinya adalah untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, dan menggiatkan

Dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan gambaran perasaan, keinginan atau kesungguhan individu/kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi

Analisis nilai KPK zeolit menunjukkan bahwa zeolit sintetik (ZS) memiliki nilai KPK yang lebih tinggi daripada zeolit alam (ZA), sedangkan membran komposit dengan

disebabkan karena pakan yang dibutuhkan selalu tercukupi untuk mencegah sifat kanibalisme pada lobster yang dapat menyebabkan kematian pada lobster yang dipelihara

Dalam wawancara dengan responden empat dan enam terdapat kesamaan dalam penambahan data, yaitu Para responden menjelaskan ketepatan waku dalam menjalankan kegiatan