• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SEKOLAH - BIMBINGAN DAN KONSELING baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SEKOLAH - BIMBINGAN DAN KONSELING baru"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SEKOLAH

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) Di Sekolah 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu guidance dan counseling. Guidance berarti pimpinan, bimbingan, pedoman, atau petunjuk, sedangkan counseling berarti pemberian nasehat, perembukan, atau penyuluhan.

Pengertian secara istilah antara lain dikemukakan oleh Sherzer dan Stone (1971: 40). Menurutnya bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Sementara itu, Kartadinata (1998: 4) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.

Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan sebagaimana tersebut di atas, dapatlah diangkat makna bimbingan sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan proses yang berkelanjutan. Bahwa bimbingan dilakukan secara sistematis, disengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada tujuan. 2. Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan (helping, aiding, assisting, availing),

maka yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, dan mengambil keputusan adalah individu terbimbing (konseli) sendiri. Pembimbing (konselor) tidak memaksakan kehendaknya tetapi berperan sebagai fasilitator bagi perkembangan individu terbimbing.

3. Bantuan diberikan kepada individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik bantuan yang berlaku umum, setiap individu akan dipahami dan dimaknai

TUGAS PERKEMBANGAN

BIMBINGAN

PRIBADI BIMBINGAN SOSIAL BIMBINGAN BELAJAR BIMBINGAN KARIR

KOMPETENSI

MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(2)

secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapinya.

4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukan semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik di mana individu mampu mengenal dan memahami diri, sistem nilai, dan melakukan pilihan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri (Satori, dkk, 2007: 4.3 – 4.5).

Adapun pengertian konseling, menurut Surya dan Natawijaja (1986: 25) adalah semua bentuk hubungan antara dua orang di mana yang seorang sebagai klien (konseli) dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, sedangkan yang seorang lagi bertindak sebagai konselor yang membantu konseli. Suasana hubungan konseling (penyuluhan) ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, dan memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan serta usaha-usaha penyembuhan (terapi).

Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face to face). Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bertujuan mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh para ahli yang telah mendapatkan latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Anas Salahudin, (2009:16)

(3)

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling untuk membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.

Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseling dapat:

1. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang;

2. mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;

3. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;

4. mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk:

a. mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya,

b. mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,

c. mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut,

d. memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri

e. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat,

f. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan

g. mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

2.1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseling adalah:

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

(4)

Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,

tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang

diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

2.2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :

Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca

buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan

membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,

(5)

dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

2.3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :

Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.

Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.

Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam

bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.

Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali

ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan

secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau

kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya,

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam rangka memberikan bantuan kepada individu, bimbingan dan konseling berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut :

(6)

Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensi-potensinya) dan lingkungannya (fisik, sosial, budaya, dan agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif.

Fungsi yang berkaitan dengan upaya Pembimbing (konselor) untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya agar tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan pemberian informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya bahaya minuman keras, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (narkoba), pergaulan bebas (free sex), dan lain-lain.

c. Fungsi Pengembangan.

Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas pembimbingan berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini antara lain pelayanan informasi, tutorial, diskusi(brain storming).

d. Fungsi Penyembuhan.

Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat pemyembuhan (kuratif) ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

e. Fungsi Penyaluran.

Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan yang sesuai dengan koseli. Misalnya memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi bagi para siswa di sekolah, memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Konselor perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain secara internal maupun eksternal dalam melaksanakan tugas pembibingannya.

f. Fungsi Penyesuaian.

(7)

g. Fungsi Perbaikan.

Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

h. Fungsi Fasilitasi.

Fungsi bimbiingan dan konseling untuk memfasilitasi (memberikan kemudahan) kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang pada keseluruhan aspek kepribadian konseli.

i. Fungsi Pemeliharaan.

Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas. Pelaksanaan fungsi ini dapat diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli (Prayitno dan Amti, 2004: 194; Tohirin, 2007: 2).

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Pemahaman tentang prinsip – prinsip dasar dari bimbingan dan konseling ini sangat penting dan perlu terutama dalam penerapan di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling. Adapun prinsip– prinsip dari bimbingan dan konseling tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Bimbingan harus berpusat pada individu terbimbing (konseli).

b. Masalah yang tidak dapat dipecahkan harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang lebih mampu dan berwenang melakukannya.

c. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh konseling.

d. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi konseli.

e. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.

f. Harus ada penilaian yang teratur terhadap program bimbingan yang dilaksanakan.

5. Asas Bimbingan dan Konseling

(8)

bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas kepembimbingannya (Satori, dkk, 2007: 4.8-4.11).

a. Azas Kerahasiaan

Azas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Konselor berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

b. Azas Kesukarelaan

Azas bimbingan dan konseling menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti atau menjalani kegiatan/pelayanan bimbingan yang diperlukan baginya. Konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut. c. Asas Keterbukaan

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bimbingan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya azas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bimbingan. Agar konseli dapat terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Azas Kegiatan

Azas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Konselor perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

e. Azas Kemandirian

Azas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling. Konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangan kemandirian konseling.

f. Azas Kekinian

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseling dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkaitan dengan masa depan atau kondisi masa lampau dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

g. Azas Kedinamisan

(9)

h. Azas Keterpaduan

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Kerja sama antara konselor dengan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i. Azas Kenormatifan

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Azas Keahlian

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar pelayanan dalam kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Azas Alih Tangan Kasus

Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli dapat mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

l. Azas Tut Wuri Handayani

Azas bimbingan dan konsekling menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

6. Paradigma Bimbingan dan Konseling Dimana pada paradigma BK mencakup:

 BK merupakan pelayanan psiko-paedagogis dalam bingkai budaya Indonesia dan religius.

 Arah BK mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembnagan secara optimal.

(10)

B. Hakekat Bimbingan dan Konseling 1. Visi Bimbingan dan Konseling

Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya perkembnagan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.

2. Misi Bimbingan dan Konseling

Misi Bimbingan dan Konseling adalah menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam: 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan; 3. Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual;

4. Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ dan SQ; dan 5. Pengaktualisasian diri secara optimal.

C. Peranan Guru Dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Buku anas Salahudin mengutip Oemar Hamalik, (1990: 52-71) menyatakan bahwa dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik.

Peranan guru yang begitu besar dapat ditinjau dalam arti luas dab dalam arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, inovator, dan kooperatif.

Dalam proses pengajaran di sekolah (di kelas), peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian sempit, yakni dlam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru dalah dalam pengorganisasian lingkungan belajar dan fasilitator belajar.

Peranan guru dalam pengorganisasian lingkungan belajar meliputi peranan-peranan yang lenbih spesifik, yakni:

(11)

b. Guru sebagai perencana c. Guru sebagai peramal d. Guru sebagai pemimpin

e. Guru sebagai petunjuk jalan atau sebagai pembimbing ke arah pusat-pusat belajar. f. Guru sebagai fasilitator belajar

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.

7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

(12)

1. Pengembangan Kompetensi Dalam Bimbingan Konseling

Langkah-langkah pengembnagan kompetensi dalam bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

 Perhatikan masing-masing butir tugas-tugas perkembnagn siswa SLTA dan profil lulusan SLTA

 Kembangkan butir tersebut ke dalam bidang Bimbingan Konseling (Pribadi, Sosial, Belajar, Karir)

 Rumuskan setiap pengembangan butir ke dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan

 Tentukan materi yang akan diberiakn untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan

 Pilihlah kegiatan layanan, kegiatan pendukung dan penilaian yang relevan dengan kompetensi.

2. Profil Kompetensi Lulusan SMU

Profil Kompetensi Lulusan SMU terdiri dari 3 aspek, yaitu:

Aspek Afektif Siswa memiliki:

a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing.

b. Memiliki nilai-nilai etika dan estetika.

c. Memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi dan humaniora.

 Aspek Kognitif

Menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 Aspek Psikomotorik

a. Memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembngan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global.

(13)

3. Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA

Adapun tugas-tugas perkembnagan siswa SMA yaitu:

a) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b) Mencapi kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta peranannya

sebagai pria atau wanita;

c) Mencapai kematangan pertumbuhan Jasmani sehat;

d) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas;

e) Mencapai kematangan dalam pilihan karir;

f) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi;

g) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara;

h) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni;

i)Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai.

4. Bimbingan Pribadi Siswa SLTA

Dalam Bimbingan dan Konseling terdapat bimbingan pribadi siswa SLTA yang mencakup:

•Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

•Pemantapan pemahamn tentang kekuatan diri dan pengembnagannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.

•Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta dalam penyaluran dan pengembangannya.

•Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.

•Pemamtapan kemampuan dalam mengambil keputusan.

(14)

•Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik seecara rohaniah maupun jasmaniah.

5. Bimbingan Sosial Siswa SLTA

Dalam Bimbingan dan Konseling terdapat bimbingan sosial siswa SLTA yang mencakup:

•Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.

•Pemntapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif.

•Pemantapan kemampuan bersikap dalam berhubungan sosial, baik di rumah, sekolah, tempat bekerja maupun dalam masyarakat.

•Pemantapan kemampuan pengembangan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik di lingkungan sekolah yang sama maupun di luar sekolah.

•Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaannya secara dinamis serta bertanggung jawab.

•Orientasi tentang hidup berkeluarga.

6. Bimbingan Belajar Siswa SLTA

Dalam Bimbingan dan Konseling terdapat bimbingan belajar siswa SLTA yang mencakup:

•Pemantapan sikap dan kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif, efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi.

•Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.

•Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah lanjutan tingkat atas sesuai dengan perkembnagn ilmu, teknologi dan kesenian.

•Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.

•Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.

7. Bimbingan Karir Siswa SMA

(15)

•Pemantapan pengembnagn diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan

•Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan

•Pemantapan pengembngan diri berdasarkan IQ, EQ, dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya

•Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kepentingan hidup

•Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan

D. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN UNTUK MENGATASINYA

1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :

a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);

b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;

c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

(16)

2. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?) b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat

dilokalisasikan ?)

c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?) d. What are remedies are suggested?(Penyembuhan apa saja yang disarankan?)

e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)

Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut. a) Mengidentifikasi mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

Identifikasi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : 1) Menganalisis prestasi belajar

Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.

2) Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.

Analisis perilaku terhadap mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku mahasiswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.

3) Menganalisis hubungan sosial

(17)

b) Melokalisasi letak kesulitan belajar

Setelah mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :

1) pada mata kuliah apa yang bersangkutan mengalami kesulitan; 2) pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi; 3) pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi; 4) pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.

c) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).

Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1) observasi;

2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan

6) pemeriksaan secara medis.

d) Memperkirakan alternatif pertolongan

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?

2) Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?

3) Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ? 4) Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ? 5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?

(18)

Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik-teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.

f) Pelaksanaan pemberian pertolongan

Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.

3. Pengenalan Diri Dan Lingkungan Serta Pengembangan Diri Dan Karir 1) Siswa mengenal dan memahami siapa dirinya.

2) Siswa mengenal dan memahami lingkungannya, meliputi lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, sosial, budaya dan masyarakat.

3) Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan untuk pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pengembnagan arah karir yang hendak diraihnya di masa yang akan datang.

4. Kecakapan Hidup (Life-Skill)

1) Kecakapan PERSONAL (personal skill): - Kecakapan MENGENAL DIRI, dan - Kecakapan BERFIKIR RASIONAL 2) Kecakapan SOSIAL (social skill)

3) Kecakapan AKADEMIK (academic skill) 4) Kecakapan VOKASIONAL (vocasional skill)

5. Kegiatan Layanan Bimbingan Dan Konseling Terdiri dari:

(19)

 Layanan Informasi

 Layanan Penempatan dan Penyaluran

 Layanan Pembelajaran

 Layanan Konseling Individual

 Layanan Bimbingan Kelompok

 Layanan Konseling Kelompok

6. Kegiatan Pendukung Bimbingan Dan Konseling Adapun kegiatan pendukung sebagai berikut: 1) Aplikasi instrumentasi bk (tes/non-tes)

2) Himpunan data (pribadi siswa, prestasi, observasi, absensi, catatan kejadian) 3) Konferensi kasus

4) Kunjungan rumah 5) Alih tangan kasus

7. Ketenagaan Dalam Pengelolaan Program BK

 Guru BK

Konselor, adalah guru yang berlatar belakang pendidikan BK yang melakukan: perencanaan, pelaksanaanm, evaluasi/penilaian, analisis, dan tindak lanjut program dan kegiatan layanan BK.

Guru pembimbing, adalah konselor dan guru yang ditugaskan dalm penyelenggaraan bimbingan.

 Guru Mata Pelajaran, adalah mitra kerja Guru BK dalam pelaksanaan program BK.

(20)

 Kepala Sekolah, adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah, termasuk kegiatan BK.

Alur Kerja BK

8. Permasalahan

 Penyusunan Program BK, tidak didasarkan pada kebutuhan nyata siswa.

 Pelaksanaan Program BK

- Tidak adanya jam masuk kelas - Kurangnya sarana dan prasarana

- Masih adanya tugas-tugas yang mestinya bukan tanggung jawab guru BK. - Belum adanya kepercayaan terhadap guru BK.

 Penilaian BK, masih bervariasinya sistem penilain dalam BK.

Gr. MP

KS

WK

Gr. BK

Gr. MP KS WK

Gr. BK GR. MP

KS WK

Gr. BK

Gr. MP

WK Gr. BK

TINDAK LANJUT

PELAKSANAAN

PENILAIAN PERENCANAAN

SISWA KOMITE

& ORTU

(21)

9. Penyusunan Prrogram Bimbingan Dan Konseling

 Didasarkan pada KEBUTUHAN NYATA siswa

 LENGKAP dan MENYELURUH (memuat segenap fungsi BK)

 SISTEMATIS (disusun menurut urutan logis, singkron, dan tidak tumpang tindih)

 TERBUKA dan LUWES (mudah menerima masukan tanpa harus merombah program secara menyeluruh)

 Memungkinkan KERJASAMA dengan pihak terkait

 Dimungkinkan PENILAIAN dan TINDAK LANJUT

10. Contoh Pengembangan Silabus

 Tugas Perkembnagn I

Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Bidang Bimbingan Pribadi

Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembnagn wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Rumusan Kompetensi:

Memahami secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran agama yang dianutnya.

 Materi Pengembnagan Kompetensi Macam-macam kaidah ajaran agama.

 Kelas : I – III

(22)

 Kegiatan Pendukung : Aplikasi Instrumentasi, Himpunan Data

 Penialian : Laijapen, Laijapan

 Keterangan : Bekerjasama dengan Guru agama

DAFTAR PUSTAKA

Salahudin anas. 2009. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia

Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Juono Purwo Ribut. 2013. Hakikat Bimbingan dan Konseling. (online),

(http://juonorp.blogspot.com/2013/05/hakikat-bimbingan-dan-konseling_23.html), diakses 16 Oktober 2013.

Afni Nur. 2009. Peran Guru dalam Bimbingan Konseling. (online),

(23)

Sidiq Nurfajar. 2013. Diagnostik Kesulitan Belajar. (online),

(http://nurfajarsidiq.wordpress.com/2013/03/20/diagnosis-kesulitan-belajar/), doakses 29 Oktober 2013.

Kuntjojo. 2009. Diagnostik Kesulitan Belajar. (online),

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku prososial merupakan bagian kehidupan sehari-hari mencakup kategori yang lebih luas meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan adalah direncanakan untuk

52 Ibid., h.. kategori media standar maupun non standar. Sebagaiman kita ketahui bahwa sekarang ini kita telah berada pada dimensi kemajuan teknologiyang sangat dan

Jadwal kegiatan dan panduan lengkap dapat dilihat di situs resmi SPMB http://span-ptain.ac.id.. Data Login

trayek yang berputar secara terus menerus dengan rute: jalan Ahmad Yani – jalan Adi Sumarmo – jalan Amarta Raya – Terminal Kartasura (akses pintu masuk timur) –

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN. TAHUN

Bagian tanaman yang biasa digunakan untuk membuat preparat dengan metode squash adalah ujung akar yang bersifat meristematik.. Menurut Parjanto et

Berdasarkan hasil wawancara, Pertumbuhan wisatawan asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang

Hasil perancangan ini adalah furniture outdoor yang mampu memberikan fasilitas untuk anak usia 4-8 tahun agar fokus belajar motorik halus (membaca, menulis, menggambar dan