• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006

TENTANG

RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SELATAN,

Menimbang : a. bahwa burung walet yang bersarang baik di habitat alami maupun diluar habitat alami di wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan satwa yang populasinya perlu dilindungi dan dilestarikan;

b. bahwa sarang burung walet tersebut merupakan potensi alam yang mahal harganya dan telah dimanfaatkan manusia sebagai suatu bahan makanan yang berguna bagi kesehatan yang sejak lama diusahakan oleh masyarakat; c. bahwa untuk mencapai keselarasan dalam pengawasan, pelestarian satwa,

penataan bangunan serta sekaligus guna meningkatkan pendapatan asli daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 317, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

9. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

(3)

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3769);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BANGKA SELATAN dan

BUPATI BANGKA SELATAN

MEMUTUSKAN :

(4)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 5. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan.

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

7. Instansi Teknis adalah instansi yang membidangi kehutanan.

8. Sarang burung walet adalah sarang-sarang burung yang terbuat dari air liur atau air ludah burung walet.

9. Pengelola adalah orang atau badan hukum yang mengelola sarang burung walet pada habitat alami atau diluar habitat alami.

10. Sarang burung walet di habitat alami adalah lingkungan tempat burung walet hidup dan berkembang secara alami.

11. Sarang burung walet di luar habitat alami adalah sarang burung walet yang dikelola oleh pengelola pada suatu bangunan dalam bentuk apapun juga yang sebagian atau seluruhnya diperuntukkan atau disediakan sebagai tempat untuk mengelola sarang burung walet. 12. Izin Pengelolaan sarang burung walet yang selanjutnya disebut izin

(5)

13. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi, atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 16. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

17. Kas daerah adalah kas Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.

18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6)

BAB II

TEMPAT PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

Pasal 2

(1) Tempat pengelolaan sarang burung walet berada di : a. habitat alami;

b. di luar habitat alami.

(2) Tempat pengelolaan sarang burung walet di luar habitat alami meliputi: a. rumah;

b. bangunan lainnya.

BAB III

TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN

Pasal 3

(1) Setiap pengelola harus mendapat izin terlebih dahulu dari Bupati.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui instansi teknis.

Pasal 4

(1) Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet di luar habitat alami dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan lokasi dan potensi yang dilengkapi dengan berita acara dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; b. memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

c. memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

d. struktur bangunan sesuai standar kontruksi teknis yang berlaku; e. surat penyataan bersedia mendirikan bangunan yang memiliki nilai

estetika.

(7)

g. adanya surat penyataan bersedia menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya;

h. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, mengganggu keseimbangan dan kelestarian hutan, dan atau menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.

(2) Pemeriksaan lokasi dan potensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur-unsur :

a. Instansi daerah di bidang kehutanan; b. Instansi daerah di bidang peternakan; c. Instansi daerah di bidang pekerjaan umum; d. Instansi daerah di bidang kesehatan;

e. Unsur Staf pada Sekretariat Daerah yang membidangi pembangunan;

f. Camat setempat; g. Lurah/Kades setempat.

(3) Tata cara pemberian izin pengelolaan sarang burung walet sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB IV MASA BERLAKU IZIN

Pasal 5

(1) Masa berlaku izin ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, dinyatakan berakhir apabila : a. sudah habis masa berlakunya;

b. dikembalikan oleh pemiliknya; c. dicabut atau dibatalkan oleh Bupati.

BAB V

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 6

(8)

Pasal 7

Objek retribusi adalah setiap pemberian izin pengelolaan sarang burung walet.

Pasal 8

(1) Subjek retribusi adalah orang atau badan hukum yang memperoleh izin pengelolaan sarang burung walet.

(2) Wajib retribusi adalah pengelola sarang burung walet.

Pasal 9

Retribusi izin pengelolaan sarang burung walet termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.

BAB VI

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 10

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan golongan dan luas tempat pengelolaan sarang burung walet.

BAB VII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI

Pasal 11

(9)

BAB VIII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Besarnya retribusi izin ditetapkan sebagai berikut :

a. untuk golongan A dengan luas bangunan sama dengan dan atau lebih dari 400 m2 sebesar Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah);

b. untuk golongan B dengan luas bangunan kurang dari 400 m2 sebesar Rp. 2.500.000,- ( dua juta lima ratus ribu rupiah).

(2) Retribusi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke kas daerah sebelum izin dikeluarkan.

BAB IX

WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 13

Retribusi dipungut di wilayah daerah tempat izin pengelolaan sarang burung walet diberikan.

Pasal 14 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD, SKRDKBT atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 15

(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah teguran / peringatan / surat lain yang sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh

(10)

BAB XI

KEDALUARSA PENAGIHAN

Pasal 16

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi mengalami kedaluarsa setelah jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tertangguh apabila :

a. diterbitkannya surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XII

PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN, PEMBEBASAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI

Pasal 17

(1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi berdasarkan permohonan dari wajib Retrbusi.

(2) Pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan permohonan wajib retribusi sebagai akibat terjadinya kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya.

(3) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 18

(1) Piutang Retribusi yang tidak ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan kedaluarsa dapat dihapuskan.

(11)

BAB XIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 19

(1) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan serta bimbingan teknis pengelolaan sarang burung walet melalui instansi teknis.

(2) Bila dipandang perlu Bupati dapat membentuk Tim Pengawas Pengelolaan Sarang Burung Walet dengan keanggotaan ditentukan oleh Bupati.

Pasal 20

Tim pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) dalam melakukan pengawasan dapat memasuki bangunan atau goa yang menjadi tempat bersarangnya burung walet.

BAB XIV

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 21

(1) Pengelola sarang burung walet mempunyai hak :

a. mengelola sarang burung walet di luar habitat alami sesuai dengan izin yang diberikan;

b. memperoleh pembinaan dan perlindungan dari pemerintah daerah melalui instansi terkait dalam pengelolaan usahanya.

(2) Masyarakat mempunyai hak :

a. memberikan informasi kepada pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan sarang burung walet di lingkungannya;

b. mendapatkan perlindungan dari dampak yang ditimbulkan akibat pengelolaan sarang burung walet;

(12)

Pasal 22 Pengelola sarang burung walet berkewajiban :

a. membantu kelancaran tugas Tim Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2);

b. meminimalisasi dampak pengelolaan sarang burung walet terhadap ketertiban umum, kesehatan masyarakat dan kelestarian sumber daya alam;

c. bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi kepada masyarakat atas segala akibat pengelolaan sarang burung walet baik langsung maupun tidak langsung;

d. melaksanakan kewajiban - kewajiban lain dalam pengelolaan sarang burung walet sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XV LARANGAN

Pasal 23 Pengelola sarang burung walet dilarang :

a. melakukan pengelolaan sarang burung walet tanpa izin.

b. memindahtangankan izin pengelolaan kepada pihak lain tanpa persetujuan Bupati;

c. mengubah struktur tempat pengelolaan sarang burung walet baik yang berada di habitat alami maupun di luar habitat alami tanpa persetujuan Bupati.

BAB XVI SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 24

(13)

(2) Apabila pengelola tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana telah ditentukan dalam izin yang bersangkutan dan melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 dapat diberikan sanksi administratif berupa pencabutan izin.

BAB XVII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Apabila tidak terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

(14)

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi;

i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 22 dan pasal 23 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(15)

BAB XIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, orang atau badan yang sudah memiliki izin pengelolaan sarang burung walet, harus memperbaharui izin yang dimiliki dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

Ditetapkan di Toboali

pada tanggal 20 Desember 2006 BUPATI BANGKA SELATAN,

ttd

JUSTIAR NOER Diundangkan di Toboali

pada tanggal 20 Desember 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN,

ttd

HARDI

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terasa, waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, sebentar lagi kita akan memasuki bulan istimewa, kita kenal dengan bulan maulud, di hari hari pada

Dengan menggunakan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai

Kajian tentang kegiatan wisata religi ini dilaksanakan pada tanggal 2-7 Maret 2009 dan berlokasi di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur,

Salah satu contoh nyata bukti bahwasanya kenikmatan itu murni datangnya dari Allah adalah kondisi seorang bayi yang baru lahir yang tidak bisa apa-apa, yang ternyata ia

Pelaksanaan kegiatan inokulasi atau penularan konidia jamur pada media beras jagung dengan cara mengambil koloni jamur dalam PDA dengan menggunakan cork borer dan

7 Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.. Penelitian yang dilakukan oleh Fauji dalam penelitiannya yang berjudul: Penerapan model pembelajaran

PELAKSANAAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF DALAM PERJANJIAN KREDIT KARENA PEMBERI HAK TANGGUNGAN MENINGGAL DUNIA (Studi di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang

Penulis mengaku setulus- tulusnya, bahwa banyak pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan sumbang saran dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini yang