BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Bank
Pengertian bank dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bank berfungsi untuk menghimpun dana dari
masyarakat, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004) mendefinisikan bank
sebagai lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya
bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam
maupun luar negeri.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank seringkali
menghadapi risiko, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional,
maupun risiko reputasi (Komite Nasional Corporate Governance, 2004).
Dunia perbankan memiliki peraturan yang rumit dalam kegiatannya
dibandingkan dengan industri lainnya. Sebagai contoh, bank harus
memenuhi giro wajib minimum yang ditetapkan BI. Peraturan-peraturan
tersebut ditetapkan pada dasarnya adalah untuk melindungi kepentingan
2. Penilaian Kinerja Perbankan
Menurut Koch (1997) Kinerja atau kemampuan bank dalam
meningkatkan nilai usahanya melalui peningkatan laba, aset dan prospek
ke depan sejak tahun 1987 dievaluasi dengan CAMEL
(Capital-Asset-Management-Earning and Liquidity). Namun titik berat evaluasinya tetap
mendasarkan pada aspek-aspek : earning atau profitabilitas dan resiko.
Aspek profitabilitas diukur dengan ROA, ROE, NIM – Net Interest Margin
dan Asset Utilization.
Penilaian kinerja perusahaan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan sebagai suatu badan usaha. Khusus untuk perbankan diatur
oleh Bank Indonesia, sebagai bank sentral.
Rasio Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets
Quality), Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas
(Liquidity) telah ditetapkan oleh otoritas moneter di Indonesia, seperti
tertuang dalam Surat Keputusan Direksi BI No. 26/23/KEP/DIR tanggal
29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan
Surat Edaran BI No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang telah diperbaharui melalui
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30
April 1997 Tentang : Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/2/UPPB, tanggal 30 April 1997
tentang : Tata cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality),
Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas (Liquidity)
merupakan aspek yang sangat menentukan kinerja suatu bank. Lima (5)
aspek kunci penentu tingkat kinerja suatu bank mencakup aspek :
(Muljono, 1996)
a. Permodalan
b. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
c. Manajemen
d. Rentabilitas
e. Likuiditas
Sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
1998 suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMEL dan
sesuai dengan SE BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, terhitung
posisi akhir bulan Desember 2004 suatu bank dinyatakan sehat apabila
memenuhi kriteria CAMEL. Dari sisi rasio keuangan kesehatan bank dapat
diukur dari rasio permodalan (capital), rasio assets (assets quality), rasio
laba (earning), dan rasio likuiditas (liquidity).
3. Analisis Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dalam
laporan keuangan dengan melakukan perbandingan antar komponennya
sehingga menjadi angka dalam satu periode atau beberapa periode
membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik
secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan
diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi
(Abdullah, 2003).
Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri
“kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Jika rasio
keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat
mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat
perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Rasio-rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja
perusahaan perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
rentabilitas.
Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuiditas bank (Dendawijaya, 2005). Disamping itu, rasio ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang
diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta
sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana
tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung
Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005).
Dimensi konsep rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja
manajemen ditinjau dari sejauhmana menajemen mampu mengelola modal
kerja yang didanai dari utang lancar dan saldo kas perusahaan. Tingkat
likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melunasi utang jangka
pendek semakin tinggi pula.
Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam
memperoleh laba (Harmono, 2009). Rasio ini juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungannya, bisaanya dicari
hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi
yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank
yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005).
Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya.
Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan
masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar
hidup konsumen. Selain itu efisiensi operasional dapat dicapai mengurangi
biaya dan meningkatkan output perusahaan (Koch, 2003). Bank yang tidak
daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam
hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha. Efisiensi
operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan pendapatan
operasional bank.
a. Kecukupan Modal
Untuk mengetahui kemamampuan kecukupan modal bank dalam
mendukung kegiatan bank secara efisien digunakan ratio CAR
(Capital Adequacy Ratio).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari
aspek permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi
penilaian modal pada bank antara lain (Harmon, 2009)
1) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang
tidak dapat dihindarkan.
2) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang
dimiliki oleh para pemegang saham.
3) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien
sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.
Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar
modal minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang
berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International
Settlements (BIS). Persentase kebutuhan modal minimum yang
diwajibkan BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya,
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat
harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan
pada ketentuan BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=0% atau negatif,
nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1
dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan.
modal (CAR) adalah 25% (Harmon, 2009).
Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal
yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko,
(ATMR). ATMR merupakan. penjumlahan ATMR aktiva neraca
(aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva
yang bersifat administrasi).
Perhitungan kebutuhan modal minimum bank
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank
sebagai berikut:
1) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot
resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2) ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot
resiko dari masing-masing pos rekening tersebut
4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009):
CAR =
Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank
sebagai berikut (Harmono, 2009) :
Tabel 2.1
Skala predikat Capital Adequacy Ratio
No Predikat Rasio CAR
Setiap penurunan 0,1ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% Sumber : Harmono (2009)
b. Efisiensi
Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO). Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam
menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini
pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan
bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO
nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya
Hal yang terpenting untuk mencapai keefisiensian operasional
adalah meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya,
sehingga menghasilka output yang maksimal dan akan mempengaruhi
laba (Koch, 2003). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Harmon, 2009) :
BOPO -=
l Operasiona Pendapatan
l Operasiona Beban
x 100%
Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut
(Harmon, 2009):
1) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
2) Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah
5%.
Tabel 2.2
Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional
No Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat 93,52% - 92% 81-100 2 Cukup Sehat 94,72% - <93,53% 66 - <81 3 Kurang Sehat 95,92% - <94,73% 51- <66 4 Tidak Sehat 100% - < 95,92% 0 - <51 Sumber: Harmon (2009)
c. Likuiditas
Ada beberapa rasio untuk mengukur likuiditas bank, dan salah satu
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005). LDR dapat
dihitung dengan rumus (Riyadi, 2004) :
LDR =
Modal DPK
diberikan yang
kredit Total
+ x 100%
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993,
termasuk dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah
sebagai berikut:
1) KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada.
2) Giro, deposito, dan tabungan. masyarakat.
3) Pinjaman bukan dari bank yang bedangka waktu lebih dari 3 bulan,
tidak termasuk pinjaman. subordinasi.
4) Deposito dan pinjaman dari bank lain yang bedangka waktu lebih
dari 3 bulan.
5) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang bedangka waktu
lebih dari bulan.
6) Modal pinjaman
7) Modal inti
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya
Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmon, 2009) :
1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0
2) Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit
ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk. LDR
adalah 5%.
Tabel 2.3
Skala predikat Loan to Deposit Ratio
No Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat < 94,75% 81-100 2 Cukup Sehat 94,76%-98,5% 66-< 81 3 Kurang Sehat 98,51%-102,25% 51-< 66 4 Tidak Sehat > 100 0-< 51 Sumber : Harmono (2009)
d. Non Performing Loan (NPL) Performing
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko
dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Gozali, 2007).
Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal :
1) Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau
obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar,
2) Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya
bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban
pada kontrak derivative.
3) Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan
Bentuk risiko kedit yang lain adalah settlement risk yang timbul
ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang
sama, risiko ini terjadi ketika counterparty pihak lain mungkin
mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari
penyelesaian (settlement), besarnya kerugian default counter party
(pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan
besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari
kedua pembayaran tersebut.
Dalam penelitian ini tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL
(Non Peforming Loan) dikarenakan NPL dapat digunakan untuk
mengukur sejauhmana kredit yang bermasalah yang ada dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.
(Teguh Pudjo Mulyono, 1995).
Rumus yang digunakan untuk mengukur NPL adalah sebagai
berikut:
NPL =
disalurkan yang
Kredit
bermasalah Kredit
x 100%
Menurut Muburoh (2004) NPL berpengaruh negatif terhadap
kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun
kinerja atau profitabilitas perbankan. Hal ini sejalan dengan
(Limpaphayom dan Polwitoon, 2004) dimana adanya kredit
bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva
produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh
laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank.
Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank harus menjaga NPL-nya
di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank Indonesia.
e. PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
Penilaian Aktiva Produktif harus disesuaikan dengan peraturan
Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat
dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank
Indonesia (Supaino, 2005).
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
PPAP =
Produktif Aktiva
Total
dibentuk telah
yang PPAP
x 100%
f. ROA (Return On Assets)
Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan
cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya
profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba
menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah
menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat
atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah
menghitung profitabilitas.
Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi
bank karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan
setiap bank. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas
menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja
bank efisien.
Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Alasan
penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai Pembina dan pengawas
perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari
masyarakat.
Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif
yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA
dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan
terutama perbankan.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
ROA =
asset (modal) Total
EBT
x 100%
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
Perhitungan ROA terdiri dari :
1) EBT
EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak
2) Total aktiva
Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri
dari:
b) Aktiva lancar
c) Aktiva tetap
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang
baik adalah sekitar 1,5 persen.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Kamalia Saragih (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Kecukupan
Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum di Indonesia
menyatakan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan
QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa
CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.
Ahmad Buyung Nusantara (2009) dengan judul Analisis pengaruh NPL,
CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas bank (Perbandingan Bank Umum
Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun
2005-2007), menyatakan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA
pada bank go publik.CAR berpengaruh signifikan positif terhadap variabeI ROA
pada bank go publik. BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel
ROA pada bank go publik. NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
ROA pada bank non go publik. CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel ROA pada bank non go publik. LDR berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel ROA pada bank non go publik. BOPO tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.NPL, CAR, LDR, dan BOPO yang mempengaruhi ROA bank go publik, sedangkan pada bank bank non
go publik hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.
Marnov P.P Nainggolan (2009) dengan judul Analisi Pengaruh LDR, NIM
dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia menyatakan LDR memiliki
pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. NIM memiliki
pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. BOPO memiliki
pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia.
Tabel 2.4
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
• CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA.
• Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.
No Nama
• CAR berpengaruh Signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• NPL, CAR, LDR dan BOPO yang mempengaruhi ROA pada bank go public, sedangkan pada bank-bank non go public hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.
• LDR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
• NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
• BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritisn
antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam
penelitian ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2003).
Ada tiga rasio terpenting dalam menganalisis kinerja bank, yaitu
analisis rasio solvabilitas, analisis rasio rentabilitas (profitabilitas), dan
analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini, masing-masing analisis
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), Return on Assets (ROA). Selain itu, penelitian ini juga
mempertimbangkan tingkat efisiensi operasional bank yang diukur dengan
rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, Surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana
dari masyarakat, pinjaman, tabungan, deposito, dan giro (Dendawijaya,
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
Semakin tinggi nilai CAR suatu bank, maka kemampuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga laba
perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika sebaliknya semakin
rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya akan sulit
dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun.
ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan.
(laba) secara keseluruhan (Dendawijaya 2005). Dengan demikian, tinggi
rendahnya nilai ROA akan mempengaruhi perturnbuhan laba perusahaan
perbankan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan
bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan (Riyadi 2003). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian
kredit kepada nasabah, dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio
ini, mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti rendahnya
kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba
perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004).
Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk
meningkatkan produksivitas dan pelayanan bank. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengurangi biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003).
Efisiensi operasional diindikasikan oleh besarnya beban operasional
perusahaan terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya
kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005). BOTO adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOTO berarti semakin baik kinerja bank
tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ads
dalam perusahaan (Riyadi 2003). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi
oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban
operasionalnya. Semakin tinggi pendapatan operasional dibanding dengan
Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005), Sumarni (2005).
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kecukupan Modal (X1)
Efisiensi (X2)
Likuiditas (X3)
NPL (X4)
PPAP (X5)
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1: Kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return
On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H2: Efisiensi berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Assets)
Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On
Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H4 : Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap ROA
(Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H5 : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh signifikan
terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
H6 : Kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non Performing Loan dan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) Bank